Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN AKTUALISASI

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL


PADA PENGADILAN AGAMAI PAINAN

“OPTIMALISASI RUANG LAKTASI PADA PENGADILAN


AGAMA PAINAN KELAS II”

Oleh :

RIFALDO RIZAL, S.H


NIP: 199511212022031006

Peserta Latihan Dasar CPNS Gol. III


Angkatan I Kelompok IV

PUSDIKLAT MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN


BADAN LITBANG DIKLAT HUKUM DAN PERADILAN
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
BEKERJA SAMA DENGAN
BADAN LITBANG DAN DIKLAT KEMENTERIAN AGAMA RI
BALAI DIKLAT KEAGAMAAN PADANG
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN AKTUALISASI

JUDUL : Optimalisasi Ruang Laktasi Pada Pengadilan


Agama Painan kelas II

DISUSUN : Rifaldo Rizal, S.H


OLEH
NIP : 199511212022031006
UNIT KERJA : Panitera Muda Gugatan Pengadilan Agama
Painan
TEMPAT : Pengadilan Agama Painan
AKTUALISASI

Painan, 11 November 2022

Disetujui sebagai bahan Ujian/Seminar Pelaksanaan Aktualisasi.

Mengetahui, Menyetujui,
COACH MENTOR

Drs. Emi Arbi Rahmel Fitri, S.E., S.H


NIP. 196505201994031004 NIP. 198307112006041001

ii
BERITA ACARA SEMINAR LAPORAN AKTUALISASI

Pada Hari : Jumat

Tanggal : 11 November 2022

Pukul : 10.35-11.20 WIB

Tempat : Pengadilan Agama Painan

Telah Diseminarkan Laporan Aktualisasi Pelatihan Dasar CPNS Angkatan


I kelompok IV Tahun 2022
JUDUL : Optimalisasi Ruang Laktasi Pada Pengadilan
Agama Painan kelas II
DISUSUN : Rifaldo Rizal, S.H.
OLEH
NO. : 10
PRESENSI
INSTANSI : MAHKAMAH AGUNG RI
JABATAN : ANALIS PERKARA PERADILAN

Dan telah mendapat pengujian/komentar/masukan/saran dari Penguji,


Mentor dan Coach/Moderator.

COACH PESERTA

Drs. Emi Arbi Rifaldo Rizal, S.H


NIP. 196505201994031004 NIP. 199511212022031006
PENGUJI MENTOR

Dr. Asro’i, M.Pd. Rahmel Fitri, S.E., S.H.


NIP. 1973120122005011001 NIP. 198307112006041001

iii
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Rancangan
Aktualisasi ini. Rancangan Aktualisasi ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas dan kewajiban sebagai peserta Pelatihan Dasar CPNS
Mahkamah Agung RI Gelombang I Tahun 2022 Angkatan I Kelompok IV
yang diselenggarakan oleh Balai Pendidikan dan Pelatihan Badan
Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan, Hukum dan
Peradilan Mahkamah Agung Republik Indonesia bekerja sama dengan Balai
Diklat Keagamaan Padang dengan objek penulisan yang menyangkut
dengan bidang tugas pokok dan fungsi masing-masing peserta dengan
mengimplementasikan nilai-nilai dasar ASN.

Selain sebagai alat pengukur keberhasilan pelatihan dasar yang


telah dilaksanakan, Rancangan Aktualisasi ini juga sebagai bentuk
pertanggungjawaban peserta kepada Pimpinan Pengadilan Agama Painan
agar dapat dijadikan solusi dari isu permasalahan yang sedang terjadi pada
Pengadilan Agama Painan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak


kekurangan serta keterbatasan di dalamnya, sehingga dalam
penyusunannya tentu tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. YM Bapak Bambang Hery Mulyono, S.H., M.H. Selaku Kepala Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Mahkamah
Agung;
2. YM Bapak Edward Tumimbul Hamonangan Simarmata, S.H., LLM.,
MTL. selaku Kepala Pusat Diklat Kumdil Menpim Mahkamah Agung
RI;

iv
3. Drs. Emi Arbi selaku pembimbing dari Balai Diklat Keagamaan
Padang yang telah membimbing dengan sabar dan teliti sehingga
rancangan aktualisasi ini dapat diselesaikan;
4. YM Ibu Sri Fortuna Dewi, S.Ag., M.H. selaku ketua Pengadilan Agama
Painan;
5. YM Ibu Martina Lofa, S.H.I., M.H.I. selaku Wakil Ketua Pengadilan
Agama Painan;
6. Bapak Rahmel Fitri, S.E., S.H. selaku Sekretaris Pengadilan Agama
Painan sekaligus mentor yang telah membimbing dengan sabar dan
teliti sehingga rancangan aktualisasi ini dapat diselesaikan;
7. Seluruh pegawai Pengadilan Agama Painan yang telah memberikan
semangat dan dukungan kepada Penulis;
8. Para Widyaiswara yang telah membagikan pengetahuan, wawasan,
dan arahan sehingga penulis memahami nilai-nilai dasar profesi PNS;
9. Para penyelenggara Diklat Latsar CPNS Golongan III yang telah
sangat membantu dan memfasilitasi selama proses pendidikan dan
pelatihan hingga penyusunan rancangan aktualisasi terselesaikan;
10. Yang sangat teristimewa Kedua Orang Tua beserta Saudara
Kandung yang telah mendoakan dan memberikan dukungan kepada
penulis;
11. Rekan-rekan seperjuangan terutama Muhammad Ilham Azizul Haq,
Yudi Ramadhani, dan Sovia Sartika;
12. Peserta Pelatihan Dasar CPNS Mahkamah Agung RI Golongan III
Tahun 2022 yang telah memberikan semangat dan motivasi
sepanjang masa pelatihan;
13. Semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan Rancangan Aktualisasi ini yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.

Semoga seluruh kebaikan bapak dan ibu serta rekan-rekan sekalian


mendapatkan balasan dan pahala yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis

v
berharap semoga Rancangan Aktualisasi ini dapat menjadi suatu solusi bagi
masalah yang ada dan membawa manfaat bagi pengembangan
pengaplikasian nilai-nilai dasar pegawai negeri sipil, khususnya bagi
penulis, umumnya bagi para calon pegawai negeri sipil.

Painan, 11 November 2022

Penulis,

Rifaldo Rizal, S.H

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN AKTUALISASI ............................... ii


BERITA ACARA SEMINAR LAPORAN AKTUALISASI ............................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
BAB I .........................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG .........................................................................1
B. TUJUAN AKTUALISASI ...................................................................4
C. RUANG LINGKUP AKTUALISASI....................................................5
PROFIL INSTANSI DAN PESERTA ........................................................12
A. PROFIL INSTANSI ........................................................................12
B. TUGAS DAN FUNGSI PESERTA ..................................................25
RANCANGAN AKTUALISASI ..................................................................26
A. DESKRIPSI ISU .............................................................................26
1. Ruang laktasi yang tidak memadai yang mengakibatkan pengguna
ruangan laktasi tidak nyaman. ...........................................................26
2. Kurangnya Kapasitas Ruang Server Yang mengakibatkan
keterbatasan Pegawai untuk Mengkases Data Pada Saat Bekerja. ..27
3. Belum adanya Sosialisasi layanan Informasi Perkara Bagi
Penyandang Disabilitas dalam bentuk informasi Video. ....................28
B. PENETAPAN CORE ISU ...............................................................30
C. ANALISIS CORE ISU.....................................................................33
D. GAGASAN KREATIF CORE ISU ...................................................34
BAB IV .....................................................................................................37
CAPAIAN PELAKSANAAN AKTUALISASI ..............................................37
A. Matrik Jadwal Kegiatan Aktualisasi .............................................37
B. MATRIK RANCANGAN AKTUALISASI ..........................................39
C. Matrik Rekapitulasi Realisasi Habituasi Nilai-Nilai Dasar ASN
(BerAkhlak)...........................................................................................56
D. Capaian Penyelesaian Core Isu ..................................................57

vii
E. Manfaat Terselesaikannya Core Isu. ..............................................59
F. Rancana Tidak Lanjut Hasil Aktualisasi .........................................59
BAB V ......................................................................................................61
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ......................................................61
A. Kesimpulan .................................................................................61
B. Rekomendasi ..............................................................................63
REFERENSI ............................................................................................64

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang


Aparatur Sipil Negara, fungsi Aparatur Sipil Negara yang pertama adalah
sebagai pelaksana kebijakan publik. Kedua, melakukan pelayanan publik
serta ketiga sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Melalui Undang-
Undang tersebut, diperlukan Aparatur Sipil Negara yang memiliki integritas,
professional, netral serta bebas dari intervensi politik dan KKN untuk
mewujudkan birokrasi yang professional dan dapat menyelenggarakan
pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat. Sebagai Aparatur Sipil
Negara juga harus mampu untuk menerapkan nilai-nilai dasar ASN di dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, sesuai keputusan Menteri Pemberdayaan
Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik, hakekat pelayanan publik yaitu
kewajiban Aparatur Sipil Negara yang harus memberikan pelayanan prima
kepada masyarakat dengan menerapkan Nilai-nilai Berakhlak.

Jika merujuk pada ketentuan Pasal 63 ayat (3) dan ayat (4) UU ASN,
Calon Pegawai Negeri Sipil wajib menjalani masa percobaan yang
dilaksanakan melalui proses pelatihan terintegrasi untuk membangun
integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan
kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab,
dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. Untuk itu,
diperlukan sebuah penyelenggaraan pelatihan yang inovatif dan
terintegrasi, yaitu penyelenggaraan pelatihan yang memadukan
pembelajaran klasikal dan nonklasikal di tempat pelatihan dan di tempat
kerja, sehingga memungkinkan Peserta mampu menginternalisasi,
menerapkan, dan mengaktualisasikan, serta membuatnya menjadi
kebiasaan (habituasi), serta merasakan manfaatnya, sehingga tertanam

1
dalam dirinya sebagai karakter Pegawai Negeri Sipil yang profesional
sesuai bidang tugas. Melalui pembaharuan pelatihan tersebut, diharapkan
dapat menghasilkan Pegawai Negeri Sipil profesional yang berkarakter
dalam melaksanakan tugas dan jabatannya sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa.1

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong Mahkamah Agung (MA)


memperkuat akses keadilan bagi kelompok rentan seperti perempuan,
anak, dan penyandang disabilitas di setiap lini pengadilan. Ia juga
mengapresiasi kinerja Mahkamah Agung yang telah mentransformasi
sistem peradilan menjadi lebih modern. Ia juga mengungkapkan
“Transformasi ini menjadi tahapan penting dalam memberikan pelayanan
peradilan yang lebih baik bagi masyarakat pencari keadilan. Pelayanan
peradilan yang lebih cepat dan lebih mudah, yang sederhana, berbiaya
ringan, dan profesional serta memastikan terciptanya penegakan hukum
yang berkeadilan”2. Pemerintah berharap agar Mahkamah Agung tetap
konsisten dalam memperkuat akses keadilan bagi kelompok rentan, yaitu
perempuan, anak dan penyandang disabilitas melalui penguatan peraturan
layanan dan akses disabilitas di setiap lini pengadilan (Kepaniteraan
Mahkamah Agung RI, 2022).

