Anda di halaman 1dari 16

REKOMENDASI HKFM INDONESIA

PREEKLAMPSIA

Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan


• Didapatkan berbagai variasi klasifikasi hipertensi dalam kehamilan, berikut beberapa
klasifikasi dari organisasi kesehatan dunia
• ISSHP[1] membagi hipertensi dalam kehamilan berdasar onset munculnya gejala:
o Hipertensi sebelum kehamilan atau sebelum usia kehamilan 20 minggu:
§ Hipertensi Kronis (esensial atau sekunder)
§ White-coat hypertension (hipertensi kerah putih)
§ Masked hypertension (Hipertensi tersamar)
o Hipertensi yang muncul setelah usia kehamilan 20 minggu:
§ Hipertensi Gestasional Trasien
§ Hipertensi Gestasional
§ Preeklampsia atau Hipertensi Kronis superimposed preeklampsia
• ACOG[2] mengklasifikasikan hipertensi dalam kehamilan menjadi:
o Preeklampsia
o Hipertensi Kronis
o Hipertensi Gestasional
o Hipertensi Kronis superimposed preeklampsia
o Sindroma HELLP
o Eklampsia

Kriteria Diagnosis
Hipertensi:
• Definisi: tekanan darah > 140/90 mm Hg
• Pengukuran tekanan darah harus diulang untuk memastikan hipertensi sesungguhnya.
Jika Hipertensi berat (tekanan darah > 160/110 mmHg) maka tekanan darah dapat
dikonfirmasi ulang dalam 15 menit. Jika hipertensi (tekanan darah < 160/110 mmHg)
pengukuran tekanan darah dapat diulang dalam beberapa jam[1]

Preeklampsia
• Hipertensi dalam kehamilan yang muncul pada usia kehamilan > 20 minggu dan disertai
salah satu gejala di bawah ini[1–6]:
• Proteinuria
• Gangguan organ maternal, meliputi:
§ Gangguan ginjal (Acute Kidney Injury/Renal insufficiency)
§ Gangguan liver (peningkatan enzim liver ALT atau AST > 40 IU/L dengan
atau tanpa nyeri kuadran kanan atas perut/epigastrium)
§ Gangguan neurologis (nyeri kepala, eclampsia, gangguan mental,
kebutaan, stroke, klonus, dan gamgguan penglihatan scotomata)
§ Gangguan hematologis (trombositopenia [kadar platelet < 150.000/uL],
disseminated intravascular coagulation, hemolisis)
• Gangguan Uteroplasenta (seperti pertumbuhan janin terhambat, gangguan
doppler arteri uterine, atau kematian janin dalam rahim)
• Istilah preeklampsia ringan telah dihilangkan
• Klasifikasi: preeklampsia disertai gejala berat atau tidak (severe features)
• Gejala berat meliputi: trombositopenia, gangguan fungsi liver (nyeri ulu hati), insufisiensi
renal, edama paru, nyeri kepala hebat, atau gangguan penglihatan[2]

