Anda di halaman 1dari 80

MODUL

ASUHAN
KEPERAWATAN
SISTEM PENCERNAAN
Oleh : Ns Marsaid, S.Kep

Prodi Keperawatan Lawang


Jurusan Keperawatan
Poltekkes Depkes Malang
2007

BAB I
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN APPENDIKSITIS
1.1. Latar Belakang

[ T Y P E T H E C O M PA N Y A D D R E S S ]

Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum ( Usus Buntu ) dan

lumen appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks


mengandung banyak folikel getah bening biasanya appendiks terletak
pada iliaca kanan di belakang caecum ( Henderson ; 1992).
Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel,
tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma,
pembentukan pistula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus
ileum dan kelaina yang lain.

Khusus untuk appendiks terdapat cara

prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum


menjadi perforasi atau gangren (FKUA ; 1989 )
Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan
cara operasi (pembedahan ).

Pada operasi appendiks dikeluarkan

dengan

yang

cara

appendiktomy

merupakan

suatu

tindakan

pembedahan membuang appendiks ( Puruhito ; 1993).


Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan
tindakan pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas,
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial
terjadinya infeksi (Ingnatavicus; 1991).
Dengan

demikian

peranan

perawat

dalam

mengatasi

dan

menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

terutama perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya :


promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan
dirinya dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya.
Upaya kuratif yaitu memberikan perawatan luka operasi secara
aseptik untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengadakan kaloborasi
dengan profesi lain secara mandiri.

Upaya rehabilitatif yaitu

memberikan pengetahuan atau penyuluhan kepada penderita dan


keluarganya mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan yang
bernilai gizi tinggi kalori dan tinggi protein guna mempercepat proses
penyembuhan penyakitnya serta perawatan dirumah setelah penderita
pulang.

2.1. Definisi
Dalam pengertian ini ada beberapa pendapat anara lain :
Appendiks akut adalah peradangan dari appendiks vermiformis yang
merupakan penyebab umum dari akut abdomen (Junaidi, dkk, 1982).
Appendisitis adalah peradangan dari suatu appendiks.
Appendisitis akut adalah keadaan yang disebabkan oleh peradangan
yang mendadak pada suatu appendiks ( Baratajaya, 1990).

2.2. Anatomi Fisiologi


Embriologi appendiks berhubungan dengan caecum, tumbuh dari
ujung inferiornya. Tonjolan appendiks pada neonatus berbentuk kerucut

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

yang menonjol pada

apek caecum sepanjang 4,5 cm.

Pada orang

dewasa panjang appendiks rata-rata 9 10 cm, terletak posteromedial


caecum kira-kira 3 cm inferior valvula ileosekalis. Posisi appendiks bisa
retrosekal, retroileal,subileal atau dipelvis, memberikan gambaran klinis
yang tidak sama. Persarafan para simpatis berasal dari cabang nervus
vagus

yang

mengikuti

arteri

mesenterika

superior

dari

arteri

appendikkularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus


torakalis x, karena itu nyeri viseral pada appendiks bermula sekitar
umbilikus.

Perdarahan

pada

appendiks

berasal

appendikularis yang merupakan artei tanpa kolateral.

dari

arteri

Jika arteri ini

tersumbat, misalnya trombosis pada infeksi maka appendiks akan


mengalami gangren.
Appendiks menghasilkan lendir 1 2 ml perhari yang bersifat basa
mengandung amilase, erepsin dan musin.

Lendir itu secara normal

dicurahkan ke dalam bumen dan selanjutnya mengalir ke caecum.


Hambatan aliran lendir di muara appendiks berperan pada patofisiologi
appendiks.
Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut
Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna
termasuk appendiks, ialah Ig A. Imunglobulin itu sangat efektif sebagai
perlindungan terhadap infeksi tapi pengangkatan appendiks tidak
mempengaruhi sistem Imunoglobulin tubuh sebab jaringan limfe kecil

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan seluruh


tubuh. ( R.Syamsu ; 1997)

2.3. Patofisiologi
Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang
dapat disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan
penyebab terbanyak,adanya fekalit dalam lumen appendiks.

Adanya

benda asing seperti cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan


sebelumnya, sebab lain misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi
mukosa terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak
dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika
serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks
sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan
sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi
nanah, kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum
terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium
parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah,
keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini
disebut dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang
telah akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau


perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai
appendisitis abses. Pada anak anak karena omentum masih pendek
dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang
lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada
orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi
terjadi lebih cepat.

Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan

kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi


appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).

2.4. Dampak Masalah


2.4.1. Individu dalam hal ini terjadi gangguan dari berbagai pola fungsi
kesehatan antara lain
a.

Pola nutrisi dan metabolisme


Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi
akibat

pembatasan pemasukan makanan atau minuman

sampai peristaltik usus kembali normal.

b.

Pola aktifitas dan latihan


Aktifitas klien biasanya terjadi pembatasan aktifitas akibat rasa
nyeri pada luka operasi sehinnga keperluan klien harus dibantu.

c.

Pola tidur dan istirahat.

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

Klien akan mengalami gangguan kenyamanan dan pola tidur


karena rasa
d.

sakit (nyeri) akibat tindakan pembedahan.

Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi
kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat
tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine . Pola eliminasi alvi
akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena
pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.

e.

Pola Persepsi dan konsep diri


Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan
gerak segala kebutuhan harus dibantu.
kecemasan

tentang

keadaan

dirinya

Klien mengalami
sehingga

penderita

mengalami emosi yang tidak stabil.


f.

Pola Reproduksi seksual


Adanya larangan untuk berhubungan seksual setelah pembedahan
selama beberapa waktu.

g.

Pola terhadap keluarga

Perawatan dan pengobatan memerlukan biaya yang banyak harus


ditanggung oleh keluarganya juga perasaan cemas keluarga terhadap
keadaan klien.

2.5 Asuhan Keperawatan

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

Dengan memberikan asuhan keperawatan perawat


menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan melalui beberapa
tahap yaitu :
2.5.1 Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Anamnesa
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau
jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama
orang tua, alamat, umur pendidikan, pekerjaan, pekerjaan
orang tua, agama dan suku bangsa.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan utama
nyeri yang disebabkan insisi abdomen.
c. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti
hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah
masuk rumah sakit, obat-abatan yang pernah digunakan
apakah mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang
pernah diderita.
d. Riwayat penyakit keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes
mellitus, hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

lainnya

uapaya

yang

dilakukan

dan

bagaimana

genogramnya .
e. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan,
alkohol dan kebiasaan olah raga (lama frekwensinya),
bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan merokok
dalam mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
2. Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang
sangat sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola
tidur klien.
3. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak
karena rasa nyeri luka operasi, aktifitas biasanya
terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya
setelah pembedahan.
4. Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak
bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan
dalam masyarakat.
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
5. Pola sensorik dan kognitif

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan,


pearaan

serta

pendengaran,

kemampuan

berfikir,

mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua,


waktu dan tempat.
6. Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi
masalah.
7. Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana

keyakinan

klien

pada

agamanya

dan

bagaimana cara klien mendekatkan diri dengan tuhan


selama sakit.

2.5.2 Pemeriksaan
a.

Pemeriksaan Fisik
1. Status Kesehatan umum
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan
sakit tanpa sakit ada tidaknya kelemahan.

2. Integumen
Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka
pembedahan pada abdomen sebelah kanan bawah .
3. Kepala dan Leher

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

10

Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada


warna

pucat.

4. Torax dan Paru


Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan
nafas, gerakan cuping hidung maupun alat Bantu nafas
frekwensi pernafasan biasanya normal (16 20 kali permenit).
Apakah ada ronchi, whezing, stridor.
5. Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya
pristaltik pada usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak
flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi
urine, distensi supra pubis, periksa apakah produksi urine
cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau hematuri jika
dipasang kateter periksa apakah mengalir lancar, tidak ada
pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.

6. Ekstremitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya
nyeri yang hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau
kekakuan.
b. Pemeriksaan Penunjang
1.

Pemeriksaan Laboratorium.
a.

Darah. Ditemukan leukosit 10.000 18.0000 mn.

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

11

b.

Urine.

Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan

eritrosit .
2.

Pemeriksaan Radiologi.
BOF, Tampak distensi sekum pada appendisitis akut.

c. Analisa data.
Dari urarai diatas pengkajian kemudian data tersebut
dikelompokkan menjadi data subyektif dan data obyektif lalu
dianalisa sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul
dan untuk selanjutnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan
(lismidar, 1990).
d.

Diagnosa Keperawatan.
Tahap akhir dari pengkajian adalah diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa data yang
diperoleh dari pengkajian data.

Diagnosa keperawatan yang

mungkin muncul pada penderita post appendiktomy :


1.

Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan


insisi pembedahan ( Ingnatavicius; 1991).

2.

Potensial terjadi infeksi dengan invasi kuman pada luka


operasi ( Doenges; 1989 ).

3.

Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi


dari

team

kesehatan

akan

penyembuhan

penyakit

( Ingnatavicius; 1991 ).

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

12

2.5.3 Perencanaan
Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat disusun rencana
perawatan sesuai dengan prioritas masalah kesehatan, yaitu :

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi


pembedahan.
Tujuan :
Nyeri berkurang dalam waktu kurang dari 24 jam.
Kriteria Hasil :
Klien menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi,
klien dapat istirahat dengan cukup.
Skala nyeri sedang
Rencana Tindakan :
a.

Beri penjelasan pada klien tentang sebab dan akibat nyeri.

b.

Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi.

c.

Bantu klien menentukan posisi yang nyaman bagi klien.

d.

Rawat luka secara teratur daan aseptik.

Rasional :
a.

Penjelasan yang benar membuat klien mengerti sehingga


dapat diajak bekerja sama.

b.

Dapat mengurangi ketegangan atau mengalihkan perhatian


klien agar dapat mengurangi rasa nyeri.

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

13

c.

Penderita

sendiri

yamg

merasakan

posisi

yang

lebih

menyenangkan sehingga mengurangi rasa nyeri.


d.

Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari


sekecil mungkin invasi kuman pada luka operasi.

e.

Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.

2. Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan invasi kuman pada luka


operasi.
Tujuan :
Infeksi pada luka operasi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering.
Rencana tindakan :
a.

Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya perawatan


luka dan tanda - tanda atau gejala infeksi.

b.

Rawat luka secara teratur dan aseptik.

c.

Jaga luka agar tetap bersih dan kering.

d.

Jaga kebersihan klien dan lingkungannya.

e.

Observasi tanda tanda vital.

f.

Kolaborasi dengan dokter untuk antibiotik yang sesuai.

Rasional :
a.

Penderita akan mengerti pentingnya perawatan luka dan


segera melapor bila ada tanda tanda infeksi.

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

14

b.

Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari


sekecil mungkin invasi kuman pada luka operasi.

c.

Media yang lembab dan basah merupakan media yang baik


untuk pertumbuhan kuman.

d.

Mengetahui sedini mungkin tanda tanda infeksi pada luka


operasi.

e.

Mengetahui sedini mungkin tanda tanda infeksi secepatnya


mengatasi

3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari Antibiotik


menghambat proses infeksi dalam tubuh.
Tujuan :
Rasa cemas berkurang.
Kriteria hasil :
Klien dapat mengekspresikan kecemasan secara konstruktif, klien
dapat tidur dengan tenang dan berkomunikasi dengan teman
sekamarnya.
Rencana Tindakan :
a.

Jelaskan keadaan proses penyebab dan penyakitnya

b.

Jelaskan

pengaruh

psikologis

terhadap

fisiknya

(Penyembuhan penyakit).
c.

Jelaskan tindakan perawatan yang akan diberikan.

Rasional :

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

15

a.

Dengan penjelasan diharapkan klien dapat mengerti


sehingga klien menerima dan beradaptasi dengan baik.

b.

Pengertian dan pemahamannya yang benar membantu


klien berfikir secara konstruktif.

c.

Dengan penjelasan benar akan menambah keyakinan


atau kepercayaan diri klien. (FK UI; 1990)

2.5.4 Pelaksanaan
Merupakan realisasi dan rencana tindakan keperawatan yang
telah diberikan pada klien.

2.5.5 Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan.
Tujuan

evaluasi adalah :

Untuk menilai apakah tujuan dalam

keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang.


Untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak
tercapai dapat dibuktikan dari prilaku penderita.
Dalam hal ini juga sebagai langkah koreksi terhadap rencana
keperawatan

semula.

Untuk mencapai rencana keperawatan

berikutnya yang lebih relevan.

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

16

DAFTAR PUSTAKA

Baratajaya, Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 1990


Dona P. Ignatavicus, Medical surgical Nursing A Nursing Aproach , edisi I;
1991.
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Digestive Surgency, Surabaya.
Lismidar, Proses keperawatan FKUI; 1990.
Marlyn E. Doenges, Nursing care Plans, F. A. Davis Company, Philadelphia;
1989.
M.A. Henderson, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Penerbit Yayasan essentia
media, 1989.
Purnama

Junaidi, Atiek

S.

Soemasto,

Husna

Amels,Kapita

selecta

kedokteran edisi II Media Aeskulis, FKUI ; 1982.


Puruhito Dr, Soetanto

Wibowo Dr, Soetomo Basuki Dr, Pedoman Tehnik

Operasi OPTEK UNAIR Press; 1993.


Soeparman Sarwono, Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI;
1990.
Win Dejong, R, Syamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC; 1997.

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

17

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HEMATEMESIS MELENA

Pengertian
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran
faeses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh
adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis
tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara drah dengan asam
lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti
kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.
Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah
proksimal jejunun dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama
dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml,
baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama
hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga
besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis dan
melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan
segera di rumah sakit.
Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas
Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.
Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan
dan lain-lain.

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

18

Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation),


purpura trombositopenia dan lain-lain.
Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid,
alkohol, dan lai-lain.
Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran
makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan
setiap macam perdarahan saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan
saluran makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah
pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan
saluran makan bagian atas (Hilmy 1971: 58 %)
Diagnosis
Anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium
Dilakukan anmnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita lamah atau
kesadaran menurun maka dapat diambil aloanamnesis. Perlu ditanyakan
riwayat penyakit dahulu, misalnya hepatitis, penyakit hati menahun,
alkoholisme, penyakit lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik dan
penyakit darah seperti: leukemia dan lain-lain. Biasanya pada perdarahan
saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus
tidak dijumpai adanya keluhan rasa nyeri atau pedih di daerah epigastrium
dan gejala hematemesis timbul secara mendadak. Dari hasil anamnesis
sudah dapat diperkirakan jumlah perdarahan yang keluar dengan memakai
takara yang praktis seperti berapa gelas, berapa kaleng dan lain-lain.

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

19

Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian atas yang


perlu diperhatikan adalah keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan darah,
tanda-tanda anemia dan gejala-gejala hipovolemik agar dengan segera
diketahui keadaan yang lebih serius seperti adanya rejatan atau kegagalan
fungsi hati. Disamping itu dicari tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis
hepatis, seperti spider naevi, ginekomasti, eritema palmaris, caput medusae,
adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan edema tungkai.
Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit,
sediaan darah hapus, golongan darah dan uji fungsi hati segera dilakukan
secara berkala untuk dapat mengikuti perkembangan penderita.

Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk
daerah esofagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada
lambung dan duodenum.
Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada daerah
1/3 distal esofagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada/tidaknya
varises. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, dianjurkan pemeriksaan
radiologik ini sedini mungkin, dan sebaiknya segera setelah hematemesis
berhenti.

Pemeriksaan endoskopik

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

20

Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka pemeriksaan


secara endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat
tempat asal dan sumber perdarahan. Keuntungan lain dari pemeriksaan
endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi,
aspirasi cairan, dan biopsi untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan
saluran makan bagian atas yang sedang berlangsung, pemeriksaan
endoskopik dapat dilakukan secara darurat atau sedini mungkin setelah
hematemesis berhenti.

Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati


Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi
penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab
perdarahan saluran makan bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan
peralatan dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya terdapat dikota
besar saja.

Terapi
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya diraat di rumah sakit

untuk mendapatkan

pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan


penderita perdarahan saluran makan bagian atas meliputi :
1. Pengawasan dan pengobatan umum

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

21

Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan


efek

sedatif

morfin,

meperidin

dan

paraldehid

sebaiknya

dihindarkan.

Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan


bila perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.

Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam


fisiologis selama belum tersedia darah.

Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita


dan bila perlu dipasang CVP monitor.

Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan


untuk mengikuti keadaan perdarahan.

Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan


mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.

Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10


mg/hari, karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2
reseptor antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk
menanggulangi perdarahan.

Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai


pemberian antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai
tindadakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini
dapat menimbulkan ensefalopati hepatik.

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

22

2. Pemasangan pipa naso-gastrik


Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan
lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obatobatan. Pemberian air

pada kumbah lambung akan menyebabkan

vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadi penurunan aliran darah di


mukosa lambung, dengan demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah
lambung ini akan dilakukan berulang kali memakai air sebanyak 100- 150
ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat
diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan
setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.
3. Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus
akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga
menurunkan

tekanan

vena

porta,

dengan

demikian

diharapkan

perdarahan varises dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat


menrangsang otot polos sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner,
karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian obat tersebut terutama
pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan
elektrokardiogram

dan

anamnesis

terhadap

kemungkinan

adanya

penyakit jantung koroner/iskemik.


4. Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat
pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

23

penderita tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat diberitahu dan


dijelaskan makna pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan
kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul pada waktu dan selama
pemasangan.
Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB
tube ini dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas
akibat pecahnya varises esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang
berat seperti laserasi dan ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak
pernah dijumpai.
5. Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 %
sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan
dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon SB tube. Tindakan
ini tidak memerlukan narkose umum dan dapat diulang beberapa kali.
Cara pengobatan ini sudah mulai populer dan merupakan salah satu
pengobatan yang baru dalam menanggulangi perdarahan saluran makan
bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus.
6. Tindakan operasi
Bila

usaha-usaha

penanggulangan

perdarahan

diatas

mengalami

kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan


tindakan operasi . Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi
varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto-kaval.

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

24

Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan


fungsi hari membaik.
Prognosis
Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran makan bagian atas
yang disebabkan pecahnya varises esofagus mempunyai faal hati yang
buruk/.terganggu sehingga setiap perdarahan baik besar maupun kecil
mengakibatkan

kegagalan

hati

yang

berat.

Banyak

faktor

yang

mempengaruhi prognosis penderita seperti faktor umur, kadar Hb, tekanan


darah selama perawatan, dan lain-lain. Hasil penelitian Hernomo menunjukan
bahwa angka kematian penderita dengan perdarahan saluran makan bagian
atas dipengaruhi oleh faktor kadar Hb waktu dirawat, terjadi/tidaknya
perdarahan ulang, keadaan hati, seperti ikterus, encefalopati dan golongan
menurut kriteria Child.
Mengingat tingginya angka kematian dan sukarnya dalam menanggulangi
perdarahan sakuran makan bagian atas maka perlu dipertimbangkan
tindakan yang bersifat preventif terutama untuk mencegah terjadinya sirosis
hati.

PENGKAJIAN HEMATEMESIS DAN MELENA


A. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat mengidap :
Penyakit Hepatitis kronis, cirrochis hepatis, hepatoma, ulkus peptikum
2. Kanker saluran pencernaan bagian atas

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

25

3. Riwayat penyakit darah, misalnya DIC


4. Riwayat penggunaan obat-obat ulserogenik
5. Kebiasaan/gaya hidup :
Alkoholisme, kebiasaan makan
B. Pengkajian Umum
1. Intake : anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan.
2. Eliminasi :

BAB :

konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah hitam, konsistensi


pekat, jumlahnya)

BAK :

warna gelap, konsistensi pekat


3. Neurosensori :
adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi, koma).
4. Respirasi :
sesak, dyspnoe, hipoxia
5. Aktifitas :
lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot
C. Pengkajian Fisik
1. Kesadaran, tekanan darah, nadi, temperatur, respirasi
2. Inspeksi :
Mata : conjungtiva (ada tidaknya anemis)

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

26

Mulut : adanya isi lambung yang bercampur darah


Ekstremitas : ujung-ujung jari pucat
Kulit : dingin
3. Auskultasi :
Paru
Jantung : irama cepat atau lambat
Usus : peristaltik menurun
4. Perkusi :
Abdomen : terdengar sonor, kembung atau tidak
Reflek patela : menurun
5. Studi diagnostik
Pemeriksaan darah : Hb, Ht, RBC, Protrombin, Fibrinogen, BUN, serum,
amonoiak, albumin.
Pemeriksaan urin : BJ, warna, kepekatan
Pemeriksaan penunjang : esophagoscopy, endoscopy, USG, CT Scan.