Deputi bidang Pelayanan Publik Kementerian PANRB Diah Natalisa


dalam video conference tentang Sosialiasi Sarana Prasarana Ramah Kaum
Rentan yang diikuti Oleh Mahkamah Agung menyatakan bahwa Mahkamah
Agung sebagai penegak hukum yang pelayanannya sangat diperlukan oleh
masyarakat menjadi salah satu institusi yang dapat dijadikan percontohan
pelayanan publik yang ramah terhadap kaum rentan. “Sosialisasi ini
diharapkan dapat memberikan pencerahan bagi kita untuk mengambil
peran sesuai tugas dan fungsi kita, sehingga dapat memberikan pelayanan

1
Perkalan no. 93/K.1/PDP.07/2021.
2
Andrian Pratama, Jokowi dorong Mahkamah Agung Perkuat Akses Keadilan bagi Kelompok rentan.
https://tirto.id/jokowi-dorong-ma-perkuat-akses-keadilan-bagi-kelompok-rentan-gpjG (diakses
pada tanggal 22 September 2022 pukul 11.10 WIB)

2
terbaik kepada masyarakat tanpa terkecuali, termasuk bagi pengguna
layanan berkebutuhan khusus atau kaum rentan”.3

Selanjutnya, fokus tinjauan penulis adalah optimalisasi sarana di


satuan kerja Pengadilan Agama Painan kelas II bagi kaum rentan lebih
khusus kepada ibu menyusui. Artinya semua kelengkapan akses, fasilitas
sarana yang ada di Pengadilan Agama Painan kelas II diharapkan dapat
diakses dan dimanfaatkan oleh semua orang, tidak terkecuali ibu menyusui.
Sehingga dapat diwujudkan kesamaan kesempatan, dalam segala aspek
kehidupan.

Ruang laktasi sudah menjadi instruksi Mahkamah Agung Republik


Indonesia agar jajaran Peradilan menyediakan fasilitas ruang ibu menyusui,
pada dasarnya penyediaan fasilitas ruang laktasi kini telah menjadi sebuah
kebutuhan, Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif, yang dilegitimasi dalam beberapa
ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 15 Tahun 2013 tentang
Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air
Susu Ibu. Hal ini betujuan untuk memberikan pelayanan yang maksimal
kepadang kelompok rentan terkhusus ibu nenyusui serta meningkatkan
peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam penyediaan ruang laktasi.

Namun jika dilihat secara nyata pada sarana Ruang Laktasi di


Pengadilan Agama Painan kelas II masih belum optimal, hal ini diaikbatkan
karena beberapa faktor seperti minimnya penerangan, pintu dorong
ruangan laktasi yang sulit digunakan, peralatan sanitasi yang belum ada,
serta tidak adanya sarana informasi akan keberadaan ruang laktasi pada
ruang tunggu. Hal ini penulis merasa bahwa isu ini merupakan suatu
langkah untuk berkontibusi mengoptimalisasi ruangan laktasi pada

3
Don, Deputi bidang Pelayanan Publik Kementerian PANRB Diah Natalisa dalam video conference
tentang Sosialiasi Sarana Prasarana Ramah Kaum Rentan yang diikuti Oleh Mahkamah Agung.
https://menpan.go.id/site/berita-terkini/mahkamah-agung-dan-pengadilan-didorong-untuk-
berikan-pelayanan-ramah-bagi-kaum-rentan (diakses pada tangga 22 September 2022 pukul 11.29
WIB)

3
Pengadilan Agama Painan kelas II. Maka berdasarkan hal tersebut Penulis
dalam rancangan aktualisasi Latsar CPNS Mahkamah Agung 2022 tertarik
untuk mengangkat judul “Optimalisasi ruangan laktasi pada Pengadilan
Agama Painan kelas II”

B. TUJUAN AKTUALISASI

Adapun tujuan aktualisasi yang Penulis laksanakan di Pengadilan


Agama Painan kelas II terdiri dari tujaun umum dan tujuan khusus, antara
lain:

1. Tujuan Umum
a. Untuk menanamkan nilai-nilai dasar ASN BerAKHLAK agar mampu
menjadi habit (kebiasaan) dalam setiap pelaksanaan tugas jabatan
yang diwujudkan dengan memberikan pelayanan yang prima pada
masyarkat.
b. Untuk menumbuhkan semangat spritual dalam mewujudkan Good
Governance dalam Manajemen ASN dan SMART ASN.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk meningkatkan pelayanan publik yang prima dan profesional di
Pengadilan Agama Painan kelas II dalam rangka penerapan
Manajemen ASN dan SMART ASN.
b. Untuk menyelesaikan isu pada satuan kerja yaitu optimalisasi ruang
laktasi untuk kelompok rentan terutama bagi ibu menyusui.
c. Untuk mengoptimalkan perwujudan percepatan pelayanan prima
kepada Kelompok rentan terutama bagi ibu menyusui.
d. Untuk berkontribusi dalam mewujudkan Visi dan Misi Pengadilan
Agama Painan kelas II

4
C. RUANG LINGKUP AKTUALISASI

Adapun Ruang lingkup dari penyusunan Rancangan Aktualisasi


adalah sebagai berikut:

1. Fokus
Penulis menetapkan fokus rancangan aktualisasi berdasarkan
ketentuan tema yang telah ditetapkan oleh Pusdilklat Menpin
Mahkamah Agung yaitu memperkuat akses keadilan bagi
kelompok rentan.
2. Lokus
Lokus Rancangan Aktualisasi Penulis berada di Pengadilan Agama
Painan kelas II, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat.
3. Waktu
Waktu pelaksanaan Aktualisasi yaitu dimulai tanggal 30 September
2022 – 04 November 2022.
4. Pelaksaanaan Aktualisasi mencakup mata pelatihan Sikap Perilaku
Bela Negara, Nilai-Nilai Dasar PNS, Kedudukan dan Peran PNS
dalam NKRI, serta agenda Habituasi yang telah dipelajari selama
distance learning selama kegiatan pelatihan dasar CPNS Mahkamah
Agung Republik Indonesia.
5. Isu yang diidentifikasi harus dikaitkan dengan materi smart ASN dan
Manajemen ASN.
6. Kegiatan Kreatif harus mengandung beberapa nilai aktualisasi dan
nilai-nilai dasar Berorientasi Pelayan, Akuntabel, Kompeten,
Harmonis, loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Masing-masing nilai
memiliki kode etik atau panduan perilaku yang membantu dalam
mewujudkan nilai-nilai dasar tersebut antara lain:
a. Berorientasi Pelayanan
Berorientasi Pelayanan merupakan suatu kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi

5
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
“Kami berkomitmen memberikan pelayanan prima demi
kepuasan masyarakat”
Pedoman Perilaku (kode etik) berorientasi pelayanan dalam
Core Values ASN yaitu:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat,
b. Ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan
Melakukan perbaikan tiada henti
Kata kunci dalam perilaku berorientasi pelayanan adalah
responsivitas, kualitas, kepuasaan.
b. Akuntabel
Akuntabel adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai
pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya
kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017). Akuntabilitas merujuk
pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan
kepadanya. Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai
dengan Core Values ASN BerAKHLAK.
“Kami bertanggungjawab atas kepercayaan yang
diberikan”
Pedoman Perilaku (kode etik) Akuntabel dalam Core Values
ASN yaitu:
a. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,
cermat, disiplin dan berintegritas tinggi
b. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara
secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien

6
c. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan
berintegritas tinggi.

Kata kunci dalam perilaku Akuntabel adalah Integritas,


konsisten, dapat dipercaya, dan konsisten.

c. Kompeten

Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan


(knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) yang
terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai
tuntutan pekerjaan. Kompetensi menjadi faktor penting untuk
mewujudkan pegawai profesional dan kompetitif. Kompetensi ASN
meliputi kompetensi teknis, kompetensi manajerial, dan kompetensi
sosial kultural. Kompetensi teknis adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan
dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis
jabatan.

Kompetensi manajerial adalah pengetahuan, keterampilan,


dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk
memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan kompetensi
sosial kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan
pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal
agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika,
nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi setiap
pemegang Jabatan, untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan
peran, fungsi dan Jabatan.

“Kami terus belajar dan mengembangkan kapibilitas”

Panduan perilaku (kode etik) kompeten dalam Core Values


ASN:

7
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang
selalu berubah

b. Membantu orang lain belajar.

c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.

Kata kunci dalam perilaku Kompeten adalah kinerja


terbaik, sukses, keberhasilan, learning agility dan ahli
dibidangnya.

d. Harmonis

Harmonis merupakan kerjasama antara berbagai faktor


dengan sedemikian rupa sehingga faktor tersebut menghasilkan
suatu kesatuan yang luhur. Budaya harmonis dalam lingkup ASN
bisa dilaksanakan dengan mengenal seluruh personil ASN dari
jenjang bawah hingga jenjang tinggi, memelihara suasana harmonis
dan menjaga suasana diantara personil dan stakeholder.

Suasana tempat kerja yg positif dan kondusif juga


berdampak bagi berbagai bentuk organisasi. Salah satu kunci
sukses kinerja suatu organisasi berawal dari suasana tempat kerja.
Membuat tempat kerja yang berenergi. Memberikan keleluasaan
untuk belajar dan memberikan kontribusi, berbagi kebahagiaan
bersama seluruh anggota organisasi. Budaya tempat kerja nyaman
dan harmonis akan membuat tempat kerja yang berenergi,
memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikan kontribusi,
berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi.

“Kami saling peduli dan menghargai perbedaan”

Panduan perilaku (kode etik) harmonis dalam Core Values


ASN :

a. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya

8
b. Suka menolong orang lain
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif

Kata Kunci dalam perilaku harmonis adalah peduli (caring),


perbedaan (diversity), selaras.

e. Loyal

Loyal merupakan tindakan memberi/menunjukkan dukungan &


kepatuhan yang teguh konstan kepada seseorang / institusi. Bagi
PNS kata loyal berarti kesetiaan, paling tidak terhadap cita- cita
organisasi dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Komitmen pada sumpah / janji sebagai wujud loyalitas
ASN terdapat dalam sumpah / janji pada saat pengangkatan menjadi
PNS, semestinya dipahami dan diimplementasikan oleh setiap PNS
yang merupakan bagian atau komponen sebuah organisasi
pemerintah. ASN sebagai pelayan publik, dituntut untuk profesional,
kompeten, berorientasi pada kepentingan publik, memiliki kapasitas
memberikan pelayanan kepada publik, dan berintegritas sebagai
perwujudan loyalitas kepada bangsa dan negara.