Skrining Preeklampsia
• Skrining Preeklampsia dilakukan dengan menilai faktor risiko klinis maternal, gambaran
USG doppler velocimetri arteri uterine, dan atau serum marker (jika fasilitas tersedia)
• Skrining Preeklampsia dapat dikerjakan pada usia 11-28 minggu, namun idealnya
dilakukan sebelum usia kehamilan 16 minggu
• Ibu hamil dikatakan memiliki risiko tinggi Preeklampsia jika:
o Memiliki 2 faktor risiko moderat meliputi: nullipara/primipara, primipaternitas,
usia > 35 tahun, jarak kehamilan sebelumnya > 10 tahun, Obesitas (IMT > 30
kg/m2), riwayat keluarga preeklampsia, Riwayat keluarga memiliki penyakit
kardiovaskular, riwayat IUGR, kadar trigliserida meningkat, durasi hubungan
seksual < 6 bulan sebelum hamil, kehamilan multiple, dan kehamilan dengan alat
reproduksi berbantu [IVF], atau
o Memiliki 1 faktor risiko tinggi preeklampsia meliputi: riwayat preeklampsia
sebelumnya, hipertensi kronis, penyakit autoimun, diabetes, atau penyakit ginjal,
atau disertai
o Adanya kelainan doppler velocimetry arteri uterine, atau disertai
o Adanya kelainan serum marker preeklampsia (sFlt-1, PlGF, sFlt-1/PlGF rasio,
PAPPA)
• Ibu hamil yang teridentifikasi memiliki risiko tinggi preeklampsia akan diberikan:
o Aspirin 75-160 mg/hari (ideal dimulai < 16 minggu) sampai usia kehamilan 36-37
minggu, dan
o Kalsium 1-2.5 g/hari sampai persalinan, terutama pada ibu dengan defisiensi
kalsium
Tatalaksana Preeklampsia
• Penatalaksanaan preeklampsia tergantung usia kehamilan saat pertama didiagnosis
• Preeklampsia pada usia kehamilan > 37 minggu akan dilakukan terminasi
• Preeklampsia yang didiagnosis pada usia kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan
perawatan poliklinis sesuai dengan ketentuan di bawah ini:
o Kontrol 1-2x per minggu
o Evaluasi gejala pemberatan preeklampsia (peningkatan tekanan darah, tanda
impending eclampsia, edema paru, dan gejala berat preeklampsia lainnya)
o Cek laboratorium (trombosit, serum kreatinin, albumin, AST/ALT) setiap minggu
o Evaluasi kondisi janin: hitung gerak janin/hari, USG NST (2x/minggu), dan evaluasi
pertumbuhan janin setiap 2 minggu
• Jika dalam perawatan poliklinis didapatkan perburukan kondisi ibu atau janin maka
dilakukan penanganan sesuai protocol preeklampsia berat
• Jika kondisi ibu dan janin baik, kehamilan dapat dipertahankan sampai usia 37 minggu
sebelum dilahirkan
• Algoritma penanganan preeklampsia dapat dilihat pada gambar di bawah ini [1,2,6,7]:
Gambar 1. Algoritma Penanganan Preeklampsia

Tatalaksana Preeklampsia dengan Gejala Berat


• Jika didapatkan preeklampsia dengan gejala berat maka dilakukan tatalaksana awal untuk
stabilisasi kondisi ibu dan janin:
• Persiapan rujukan atau perawatan di rumah sakit, evaluasi gejala ibu, detak
jantung janin, dan pemeriksaan laboratorium
• Stabilisasi kondisi ibu
• Pemberian profilaksis kejang MgSO4
• Pemberian obat anti hipertensi
• Penatalaksanaan preeklampsia dengan gejala berat tergantung usia kehamilan saat
pertama didiagnosis dan keparahan gejala
• Jika preeklampsia dengan gejala berat didiagnosis pada usia kehamilan > 34 minggu maka
dilakukan terminasi kehamilan setelah stabilisasi kondisi maternal fetal
• Metode persalinan secara umum mengikuti indikasi obstetrik. Persalinan sesar dapat
dipertimbangkan pada kondisi maternal yang buruk (edema paru, gangguan kesadaran,
CVA, eclampsia – koma)
• Jika preeklampsia dengan gejala berat didiagnosis sebelum usia kehamilan 34 minggu
maka dievaluasi ada tidaknya gejala ini: eclampsia, edema paru, DIC, hipertensi berat yang
tidak terkontrol, gawat janin, solusio plasenta, IUFD, atau janin tidak viable (< 24 minggu)
• Jika ditemukan gejala di atas maka harus dilakukan terminasi segera (cito), dapat
diberikan pematangan paru (dosis tidak harus lengkap) tanpa menunda terminasi
• Jika tidak ditemukan gejala-gejala di atas maka harus dievaluasi ada tidaknya kumpulan
gejala ini: sindroma HELLP, pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion, gangguan
doppler velocimetry arteri umbilikalis/ arteri cerebral media, ketuban pecah dini,
gangguan renal
• Jika ditemukan kumpulan gejala diatas maka kehamilan akan diterminasi (urgen) dengan
dilakukan pematangan paru janin terlebih dahulu
• Pematangan paru janin dapat dilakukan dengan pemberian :
• Injeksi dexamethasone im 2 x 6 mg selama 2 hari, atau
• Injeksi betamethasone im 1 x 12 mg selama 2 hari
• Jika tidak didaptkan semua gejala di atas maka dapat dipertimbangkan perawatan
konservatif dengan ketentuan sebagai berikut:
• Evaluasi di kamar bersalin selama 24-48 jam
• Diberiksan MgSO4 profilaksis pada 24 jam pertama
• Rawat inap di rumah sakit sampai terminasi kehamilan
• Pemberian obat anti hipertensi
• Pematangan paru janin
• Evaluasi kondisi maternal fetal secara berkala
• Perawatan konservatif diakhiri jika:
• Usia kehamilan telah mencapai 34 minggu
• Ditemukan gejala sesuai yang telah disebutkan di atas dalam perawatan
• Perburukan kondisi maternal fetal
• Algoritma penatalaksanaan preeklampsia berat dapat dilihat pada gambar 2.[1,2,6,7]
Gambar 2. Algoritma Penanganan Preeklampsia dengan Gejala Berat

