ASUHAN
KEPERAWATAN
SISTEM PENCERNAAN
Oleh : Ns Marsaid, S.Kep
BAB I
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN APPENDIKSITIS
1.1. Latar Belakang
[ T Y P E T H E C O M PA N Y A D D R E S S ]
dengan
yang
cara
appendiktomy
merupakan
suatu
tindakan
demikian
peranan
perawat
dalam
mengatasi
dan
2.1. Definisi
Dalam pengertian ini ada beberapa pendapat anara lain :
Appendiks akut adalah peradangan dari appendiks vermiformis yang
merupakan penyebab umum dari akut abdomen (Junaidi, dkk, 1982).
Appendisitis adalah peradangan dari suatu appendiks.
Appendisitis akut adalah keadaan yang disebabkan oleh peradangan
yang mendadak pada suatu appendiks ( Baratajaya, 1990).
Pada orang
yang
mengikuti
arteri
mesenterika
superior
dari
arteri
Perdarahan
pada
appendiks
berasal
dari
arteri
2.3. Patofisiologi
Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang
dapat disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan
penyebab terbanyak,adanya fekalit dalam lumen appendiks.
Adanya
b.
c.
Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi
kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat
tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine . Pola eliminasi alvi
akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena
pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
e.
tentang
keadaan
dirinya
Klien mengalami
sehingga
penderita
g.
lainnya
uapaya
yang
dilakukan
dan
bagaimana
genogramnya .
e. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan,
alkohol dan kebiasaan olah raga (lama frekwensinya),
bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan merokok
dalam mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
2. Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang
sangat sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola
tidur klien.
3. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak
karena rasa nyeri luka operasi, aktifitas biasanya
terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya
setelah pembedahan.
4. Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak
bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan
dalam masyarakat.
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
5. Pola sensorik dan kognitif
serta
pendengaran,
kemampuan
berfikir,
keyakinan
klien
pada
agamanya
dan
2.5.2 Pemeriksaan
a.
Pemeriksaan Fisik
1. Status Kesehatan umum
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan
sakit tanpa sakit ada tidaknya kelemahan.
2. Integumen
Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka
pembedahan pada abdomen sebelah kanan bawah .
3. Kepala dan Leher
10
pucat.
6. Ekstremitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya
nyeri yang hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau
kekakuan.
b. Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan Laboratorium.
a.
11
b.
Urine.
eritrosit .
2.
Pemeriksaan Radiologi.
BOF, Tampak distensi sekum pada appendisitis akut.
c. Analisa data.
Dari urarai diatas pengkajian kemudian data tersebut
dikelompokkan menjadi data subyektif dan data obyektif lalu
dianalisa sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul
dan untuk selanjutnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan
(lismidar, 1990).
d.
Diagnosa Keperawatan.
Tahap akhir dari pengkajian adalah diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa data yang
diperoleh dari pengkajian data.
2.
3.
team
kesehatan
akan
penyembuhan
penyakit
( Ingnatavicius; 1991 ).
12
2.5.3 Perencanaan
Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat disusun rencana
perawatan sesuai dengan prioritas masalah kesehatan, yaitu :
b.
c.
d.
Rasional :
a.
b.
13
c.
Penderita
sendiri
yamg
merasakan
posisi
yang
lebih
e.
b.
c.
d.
e.
f.
Rasional :
a.
14
b.
c.
d.
e.
b.
Jelaskan
pengaruh
psikologis
terhadap
fisiknya
(Penyembuhan penyakit).
c.
Rasional :
15
a.
b.
c.
2.5.4 Pelaksanaan
Merupakan realisasi dan rencana tindakan keperawatan yang
telah diberikan pada klien.
2.5.5 Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan.
Tujuan
evaluasi adalah :
semula.
16
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi, Atiek
S.
Soemasto,
Husna
Amels,Kapita
selecta
17
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HEMATEMESIS MELENA
Pengertian
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran
faeses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh
adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis
tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara drah dengan asam
lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti
kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.
Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah
proksimal jejunun dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama
dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml,
baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama
hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga
besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis dan
melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan
segera di rumah sakit.
Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas
Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.
Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan
dan lain-lain.
18
19
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk
daerah esofagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada
lambung dan duodenum.
Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada daerah
1/3 distal esofagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada/tidaknya
varises. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, dianjurkan pemeriksaan
radiologik ini sedini mungkin, dan sebaiknya segera setelah hematemesis
berhenti.
Pemeriksaan endoskopik
20
Terapi
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya diraat di rumah sakit
untuk mendapatkan
21
sedatif
morfin,
meperidin
dan
paraldehid
sebaiknya
dihindarkan.
22
tekanan
vena
porta,
dengan
demikian
diharapkan
dan
anamnesis
terhadap
kemungkinan
adanya
23
usaha-usaha
penanggulangan
perdarahan
diatas
mengalami
24
kegagalan
hati
yang
berat.
Banyak
faktor
yang
25
BAB :
BAK :
26
D. Pengkajian Khusus
Pengkajian Kebutuhan Fisiologis
1. Oksigen
Yang dikaji adalah :
27
yaitu tekanan
perdarahan
serta
jenis
pembuluh
darah
yang
pecah.
28
3. Nutrisi
Dikaji :
\dapat
menjadi
sumber
infeksi
yang
menimbulkan
ketidaknyamanan.\
29
4. Temperatur
Klien dengan hematemesis melena pada umumnya mengalami kenaikan
temperatur sekitar 38 - 39 derajat Celcius. Pada keadaan pre renjatan
temperatur kulit menjadi dingin sebagai akibat gangguan sirkulasi.
Penumpukan sisa perdarahan merupakan sumber infeksi pada saluran
cerna sehingga suhu tubuh klien dapat meningkat. Selain itu pemberian
infus yang lama juga dapat menjadi sumber infeksi yang menyebabkan
suhu tubuh klien meningkat.
5. Eliminasi
Pada klien hematemesis melena pada umumnya mengalami gangguan
eliminasi. Yang perlu dikaji adalah :
6. Perlindungan
Latar belakang sosio ekonomi klien, karena pada hematemesis melena
perlu dilakukan beberapa tindakan sebagai penegakan diagnosa dan
terapi bagi klien.
7. Kebutuhan Fisik dan Psiologis
Perlindungan terhadap bahaya infeksi. Perlu dikaji : kebersihan diri,
kebersihan lingkungan klien, kebersihan alat-alat tenun, mempersiapkan
30
Persiapan
yang
berhubungan
dengan
pengambilan/pemeriksaan darah.
8. Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul adalah:
Potensial
gangguan
perfusi
jaringan
sehubungan
dengan
asites dan
Gangguan
rasa
nyaman:
nyeri
sehubungan
dengan
rasa
31
Daftar Pustaka
Soeparman: Ilmu penyakit dalam Jilid II, FK-UI, Jakarta. 1984
Long, Phips, Medical surgical nursing, Philadelphia, WB. Sounders. 1991
Junadi, P. et all, Kapita selekta, Media Aesculapius, FK-UI, Jakarta. 1984
32
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TRAUMA ABDOMEN
PATOFISIOLOGI
Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma
tajam. Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju)
biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul
velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel, seperti organ
padat ( hepar, lien, ginjal ) dari pada organ-organ berongga. (Sorensen,
1987)
Perforasi
33
Perdarahan
Setiap trauma abdomen (trauma tumpul, trauma tajam, dan tembak) dapat
menimbulkan perdarahan. Yang paling banyak terkena robekan pada trauma
adalah alat-alat parenkim, mesenterium, dan ligamenta; sedangkan alat-alat
traktus digestivus pada trauma tumpul biasanya terhindar. Diagnostik
perdarahan pada trauma tumpul lebih sulit dibandingkan dengan trauma
tajam, lebih-lebih pada taraf permulaan. Penting sekali untuk menentukan
secepatnya, apakah ada perdarahan dan tindakan segera harus dilakukan
untuk menghentikan perdarahan tersebut.