“Kami berdedikasi dan mengutamakan kepentingan


bangsa dan negara”

Panduan perilaku (kode etik) loyal dalam Core Values ASN :

a. Memegang teguh ideologi Pancasila, UUD 1945, setia kepada


NKRI & pemerintahan yang sah
b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara.
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara
Kata Kunci dalam perilaku loyal adalah komitmen, dedikasi,
kontribusi, nasionalisme, pengabdian.
f. Adaptif

9
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup
untuk bertahan hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan
atau ancaman yang timbul. Organisasi dan individu di dalamnya
memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Perilaku adaptif
merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan.
Baik individu maupun organisasi dalam situasi apapun.

Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan individu


dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility,
Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan
Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi complexity
dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility. ASN sebagai
pelayan publik diharapkan mampu memiliki soft skill dan kualifikasi
yang mumpuni, mampu mentransformasi teknologi menjadi produk
nyata, tidak hanya menjadikan ASN sebagai pelayan masyarakat
melalui penerapan e-Government saja, tetapi sekaligus
menggerakkan ruhnya sebagai penyelenggara Pemerintah.

“Kami terus berinovasi dan antusias dalam


menggerekkan ataupun menghadapi perubahan”

Panduan perilaku (kode etik) adaptif dalam Core Values ASN :

a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan


b. Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas
c. Bertindak proaktif
Kata Kunci dalam perilaku adaptif adalah inovasi, antusias
terhadap perubahan, proaktif.
g. Kolaboratif

Dalam rangka membangun kolaborasi dalam pemerintahan,


terdapat 6 kriteria penting untuk kolaborasi yaitu forum yang
diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga, peserta dalam forum

10
termasuk aktor nonstate, peserta terlibat langsung dalam
pengambilan keputusan dan bukan hanya ‘dikonsultasikan’ oleh
atensi publik, forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif,
forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus
(bahkan jika konsensus tidak tercapai dalam praktik) dan fokus
kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.

Pada collaborative governance pemilihan kepemimpinan


harus tepat yang mampu membantu mengarahkan kolaboratif
dengan cara yang akan mempertahankan tata kelola stuktur
horizontal sambil mendorong pembangunan hubungan dan
pembentukan ide. Selain itu, kolaboratif harus memberikan
kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka
dalam bekerja sama dalam menghasilkan nilai tambah, serta
menggerakan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan
bersama. Whole of Government (WoG) merupakan pendekatan
yang menekankan aspek kebersamaan dan menghilangkan sekat-
sekat sektoral yang selama ini terbangun dalam model New Public
Management. Bentuk pendekatannya bisa dilakukan dalam
pelembagaan formal atau pendekatan informal.

“Kami terus berinovasi dan antusias dalam menggerakan


ataupun menghadapi perubahan”

Panduan perilaku (kode etik) kolaboratif dalam Core Values ASN:

a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk


berkontribusi
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah
c. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan
bersama
Kata Kunci dalam perilaku kolaboratif adalah kesediaan
bekerjasama, sinergi untuk hasil yang lebih baik.

11
BAB II

PROFIL INSTANSI DAN PESERTA


A. PROFIL INSTANSI

Mahkamah Agung adalah lembaga tinggi negara dalam sistem


ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan
kehakiman beserta dengan Mahkamah Konstitusi sesuai dengan pasal 24
UUD 1945. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan negara yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan
keadilan yang berdasarkan pada Pancasila.

Mahkamah Agung merupakan pengadilan negara tertinggi dari


badan peradilan yang berada di bawahnya, meliputi peradilan umum,
peradilan agama, peradilan militer dan peradilan tata usaha negara.
Selanjutnya Mahkamah Agung memiliki tugas dan fungsi dalam
menjalankan kewenangannya, diantaranya sebagai berikut:

1. Tugas dan Fungsi Mahkamah Agung Republik Indonesia

Adapaun fugsi dan tugas Mahkamah Agung Republik


Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Peradilan

Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung


merupakan pengadilan kasasi yang bertugas membina
keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan
peninjauan kembali menjaga agar semua hukum dan undang-
undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat
dan benar. Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi,
Mahkamah Agung berwenang memeriksa dan memutuskan pada
tingkat pertama dan terakhir, antara lain:
1) Semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
2) Permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang

12
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.4
3) Semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing
dan muatannya oleh kapal perang Republik Indonesia
berdasarkan peraturan yang berlaku.5
4) Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil,
yaitu wewenang menguji/menilai secara materil peraturan
perundangan dibawah undang-undang tentang hal apakah
suatu peraturan ditinjau dari materinya bertentangan dengan
peraturan dari tingkat yang lebih tinggi.6
b. Fungsi Pengawasan
Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi
terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan
dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-
pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar
dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana,
cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim
dalam memeriksa dan memutuskan perkara.7 Mahkamah
Agung juga melakukan pengawasan:

1) Terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para


Hakim dan perbuatan Pejabat Pengadilan dalam
menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan
tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal
menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan
setiap perkara yang diajukan kepadanya, dan meminta
keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan
teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran dan

4
Pasal 28, 29, 30, 33, dan 34 Undang-Undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985
5
Lihat Pasal 33 dan Pasal 78 Undang-Undang Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985
6
Lihat Pasal 31 Undang-Undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985
7
Lihat Pasal 4 dan Pasal 10 Undang- undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970

13
petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan
Hakim.8
2) Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang
menyangkut peradilan. 9
c. Fungsi Mengatur

Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal


yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan
apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam
Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap
untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang
diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan10. Di sisi
lain, Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri
bilamana dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara yang
sudah diatur Undang-undang.

d. Fungsi Nasehat

Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau


pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada
Lembaga Tinggi Negara lain.11 Mahkamah Agung memberikan
nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka
pemberian atau penolakan grasi. 12

Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar


Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung
diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan
kepada Presiden selaku Kepala Negara selain grasi juga
rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan pertimbangan

8
Lihat Pasal 32 Undang-Undang Mahkamah Agung Nomor14 Tahun 1985
9
Lihat Pasal 36 Undang- Undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985
10
Lihat Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang 25 No.14 Tahun 1985
11
Lihat Pasal 37 Undang- undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985
12
Lihat Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985

14
hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada
peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelaksanaannya.

Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari


dan memberi petunjuk kepada pengadilan disemua lingkungan
peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25
Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang
Ketentuanketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. 13

e. Fungsi Administratif

Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan


Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara)
sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.
14 Tahun 1970 secara organisatoris, administratif dan finansial
sampai saat ini masih berada dibawah Departemen yang
bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undang
Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah kekuasaan
Mahkamah Agung. Mahkamah Agung berwenang mengatur
tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja
Kepaniteraan Pengadilan. 14

f. Fungsi lain-lain

Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan


mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan
kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor
14 Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14
Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan
kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.

13
Lihat Pasal 38 Undangundang No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
14
Lihat Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun
1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman

15
2. Visi dan Misi Mahkamah Agung Republik Indonesia
a. Visi Mahkamah Agung.
”MEWUJUDKAN BADAN PERADILAN YANG AGUNG”
b. Misi Mahkamah Agung
1) Menjaga kemandirian badan peradilan
2) Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada
pencari keadilan
3) Meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan
4) Meningkatkan kredibilitas dan transparasi badan peradilan

Berdasarkan visi dan misi di atas, maka dirumuskanlah nilai-nilai


utama Mahkamah Agung. Nilai-nilai tersebut akan menjadi dasar perilaku
semua anggota badan peradilan dalam mewujudkan visi mereka.
Penerapan nilai-nilai tersebut pada akhirnya akan membentuk budaya
peradilan. Nilai yang dimaksud adalah:

a. Kemandirian
Setiap badan peradilan harus memiliki kemandirian,
bebas dari intervensi pihak manapun dalam menjalankan
kekuasaan kehakiman, hal tersebut biasa dikenal dengan
kemandirian institusional. Adapun kemandirian fungsional
bahwa setiap hakim wajib menjalankan kemandirian dalam
menjalankan tugas serta fungsinya, tidak boleh terpengaruh
oleh pihak manapun khususnya pihak yang berperkara. Artinya
dalam memutus suatu perkara, hakim harus berdasarkan pada
fakta-fakta persidangan dan dasar hukum yang diketahuinya,
dan tidak terpengaruh oleh tekanan atau terancam, secara
langsung maupun tidak langsung. Namun tentunya
kemandirian itu juga tidak hanya dimiliki oleh hakim saja, setiap
pegawai harus memiliki kemadiriaan dalam bekerja.

16
b. Integritas
Integritas merupakan suatu konsep berkaitan dengan
konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-
metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi
dan berbagai hal yang dihasilkan. Orang yang berintegritas
berarti ia memiliki pribadi yang jujur serta karakter kuat. Nilai ini
sangat penting bagi setiap ASN dalam menjalankan setiap
tugas- tugasnya sehinga ia dapat mencapai pekerjaan sesuai
dengan apa yang sudah ditargetkan.

c. Kejujuran
Kejujuran sangat dibutuhkan untuk mencapai
keberhasilan dalam segala hal oleh karenanya kita harus
meyakini bahwa kejujuran sangatlah penting dalam kehidupan
kita. Kejujuran harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari semua aktifitas yang kita jalani dan tugas yang kita lakukan,
karena pada dasarnya ia merupakan sumber segala kebaikan
yang akan datang. Jujur merupakan suatu sikap yang lurus hati,
menyatakan yang sebenar-benarnya tidak berbohong atau
berkata hal-hal yang menyalahi apa yang terjadi (fakta).
Perilaku aparatur peradilan harus dapat menjadi teladan bagi
masyarakat. Perilaku yang jujur dan adil dalam menjalankan
tugasnya, akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat akan
kredibilitas putusan dari badan peradilan itu sendiri. Kejujuran
harus menjiwai pelaksanaan tugas aparatur peradilan.

d. Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki peranan penting dalam setiap
tugas yang diemban oleh Aparatur Sipil Negara ataupun
pejabat publik. Hakim harus mampu melaksanakan tugasnya
menjalankan kekuasaan kehakiman dengan profesional dan

17
penuh tanggung jawab. Begitu pula halnya dengan aparatur
peradilan, tugas-tugas yang diembannya juga harus
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan profesional.

e. Responsibilitas
Badan Peradilan harus tanggap atas kebutuhan pencari
keadilan, serta berusaha mengatasi segala hambatan dan
rintangan untuk dapat mencapai peradilan yang sederhana,
cepat, dan biaya ringan. Selain itu, hakim juga harus menggali,
mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Selanjutnya
aparatur peradilan juga harus dapat melakukan tugas dan
fungsinya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
dengan penuh tanggung jawab.

f. Keterbukaan
Salah satu upaya Mahkamah Agung dan badan
peradilan di bawahnya untuk menjamin adanya perlakuan
sama di hadapan hukum, perlindungan hukum, serta kepastian
hukum yang adil, adalah dengan memberikan akses kepada
masyarakat untuk memperoleh informasi yang berkaitan
dengan penanganan suatu perkara dan kejelasan mengenai
hukum yang berlaku dan penerapannya di Indonesia.
Keterbukaan informasi ini semakin dipermudah dengan
adanya sistem yang berbasis teknologi, sehingga masyarakat
dapat mendapatkan informasi yang mereka inginkan hanya
dengan menggunakan smartphone yang mereka miliki. Hal
tersebut tentu sangat memudahkan masyarakat yang berada
jauh dari badan peradilan, tanpa perlu hadir langsung.