Prevensi Kejang
• MgSO4 masih menjadi obat pilihan utama untuk pencegahan kejang[1,2,6–8]
• MgSO4 diberikan pada semua ibu preeklampsia dengan gejala berat saat onset, admisi ke
fasilitas kesehatan, saat in partu atau terminasi kehamilan
• MgSO4 disarankan diteruskan sampai 24 jam pasca persalinan
• MgSO4 terbukti menurunkan risiko kejang pada preeklampsia sebesar 50%
• MgSO4 dapat diberikan dengan regimen Pritchard (intra muscular) atau regimen Zuspan
(intravena)
• Regimen Pritchard:
o Dosis pendahuluan: 4g MgSO4 bolus iv pelan 10 menit diikuti 10g im
o Dosis pemeliharaan: 5g MgSO4 im tiap 4 jam (pantat kanan-kiri bergantian)
• Regimen Zuspan:
o Dosis pendahuluan: 4g MgSO4 bolus iv pelan 10 menit
o Dosis pemeliharaan: 1-2 g/jam iv syringe pump
• Observasi maternal pada pemberian MgSO4: laju nafas, tekanan darah (30 menit-1 jam),
nadi/jam, produksi urine, dan refleks tendon dalam

Terapi Anti Hipertensi


• Terapi antihipertensi lebih disarankan mulai tekanan darah > 140/90 mmHg, tidak hanya
pada hipertensi berat (TD > 160/110 mmHg). Hal ini bertujuan untuk menurunkan risiko
hipertensi berat dan komplikasinya
• Target tekanan darah mengikuti penelitian CHIPS[9]: tekanan darah diastolic < 85 mm Hg,
dan tekanan darah sistolik 110-140 mm Hg
• Obat pilihan utama untuk preeklampsia adalah methyldopa dan nifedipine

Follow Up Pasca Persalinan


Jangka Pendek[1]
• Ibu dengan preeklampsia harus dievaluasi dalam 1 minggu apakah masih membutuhkan
obat-obat anti hipertensi
• Semua ibu hamil harus dievaluasi dalam 3 minggu pasca persalinan, dimana tekanan
darah, urinalisis dan semua tes laboratorium diharapkan sudah normal
• Pemeriksaan lebih lanjut harus dilakukan jika didapatkan kelainan menetap, termasuk
tatalaksana lanjutan untuk penyebab sekunder dari hipertensi menetap atau penyakit
ginjal dengan proteinuria menetap
• Penilaian juga meliputi tanda klinis depresi, kecemasan atau gangguan stress pasca
trauma
Jangka Panjang[1]
• Semua ibu hamil dengan hipertensi kronis, hipertensi gestasional atau preeklampsia
membutuhkan follow up jangka panjang karena peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular
• Edukasi pada ibu dengan hipertensi gestasional atau preeklampsia bahwa mereka
memiliki risiko penyakit kardiovaskular, kematian, stroke, diabetes melitus, penyakit
tromboemboli vena, dan gangguan ginjal kronis dibandingkan wanita hamil dengan
tekanan darah normal
• Edukasi bahwa ibu dengan preeklampsia memiliki risiko 15% untuk mengalami
preeklampsia lagi pada kehamilan berikutnya atau hipertensi gestasional
• Edukasi bahwa ibu dengan preeklampsia memiliki risiko bayi kecil masa kehamilan (small
gestasional age) pada kehamilan berikutnya meskipun tidak terjadi preeklampsia
• Follow up berkala dan rutin dengan dokter untuk memonitor tekanan darah dan
pengukuran berkala kadar lemak dan gula darah
• Edukasi untuk merubah gaya hidup yang sehat dengan mempertahankan berat badan
ideal dan olahraga teratur

Intervensi yang direkomendasikan dalam pencegahan atau penatalaksanaan Preeklampsia dan