D. Pengkajian Khusus
Pengkajian Kebutuhan Fisiologis
1. Oksigen
Yang dikaji adalah :

Jumlah serta warna darah hematemesis.

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

27

Warna kecoklatan : darah dari lambung kemungkinan masih


tertinggal, potensial aspirasi.

Posisi tidur klien : untuk mencegah adanya muntah masuk ke


jalan nafas, mencegah renjatan.

Tanda-tanda renjatan : bisa terjadi apabila jumlah darah > 500


cc dan terjadi secara kontinyu.

Jumlah perdarahan : observasi tanda-tanda hemodinamik

yaitu tekanan

darah, nadi, pernapasan, temperatur. Biasanya tekanan darah (sistolik) 110


mmHg, pernafasan cepat, nadi 110 x/menit, suhu antara 38 - 39 derajat
Celcius, kulit dingin pucat atau cyanosis pada bibir, ujung-ujung ekstremitas,
sirkulasi darah ke ginjal berkurang, menyebabkan urine berkurang.
2. Cairan
Keadaan yang perlu dikaji pada klien dengan hematemesis melena yang
berhubungan dengan kebutuhan cairan yaitu jumlah perdarahan yang
terjadi. Jumlah darah akan menentukan cairan pengganti.
Dikaji : macam perdarahan/cara pengeluaran darah untuk menentukan
lokasi

perdarahan

serta

jenis

pembuluh

darah

yang

pecah.

Perdarahan yang terjadi secara tiba-tiba, warna darah merah segar,


serta keluarnya secara kontinyu menggambarkan perdarahan yang
terjadi pada saluran pencernaan bagian atas dan terjadi pecahnya
pembuluh darah arteri. Jika fase emergency sudah berlalu, pada fase
berikutnya lakukan pengkajian terhadap :

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

28

Keseimbangan intake output. Pengkajian ini dilakukan pada klien


hematemesis melena yang disebabkan oleh pecahnya varices
esofagus sebagai akibat dari cirrochis hepatis yang sering
mengalami asites dan edema.

Pemberian cairan infus yang diberikan pada klien.

Output urine dan catat jumlahnya per 24 jam.

Tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit yang menurun, mata


cekung, jumlah urin yang sedikit. Untuk klien dengan hemetemesis
melena sering mengalami gangguan fungsi ginjal.

3. Nutrisi
Dikaji :

Kemampuan klien untuk beradaptasi dengan diit : 3 hari I cair


selanjutnya makanan lunak.

Pola makan klien

BB sebelum terjadi perdarahan

Kebersihan mulut : karena hemetemesis dan melena, sisa-sisa


perdarahan

\dapat

menjadi

sumber

infeksi

yang

menimbulkan

ketidaknyamanan.\

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

29

4. Temperatur
Klien dengan hematemesis melena pada umumnya mengalami kenaikan
temperatur sekitar 38 - 39 derajat Celcius. Pada keadaan pre renjatan
temperatur kulit menjadi dingin sebagai akibat gangguan sirkulasi.
Penumpukan sisa perdarahan merupakan sumber infeksi pada saluran
cerna sehingga suhu tubuh klien dapat meningkat. Selain itu pemberian
infus yang lama juga dapat menjadi sumber infeksi yang menyebabkan
suhu tubuh klien meningkat.
5. Eliminasi
Pada klien hematemesis melena pada umumnya mengalami gangguan
eliminasi. Yang perlu dikaji adalah :

Jumlah serta cara pengeluaran akibat fungsi ginjal terganggu. Urine


berkurang dan biasanya dilakukan perawatan tirah baring.

Defikasi, perlu dicatat jumlah, warna dan konsistensinya.

6. Perlindungan
Latar belakang sosio ekonomi klien, karena pada hematemesis melena
perlu dilakukan beberapa tindakan sebagai penegakan diagnosa dan
terapi bagi klien.
7. Kebutuhan Fisik dan Psiologis
Perlindungan terhadap bahaya infeksi. Perlu dikaji : kebersihan diri,
kebersihan lingkungan klien, kebersihan alat-alat tenun, mempersiapkan

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

30

dan melakukan pembilasan lambung, cara pemasangan dan perawatan


pipa lambung, cara persiapan dan pemberian injeksi IV atau IM.
Perlindungan terhadap bahaya komplikasi :

Kaji persiapan pemeriksaan endoscopy (informed concern).

Persiapan

yang

berhubungan

dengan

pengambilan/pemeriksaan darah.
8. Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul adalah:

Defisit volume cairan sehubungan dengan perdarahan (kehilangan


secara aktif)

Potensial

gangguan

perfusi

jaringan

sehubungan

dengan

hipovolemik karena perdarahan.

Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan

asites dan

menurunnya pengembangan diafragma.

Potensial inferksi sehubungan dengan berkurangnya sel darah


putih.

Gangguan

rasa

nyaman:

nyeri

sehubungan

dengan

rasa

panas/terbakar pada mukosa lambung dan rongga mulut. atau


spasme otot dinding perut.

Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi


tentang penyakitnya.

Kecemasan sehubungan dengan penyakitnya.

Risiko tinggi terjadinya gangguan kesadaaran.

Modul Keperawatan Sistem Pencernaan

31

Daftar Pustaka
Soeparman: Ilmu penyakit dalam Jilid II, FK-UI, Jakarta. 1984
Long, Phips, Medical surgical nursing, Philadelphia, WB. Sounders. 1991
Junadi, P. et all, Kapita selekta, Media Aesculapius, FK-UI, Jakarta. 1984

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

32

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TRAUMA ABDOMEN

Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya


lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun
tehnik diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi,
namun trauma tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik.
Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara optimal. Evaluasi awal
sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya jejas yang
tidak jelas pada area lain yang terkait.

PATOFISIOLOGI
Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma
tajam. Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju)
biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul
velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel, seperti organ
padat ( hepar, lien, ginjal ) dari pada organ-organ berongga. (Sorensen,
1987)

Yang mungkin terjadi pada trauma abdomen adalah :

Perforasi

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

33

Gejala perangsangan peritonium yang terjadi dapat disebabkan oleh zat


kimia atau mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya
lambung, maka terjadi perangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma
dan timbul gejala peritonitis hebat.
Bila perforasi terjadi di bagian bawah seperti kolon, mula-mula timbul gejala
karena mikroorganisme membutuhkan waktu untuk berkembang biak. Baru
setelah 24 jam timbul gejala-gejala akut abdomen karena perangsangan
peritoneum.
Mengingat kolon tempat bakteri dan hasil akhirnya adalah faeses, maka jika
kolon terluka dan mengalami perforasi perlu segera dilakukan pembedahan.
Jika tidak segera dilakukan pembedahan, peritonium akan terkontaminasi
oleh bakteri dan faeses. Hal ini dapat menimbulkan peritonitis yang berakibat
lebih berat.

Perdarahan
Setiap trauma abdomen (trauma tumpul, trauma tajam, dan tembak) dapat
menimbulkan perdarahan. Yang paling banyak terkena robekan pada trauma
adalah alat-alat parenkim, mesenterium, dan ligamenta; sedangkan alat-alat
traktus digestivus pada trauma tumpul biasanya terhindar. Diagnostik
perdarahan pada trauma tumpul lebih sulit dibandingkan dengan trauma
tajam, lebih-lebih pada taraf permulaan. Penting sekali untuk menentukan
secepatnya, apakah ada perdarahan dan tindakan segera harus dilakukan
untuk menghentikan perdarahan tersebut.

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

34

Sebagai contoh adalah trauma tumpul yang menimbulkan perdarahan dari


limpa. Dalam taraf pertama darah akan berkumpul dalam sakus lienalis,
sehingga tanda-tanda umum perangsangan peritoneal belum ada sama
sekali. Dalam hal ini sebagai pedoman untuk menentukan limpa robek (ruptur
lienalis) adalah :

Adanya bekas (jejas) trauma di daerah limpa

Gerakkan pernapasan di daerah epigastrium kiri berkurang

Nyeri tekan yang hebat di ruang interkostalis 9 - 10 garis aksiler depan


kiri.

DIAGNOSTIK
Riwayat
Dapatkan

keterangan

mengenai

perlukaannya,

bila

mungkin

dari

penderitanya sendiri, orang sekitar korban, pembawa ambulans, polisi, atau


saksi-saksi lainnya, sesegera mungkin, bersamaan dengan usaha resusitasi.

Penemuan
Trauma tumpul pada abdomen secara tipikal menimbulkan rasa nyeri tekan,
dan rigiditas otot, pada daerah terjadinya rembesan darah atau isi perut.
Tanda-tanda ini dapat belum timbul hingga 12 jam atau lebih pasca trauma,
sehingga kadanga-kadang diperlukan pengamatan yang terus-menerus yang
lebih lama. Nyeri yang berasal dari otot dan tulang, mungkin malah tak

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

35

terdapat tanda-tanda objektif yang dapat menunjukan perlukaan viseral yang


luas. Fraktur pada iga bagian bawah sering kali menyertai perlukaan pada
hati dan limpa. Pemeriksaan rektum secaga digital, dapat menimbulkan
adanya darah pada feses

Test Laboratorium
Secara rutin, diperiksa hematokrit, hitung jenis leukosit, dan urinalisis,
sedangkan test lainnya dilakukan bila diperlukan. Nilai-nilai amilase urine,
dan serum dapat membantu untuk menentukan adanya perlukaan pankreas
atau perforasi usus.