18
g. Ketidakberpihakan
Ketidakberpihakan merupakan syarat utama
terselenggaranya proses peradilan yang jujur dan adil, serta
dihasilkannya suatu putusan yang mempertimbangkan
pendapat/kepentingan para pihak terkait. Untuk itu, aparatur
peradilan harus tidak boleh terpengaruh ataupun berpihak
kepada salah satu pihak yang berperkara.

h. Perlakuan yang sama di hadapan hukum


Setiap pencari keadilan berhak untuk mendapatkan
perlakuan yang sama dari Badan Peradilan. Latar belakang,
ras/suku, agama, atau bahasa tidak boleh dijadikan alasan
oleh aparatur Peradilan dalam memberikan pelayanan. Semua
harus mendapatkan pelayanan yang sama dan adil. Hal
tersebut akan meningkatkan citra Badan Peradilan di tengah
masyarakat. Namun apabila dalam memberikan pelayanan
masih membeda- bedakan antara satu orang dengan yang
lainnya, maka justru akan menurunkan marwah Badan
Peradilan itu sendiri.

3. Profil Satuan Kerja Pengadilan Agama Painan

Pengadilan Agama Painan berdiri sejalan dengan


dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1957 tentang
Pembentukan Peradilan Agama di Luar Jawa dan Madura yang
sebelumnya dikenal dengan nama Mahkamah Syar’iyah. Mahkamah
Syar’iyah telah ada berdasarkan Staatblad No. 1882 No.152 jo.
Staatblad.1937 No.116 dan 610 yang mengatur tentang Peradilan
Agama di Jawa dan Madura. Sementara untuk daerah Kalimantan
diatur dengan S.1937 No.638 dan 639. Untuk daerah luar Jawa dan
Madura berdasarkan beberapa peraturan yang berbeda-beda dan
tersendiri, baik berdasarkan pada peraturan kekuasaan militer belanda

19
dahulu, peraturan-peraturan presiden, Undang-undang biaya,
Keputusan Wali Negara Sumatera Timur serta Peraturan Swapraja dan
Adat.

Ketika pengadilan-pengadilan Swapraja dan adat dihapuskan,


kedudukan dan kelangsungan Peradilan Agama diragukan secara
hukum. Oleh karena tidak adanya kepastian hukum tersebut,
pemerintah merasa perlu untuk mengadakan Peraturan Pemerintah
yang mengatur Pembentukan Pengadilan Agama untuk luar Jawa dan
Madura (termasuk Painan). Hal ini kemudian direalisasikan dengan
keluarnya PP No.45 tahun 1957 tentang pembentukan Pengadilan
Agama /Mahkamah Syar’iyah di Luar Jawa dan Madura, Kemudian
diatur lebih lanjut dalam Penetapan Menteri Agama No. 58 tahun 1957
tentang pembentukan Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah di
Sumatera.

Penetapan Menteri Agama No.58 tahun 1957 memerintahkan


pembentukan Pengadilan Agama untuk Wilayah Sumatera Barat,
termasuk didalamnya Pengadilan Agama Painan, Disamping itu dalam
penetapan Menteri Agama tersebut dinyatakan secara tegas bahwa
wilayah hukum dari Pengadilan Agama adalah sama dengan wilayah
hukum Pengadilan Negeri. Sampai saat ini tidak ditemukan data-data
yang akurat mengenai sejarah awal pembentukan dan berdirinya
Pengadilan Agama Painan, akan tetapi menurut beberapa karyawan
senior, dari awalnya Pengadilan Agama Painan terletak di Jl. Dr. Moh.
Hatta Painan – Kabupaten Pesisir Selatan (sampai sekarang belum
ada perubahan lokasi kantor).

20
Gambar 2.1. Gedung Pengadilan Agama Painan

Status awal Pengadilan Agama Painan termasuk ke dalam


wilayah yuridiksi Padang dengan nama Mahkamah Syari’ah Padang di
Painan (sebagai perwakilan). Kemudian dalam rangka pemenuhan
kebutuhan kepada masyrakat maka Pengadilan Agama Painan mulai
berdiri sendiri (tidak ditemukan data akurat kapan mulai berdiri sendiri).

Setelah keluarnya Undang-undang Nomor 4 tahun 2004 tentang


Kekuasaan Kehakiman dimana secara organisasi, administrasi dan
finansial Peradilan Agama berada di bawah Mahkamah Agung dan
semua 18esam yang dimiliki oleh Pengadilan Agama diserah terimakan
sepenuhnya dari Departemen Agama ke Mahkamah Agung, maka
organisasi, administrasi dan finansial Pengadilan Agama Painan pun
secara otomatis berada di bawah Mahkamah agung. Pada tahun 2006
gedung baru Pengadilan Agama Painan mulai dibangun dengan DIPA
tahun anggaran 2006 dan 2007 yang selesai pada tahun dan ditempati
pada 2007 sampai sekarang.

4. Visi, Misi, Nilai, Dan Struktrur Organisasi Pengadilan Agama


Painan
Pengadilan Agama Painan dalam mewujudkan tugas pokok dan
fungsinya sebagai peradilan tingkat pertama, menetapkan visi dan misi
yang mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya tersebut. Visi

21
merupakan suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa
depan yang diinginkan untuk mewujudkan tugas pokok dan fungsinya.

Visi Pengadilan Agama Painan mengacu pada Visi Mahkamah


Agung RI adalah sebagai berikut;

“Terwujudnya Pengadilan Agama Painan Yang Agung”

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan


sesuai visi yang diterapkan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan
terwujud dengan baik. Adapun Misi Pengadilan Agama Painan adalah
sebagai berikut:

a. Menjaga kemandirian Pengadilan Agama Painan


b. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada
pencari keadilan
c. Meningkatkan kualitas kepemimpinan Pengadilan Agama
Painan
d. Meningkatkan kredibilitas dan transparansi Pengadilan Agama
Painan

Nilai organisasi Pengadilan Agama Painan sesuai dengan nilai


organisasi Mahkamah Agung RI. Nilai yang dimaksud adalah:

a. Kemandirian
b. Integritas
c. Kejujuran
d. Akuntabilitas
e. Responsibilitas
f. Keterbukaan
g. Ketidakberpihakan
h. Perlakuan yang sama di hadapan hukum

Struktur organisasi merupakan susunan dan hubungan antara


tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau

22
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai
tujuan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahaan
kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lainnya dan
bagaimana hubungan aktifitas dan fungsi dibatasi.

Adapun Struktur organisasi Pengadilan Agama Painan mengacu


pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 jo. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009
Tentang Peradilan Agama, Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung
Nomor KMA/004/II/92 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan
Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama dan Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kepaniteraan dan Kesekretariatan Peradilan. Adapun susunan
organisasi Pengadilan Agama Painan sebagai berikut:

a. Ketua
b. Wakil Ketua
c. Fungsional Hakim
d. Panitera
e. Sekretaris
f. Panitera Muda Hukum
g. Panitera Muda Permohonan
h. Panitera Muda Gugatan
i. Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Organisasi Tata Laksana
j. Kepala Sub Bagian Umum dan Keuangan
k. Kepala Sub Bagian Perencanaan, Teknologi Informasi dan
Pelaporan
l. Fungsional Panitera Pengganti
m. Pelaksana

23
Adapun bagan struktur organisasi Pengadilan Agama Painan adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Painan kelas II

24
B. TUGAS DAN FUNGSI PESERTA

Saat ini penulis bertugas di Pengadilan Agama Painan Kelas II di


bagian Kepaniteraan –Panitera Muda Gugatan–, Adapun tugas dari bagian
petugas pada Staff Panmud Gugatan antara lain:

1. Membantu Panitera Muda Gugatan menyiapkan perkara yang


dimohonkan banding, kasasi atau peninjauan kembali.
2. Membantu Panitera Muda Gugatan menyerahkan arsip berkas
perkara kepada Panitera Muda Hukum.
3. Membantu Panitera Muda Gugatan menerima berkas perkara dari
majelis hakim yang telah diputus dan telah Diminutasi
4. Membantu Panitera Muda Gugatan menyusun dan menjahit berkas-
berkas perkara sebagai Bundel A,
5. Membantu Panitera Muda Gugatan membuat catatan pada surat
putusan/penetapan dan salinannya sesuai dengan perkembangan
yang berkenaan dengan putusan/ penetapan tersebut.
6. Membantu Panitera Muda Gugatan menghitung dan menetapkan
tanggal kekuatan hukum tetap setiap putusan/penetapan
pengadilan, serta tanggal terjadinya perceraian
7. Membantu Panitera Muda Gugatan menyerahkan kembali berkas
Bundel A yang dimintakan perlawanan (verzet) kepada Majelis
Hakim yang mengadilinya
8. Membantu Panitera Muda Gugatan menyusun dan menjahit berkas
Bundel B untuk keperluan banding, kasasi dan peninjauan kembali
9. Membantu Panitera Muda Gugatan mempersiapkan pengiriman
berkas banding, kasasi dan peninjauan kembali
10. Membantu Panitera Muda Gugatan memberitahukan kepada meja
kedua segala hal yang perlu dicatat dalam register
11. Membantu Panitera Muda Gugatan memberitahukan kepada kasir
yang bertalian dengan biaya perkara
12. Membantu Panitera Muda Gugatan menyerahkan berkas perkara
yang telah dijahit dan telah selesai, kepada Panitera Muda Hukum
untuk diarsipkan, dibuat data dan dilaporkan.