Eklampsia[8]

Rekomendasi Kualitas Bukti Kekuatan


Rekomendasi
Pada area dengan diet rendah kalsium, suplementasi kalsium Moderat Kuat
dalam kehamilan (1.5-2 g elemental kalsium/hari)
direkomendasikan untuk mencegah preeklampsia pada
semua wanita berisiko tinggi Preeklampsia
Aspirin dosis rendah (75 mg) direkomendasikan untuk Moderat Kuat
mencegah preeklampsia pada wanita berisiko tinggi
Ibu hamil dengan hipertensi berat harus mendapatkan terapi Rendah Kuat
anti hipertensi
Magnesium sulfate direkomendasikan untuk mencegah Tinggi Kuat
eclampsia pada ibu hamil dengan preeklampsia berat,
dibandingkan obat anti kejang lainnya
Magnesium sulfate direkomendasikan untuk tatalaksana Moderat Kuat
eklampsia dibandingkan obat anti kejang lainnya
Regimen intra muscular atau intra vena magnesium sulfate Moderat Kuat
direkomendasikan untuk pencegahan dan tatalaksana
eklampsia
Pada faskes dengan fasilitas tidak lengkap, diperbolehkan Rendah Lemah
untuk memberikan magnesium sulfate dosis awal kemudian
dilakukan rujukan kef askes yang lebih tinggi untuk ibu hamil
dengan preeklampsia berat atau eklampsia
Terminasi kehamilan disarankan pada ibu hamil dengan Rendah Kuat
preeklampsia berat dimana usia kehamilan janin belum
viable atau tidak dapat mencapai viabilitas dalam 1-2 minggu
Pada preeklampsia berat, janin viable, usia kehamilan < 34 Rendah Lemah
minggu, kebijakan perawatan konservataif diperbolehkan,
dengan syarat tidak ada hipertensi yang tidak terkontrol,
gangguan organ maternal, atau fetal distres
Pada preeklampsia berat aterm, terminasi kehamilan dini Rendah Kuat
disarankan
Pada preeklampsia tanpa gejala berat aterm, terminasi Moderat Lemah
kehamilan dini disarankan
Pada ibu hamil yang mendapat terapi anti hipertensi Rendah Kuat
antenatal, direkomendasikan menerukan terapi pasca
persalinan
Terapi antihipertensi wajib diberikan pada hipertensi berat Rendah Kuat

Daftar Pustaka
1 Brown MA, Magee LA, Kenny LC, et al. Hypertensive disorders of pregnancy: ISSHP
classification, diagnosis, and management recommendations for international practice.
Hypertension 2018;72:24–43. doi:10.1161/HYPERTENSIONAHA.117.10803
2 Espinoza J, Vidaeff A, Pettker CM, et al. ACOG: Gestational Hypertension and
Preeclampsia. Published Online First: 2018.https://www.acog.org/clinical/clinical-
guidance/practice-bulletin/articles/2020/06/gestational-hypertension-and-preeclampsia
3 Webster K, Fishburn S, Maresh M, et al. Diagnosis and management of hypertension in
pregnancy: Summary of updated NICE guidance. The BMJ 2019;366.
doi:10.1136/bmj.l5119
4 NICE. Hypertension in pregnancy : diagnosis and management. NICE Clinical Guidelines
2018.
5 Magee LA, Bc V, Helewa M, et al. SOGC CLINICAL PRACTICE GUIDELINE Diagnosis,
Evaluation, and Management of the Hypertensive Disorders of Pregnancy: Executive
Summary. J Obstet Gynaecol Can 2014;30736:416–38. doi:10.1016/j.preghy.2014.01.003
6 Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia, Himpunan Kedokteran Fetomaternal.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA PRE-
EKLAMSIA. 2016.
7 PENAKIB JATIM, Divisi Kedokteran Fetomaternal. Buku Panduan Hipertensi dalam
Kehamilan. 2018.
8 WHO. WHO recommendations for Prevention and treatment of pre-eclampsia and
eclampsia. 2011.
9 Magee LA, von Dadelszen P, Rey E, et al. Less-tight versus tight control of hypertension in
pregnancy. New England Journal of Medicine 2015;372:407–17.
doi:10.1056/NEJMoa1404595
LAMPIRAN
Presentasi Rekomendasi HKFM
Kongres Virtual HKFM, 2021

Anda mungkin juga menyukai