Foto Sinar X

Film

polos

abdomen

dapat

menunjukkan

adanya

udara

bebas

intraperitoneal, obliterasi bayangan psoas, dan penemuan-penemuan


lainnya yang pada umunya tak khas. Fraktur prosesus transversalis
menunjukan adanya trauma hebat, dan harus mengingatkan kita pada
kemungkinan adanya perlukaan viseral yang hebat.

Film dada dapat menunjukkan adanya fraktur iga, hematotorak,


pnemotorak, atau lainnya yang berhubungan dengan perlukaan thorak

Penderita dengan tauma tumpul sering memerlukan foto thorak sinar X


tengkorak, pelvis, dan anggota gerak lainnya.

Studi kontras pada saluran kemih diperlukan bila terdapat hematuria.

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

36

Foto sinar X dengan kontras pada saluran pencernaan atas dan bawah,
diperlukan pada kasus tertentu.

C.T Scan abdomen sangat membantu pada beberapa kasus, tetapi


inibelim banyak dilakukan.

Angiografi dapat memecahkan teka-teki tantang perlukaan pada limpa,


hati, dan pakreas. Pada kenyataanya, angiografi abdominal jarang
dilakukan.

Test Khusus
Lavase

peritoneal

berguna

untuk

mengetahui

adanya

perdarahan

intraabdomen pada suatu trauma tumpul, bila dengan pemeriksaan fisik dan
radilogik, diagnosa masih diragukan. Test ini tak boleh dilakukan pada
penderita yang tak kooperatif, melawan dan yang memerlukan operasi
abdomen segera. Kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu. Posisi
panderita terlentang, kulit bagian bawah disiapkan dengan jodium tingtur dan
infiltrasi anestesi lokal di garis tengah, diantara umbilikus dan pubis.
Kemudian dibuat insisi kecil, kateter dialisa peritoneal dimasukkan ke dalam
rongga peritoneal. Ini dapat dibantu/dipermudah oleh otot-otot
abdomen penderta sendiri, dengan jalan meikan kepala penderita. Kateter ini
harus dipegang dengan kedua tangan, untuk mencegah tercebur secara acak
ke dalam rongga abdomen.

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

37

Tehnik yang lebih aman adalah dengan

membuat insisi sepanjang 1 cm

pada fasia, dan kateter di masukkan ke dalam rongga peritoneal dengan


pengamatan secara langsung. Pisau ditarik dan kateter dimasukkan secara
hati-hati ke pelvis ke arah rongga sakrum. Adanya aliran darah secara
spontan pada kateter menandakan adanya perdarahan secara positif. Tetapi
ini jarang terjadi. Masukan 1000 cc larutan garam fisiologis ke dalam rongga
peritoneal (jangan larutan dextrose), biarkan cairan ini turun sesuai dengan
gaya grvitasi. Adanya perdarahan intraabdominal ditandai dengan warna
merah seperti anggur atau adanya hematokrit 1% atau lebih pada cairan
tersebut (cairan itu keluar kembali). Bila cairan tetap, bening atau hanya
sedikit berubah merah tandanya negatif.

PENATALAKSANAAN
1. Segera dilakukan operasi untuk menghentikan perdarahan secepatnya.
Jika penderita dalam keadaan syok tidak boleh dilakukan tindakan selain
pemberantasan syok (operasi)
2. Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada trauma
tumpul bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
3. Luka tembus merupakan indikasi dilakukannya tindakan laparatomi
eksplorasi bila ternyata peritonium robek. Luka karena benda tajam yang
dangkal hendaknya diekplorasi dengan memakai anestesi lokal, bila
rektus posterior tidak sobek, maka tidak diperlukan laparatomi.

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

38

4. Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan hebat


yang meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda perlukaan
abdomen lainnya memerlukan pembedahan.
5. Laparatomi

Prioritas

utama

adalah

menghentikan

perdarahan

yang

berlangsung. Gumpalan kassa dapat menghentikan perdarahan


yang berasal dari daerah tertentu, tetapi yang lebih penting adalah
menemukan sumber perdarahan itu sendiri

Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dicegah dengan


mengisolasikan bagian usus yang terperforasi tadi dengan
mengklem segera mungkin setelah perdarahan teratasi.

Melalui ekplorasi yang seksama amati dan teliti seluruh alat-alat di


dalamnya. Korban trauma tembus memerlukan pengamatan
khusus terhadap adanya kemungkinan perlukaan pada pankreas
dan duodenum.

Hematoma retroperitoneal yang tidak meluas atau berpulsasi tidak


boleh dibuka.

Perlukaan khusus perlu diterapi

Rongga peritoneal harus dicuci dengan larutan garam fisiologis


sebelum ditutup

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

39

Kulit dan lemak subcutan dibiarkan terbuka bila ditemukan


kontaminasi fekal, penutupan primer yang terlambat akan terjadi
dalam waktu 4 - 5 hari kemudian.

PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan aspek penting pada trauma abdomen karena trauma
ini membutuhkan tindakan segera. Hal-hal yang dikaji meliputi : (Sorensen
1987)
1. Kumpulkan riwayat tentang kejadian trauma.
2. Kaji pasien terhadap tanda-tanda distensi abdomen lanjut. Adanya nyeri
tekan, gerakan usus tak teratur, kaku otot., bunyi usus hilang, hipotensi
dan syok.
3. Auskultasi bunyi usus, tidak adanya bunyi usus merupakan tanda
terlibatnya intraperitoneal. Bila terdapat tanda-tanda iritasi peritoneal
biasanya dilakukan ekploprasi celiotomy.
4. Catat semua keadaan fisik pasien seprti; pemeriksaan yang dilakukan.
5. Amati adanya cedera dada yang sering merupakan penyerta

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah yang timbul pada trauma abdomen sering merupakan masalah
medis yang perlu penanganan segera seperti perdarahan,syok hipovolemik,
potensial infeksi, dan tetanus.

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

40

Diagnosa

keperawatan

muncul

terutama

setelah

akibat

prosedur

pembedahan abdominal yang dilakukan. Menurut Sparks 1991 diagnosa


keperawatan pada pasien laparatomi meliputi :

Potensial infeksi sehubungan dengan adanya luka operasi

Potensial injuri sehubungan dengan gangguan aktifitas

Nyeri sehubungan dengan adanya luka operasi

Potensial

kerusakan

integritas

kulit

stoma

sehubungan

dengan

perembesan sekresi cairan dari drainage.

Gangguan body image sehubungan dengan adanya kolostomy (stoma)

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

41

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Theodore, R. Schrock, M.D, Ilmu Bedah, Penerbit Buku Kedokteran

Purnawan Junadi, et al , Kapita Selekta Kedokteran , edisi ke II , Media


Aesculapius, FK-UI 1982.

Marylin Doenges, Nursing Care Plans,F.A Davis Company, Philadelpia,


1984

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

42

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN COLORECTAL CANCER
1. Tinjauan Umum
Kanker dalam usus halus sangat jarang dan tidak dibahas dalam
teks ini. Kanker colon dan rektum bagaimanapun kanker ini di USA terjadi
paling banyak diantara laki-laki dan perempuan dan diantara keduanya
ditetapkan secara bersama-sama ( American Cancer Society / ACS
1998 )
Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika
Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998 )
Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit
ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah.Pembedahan
adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker colorektal.

2. Patofisiologi
Perubahan Patologi
Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon mengikuti kira-kira pada
bagian ( Sthrock 1991 a ) :

26 % pada caecum dan ascending colon

10 % pada transfersum colon

15 % pada desending colon

20 % pada sigmoid colon

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

43

30 % pada rectum

Gambar dibawah ini menggambarkan terjadinya kanker pada sigmoid


dan colon kanan dan mengurangi timbulnya penyakit pada rektum dalam
waktu 30 tahun ( Sthrock ).
Karsinoma colorektal sebagian besar menghasilkan
adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh tidak terditeksi sampai
gejala-gejala muncul secara berlahan dan tampak
membahayakan.Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode.Tumor
mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di
perut,mencapai serosa dan mesenterik fat.Kemudian tumor mulai melekat
pada organ yang ada disekitarnya,kemudian meluas kedalam lumen pada
usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem
sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah
pada usus besar melalui limpa,setelah sel tumor masuk pada sistem
sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah
tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru. Tempat metastase
yang lain termasuk :
-

Kelenjar Adrenalin

Ginjal

Kulit

Tulang

Otak

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

44

Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar


melalui limpa dan sistem sirkulasi,tumor colon juga dapat menyebar
pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor belum dilakukan.
Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari tumor
pecah menuju ke rongga peritonial.

3. Komplikasi
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada
lokasi tumor atau melelui penyebaran metastase yang termasuk :

Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis

Pembentukan abses

Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina

Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang


menyebabkan pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan
secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak
bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan
pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter )
dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.
4. Etiologi
Penyebab dari pada kanker colorektal tidak diketahui. Diet dan
pengurangan waktu peredaran pada usus besar ( Aliran depan feces )
yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

45

oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan


organisasi kanker lainnya.
Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat
kimia yang menyebabkan kanker pada usus besar ( Tabel 56-1 ).
Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut,yang
mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan
yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging
merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan
timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di
panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker.
Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah
yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar.
Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak
hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day
Adventists ).
Tabel 56-1. Makanan yang menyebabkan resiko terhadap Ca Colorektal :
Makanan yang harus dihindari :

Daging merah

Lemak hewan

Makanan berlemak

Daging dan ikan goreng atau panggang

Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)

Makanan yang harus dikonsumsi:

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

46

Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous


Vegetables dari golongan kubis ( seperti brokoli,brussels
sprouts )

Butir padi yang utuh

Cairan yang cukup terutama air


Karena sebagian besar tumor colorektal menghasilkan

adenoma,faktor utama yang membahayakan terhadap kanker colorektal


menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma colorektal :
tubular,villous dan tubulo villous ( akan di bahas pada polips ).Meskipun
hampir besar kanker colorektal berasal dari adenoma,hanya 5% dari
semua adenoma colorektal menjadi manigna,villous adenoma
mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau
manigna tumor tidak diketahui poliposis yang bergerombol bersifat
herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di
karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan
rektum.Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100
% dari orang yang berusia 20 30 tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit
Crohns juga mempunyai resiko terhadap kanker colorektal.
Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan tingkat yang lebih
tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker colorektal akan

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

47

menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit
tersebut
5. Kejadian.
Kira-kira 152.000 orang di amerika serikat terdiagnosa kanker
colorektal pada tahun 1992 dan 57.000 orang meninggal karena kanker
ini pada tahun yang sama ( ACS 1993 ). Sebagian besar klien pada
kanker colorektal mempunyai frekuensi yang sama antara laki-laki dan
perempuan. Kanker pada colon kanan biasanya terjadi pada wanita dan
Ca pada rektum biasanya terjadi pada laki-laki.
6. Alternatif Transcultural.
Kejadian Ca colorektal pada USA tampaknya mengalami
kemunduran dari seluruh bangsa-bangsa lain kecuali pada laki-laki
afrika dan amerika.Kejadian yang lebih besar terjadi terhadap kanker ini
terjadi di daerah industri bagian barat dansebagian jepang firlandia dan
afrika ini adalah pemikiran yang berhubungan dengan diet. Daerah yang
penduduknya mengalami kejadian yang rendah terhadap Ca colon
mempunyai diet tinggi terhadap buah-buahan,sayuran,ikan dan
sebagian kecil daging.