25
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

A. DESKRIPSI ISU

1. Ruang laktasi yang tidak memadai yang mengakibatkan


pengguna ruangan laktasi tidak nyaman.
Kurangnya kenyamanan pada ruang laktasi menyebabkan
ruang laktasi pada Pengadilan Agama Painan sangat jarang
digunakan oleh para pihak maupun orang yang berkepentingan di
Pengadilan Agama Painan. Hal ini disebabkan kurangnya fasilitas
yang terdapat pada ruang laktasi.
Padahal dengan adanya ruang laktasi kelompok rentan
terutama ibu meyusui akan merasa terbantu dan nyaman dalam
memberikan ASI disaat menunggu antrian sidang mapun antrian
pelayanan. Namun karna kurangnya kenyamanan seperti ruangan
yang tidak wangi, kursi yang kurang nyaman, kipas angin yang tidak
memadai, karpet yang sudah tidak layak dan kurangnya fasilitas
lainnya yang mengakibatkan para pihak sangat jarang
menggunakan sarana ini.
Adapun hubungan masalah ini dengan Manajemen ASN dan
Smart ASN yaitu “kurangnya pemberian pelayanan public yang
profesional dan berkualitas”. Hal ini akan berdampak kepada
instansi sendiri dan pegawai, para pihak akan merasa kurangnya
pelayanan yang didapatkan. padahal seharusnya ruangan yang
sudah ada dapat di manfaatkan sebaik mungkin demi memberikan
pelayanan yang optimal terhadap kelompok rentan terutama untuk
ibu menyusui.

26
Gambar 3.1 Ruang Laktasi
2. Kurangnya Kapasitas Ruang Server Yang mengakibatkan
keterbatasan Pegawai untuk Mengkases Data Pada Saat
Bekerja.
kurangnya kapasitas user dalam mengakses server sistem
penyimpanan pada data penyimpanan, yang mana kapasitas hanya
menampung 20 user untuk dapat mengakses, sedangkan pegawai
yang menggunakan server berjumlah 30 user. Akibatnya ada
pegawai yang tidak bisa masuk, padahal pegawai tersebut juga
memiliki kepentingan. Dikarenakan data-data penting seperti Berita
Acara Sidang yang dibuat oleh Panitera Pengganti dan Putusan
yang harus diselesaikan oleh Hakim setiap harinya yang disimpan
secara satu pada ruang penyimpanan satu server.
Padahal untuk terciptanya Smart Geovernence kendala ini
harus dituntaskan. Hal ini akan berdampak kepada pegawai, karena
disaat akan mengerjakan tugas namun terhalang akibat data server

27
yang tidak bisa di akses. Serta pekerjaan menajadi tertunda. Adapun
bukti pendukungnya sebagai berikut:

Gambar 3.2. Ruang Server

Gambar 3.3. Screenshoot chat pegawai

Gambar 3.4 Screenshoot chat pegawai

3. Belum adanya Sosialisasi layanan Informasi Perkara Bagi


Penyandang Disabilitas dalam bentuk informasi Video.
Belum adanya sosialisasi bagi penyandang disabilitas terkait
dengan pemberian informasi secara virtual maupun audio.
Mengingat penyediaan sarana dan prasarana dalam menunjang
layanan bagi disabilitas masih dalam tahap awal, maka penting untuk

28
adanya sebuah sosialisasi. Karena sosialisasi adalah salah satu
modal paling penting bagi sebuah organisasi untuk meninformasikan
layanan dan kegiatan yang dilakukannya oleh suatu satuan kerja.
Semakin besar organisasi, semakin besar pula tuntutan untuk
mensosialsisasikan. Oleh sebab itu penting untuk adanya sosialisasi
Pelayanan bagi penyandang disabilitas melalui media informasi.
Tidak adanya sosialisasi sebagai petunjuk dalam memberikan
pelayanan kepada penyandang disabilitas akan berdampak kepada
kualitas pelayanan yang seharusnya mampu memberikan
kemudahan bagi penyandang disabilitas. Oleh karena itu hal ini juga
akan berdampak kepada pelayanan satuan kerja. Tidak adanya
sosialisasi tersebut tentu juga akan berdampak kepada tata kelola
kepemerintahan yang baik (Good Governance).

29
Gambar 3.5. Daftar Video YouTube Pengadilan Agama Painan

B. PENETAPAN CORE ISU

Dalam menentukan isu mana yang paling aktual, maka Penulis


menggunakan teknik analisis USG (Urgency, Seriousness, dan Growth)
untuk mendapatkan isu paling utama, lebih jelasnya kriteria USG akan
dijelaskan sebagai beikut:

1. Urgency (U)
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan
dihubungkan dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras
tekanan waktu untuk memecahkan masalah yang menyebabkan
isu tadi.
2. Seriousness (S)
Seberapa serius isu perlu dibahas dan dihubungkan dengan
akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang
menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan
masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan.

30
Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu
masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih
serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri
sendiri.
3. Growth (G)
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan
makin memburuk kalau dibiarkan.
Berikut merupakan penampisan isu menggunakan Tabel Analisis isu USG
No ISU U S G Jumlah Peringkat
Nilai Kualitas
1 Ruang Laktasi yang tidak 5 4 4 13 I
memadai yang
mengakibatkan pengguna
ruangan laktasi tidak
nyaman

2 Kurangnya kapasitas ruang 4 3 3 10 III


server yang mengakibatkan
keterbatasan pegawai untuk
mengakses data pada saat
bekerja.

3 Belum adanya sosialisasi 4 4 3 11 II


layanan Informasi Perkara
Bagi Penyandang Disabilitas
dalam bentuk informasi
video

31
Kriteria Nilai Urgency
Nilai Indikator

5 Sangat Mendesak
4 Mendesak
3 Cukup Mendesak
2 Kurang Mendesak
1 Tidak Mendesak

Kriteria Nilai Seriousness


Nilai Indikator

5 Sangat Serius
4 Serius
3 Cukup Serius
2 Kurang Serius
1 Tidak Serius

Kriteria Nilai Growth

Nilai Indikator

5 Sangat Cepat Memburuk


4 Cepat Memburuk
3 Cukup Cepat Memburuk
2 Kurang Cepat Memburuk
1 Tidak Cepat Memburuk

Berdasarkan Analis USG di atas, maka isu paling aktual dan relevan
untuk diangkat menjadi prioritas adalah isu terkait ruang Laktasi yang
tidak memadai yang mengakibatkan pengguna ruangan laktasi tidak
nyaman.

32
C. ANALISIS CORE ISU

Maka setelah itu akan di analisis penyebab timbulnya isu yang terkait
dengan ruang laktasi yang tidak memadai yang mengakibatkan pihak tidak
nyaman menggunakan Teknik analisis sebab dan akibat fishbone diagram.

Berdasarkan Analisis Fishbone Diagram di atas, diketahui bahwa


akar penyebab isu dari ruang laktasi yang belum memadai yang
mengakibatkan pengguna ruangan menjadi tidak nyaman tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Tidak adanya Standar Pelayanan Tuang Laktasi di Pengadilan


Agama painan.
2. Kurangnya Sarana pada Ruang Laktasi Pengadilan Agama
Painan.
3. Kurangnya kepedulian akan kelompok rentan terutama pada
fasilitas Ruang laktasi.

33
D. GAGASAN KREATIF CORE ISU

Dengan merujuk pada akar penyebabnya maka gagasan kreatif


yang akan Penulis lakukan untuk menyelesaikan Core Isu tersebut diatas
adalah “Optimalisasi Ruangan Laktasi pada Pengadilan Agama Painan
kelas II”. Gagasan tersebut terkait dengan Materi Pembelajaran
Manajemen ASN dengan penejelasan sebagi berikut:
1. Pelayanan sektor publik belum sepenuhnya berkualitas dan
memuaskan publik
2. Memberikan Pelayanan Publik harus profesional dan berkualitas.
3. Melayanai dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
Adapun hubungan gagasan kreatif tersebut jika dikaitkan
dengan Mata Pelajaran Smart ASN adalah sebagai berikut:
1. Menerapkan tata kelola pemerintahan yang cerdas.
2. Berhubungan dengan Jiwa Entrepreunership, salah satu karakter
Smart ASN yang belum dimiliki oleh Aparatur Pengadilan Agama
Painan Kelas II dalam melihat peluang untuk melakukan
perbaikan pengelolaan pada ruangan laktasi pada Pengadilan
Agama Painan Kelas II.
Maka untuk meweujudkan gagasan kreatif tersebut, kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan selama masa habituasi adalah sebagai
berikut:
1. Membuat Standar pelayanan ruang laktasi pada Pengadilan
Agama Painan kelas II
a) Konsultasi dengan atasan terkait tentang pembuatan
standar ruang laktasi.
b) Berkoordinasi dengan Kasubag Kepegawaian dan Ortala
terkait teknis pembuatan Standar Layanan Ruang laktasi.
c) Membuat dan menyusun draft standar pelayanan ruang
laktasi.

34
d) Melakukan sosialisasi Rancangan aktualisasi kepada
pimpinan dan petugas PTSP Pengadilan Agama Painan
Kelas II
e) Menerapkan Standar pelayanan ruang laktasi Pengadilan
Agama Painan kelas II

2. Menyadiakan sarana untuk ruang laktasi


a) Melakukan konsultasi dengan mentor dan Ketua
Pengadilan Agama Painan Kelas II terkait sarana agar
ruangan laktasi menjadi nyaman digunakan
b) Berkoordinasi dengan bagian umum dan keuangan
terkait penyedian sarana dan prasarana pada ruang
laktasi.
c) merancang dekorasi ruang pada ruangan laktasi.
d) Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap
pengelolaan ruang laktasi.
3. Merenovasi ruang laktasi agar nyaman digunakan
a) Melakukan konsultasi dengan mentor dan Ketua
Pengadilan Agama Painan kelas II terkait rancangan dan
renovasi ruang laktasi
b) Melaksanakan renovasi serta penataan pada ruang
laktasi.
c) Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap ruang
laktasi yang sudah di renovasi.

4. Menyediakan informasi mengenai ketersediaan ruang laktasi


pada pengadilan Agama Painan Kelas II
a) Melakukan konsultasi kepada mentor dan pimpinan
Pengadilan Agama Painan kelas II terkait informasi
tersedianya Ruang laktasi.

35
b) Berkoordinasi dengan bagian umum dan keuangan
untuk menyediakan fasilitas informasi ruang laktasi.
c) Melakukan Monitoring dan evaluasi terhadap
penyediaan sarana informasi ruang laktasi.