34
DIAGNOSTIK
Riwayat
Dapatkan
keterangan
mengenai
perlukaannya,
bila
mungkin
dari
Penemuan
Trauma tumpul pada abdomen secara tipikal menimbulkan rasa nyeri tekan,
dan rigiditas otot, pada daerah terjadinya rembesan darah atau isi perut.
Tanda-tanda ini dapat belum timbul hingga 12 jam atau lebih pasca trauma,
sehingga kadanga-kadang diperlukan pengamatan yang terus-menerus yang
lebih lama. Nyeri yang berasal dari otot dan tulang, mungkin malah tak
35
Test Laboratorium
Secara rutin, diperiksa hematokrit, hitung jenis leukosit, dan urinalisis,
sedangkan test lainnya dilakukan bila diperlukan. Nilai-nilai amilase urine,
dan serum dapat membantu untuk menentukan adanya perlukaan pankreas
atau perforasi usus.
Foto Sinar X
Film
polos
abdomen
dapat
menunjukkan
adanya
udara
bebas
36
Foto sinar X dengan kontras pada saluran pencernaan atas dan bawah,
diperlukan pada kasus tertentu.
Test Khusus
Lavase
peritoneal
berguna
untuk
mengetahui
adanya
perdarahan
intraabdomen pada suatu trauma tumpul, bila dengan pemeriksaan fisik dan
radilogik, diagnosa masih diragukan. Test ini tak boleh dilakukan pada
penderita yang tak kooperatif, melawan dan yang memerlukan operasi
abdomen segera. Kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu. Posisi
panderita terlentang, kulit bagian bawah disiapkan dengan jodium tingtur dan
infiltrasi anestesi lokal di garis tengah, diantara umbilikus dan pubis.
Kemudian dibuat insisi kecil, kateter dialisa peritoneal dimasukkan ke dalam
rongga peritoneal. Ini dapat dibantu/dipermudah oleh otot-otot
abdomen penderta sendiri, dengan jalan meikan kepala penderita. Kateter ini
harus dipegang dengan kedua tangan, untuk mencegah tercebur secara acak
ke dalam rongga abdomen.
37
PENATALAKSANAAN
1. Segera dilakukan operasi untuk menghentikan perdarahan secepatnya.
Jika penderita dalam keadaan syok tidak boleh dilakukan tindakan selain
pemberantasan syok (operasi)
2. Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada trauma
tumpul bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
3. Luka tembus merupakan indikasi dilakukannya tindakan laparatomi
eksplorasi bila ternyata peritonium robek. Luka karena benda tajam yang
dangkal hendaknya diekplorasi dengan memakai anestesi lokal, bila
rektus posterior tidak sobek, maka tidak diperlukan laparatomi.
38
Prioritas
utama
adalah
menghentikan
perdarahan
yang
39
PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan aspek penting pada trauma abdomen karena trauma
ini membutuhkan tindakan segera. Hal-hal yang dikaji meliputi : (Sorensen
1987)
1. Kumpulkan riwayat tentang kejadian trauma.
2. Kaji pasien terhadap tanda-tanda distensi abdomen lanjut. Adanya nyeri
tekan, gerakan usus tak teratur, kaku otot., bunyi usus hilang, hipotensi
dan syok.
3. Auskultasi bunyi usus, tidak adanya bunyi usus merupakan tanda
terlibatnya intraperitoneal. Bila terdapat tanda-tanda iritasi peritoneal
biasanya dilakukan ekploprasi celiotomy.
4. Catat semua keadaan fisik pasien seprti; pemeriksaan yang dilakukan.
5. Amati adanya cedera dada yang sering merupakan penyerta
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah yang timbul pada trauma abdomen sering merupakan masalah
medis yang perlu penanganan segera seperti perdarahan,syok hipovolemik,
potensial infeksi, dan tetanus.