COLABORATIF MANAGEMENT
PENGKAJIAN
1.Sejarah

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

48

Sejarah Ca pada klien diperoleh perawat berdasarkan usia


dan jenis kelamin,sejarah diet dan keadaan dari letak geografi diet.
Sebagian besar resiko yang menjadi pertanyaan perawat :
1. Sejarah dari keluarga terhadap Ca colorektal
2. Radang usus besar
3. Penyakit Crohns
4. Familial poliposis
5. Adenoma
Perawat bertanya tentang perubahan kebiasaan pada usus
besar seperti diare dengan atau tanpa darah pada feces klien mungkin
merasa perutnya terasa penuh ,nyeri atau berat badan turun tetapi
biasanya hal tersebut terlambat ditemukan .
2. Pemeriksaan fisik.
Tanda-tanda Ca Colorektal tergantung pada letak
tumor.Tanda-tanda yang biasanya terjadi adalah :

Perdarahan pada rektal

Anemia

Perubahan feces

Kemungkinan darah ditunjukan sangat kecil atau lebih hidup


seperti mahoni atau bright-red stooks.Darah kotor biasanya tidak
ditemukan tumor pada sebelah kanan kolon tetapi biasanya ( tetapi bisa
tidak banyak ) tumor disebelah kiri kolon dan rektum.

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

49

Hal pertama yang ditunjukkan oleh Ca Colorectal adalah :

teraba massa

pembuntuan kolon sebagian atau seluruhnya

perforasi pada karakteristik kolon dengan distensi


abdominal dan nyeri

Ini ditemukan pada indikasi penyakit Cachexia.


3. Pemeriksaan psikososial.
Orang-orang sering terlambat untuk mencoba perawatan
kesehatan karena khawatir dengan diagnosa kanker. Kanker biasanya
berhubungan dengan kematian dan kesakitan. Banyak orang tidak sadar
dengan kemajuan pengobatan dan peningkatan angka kelangsungan
hidup. Deteksi dini adalah cara untuk mengontrol Ca colorectal dan
keterlambatan dalam mencoba perawatan kesehatan dapat mengurangi
kesempatan untuk bertahan hidup dan menguatkan kekhawatiran klien
dan keluarga klien.
Orang-oarang yang hidup dalam gaya hidup sehat dan
mengikuti oedoman kesehatan mungkin merasa takut bila melihat
pengobatan klinik, klien ini mungkin merasa kehilangan kontrol, tidak
berdaya dan shock. Proses diagnosa secara umum meluas dan dapat
menyebabkan kebosanan dan menumbuhkan kegelisahan pada pasien
dan keluarga pasien. Perawat membolehkan klien untuk bertanya dan
mengungkapkan perasaanya selama proses ini.

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

50

4. Pemeriksaan laboratorium
Nilai hemaglobin dan Hematocrit biasanya turun dengan
indikasi anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces
memperkuat perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari
daging, makanan yang mengandung peroksidase ( Tanaman lobak dan
Gula bit ) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan feces
spesimen. Perawat dapat menilai apakah klien pada menggumakan
obat Non steroidal anti peradangan ( ibu profen ) Kortikosteroid atau
salicylates. Kemudian perawat dapat konsul ke tim medis tentang
gambaran pengobatan lain.
Makanan-makanan dan obat-obatan tersebut menyebabkan
perdarahan. Bila sebenarnya tidak ada perdarahan dan petunjuk untuk
kesalahan hasil yang positif.
Dua contoh sampel feses yang terpisah dites selama 3 hari
berturut-turut, hasil yang negatif sama sekali tidak menyampingkan
kemungkinan terhadap Ca colorektal. Carsinoma embrionik antigen
(CEA) mungkin dihubungkan dengan Ca colorektal, bagaimanapun ini
juga tidak spesifik dengan penyakit dan mungkin berhubungan dengan
jinak atau ganasnya penyakit. CEA sering menggunakan monitor untuk
pengobatan yang efektif dan mengidentifikasi kekambuhan penyakit
5. Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat
memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

51

mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana


terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil
kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara
umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya
massa dan luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat
menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
.
6. Pemeriksaan Diagnosa lainnya.
Tim medis biasanya melakukan sigmoidoscopy dan
colonoscopy untuk mengidentifikasi tumor. Biopsi massa dapat juga
dilakukan dalam prosedur tersebut.
ANALISIS
1. Diagnosa keperawatan utama
.Pasien dengan tipe Ca colorektal mempunyai diagnosa
keperawatan seperti dibawah ini:
a. Resiko tinggi terhadap luka s.d efek dari tumor dan kemungkinan
metastase.
b. Ketidakefektifan koping individu s.d gangguan konsep diri.
2. Diagnosa keperawatan tambahan
a. Nyeri s.d obstruksi tumor pada usus besar dengan kemungkinan
menekan organ yang lainnya.

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

52

b. Gangguan pemeliharaan kesehatan s.d kurangnya pengetahuan


tentang proses penyakit, program diagnosa dan rencana
pengobatan.
c. Ketidakefektifan koping keluarga : Kompromi s.d gangguan pada
peran, perubahan gaya hidup dan ketakutan pasien terhadap
kematian.
d. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh s.d program
diagnosa.
e. Ketakutan proses penyakit
f. Ketidakberdayaan s.d penyakit yang mengancam kehidupan dan
pengobatannya.
g. Gangguan pola sexual s.d gangguan konsep diri.
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
RESIKO TINGGI TERHADAP LUKA
Perencanaan : Tujuan Klien. Tujuan untuk klien adalah :
a. Pengalaman pengobatan atau memperpanjang kelangsungan hidup.
b. Pengalaman untuk meningkatkan kualitas hidup.
c. Tidak ada pengalaman tentang komplikasi kanker termasuk
metastase.
Intervensi :
Pembedahan biasanya pengobatan untuk tumor di kolon atau
rektal.Tetapi radiasi dan kemoterapi mungkin juga digunakan untuk

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

53

membantu pembedahan, untuk mengontrol dan mencegah kekambuhan


kanker.
Pelaksanaan tanpa pembedahan.
Tim medis dapat menilai kanker tiap pasien untuk menentukan
rencana pengobatan yang baik dengan mempertimbangkan usia,
komplikasi penyakit dan kualitas.
Terapi radiasi
Persiapan penggunaan radiasi dapat diberikan pada pasien
yang menderita Ca kolorektal yang besar, walaupun ini tidak
dilaksanakan secara rutin. Terapi ini dapat menyebabkan kesempatan
yang lebih banyak dari tumor tertentu, yang mana terjadi fasilitas reseksi
tumor selama pembedahan.
Radiasi dapat digunakan post operatif sampai batas
penyebaran metastase. Sebagai ukuran nyeri, terapi radiasi
menurunkan nyeri, perdarahan ,obstruksi usus besar atau metastase ke
paru-paru dalam perkembangan penyakit.
Perawat menerangkan prosedur terapi radiasi pada klien dan
keluarga dan memperlihatkan efek samping (contohnya diare dan
kelelahan). Perawat melaksanakan tindakan untuk menurunkan efek
samping dari terapi .
Kemoterapi
Obat non sitotoksik memajukan pengobatan terhadap Ca
kolorektal kecuali batas tumor pada anal kanal. Bagaimanapun juga 5

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

54

fluorouracil (5-FU,Adrucil) dan levamisole (ergamisol) telah


direkomendasikan terhadap standar terapi untuk stadium khusus pada
penyakit (contoh stadium III) untuk mempertahankan hidup. Kemoterapi
juga digunakan sesudah pembedahan untuk mengontrol gejala-gejala
metastase dan mengurangi penyebaran metastase. Kemoterapi
intrahepatik arterial sering digunakan 5 FU yang digunakan pada klien
dengan metastasis liver.
Manajemen pembedahan
Reseksi kolon dengan atau tanpa kolostomi dan reseksi
perineal abdomen adalah prosedur umum pembedahan terhadap Ca
kolorektal.
Reseksi kolon
Tipe khusus terhadap reseksi dan keputusan untuk membuat
kolostomi sementara atau permanen tergantung pada :
-

Lokasi dan ukuran tumor

Tingkat komplikasi (contoh obstruksi atau perforasi)

Kondisi klien
Reseksi kolon melibatkan pemotongan pada bagian kolon

dengan tumor dan meninggalkan batas area dengan bersih.