36
BAB IV
CAPAIAN PELAKSANAAN AKTUALISASI
A. Matrik Jadwal Kegiatan Aktualisasi

37
38
B. MATRIK RANCANGAN AKTUALISASI

Matriks Pelaksanaan Aktualisasi

Unit Kerja : Analis Perkara Peradilan - Panitera Muda Gugatan Pengadilan Agama Kelas II Painan
Identifikasi Isu : 1. Ruang Laktasi yang tidak memadai yang mengakibatkan pengguna ruangan laktasi
menjadi tidak nyaman.
2. Kurangnya kapasitas ruang server yang mengakibatkan keterbatasan pegawai untuk
mengakses data pada saat bekerja.
3. Belum adanya sosialisasi layanan Informasi Perkara Bagi Penyandang Disabilitas dalam
bentuk informasi video.

Isu yang diangkat : Ruang Laktasi yang tidak memadai yang mengakibatkan pengguna ruangan laktasi menjadi
tidak nyaman.

Gagasan Pemecahan : 1. Membuat Standar pelayanan ruang laktasi pada Pengadilan Agama Painan kelas II
Isu
2. Menyadiakan sarana untuk ruang laktasi pada Pengadilan Agama Painan kelas II.
3. Merenovasi ruang laktasi agar nyaman digunakan.
4. Menyediakan informasi mengenai ketersediaan ruang laktasi pada pengadilan Agama
Painan Kelas II

39
No Kegiatan Tahapan Output/Hasil Keterkaitan substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai-
mata pelatihan Tusi/Tujuan nilai Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1 Membuat Konsultasi Bertemu dengan 1. Harmonis: Saya telah Saya sebagai 1. Keterbukaan
Standar dengan Ketua Pengadilan membuat rencana bawahan yang baik dan
pelayanan atasan terkait Agama Painan jadwal pertemuan harus menjalankan Responsibilitas:
ruang laktasi tentang kelas II dan Mentor dengan mentor dan rantai komado dari Sebagai bawahan
pada pembuatan serta mencatat ketua pengadilan atasan. saya
Pengadilan standar ruang saran dari ketua Agama Painan kelas II Meningkatkan betanggungjawab
Agama laktasi Pengailan Agama dengan sikap sopan, kualitas untuk selalu
Painan kelas Painan Kelas II berpenampilan yang rapi kepemimpinan di menyampaikan
II sebagai perwujudan Pengadilan Agama segala rancana
mengargai dan Painan Kelas II yang berkaitan
menghormati atasan dengan
2. Akuntabel: organisasi
Saya telah
melaksanakan
pertemuan dengan
cermat dan disiplin.
3. Berorientasi
Pelayanan dan Loyal
Saya telah berkonsultasi
dengan mentor dan
ketua pengadilan Agama
painan terkait Standar

40
Pelayanan pada ruang
laktasi dalam
melaksanakan tugas
dengan tanggung jawab
untuk tujuan perbaikan
tiada henti guna
menjaga nama baik
bersama ASN.

Berkoordinasi Bertemu dengan 1. Harmonis: Saya sebagai 1. Keterbukaan


dengan Kasubag Saya telah Bertemu bawahan yang baik dan
Kasubag Kepegawaian dan dengan kasubag harus menjalankan Responsibilitas:
Kepegawaian Ortala, serta Kepegawaian dan Ortala rantai komnado dari Sebagai bawahan
dan Ortala catatan berisi meminta petunjuk terkait atasan. saya
terkait teknis tentang tahapan komponen pembuatan Meningkatkan betanggungjawab
pembuatan pembuatan standar pelayanan kualitas untuk selalu
Standar standar pelayanan dengan cara yang sopan kepemimpinan di menyampaikan
Layanan Ruang laktasi. dan santun agar dapat Pengadilan Agama segala rancana
Ruang laktasi menciptakan lingkungan Painan Kelas II, yang berkaitan
. kerja ynag kondusif Karena dengan dengan
sebagai bentuk bahwa koordinasi dan organisasi
saya menghargai dan kerjasama antar
menghormati setiap aparatur Pengadilan
orang apapun latar yang baik merupakan
belakangnya cerminan dari
2. Kolaboratif: Kepimimpinan yang
Saya telah berkoordinasi berhasil dan
dengan kasubag berkualitas karena

41
Kepegawaian dan pimpinan dapat
Oratala untuk menyatukan segala
mendapatkan petunjuk perbedaan pikiran dan
terkait komponen pendapat dari masing-
pembuatan standar masing aparatur untuk
pelayanan dengan bersinergi bersama
mencatat semua demi terwujudnya
masukan yang diberikan tujuan organisas
sebagai bentuk
kesediaan saya dalam
bekerja sama dengan
orang lain.
3. Kompeten dan adaptif
Saya telah berkoordinasi
dengan Kasubag
kepegawaian dan ortala
sebagai bentuk cara
untuk meningkatkan
kompetensi diri dalam
melakukan perubahan
dan mengembangkan
kreativitas.

Membuat dan a. Pedoman dan 1. Loyal: Kegiatan Membuat 1. Akuntabilitas


menyusun peraturan yang Saya telah mencari dan menyusun draft Karena
draft standar terkait dengan literatur yang berkaitan standar pelayanan pembuatan ruang
pelayanan penyelenggara dengan pedoman serta ruang laktasi laktasi
ruang laktasi. setandar kelayakan merupakan kontribusi merupakan suatu

42
an ruang pelayanan pada ruang didalam Misi bentuk komitmen
laktasi laktasi, berupa undang- organisasi yaitu dan
b. Standar undang dan dasar Memberikan tanggungjawab
Pelayanan hukum yang berlaku, Pelayanan Hukum kita sebagai
ruang laktasi hal ini berkaitan dengan yang Berkualitas pelayan publik
pada memegang teguh kepada Pencari 2. Responsibilitas
Pengadilan ideologi pancaila dan Keadilan. Hal ini di Tanggap dalam
Agama Painan Undang-Undang Dasar karenakan standar mengatasi
kelas II negara Republik pelayanan ruang hambatan yang
Indonesia tahun 1945, laktasi dapat ada dalam
NKRI serta digunakan sebagai memberikan
pemerintahan yang landasan dalam pelayanan
sah. menyediakan ruang kepada kaum
laktasi yang rentan, oleh
berkualitas kepada karena itu
kelompok rentan dibuatlah draft
standar
pelayanan ruang
laktasi
Melakukan Undangan 1. Harmonis: Melakukan sosialisasi 1. Akuntabilitas
sosialisasi Sosialisasi dan Saya telah meminta izin standar pelayanan Karena
Rancangan dokumen standar kepada ketua ruang laktasi kepada pembuatan ruang
aktualisasi Pelayanan ruang pengadilan Agama Aparatur Pengadilan laktasi
kepada laktasi painan kelas II dengan memberikan merupakan suatu
petugas PTSP sopan dan santun serta kontribusi terhadap bentuk komitmen
dan Security menggunakan bahasa Visi dan misi dan
Pengadilan yang baik dan benar organisasi yaitu tanggungjawab
Agama sebagai wujud Meningkatkan

43
Painan Kelas menghargai setiap Kredibilitas dan kita sebagai
II orang apapun latar Transparansi di pelayan publik
belakanngnya. Pengadilan Agama 2. Responsibilitas
2. Kolaboratif: Painan Kelas II Tanggap dalam
Saya telah memberikan Karena dengan mengatasi
sosialisasi kepada adanya sosialisasi hambatan yang
petugas PTSP termasuk membuat semua ada dalam
security Pengadilan aparatur Pengadilan memberikan
Agama Painan terkait Agama Painan Kelas pelayanan
Sosialisasi rancangan II bisa lebih kepada kaum
aktuliasasi ruang laktasi memahami mengenai rentan, oleh
guna terbuka dalam standar pelayanan. karena itu
bekerja sama untuk dibuatlah draft
menghasilkan nilai standar
tambah. pelayanan ruang
3. Berorintasi Pelayanan laktasi
Saya telah memberikan
sosiaalisasi kepada
petugas PTSP termasuk
security Pengadilan
Agama Painan terkait
Sosialisasi rancangan
aktuliasasi ruang laktasi
guna melakukan
perbaikan tiada henti
4. Adaptif
Saya telah memberikan
sosialisasi kepada

44
petugas PTSP termasuk
security Pengadilan
Agama Painan terkait
Sosialisasi rancangan
aktuliasasi ruang laktasi
guna inovasi dan
pengembangan
kreativitas
Menerapkan SK Pemberlakuan 1. Berorintasi Pelayanan mengimplementasikan 1. Akuntabilitas
Standar standar pelayanan Saya telah meminta ijin standar pelayanan Karena
pelayanan ruang laktasi kepada mentor dan ruang laktasi memberi pembuatan ruang
ruang laktasi Ketua Pengadilan kontribusi terhadap laktasi
Agama Painan Kelas II visi dan misi merupakan suatu
untuk organisasi yaitu yaitu bentuk komitmen
mengimplementasikan Memberikan dan
Standar Pelayanan Pelayanan Hukum tanggungjawab
ruang laktasi di yang Berkualitas kita sebagai
Pengadilan Agama kepada Pencari pelayan publik
Painan Kelas II sebagai Keadilan
perwujudan memahami
dan memenuhi
kebutuhan masyarakat.
2. Akuntabel
Saya telah meminta ijin
kepada mentor dan
Ketua Pengadilan
Agama Painan Kelas II
dengan sikap sopan,

45
jujur, terbuka dengan
integritas tinggi sebagai
bentuk tanggung
jawab saya terhadap
kepecayaan yang sudah
diberikan
2. Menyadiakan Melakukan Berdiksusi terkait 1. Harmonis: Saya sebagai 1. Keterbukaan
sarana untuk konsultasi sarana yang akan Saya telah meminta izin bawahan yang baik dan
ruang laktasi dengan di penuhi. kepada ketua harus menjalankan Responsibilitas:
pada mentor dan pengadilan Agama rantai komado dari Sebagai bawahan
Pengadilan Ketua painan kelas II dengan atasan. saya
Agama Pengadilan sopan dan santun serta Meningkatkan betanggungjawab
Painan kelas Agama menggunakan bahasa kualitas untuk selalu
II Painan Kelas yang baik dan benar kepemimpinan di menyampaikan
II terkait sebagai wujud Pengadilan Agama segala rancana
sarana agar menghargai setiap Painan Kelas II yang berkaitan
ruangan orang apapun latar dengan
laktasi belakanngnya organisasi
menjadi 2. Akuntabel:
nyaman Saya telah
digunakan. melaksanakan
pertemuan dengan
cermat dan disiplin.
3. Berorientasi
pelayanan dan Loyal
Saya telah
berkonsultasi dengan
mentor dan ketua

46
pengadilan Agama
painan terkait
penyedian sarana dan
prasarana ruang laktasi
dengan cermat dan
disiplin sebagai bentuk
dalam melaksanakan
tugas dengan tanggung
jawab untuk tujuan
perbaikan tiada henti
guna menjaga nama
baik bersama ASN.