Perawatan Pre operatif
Perawat membantu klien untuk menyiapkan reseksi kolon
dengan mempertegas keterangan dari dokter terhadap prosedur
rencana pembedahan. Klien menanyakan kepastian tentang

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

55

kemungkinan perubahan yang terjadi pada anatomi dan fisiologi setelah


pembedahan sebelum evaluasi pembedahan tumor dan kolon, dokter
mungkin tidak dapat menentukan apakah kolostomo diperlukan
sementara atau permanen. Jika ini sebuah penyakit dokter memberikan
pertolongan pada klien tentang kemungkinan kolostomi. Ketika dokter
memastikan kolostomi akan diperlukan, klien bertanya tentang kolostomi
sebelum pembedahan. Jika kolostomi pasti direncanakan, perawat
mengkonsulkan terapi enterostomal untuk menasehati penempatan
ostomi yang optimal dan mengintruksikan kepada klien tentang fungsi
umum ostomi dan rasionalnya. Terapi enterostomal adalah perawat
yang recatat mempunyai latihan spesialisasi yang lengkap dan disahkan
dalam perwatan ostomi.
Tidak berfungsinya alat sexual adalah suatu masalah yang
potensial untuk laki-laki dan wanita yang mengalami Ca bedah
rektal.Pembicaraan dokter ini tentang resiko terhadap klien,dan yang
mendukung klien dalam usaha ini.Perawat mempersiapkan klien untuk
bedah abdomen dengan anestesi umum.
Jika usus tidak obstruktif atau perforasi,rencananya adalah
bedah elektif. Klien menerima dengan sungguh-sungguh pembersihan
dari usus, atau persiapan pembersihan usus , untuk meminimalkan
pertumbuhan bakteri dan mencegah terjadinya komplikasi, untuk
persiapan pembersihan usus klien mengintruksikan untuk menentukan
diet mereka untuk membersikan cairan cairan 1-2 hari sebelum

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

56

pembedahan. Pembersihan mekanik akan sempurna dengan pencuci


perut dan pemasukan cairan ke dalam poros usus atau dengan
melavement seluruh isi perut. Untuk melavement seluruh isi perut,
kuantitas besar makanan klien pada sodium sulfat dan poliyethilene
glycol solution. Solusi yang melebihi kapasitas absobsi pada usus kecil
dan colon bersih dari feces. Untuk mengurangi bahaya infeksi, para
ilmuwan memberikan antibiotik oral atau intravena untuk di berikan pada
hari sebelum pembedahan
Prosedur Operatif
Ahli bedah membuat insisi dalam perut dan memeriksa
rongga abdomen untuk menentukan letak reseksi dari tumor tersebut.
Bagian dari colon dengan tumor adalah menghilangkan dan terkhir
membuka dua pada usus yang di irigasi sebelum hubungannya dengan
colon. Jika hubungan ini tidak dapat dijalankan karena lokasi pada tumor
atau kondisi pada usus.( Contoh inflamasi) ,kolostomi meningkat. Ahli
bedah membuat colostomi dengan membuat pembukaan dalam lubang.
Pada kolon ( Lubang kolostomi ) atau dengan membagi kolon dan
terakir membawa keluar satu ( Akhir terminal kolostomi ), sisa setoma
adalah sisa lubang menjahit luka untuk kulit pada abdomen. Kolostomi
mungkin dapat meningkat pada kolon
ascending,transversum,descending atau kolon sikmoit
Prosedur Hartman sering kali di lakukan ketika kolostomi
sementara yang menghendaki untuk istirahat dan beberapa bagian

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

57

usus. Kolon proksimal di gunakan untuk membuat kolostomi. Ahli bedah


menjahit ujung distal dari kolon dan tempat dalam rongga abdomen atau
eksterior pada mucus fitula.
Perawatan post operatif
Klien yang mempunyai kerusakan kolon tanpa menerima
perawatan kolostomi sejenis, untuk klien yang menderita sedikit bedah
abdomen.
Pasien yang mempunyai kolostomi dapat kembali dari
pembedahan dengan sebuah sistem kantung ostomi pada tempatnya.
Bila tidak ada sistem kantung pada tempatnya, Perawat meletakkan
pembalut petrolatum tipis pada seluruh setoma untuk menjaganya untuk
tetap lembab. Kemudian, stoma ditutup dengan pembalut steril yang
kering. Perpaduan dengan terapi enterostomal (ET), perawat
meletakkan sistem kantung sesegera mungkin. Sistem kantung
kolostomi membuat lebih nyaman dan pengumpulan feces lebih bisa di
terima dari pada dengan pembalutan.
Perawat mengobserfasi untuk :
-

Nekrosis jaringan

Perdarahan yang tidak biasa

Warna pucat, yang mengindikasikan kurang sirkulasi


Stoma yang sehat berwarna merah muda-kemerahan-dan

lembab. Sejumlah kecil perdarahan pada stoma adalah biasa tetapi


perdarahan lain dilaporkan pada dokter bedah. Perawat juga secara

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

58

berfrekuensi memeriksa sistem katung untuk mengetahui kondisinya


tetap baik dan tanda-tand kebocoran.
Colostomi harus mulai berfungsi 2 4 hari setelah operasi.
Ketika colostomi mulai berfungsi , kantung perlu dikosongkan secara
berfrekuensi untuk menghilangkan gas yang terkumpul. Kantung harus
di kosongkan bila sudah 1/3 1/2 nya sudah penuh feces. Feces
berbentuk cair sesudah operasi, tetapi menjadi lebih padat, tergantung
pada di mana stoma diletakkan pada kolon. Sebagai contoh feces dari
kolostomi dalam kolon bagaian atas yang naik adalah cair, feces di
kolostomi dalam kolon melintang berbentuk pasta ( mirip dengan feces
seperti biasanya yang dikeluarkan dari rektum ).
Aspek penting yang lain dari kolostomi adalah perawatan kulit.
Barier pelindung di letakkan pada kulit sebelum kantung di pasang.
Perawat mengamati kulit di sekitar stoma, untuk kulit kemerahan atau
kerusakan kulit dan memberitahukan pada dkter atau ahli terapi atau
fisik bila terjadi iritasi kulit.
Pemindahan Abdominal Perineal
Bila ada tumor rektal, struktur pendukung rektum dan rektal
dapat perlu di pindahkan. Pemindahan abdominal perineal biasanya
membutuhkan kolostomi yang permanen untuk evaluasi. Bagaimanapun
dengan improfisasi pada teknik pembedahan, banyak pasien dapat
menjalani pemindahan kolon dengan spincter rektal dibiarkan utuh.
Dengan demikian kebutuhan kolostomi dapat di hindari.

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

59

Perawatan pra operasi


Perawatan pra operasi untuk pasien yang menjalani
pemindahan A/P sama dengan yang diberikan pada pasien yang
menjalani pemindahan kolon ( lihat bagian awal ).

Prosedur Operasi
Dokter bedah membuka kolon sigmoit, kolon rekto sigmoid,
rektum dan anus melalui kombinasi irisan pada abdominal dan perineal.
Di buat akiran yang permanen dari kolostomi sigmoid.
Perawatan pasca operasi
Perawatan pasca operasi setelah pemindahan A/P adalah
sama dengan perawatan yang diberikan setelah pemindahan kolon
dengan pembuatan kolostomi sigmoid. Perawat bekerja sama dengan
dokter ET untuk menyediakan perawatan kolostomi dan pasien serta
pendidikan untuk keluarga.
Ada 3 metode dalam pembedahan untuk menutup luka :

Luka dibiarkan terbuka, kasa diletakkan pada luka, dibiarkan pada


tempatnya selama 2-5 hari. Bila ahli bedah melakukan pendekatan ini,
irigasi luka dan kasa absorben digunakam sampai tahap
penyembuhan.

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

60

Luka dapat sebagian saja ditutup karena penggunaan jahitan luka atau
bedah penrose yang diletakkan untuk pengeringan cairan yang
terkumpul didalam luka.

Luka dapat ditutup seluruhnya , kateter diletakkan melalui luka sayatan


sepanjang sisi luka perineal dan dibiarkan selama 4-6 hari. Satu
kateter digunakan untuk irigasi luka dengan salin isotoni yang steril
dan kateter yang lain dihubungkan pada pengisapan yang bawah.
Pengeringan dari luka parineal dan rongga perut adalah
penting karena kemungkinan infeksi dan pembentukan abses.
Pengeringan copius serosa nguineous dari luka perineal adalah
diharapkan penyembuhan luka perineal dapat memerlukan 6-8 bulan.
Luka dapat menjadi sumber rasa tidak nyaman pada irisan abdominal
dan ostomi. Dan perlu perawatan yang lebih baik dan intensif. Pasien
dapat dihantui rasa sakit pada rektal karena inerfasi simpatik untuk
kontrol rektal tidak diganggu. Sakit dan rasa gatal kadang-kadang bisa
terjadi srtelah penyembuhan. Tidak ada penjelasan secara fisiologis
untuk rasa ini. Intervensi dapat termasuk pengobatan anti puritis seperti
bezocain dan sitz baths. Perawat : - Menjelaskan fisiologi dari sensasi
perineal pada pasien
-Secara berkelanjutan menilai tanda infeksi, nanah atau
komplikasi lainnya.

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

61

-Metode pelaksanaan menbentuk pengeringan luka dan


kenyamanan.
PENANGGULANGAN SECARA INDIVIDUAL YANG TAK EFEKTIF
Rencana: Tujuan pasien
Tujuannya adalah bahwa pasien akan mengidentifikasi,
mengembangkan dan menggunakan metode penanggulangan yang
efektif dalam persetujuan dengan meluhat perubahan dan takut
kehilangan pengalaman.
INTERVENSI
Pasien dan keluarganya dihadapkan dengan isu atau rumor
penyakit kanker kemungkinan kehilangan fungsi tubuh dan perubahan
fungsi tubuh.
Perawat mengamati dan mengidentifikasi :

Metode baru penanggulangan pasien dan


keluarganya

Sumber dukungan atau semangat yang efektif


digunakan pada saat setelah krsisis

POKOK-POKOK KEPERAWATAN LUKA PERINEAL


* Perawatan luka

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

62

irigasi luka dengan normal salin povidon iodin ( betadin ) atau


larutan peroksida sering seringnya diperintahkan oleh dokter
menggunakan tehnik steril dengan teliti.
-

Letakkan kasa penghisap diatas luka

Ajarkan klien bahwa dia boleh :

1. Menggunakan serbet wanita sebagai pembalut .


2. Memakai celana dalam tipe joki dari petinju
3. Mencukur rambut perineal sering-sering
* Langkah-langkah kenyamanan
@ Rendam daerah luka dalam air ukuran 10 20 minimal 3 atau 4 kali
per hari.
@ Berikan obat sakit sesuai perintah dan taksiran yang efektif
@ Ajarkan pasien tentang aktifitas yang diperbolehkan. Klien boleh :
-

Mengambil posisi berbaring menyamping di tempat tidur,


menghindari duduk untuk waktu lama.

Menggunakan bantal busa atau bantal yang lembut untuk


duduk sewaktu-waktu dalam posisi duduk.

Menghindari penggunaan alat cincin udara tau kue karet

* Pencegahan komplikadsi
a. Pertahankan keseimbangan larutan dan elektrolit dengan melihat
kemasukan dan pengeluaran serta melihat pengeluaran dari luka
perineal.

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

63

b. Observasi intregitas barisan jahitan, perhatikan eritema, edema,


perdarahan ,drainage purulent, bau yang luar biasa dan berlebihan
atau perasaan sakit yang teru-menerus.
Klien dan keluarganya memperkenalkan ajaran tentang masalah kesehatan
ke klien
Perawat mendorong pasien untuk mengungkapkan dengan
kata-kata perasaan tentang ostmi. Perawat mengatakan bahwa
kesedihan, kemarahan, perasaan kehilangan dan depresi adalah respon
normal untuk perubahan fungsi tubuh.
Hal itu dapat menolong diskusi tentang kolostomi sebagai satu
aspek perawatan pasien dari pada membuat hal itu sebagai dari
perawatan, seperti defekasi hanya satu aspek fungsi fisiologi pasien.
Perawat mendorong pasien untuk melihat dan menyentuh stoma. Waktu
tenaga jasmani klien mampu, perawat mendorong pasien berpartisipasi
dalam perawatan kolostomi. Perawat membantu pasien dan
keluarganya dalam merumuskan pertanyaan dan menungkapkan
dengan kata-kata. Perwat mengobserfasi apakah pasien mempunyai
informasi penting dan mempunyai kemampuan psikomotor yang di
pelajari utuk perawatan kolostomi. Partisipasi dalam membantu untuk
memulihkan perasaan pasien dalam mengontrol gaya hidup dan
memudahkan peningkatan menghargai diri sendiri.
PERENCANAAN PERAWATAN
* Persiapan perawatan rumah

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

64

Perawat menilai semua pasien mempunyai kemampuan


melakukan perawatan insisi dan aktifitas hidup sehari-hari ( ADL ) dalam
batas-batas tertentu.
Untuk pasien yang menjalani kolostomi, perawat menimbang
situasi rumah untuk membantu pasien dalam pengaturan perawatan.
Jadi ostomi akan berfungsi secara tepat, pasien dan keluarga harus
menjaga persediaan ostomi di daerah ( kamar mandi lebih disukai )
dimana temperatur tidak panas juga tidak dungin ( rintangan kulit dapat
menjadi keras atau meleleh dalam temperataur ekstrim ).
Tidah ada perubahan yang di butuhkan dalam akomodasi
tidur. Beberapa pasien pindah ke ruangan tersendiri atau ke tempat tidur
kembar. Ini dapat menuntun jarak fisik dan emosionil dari suami atau
istri dan yang penting lainnya. Penutup karet pada awalnya dapat di
tempatkan di atas kasur tempat tidur jika pasien merasa gelisah tentang
sistem kantung.
* Pengajaran kesehatan
Pasien yang menjalani reseksi kolon tanpa kolostomi
menerima instruksi untuk kebutuhan spesifik di berokan sama pada
pasien yang menjalani bedah abdomen. Di samping informasi ini,
perawat mengajar semua pasien dengan reseksi kolon untuk melihat
dan manifestasi laporan klinik untuk opstruksi usus dan perforasi.
Rehabilitasi sesudah bedah ostomi mengharuskan pasien dan
keluarga belajar prinsip perawatan kolostomi dan kemampuan

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

65

psikomotor untuk memudahkan perawatan ini. Memberikan informasi


adalah penting, tetapi perawat juga harus memberikan kesempatan
yang cukup kepada pasien untuk belajar kemampuan psikomotor yang
terlibat dalam perawatan ostomi sebelum pelaksanaan. Waktu latihan
yang cukup direncanakan untuk pasien dan keluarga atau yang penting
lainnya. Sehingga mereka dapat mengurus, memasang dan
menggunakan semua perawatan ostomi. Perawat mengajar pasien dan
keluarga :

Tentang stoma

Pengunaan, perawatan dan pelaksanaan sistem


kantung

Pelindung kulit

Kontrol diet atau makanan

Kontrol gas dan bau

Potensial masalah dan solusi

Tips bagaimana melanjutkan aktifitas normal,


termasuk bekerja, perjalanan dan hubungan seksual.

Pasien dengan kolostomi sigmoit mungkin beruntung dari


irigasi kolostomi untuk mengantur eliminasi. Perawat mendiskusikan
teknik ini dengan pasien dan keluarga untuk menentukan itu dikerjakan
dan dirasakan berharga. Jika metode ini di pilih, perawat mengajar
pasien dan keluaraga bagaimana melakukan irigasi kolostomi. Berbagai

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

66

macam alat ajar dapat di gunakan. Instruksi tertulis menolong sebab


clien dapat mengambil contoh ini sebagai acuan untuk waktu yang akan
datang. Reposisin sangat diperlukan dalam mengajarkan pada pasien
tentang kemampuan ini. Kegelisahan, ketakutan, rasa tidak nyaman dan
semua bentuk tekanan mengubah pasien dan kemampuan keluarga
pasien untuk belajar dan mengumpulkan informasi.
Dalam rangka menginstruksikan pada pasien tentang
manifestasi klinis dari gangguan penyumbatan dengan dibuatnya
lubang. Perawat juga menyarankan pada pasien dengan kolostomi
untuk melaporkan adanya demam ataupun adanya serangan sakit yang
timbul mendadak atau pun rasa berdenyut/ bergelombang pada sekitar
stoma.
Persiapan Psikososial
Diagnosa kanker dapat menghentikan emosional klien dan
keluarga atau orang penting lainnya, tetapi pengobatan di sambut sebab
itu memberikan harapan dalam mengontrol penyakit. Perawat
memeriksa reaksi sakit pasien dan persepsi dari interfensi yang di
rencanakan.
Reaksi pasien terhadap pembedahan ostomi,yang mana
mungkin termasuk pengrusakan dan melibatkan :

Perasaan sakit hati terhadap yang lain

Perasaan kotor, dengan penurunan nilai rasa

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

67

Takut sebagai penolakan

Perawat mengijinkan pasien untuk mengungkapkan dengan


kata-kata perasaannya. Dengan mengajarkan pasien bagaimana
fisiknya mengatur ostomi, perawat membantu pasien dalam
memperbaiki harga diri dan meningkatkan body image, yang mana
memiliki peranan penting dalam hubungan yang kokoh dengan yang
lain. Pemasukan keluarga dan orang lain yang penting dalam proses
rehabilitasi, juga menolong mempertahankan persahabatan dan
meningkatkan harga diri pasien.

Sumber Perawatan Kesehatan


Sumber sementara di sediakan untuk melengkapi kerja
perawat, meliputi perawatan lanjutan di lingkungan rumah. Dan
mendukung keperluan pasien di saat perawat tidak dapat menemui
pasien.
Social Services Department
Perawat membuat referensi kerja untuk :

Mendukung kemajuan konseling emosionalpada


pasien dan keluarganya serta orang lain yang
berkepentingan

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

68

Menolong dalam mengatur masalah mengenai


keuangan yang mungkin di miliki pasien dan
keluarganya

Mengatur perawatan rumah ataupun perawatan


pencegahan penyebaran bila di perlukan

Terapi Enterostomal
Perawat membuat referensi untuk terapi enterostomal ( ET )
untuk :

Menolong memberi pengetahuan dan pengertian


agar pasien tenang sebelum operasi

Evaluasi dan memberi tanda pada tempat yang akan


dibuat stoma

Menolong dengan perawatan setelah operasi dan


memberikan pengajaran

Menyediakan konsultasi mengenai masalah


perawatan

Bersedia membantu dalam proses pelepasan

Asosiasi Perkumpulan Ostomi


Perawat menyediakan informasi tentang United Ostomy
Assosiation, sebuah badan pembantu bagi orang-orang dengan
ostomies. Literatur seperti publikasi organisasi dan informasi mengenai
penerbit-penerbit lokal di berikan kepada pasien. Organisasi ini

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

69

membawa program kunjungan yang mendatangkan pelatih kusus ( juga


memiliki ostomi ) untuk bicara dengan pasien. Setelah memperhatikan
klien, perawat membuat referensi untuk program pemeriksaan lalu fisitor
dapat memantau pasien preoperatif sampai post operatif. Dokter
mengijinkan untuk kunjungan.

American Cancer Society


Difisi lokal atau unit dari amerika cancer society dapat
menyediakan peralatan obat dan supli yang penting, pelayanan
kesehatan di rumah, akomodasi, dan sumber-sumber lain untuk pasien
yang dalam perawata kanke ataupun operasi ostomi. Perawat
menginformasikan pada pasien dan keluarganya tentang progaram yang
di sediakan melalui difisi lokal ataupun unit-unit.
Home Health Agency
Perawat ataupun manager kasus membuat rujukan ke agen
kesehatan rumah untuk menyediakan perawatan lanjutan. Sumber ini
membantu dalam perawatan fisik, pengajaran dan dukungan emosional
ketika pasien kembali ke lingkungan rumah.
Lokal Pharmacy
Perawat menginformasikan pada pasien dan keluarganya
apakah yang di butuhkan dari suplai ostomi dan di mana mereka bisa

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

70

membeli. Harga dan lokasi di jelaskan sejelasnya sebelum rekomendasi


di buat untuk pasien.
EVALUASI
Perawat mengevaluasi penyediaan perawatan untuk pasien
dengan kanker colorektal. Hasil yang di harapkan adalah meliputi
bagaimana pasien akan :

Mendemonstrasikan penyembuhan dari proses


operasi dengan mengembalikan fungsi
gastrointestinal dengan pernafasan yang stabil,
sistem kardiovaskuler dan sistem ginjal kembali
normal.

Mendemonstrasikan perawatan luka, dan apabila di


aplikasikan perawatan kolostomi dengan bantuan
yang minimal.

Mendemonstrasikan cara koping yang efektif dengan


merasionalkan diagnosa kanker dan perawatannya.