Berkoordinasi Bertemu dengan 1. Akuntabel: Kegiatan 1. Intergritas dan


dengan Kasubag Umum Saya telah mendata berkoordinasi dengan Keterbukaan
bagian umum dan keuangan dan ketersediaan sarana bagian umum dan setiap kegiatan di
dan keuangan mencatat Daftar informasi ruang laktasi keuangan untuk Pengadilan yang
terkait Sarana Ruang secara cermat dan jujur menyediakan fasilitas berhubungan
penyedian Laktasi yang sebagai bentuk informasi ruang laktasi dengan
sarana dan dibutuhkan tanggung jawab dalam memberikan kotribusi menggunakan
prasarana melaksanakan tugas terhadap Visi dan Misi anggaran negara
pada ruang dengan tanggung Organisasi yaitu nilai harus
laktasi jawab. Meningkatkan direncanakan dan
2. Kolaboratif Kredibilitas dan dimintai
Saya telah berkoordinasi Transparansi di persetujuan
dengan kasubag Umum Pengadilan Agama terlebih dahulu
dan Keuangan untuk Painan Kelas II. dari pejabat yang
mendapatkan petunjuk berwenang

47
terkait penyidiaan
sarana dengan mencatat
semua masukan yang
diberikan sebagai
bentuk kesediaan saya
dalam bekerja sama
dengan orang lain.

Merancang Rancangan 1. Akuntabel: Kegiatan merancang 1. Responsibilitas


dekorasi Dekorasi ruang Saya telah merancang dekorasi ruang laktasi Tanggap dalam
ruang pada laktasi dekorasi ruang laktasi memberikan mengatasi
ruangan dengan cermat dan kontribusi terhadap hambatan yang
laktasi disiplin sebagai bentuk Visi dan Misi terhadap ada dalam
dalam melaksanakan Meningkatkan memberikan
tugas dengan tanggung kualitas pelayanan kepada
jawab. kepemimpinan di kaum rentan, oleh
2. Adaptif dan Kompeten Pengadilan Agama karena itu
Saya telah merancang Painan Kelas II serta dibuatlah
dekorasi ruang laktasi Memberikan Rancangan
dengan tujuan Pelayanan Hukum Dekorasi ruang
mengembangkan yang Berkualitas laktasi
kreativitas untuk kepada Pencari
menjawab tantangan Keadilan
yang selalu berubah.

Melaksanakan Dokumentasi 1. Akuntabel Melakukan evaluasi 1. Responsibilitas


evaluasi Saya telah melakukan terhadap Rancangan Tanggap dalam
terhadap evaluasi terkait Dekorasi ruang laktasi mengatasi

48
pengelolaan rancangan dekorasi memberikan kontribusi hambatan yang
ruang laktasi ruang laktasi pada terhadap visi dan misi ada dalam
Ruang Pengadilan Organisasi yaitu memberikan
Agama Painan yang Meningkatkan pelayanan kepada
akan diterapkan dengan Kredibilitas dan kaum rentan, oleh
penuh tanggung jawab Transparansi di karena itu
dan transparan nilai Pengadilan Agama lakukanlan
Dasar yang saya Painan Kelas II. evaluasi terhadap
aktualisasikan Rancangan
Dekorasi ruang
laktasi
3. Merenovasi Melakukan Bertemu dengan 1. Harmonis: Saya sebagai 1. Keterbukaan
ruang laktasi konsultasi Ketua Pengadilan Saya telah meminta izin bawahan yang baik dan
agar nyaman dengan Agama painan kepada ketua harus menjalankan Responsibilitas:
digunakan mentor dan kelas II dan mentor pengadilan Agama rantai komado dari Sebagai bawahan
Ketua painan kelas II dengan atasan. saya
Pengadilan sopan dan santun serta Meningkatkan betanggungjawab
Agama menggunakan bahasa kualitas untuk selalu
Painan kelas II yang baik dan benar kepemimpinan di menyampaikan
terkait sebagai wujud Pengadilan Agama segala rancana
rancangan menghargai setiap Painan Kelas II yang berkaitan
dan orang apapun latar dengan
belakanngnya organisasi
2. Akuntabel:
Saya telah
melaksanakan
pertemuan dengan
cermat dan disiplin.

49
3. Berorientasi Pelayanan
dan Loyal
Saya telah berkonsultasi
dengan mentor dan
ketua pengadilan Agama
painan terkait renovasi
ruang laktasi dengan
cermat dan disiplin
sebagai bentuk dalam
melaksanakan tugas
dengan tanggung jawab
untuk tujuan perbaikan
tiada henti guna
menjaga nama baik
bersama ASN.
Melaksanakan Ruang Laktasi 1. Akuntabel dan Kegiatan elakukan 1. Responsibilitas
renovasi serta menjadi nyaman Berorientasi Penataan ruang Tanggap dalam
penataan dan rapi untuk Pelayanan: Laktasi memberikan mengatasi
pada ruang digunakan Saya telah mendekorasi kontribusi terhadap hambatan yang
laktasi ruang laktasi dengan Visi dan Misi ada dalam
cermat dan disiplin Organisasi yaitu memberikan
sebagai bentuk dalam Memberikan pelayanan
melaksanakan tugas Pelayanan Hukum kepada kaum
dengan tanggung jawab yang Berkualitas rentan, oleh
untuk tujuan perbaikan kepada Pencari karena itu
tiada henti. Keadilan dilakukanlah
2. Adaptif dan Kompeten renovasi ruang
laktasi

50
Saya telah mendekorasi
ruang laktasi dengan
tujuan mengembangkan
kreativitas untuk
menjawab tantangan
yang selalu berubah.

Melaksanakan Dokumentasi 1. Akuntabel dan Adaptif Kegiatan melakukan 1. Responsibilitas


monitoring Monitoring dan Saya telah melakukan Penataan ruang Tanggap dalam
dan evaluasi evaluasi monitoring dan evaluasi Laktasi memberikan mengatasi
terhadap terkait renovasi ruang kontribusi terhadap hambatan yang
kegaiatan laktasi di Pengadilan Visi dan Misi ada dalam
renovasi Agama Painan yang Organisasi yaitu memberikan
ruang laktasi akan diterapkan dengan Memberikan pelayanan kepada
penuh tanggung jawab Pelayanan Hukum kaum rentan, oleh
dan transparan serta yang Berkualitas karena itu
mengembangkan kepada Pencari lakukanlan
kreativitas guna nilai Keadilan evaluasi terhadap
Dasar yang saya pelaksanaan
aktualisasikan renovasi ruang
2. Beroritasi pelayanan laktasi
dan Loyal
Saya telah memonitoring
dan evaluasi terkait
renovasi ruang laktasi
dengan cermat dan
disiplin sebagai bentuk
dalam melaksanakan

51
tugas dengan tanggung
jawab untuk tujuan
perbaikan tiada henti
guna menjaga nama
baik bersama ASN.

4 Menyediakan Melakukan Ijin secara lisan 1. Harmonis: Saya sebagai 1. Keterbukaan


informasi konsultasi untuk Saya telah meminta izin bawahan yang baik dan
mengenai kepada menyediakan kepada ketua harus menjalankan Responsibilitas:
ketersediaan mentor dan sarana informasi pengadilan Agama rantai komado dari Sebagai bawahan
ruang laktasi pimpinan ruang laktasi painan kelas II dengan atasan. saya
pada Pengadilan sopan dan santun serta Meningkatkan betanggungjawab
pengadilan Agama menggunakan bahasa kualitas untuk selalu
Agama Painan kelas II yang baik dan benar kepemimpinan di menyampaikan
Painan Kelas terkait sebagai wujud Pengadilan Agama segala rancana
II informasi menghargai setiap Painan Kelas II yang berkaitan
tersedianya orang apapun latar dengan
Ruang laktasi belakanngnya organisasi
2. Akuntabel:
Saya telah
melaksanakan
pertemuan dengan
cermat dan disiplin
serta Menyampaikan
gagasan terkait
penyediaan informasi
ruang laktasi berupa
papan penunjuk arah,

52
banner ruang laktasi
papan nama ruang
laktasi pada ruang
tunggu pengadilan
agama painan
3. Berorientasi
Pelayanan dan Loyal
Saya telah berkonsultasi
dengan mentor dan
ketua pengadilan
Agama painan terkait
informasi ruang laktasi
dengan cermat dan
disiplin sebagai bentuk
dalam melaksanakan
tugas dengan tanggung
jawab untuk tujuan
perbaikan tiada henti
guna menjaga nama
baik bersama ASN.

Berkoordinasi 1. Informasi 1. Akuntabel dan Kegiatan 1. Keterbukaan,


dengan keberadaan Harmonis berkoordinasi dengan Kolaboratif dan
bagian umum ruang laktasi Saya telah mendata bagian umum dan Responsibilitas:
dan keuangan 2. Design papan ketersediaan sarana keuangan untuk Sebagai bawahan
untuk nama dan informasi ruang laktasi menyediakan fasilitas saya
menyediakan Design secara cermat dan jujur informasi ruang laktasi betanggungjawab

53
fasilitas petunjuk arah sebagai bentuk memberikan kotribusi untuk selalu
informasi ketersediaan tanggung jawab saya terhadap Visi dan Misi menyampaikan
ruang laktasi. ruang laktasi dalam melaksanakan Organisasi yaitu nilai segala rancana
tugas dengan tanggung Meningkatkan yang berkaitan
jawab serta Kredibilitas dan dengan
melaksanakanya Transparansi di organisasi
dengan dengan Pengadilan Agama
kualitas terbaik Painan Kelas II.
Berkoordinasi 1. Informasi 1. Kolaboratif Kegiatan 1. Responsibilitas
dengan Ketersediaan Saya telah berkoordinasi berkoordinasi dengan
bagian Ruangan dengan kasubag bagian Perencanaan, Tanggap dalam
Perencanaan, laktasi pada Perencanaan, IT, dan IT, dan Pelaporan mengatasi
IT, dan akun sosial Pelaporan untuk untuk membuat hambatan yang
Pelaporan media mendapatkan petunjuk informasi ruang laktasi ada dalam
untuk Pengadilan terkait dengan informasi pada akun media memberikan
menyediakan Agama painan ruangan laktasi pada sosial Pengadilan pelayanan
fasilitas media sosial Pengadilan Agama Painan kepada kaum
informasi Agama Painan sebagai memberikan kotribusi rentan, oleh
ruang laktasi bentuk kesediaan saya terhadap Visi dan Misi karena itu
pada media dalam bekerja sama Organisasi yaitu nilai lakukanlan
sosial dengan orang lain. Meningkatkan evaluasi terhadap
Pengadilan Kredibilitas dan Rancangan
Agama Transparansi di Dekorasi ruang
Painan. Pengadilan Agama laktasi
Painan Kelas II.
Melakukan Dokumentasi 1. Akuntabel dan Adaptif Kegiatan penyedian 1. Responsibilitas
Monitoring Monitoring dan Saya telah melakukan sarana infromasi Tanggap dalam
dan evaluasi evaluasi monitoring dan evaluasi ruang Laktasi mengatasi

54
terhadap terkait kegiataan memberikan hambatan yang ada
penyediaan penyediaan sarana kontribusi terhadap dalam memberikan
sarana infromasi ruang laktasi Visi dan Misi pelayanan kepada
informasi di Pengadilan Agama Organisasi yaitu kaum rentan, oleh
ruang laktasi . Painan yang akan Memberikan karena itu
diterapkan dengan Pelayanan Hukum lakukanlan evaluasi
penuh tanggung jawab yang Berkualitas terhadap
dan transparan serta kepada Pencari pelaksanaan
mengembangkan Keadilan renovasi ruang
kreativitas guna nilai laktasi
Dasar yang saya
aktualisasikan
2. Beroritasi pelayanan
dan Loyal
Saya telah memonitoring
dan evaluasi terkait
renovasi ruang laktasi
dengan cermat dan
disiplin sebagai bentuk
dalam melaksanakan
tugas dengan tanggung
jawab untuk tujuan
perbaikan tiada henti
guna menjaga nama
baik bersama ASN.