PEMECAHAN MASALAH SPESIAL DALAM PENGGUNAAN KOLOSTOMI


Problem : Bau.

Makanan : Produks susu ( susu mendidih, telur dan beberapa keju ),


ikan, bawang putih, kopi, alkohol, kacang-kacangan, prunes, buncis,

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

71

kubis, asparagus, lobak, brokoli, lobak cina, makanan yang banyak


sekali bumbunya.

Obat : Antibiotik, vitamin,zat besi.

Solusi :

Bayam, jus berry, yogurt, susu, sayuran hijau, meningkatkan vitamin C


pada makanan atau persediaan vitamin.

Obat oral :
-

Tablet klorofil untuk bau fecal (menyerap gas)

Tablet chorcoal

Bismuth bicarbonat

Bismuth subgallate(Devrom atau biscaps) 1 atau 2 tablet


dengan makanan dan 1 tablet hs

Persiapan kantong :
-

Kantong tahan bau atau kantong dengan mekanisme


kontrol bau

Persediaan pabrik (tempat sejumlah kecil kantong ) : Banish


II atau superbanish (united),odor- guard (marlan), ostobon
(pettibonelaps), aktivated charcoal, ostomi deodorant
(sween), nilodor, devko tablets (partenon Co), D-odor, M-9
(masonlab).

Larutan sodium bicarbonat (merendam bola kapas dalam


kantong)

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

72

Vanila, papermint, lemon atau sari almond (letakkan 10


tetes ke dalam kantong atau merendam bola kapas ).

Bumbu favorit, cengkeh atau kayu manis

Obat kumur (contoh : cepacol, listerine). Beberapa tetes


dalam kantong atau bola kapas direndam dalam kantong.

Kebersihan kantong :
-

Wisk dan air (larutan 1 : 1)

Baking soda dan air (larutan 1 : 1)

Cuka putih ramah tangga dan air (larutan 1 :1 )

Produk pabrik :uri- klin, uni- wash (united), periwash


(sween), skin care cleaner (bard).

Baking soda (sesudah mengeringkan kantong, bubuk dalam


baking soda ).

Problem : Gas dalam perut

Aktivitas : makan cepat dan berbicara diwaktu yang


sama, permen karet, merokok, mendengkur,
gangguan emosional.

Makanan : jamur, bawang ,buncis, kubis, kubis


brussel, keju, telur, bir, minuman karbonat, ikan,
makanan yang banyak bumbunya, beberap minuman
buah, jagung, daging babi, kopi, makanan tinggi
lemak.

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

73

Solusi :

Menghindari aktivitas itu, makan padat sebelum


mengambil yang cair

Adaptasi kantong : pergunakan kantong dengan gas


atau penyaring bau.

Problem : Iritasi kulit

Alergi : eritema, erosi , edema, tangisan, pendarahan


, kegatalan, panas, perih, iritasi dengan bentuk yang
sama sebagai alergi bahan tertentu

Pembongkaran bahan kimia : stool, urin, lem, pelarut,


sabun, detergen, proteolitic,enzim digestif.

Hiperplasia epidermal : meningkatkan pembentukan


sel epidermal yang menyebabkan bahan pengental
diratakan diluar kulit.

Trauma mekanik : tekanan, pergeseran,


pengelupasan kulit (contoh : bahan perekat , plester,
ikat pinggang).

Solusi :

Cream : sween cream, unicare crem atau holister


skin.

Conditioning cream (gunakan jumlah kecil dan


gosokkkan, plester akan melekat waktu kering).

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

74

Bubuk (karaya gung, stoma hesive, corn starch)


digunakan dengan jel kulit (skin prep, skin gel).

Antacids: alumuniun hidroksida (ampho gel, maalox)


digunakan dengan skin sealant (skin prep, skin gel).

Skin sealant alone (untuk kulit yang agak memerah).

Skin barrier : satu aplikasi selama 24 hari atau lebih


panjang yang dapat membersihkan iritasi dengan
cepat.

Lem/perekat (holister premium , stoma hesive)


digunakan untuk mengisi lipatan dan tempat.

Pengering rambut dalam keadaan dingin untuk


menurunkan kelembaban.

Jangan menempeli atau membocorkan ,perbaiki


masalah kebocoran segera.

PROSEDUR IRIGASI
1. Siapakan alat yang di perlukan :
-

Alat irigasi berserta lengan irigasi.

Selang beserta klem

Kateter

Botol untuk larutan irigasi

Perawatan kulit

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

75

Kantung baru yang siap pakai

2. Memindahkan kantong yang lama dan membuangnya


3. Bersihkan daerah stoma dan kulit
4. Pasangkan lengan irigator dan tempatakn pada akhir lengan yang
masuk ke toilet
5. Mengisi botol irigasi dengan 500 1000 ml air hangat
6. Menggantung botol irigasi dengan dasar botol setinggi bahu
7. Biarkan cairan mengali terus ke dalam selang untuk mengeluarkan
atau memudahkan udara keluar dari dalam selang
8. Masukkan dengan hati-hati kateter 2-4 inci ke dalam stoma jangan di
paksakan, masukkan caiaran pelan-pelan.
9. Berikan kira-kira 15-20 menit.Kemudian feces sebagian besar keluar,
tangan di bilas, keringkan pantat, gulung sleeve dan untuk yang
terakhir tutup.Anda bisa melakukan aktivitas lain 30-40 menit
kemudian.
10. Kemudian kosongkan feces seluruhnya, pindahkan lengan irigator,
bersihkan stoma dan pasang kantong yang baru
11. Bersihkan lengan irigator kemudian keringkan dan simpa
Spesial Tips
1. Irigasikan sedikitnya sekali dalam 24 jam.
2. Anda boleh berharap untuk memakai tutup stoma kecil dari suatu
kantong di antara irigator.

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

76

3. Jika kram terjadi sementara anda sedang mengirigasi, hentikan irigasi


dan tunggu.Setelah kram redah dan anda siap untuk menjalankan
prosedur, cobalah hal berikut : Pelankan aliran cairan, rendahkan
botol atau hangatkan air.
4. Pastikan bahwa udara keluar dari selang sebelum menempatkannya
pada stoma.
5. Jika airtidak mengalir dengan lancar, cobalah merubah posisi dari
kateter, cek selang apabila ada hambatan dan jumlah air dan
relaksasi dengan beberapa napas dalam.
6. Jika tidak ada kembalian yang terjadi, cobalah masase dengan lembut
abdomen atau meminum cairan.

Pendekan Terhadap Masalah yang Biasanya Terjadi


1. Jika terjadi tumpahan atau bocor pada irigator cobalah :
a. menurunkan jumlah cairan infus
b. Menurunkan jumlah irigan yang digunakan
c. Membatasi seberapa jauh kateter dimasukkan kedalam bowel
d. Memperbolehkan waktu yang lebih lama untuk evakuasi
2. Jika anda menahan untuk membuang air setelah irigasi coba :
a. Rubah posisi
b. Jalan-jalan didaerah sekitar
c. Masase abdomen pelan-pelan
d. Minum sesuatu yang hangat

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

77

3. Jika terjadi kembalian anda mungkin butuh pakaian untuk kantong


4. Jika terjadi kembalian setelah terjadi irigator bersih, turunkan frekuensi
irigator
5. Jika anda merasa lemah atau letih selama irigasi, hentikan prosedur dan
berbaringlah. Apabila kelemahan berkurang, Rrubahlah posisi untuk
memudahkan evakuasi
6. Panggil dokter jika kelemahan dan jika masih ragu.
7. Jika anda masih lemah selama irigasi, pakai air hangat pelan-pelan dan
coba sisipkan kateter kurang dalam dari stoma, kemudian anda irigasi
lain waktu.
8. Jika kelemahan atau letih adalah masalah berkurang, beritahukan
dokter anda.

TABEL 56 2.Prosedur pembedahan untuk Ca Colorektal diberbagai lokasi


Lokasi tumor : Tumor disisi kanan kolon
Prosedur

a. Hemikolectomy kanan untuk lesi yang kecil


b. Kolostomi atau Ilestomi ascending kanan untuk lesi yang
menyebar luas
c. Cecostomy ( pembukaan dalam sekam untuk menekan usus
besar )
Lokasi tumor : Tumor di sisi kiri kolon
Prosedur

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

78

a. Hemikolectomi kiri untuk lesi yang lebih kecil


b. Kolostomy descending kiri untuk lesi yang lebih besar ( Contoh
prosedur Hartman )
Lokasi tumor : Tumor kolon sigmoid
Prosedur

a. Kolectomi sigmoid untuk lesi yang lebih kecil


b. Kolostomi sigmoid untuk lesi yang lebih besar ( contoh prosedur
Hartman )
c. Reseksi perineal abdomen besar,tumor sigmoid rendah ( dekat
dengan anus ) dengan kolostomi ( rektum dan anus) sama
sekali di gerakkan, meninggalkan luka perineal.
Lokasi tumor : Tumor rektal
Prosedur

a. Reseksi dengan anastomosis / melalui prosedur ( melindungi


spicter anus). Dan perlu ekliminasi normal.
b. Reseksi kolon dengankolostomi permanen
c. Reseksi perineal abdomen dengan kolostomi.

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

79

DAFTAR PUSTAKA
Baratajaya, Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 1990
Dona P. Ignatavicus, Medical surgical Nursing A Nursing Aproach , edisi I;
1991.
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Digestive Surgency, Surabaya.
Lismidar, Proses keperawatan FKUI; 1990.
Marlyn E. Doenges, Nursing care Plans, F. A. Davis Company, Philadelphia;
1989.
M.A. Henderson, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Penerbit Yayasan essentia
media, 1989.
Purnama

Junaidi, Atiek

S.

Soemasto,

Husna

Amels,Kapita

selecta

kedokteran edisi II Media Aeskulis, FKUI ; 1982.


Puruhito Dr, Soetanto

Wibowo Dr, Soetomo Basuki Dr, Pedoman Tehnik

Operasi OPTEK UNAIR Press; 1993.


Soeparman Sarwono, Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI;
1990.
Win Dejong, R, Syamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC; 1997.

Diktat Keperawatan Medikal Bedah I

80

Anda mungkin juga menyukai