55
C. Matrik Rekapitulasi Realisasi Habituasi Nilai-Nilai Dasar ASN (BerAkhlak).
No Mata Pelatihan Kegiatan Jumlah Aktualisasi
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 per MP
1 Berorientasi Pelayanan 3 1 3 2 9
2 Akuntabel 2 4 3 2 11
3 Kompeten 1 1 1 0 3
4 Harmonis 3 1 1 2 7
5 Loyal 2 1 2 2 7
6 Adaptif 2 1 2 1 6
7 Kolaboratif 2 1 0 0 3
Jumlah MP yang 15 10 12 9 46
Diaktualisasikan per Kegiatan

56
D. Capaian Penyelesaian Core Isu
Kondisi Core Isu
Sebelum Aktualisasi Sesudah Aktualisasi
Ruang Laktasi di Pengadilan Agama Painan kelas Setelah adanya kegiatan Pelaksanaan Aktualisasi ini,
II masih belum optimal, hal ini diaikbatkan karena pelayanan terhadap kelompok rentan lebih optimal. Hal ini
beberapa faktor seperti minimnya penerangan, dibuktikan dengan perubahan pada Sarana Ruang Laktasi
pintu dorong ruangan laktasi yang sulit Pengadilan Agama Painan yang sudah nyaman digunakan
digunakan, peralatan sanitasi yang belum ada, oleh ibu menyusui.
serta tidak adanya sarana informasi akan
keberadaan ruang laktasi pada ruang tunggu.

57
58
F. Manfaat Terselesaikannya Core Isu.
1) Individu Peserta
Bagi Individu peserta, manfaat yang di dapatkan dengan
terpecahkannya core isu yaitu peserta dapat lebih memahami
tugas dan tupoksinya dalam memberikan layanan kepada
masyarakat kususnya bagi kelompok rentan. Serta peserta
sebagai ASN yang profesional dapat mengimplementasikan nilai-
nilai dasar ASN BerAkhlak.
2) Manfaat Bagi Intsansi
Untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada kelompok
rentan khususnya ibu menyusui yang mana sejalan dengan visi
dan misi Mahkamah Agung dalam meningkatkan akses terhadap
keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.
3) Manfaat Bagi Stakeholders
Untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada kelompok
rentan ibu menyusui, sehingga dapat mendukung ibu dalam
memerikan ASI yang terbaik kebada buah hatinya. Hal ini
dikarenakan ruang laktasi telah dibuat senyaman mungkin
dengan diberikannya fasilitas bagi ibu menyusui.
E. Rancana Tidak Lanjut Hasil Aktualisasi
No Kegiatan Output Durasi dan Parapihak Sumber Keterangan
Waktu terlibat Biaya
1 Penyediaan Bantal 2 minggu Kasubag Satuan
sarana Umum dan Kerja
berupa keuangan Pengadilan
bantal Agama
untuk Painan
disediakan
pada ruang
laktasi
Pengadilan
Agama
Painan

59
2 Merenovasi plafon 6 bulan a. Ketua Satuan
plafon pada Pengadilan kerja
ruangan Agama Pengadilan
laktasi painan Agama
b. Painan
Sekretaris
Pengadilan
Agama
Painan
c. kasubag
umum dan
keuangan
Pengadilan
Agama
painan

60
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
1. Aktualisasi/Habituasi Mata Pelatihan
a) Kegiatan ke 1: Membuat standar pelayanan pada pengadilan
Agama Painan. Pelaksanaan kegiatan ini dimulai dengan
konsultasi dengan mentor dan pimpinan terkait serta bekerja
sama dengan staf bidang kepegawaian untuk menghasilkan ruang
laktasi yang memenuhi standar pelayanan. Dalam kegiatan ini,
Peserta menerpkan nilai-nilai berorientasi pelayanan, akuntabel,
kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif.
b) Kegiatan ke 2: Menyediakan sarana untuk ruang laktasi pada
Pengadilan Agama Painan. Kegiatan ini dimulai dengan
konsultasi dengan mentor dan pimpinan terkait serta bekerja
sama dengan staf bidang umum dan keuangan dalam
menyediakan fasilitas pada ruang laktasi. Dalam kegitan ini,
Peserta menerapkan nilai-nilai berorientasi pelayanan,
akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif.
c) Kegiatan ke 3: merenovasi ruang laktasi agar nyaman digunakan.
Pada kegitan ini dimulai dengan konsultasi dengan mentor dan
pimpinan terkait serta bekerja sama dengan salah satu PPNPN
dalam melakuakn renovasi. Dalam kegiatan ini, Peserta
menerpkan nilai-nilai berorientasi pelayanan, akuntabel,
kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif.
d) Kegiatan ke 4: menyediakan informasi mengenai ketersediaan
ruang laktasi pada pengadilan Agama Painan. Pada kegitan ini
dimulai dengan konsultasi dengan mentor dan pimpinan terkait,
lalu berkoordinasi dengan kasubag umum dan keuangan untuk
menyediakan banner informasi ketersediaan ruang laktasi.
Setelah itu Peserta berkoordinasi dengan kasubag PTIP agar

61
dibuatlah berita yang akan di sebarkan melalui website
Pengadilan Agama Painan, Dalam kegiatan ini, Peserta
menerpkan nilai-nilai berorientasi pelayanan, akuntabel,
kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif.
2. Gagasan Kreatif Penyelesaian Core Isu
gagasan kreatif yang Peserta lakukan untuk menyelesaikan Core
Isu tersebut diatas adalah “Optimalisasi Ruangan Laktasi pada
Pengadilan Agama Painan kelas II”. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan selama masa habituasi adalah sebagai berikut:
a. Membuat standar pelayanan pada pengadilan Agama
Painan.
b. Menyediakan sarana untuk ruang laktasi pada Pengadilan
Agama Painan.
c. Merenovasi ruang laktasi agar nyaman digunakan.
d. menyediakan informasi mengenai ketersediaan ruang laktasi
pada pengadilan Agama Painan.
3. Capaian Hasil Penyelesaian Core Isu
Belum optimalnya sarana ruang laktasi di Pengadilan Agama
Painan Kelas II ditandai oleh beberapa penyebab diantaranya: (1)
Belum ada inisiatif pegawai; (2) Belum ada informasi umum dan
edukatif terkait laktasi; dan (3) Belum ada prosedur berupa standar
pelayanan penggunaan ruang laktasi. Berdasarakan penyebab dari
core isu tersebut dilakukan penerapan dari rancangan aktualisasi
melalui gagasan penyelesaian isu terhadap antara lain:
a. Membuat standar pelayanan pada pengadilan Agama
Painan.
b. Menyediakan sarana untuk ruang laktasi pada Pengadilan
Agama Painan.
c. Merenovasi ruang laktasi agar nyaman digunakan.
d. menyediakan informasi mengenai ketersediaan ruang laktasi
pada pengadilan Agama Painan.

62
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan dilakukannya
kegiatan-kegiatan dalam rancangan aktualisasi dapat
meningkatkan sarana ruang laktasi pada Pengadilan Agama Painan
kelas II, sehingga dengan penerapan tersebut memberikan akses
terhadap keadilan kepada setiap kalangan masyarakat khususnya
kelompok rentan ibu menyusui.
B. Rekomendasi
1. Untuk Penyelenggara Pelatihan
Peserta berharap agar Badan Dilklat Keagamaan Padang dapat
melaksanakan monitoring aktualisasi peserta secara rutin dan
berkala.
2. Untuk Pengadilan Agama Painan kelas II
a. Agar Pengadilan Agama Painan kelas II dapat memenuhi
segala fasilitas yang dibutuhkan untuk ruang laktasi
kedepannya
b. Diharapkan Pengadilan Agama Painan kelas II dapat
mendukung pelaksanaan tindak lanjut dari pelaksanaan
aktualisasi ini.

63
REFERENSI
Andrian Pratama, Jokowi dorong Mahkamah Agung Perkuat Akses
Keadilan bagi Kelompok rentan. https://tirto.id/jokowi-dorong-ma-
perkuat-akses-keadilan-bagi-kelompok-rentan-gpjG (diakses pada
tanggal 22 September 2022 pukul 11.10 WIB)
Don, Deputi bidang Pelayanan Publik Kementerian PANRB Diah Natalisa
dalam video conference tentang Sosialiasi Sarana Prasarana
Ramah Kaum Rentan yang diikuti Oleh Mahkamah Agung.
https://menpan.go.id/site/berita-terkini/mahkamah-agung-dan-
pengadilan-didorong-untuk-berikan-pelayanan-ramah-bagi-kaum-
rentan (diakses pada tangga 22 September 2022 pukul 11.29 WIB)

Lembaga Administrasi Negara. 2021. Modul Adaptif, Pelatihan Dasar


Calon Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2021. Modul Akuntabel, Pelatihan Dasar


Calon Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2021. Modul Berorientasi Pelayanan,


Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2021. Modul Harmonis, Pelatihan Dasar


Calon Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2021. Modul Kolaboratif, Pelatihan Dasar


Calon Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2021. Modul Kompeten, Pelatihan Dasar


Calon Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2021. Modul Loyal, Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Perkalan no. 93/K.1/PDP.07/2021.

Undang-Undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985 tentang


Mahkamah Agung
Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-
undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman

64

Anda mungkin juga menyukai