40
Diagnosa
keperawatan
muncul
terutama
setelah
akibat
prosedur
Potensial
kerusakan
integritas
kulit
stoma
sehubungan
dengan
41
DAFTAR KEPUSTAKAAN
42
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN COLORECTAL CANCER
1. Tinjauan Umum
Kanker dalam usus halus sangat jarang dan tidak dibahas dalam
teks ini. Kanker colon dan rektum bagaimanapun kanker ini di USA terjadi
paling banyak diantara laki-laki dan perempuan dan diantara keduanya
ditetapkan secara bersama-sama ( American Cancer Society / ACS
1998 )
Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika
Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998 )
Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit
ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah.Pembedahan
adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker colorektal.
2. Patofisiologi
Perubahan Patologi
Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon mengikuti kira-kira pada
bagian ( Sthrock 1991 a ) :
43
30 % pada rectum
Kelenjar Adrenalin
Ginjal
Kulit
Tulang
Otak
44
3. Komplikasi
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada
lokasi tumor atau melelui penyebaran metastase yang termasuk :
Pembentukan abses
45
Daging merah
Lemak hewan
Makanan berlemak
46
47
menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit
tersebut
5. Kejadian.
Kira-kira 152.000 orang di amerika serikat terdiagnosa kanker
colorektal pada tahun 1992 dan 57.000 orang meninggal karena kanker
ini pada tahun yang sama ( ACS 1993 ). Sebagian besar klien pada
kanker colorektal mempunyai frekuensi yang sama antara laki-laki dan
perempuan. Kanker pada colon kanan biasanya terjadi pada wanita dan
Ca pada rektum biasanya terjadi pada laki-laki.
6. Alternatif Transcultural.
Kejadian Ca colorektal pada USA tampaknya mengalami
kemunduran dari seluruh bangsa-bangsa lain kecuali pada laki-laki
afrika dan amerika.Kejadian yang lebih besar terjadi terhadap kanker ini
terjadi di daerah industri bagian barat dansebagian jepang firlandia dan
afrika ini adalah pemikiran yang berhubungan dengan diet. Daerah yang
penduduknya mengalami kejadian yang rendah terhadap Ca colon
mempunyai diet tinggi terhadap buah-buahan,sayuran,ikan dan
sebagian kecil daging.
COLABORATIF MANAGEMENT
PENGKAJIAN
1.Sejarah
48
Anemia
Perubahan feces
49
teraba massa
50
4. Pemeriksaan laboratorium
Nilai hemaglobin dan Hematocrit biasanya turun dengan
indikasi anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces
memperkuat perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari
daging, makanan yang mengandung peroksidase ( Tanaman lobak dan
Gula bit ) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan feces
spesimen. Perawat dapat menilai apakah klien pada menggumakan
obat Non steroidal anti peradangan ( ibu profen ) Kortikosteroid atau
salicylates. Kemudian perawat dapat konsul ke tim medis tentang
gambaran pengobatan lain.
Makanan-makanan dan obat-obatan tersebut menyebabkan
perdarahan. Bila sebenarnya tidak ada perdarahan dan petunjuk untuk
kesalahan hasil yang positif.
Dua contoh sampel feses yang terpisah dites selama 3 hari
berturut-turut, hasil yang negatif sama sekali tidak menyampingkan
kemungkinan terhadap Ca colorektal. Carsinoma embrionik antigen
(CEA) mungkin dihubungkan dengan Ca colorektal, bagaimanapun ini
juga tidak spesifik dengan penyakit dan mungkin berhubungan dengan
jinak atau ganasnya penyakit. CEA sering menggunakan monitor untuk
pengobatan yang efektif dan mengidentifikasi kekambuhan penyakit
5. Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat
memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini
51
52
53
54
Kondisi klien
Reseksi kolon melibatkan pemotongan pada bagian kolon
55
56
57
Nekrosis jaringan
58
59
Prosedur Operasi
Dokter bedah membuka kolon sigmoit, kolon rekto sigmoid,
rektum dan anus melalui kombinasi irisan pada abdominal dan perineal.
Di buat akiran yang permanen dari kolostomi sigmoid.
Perawatan pasca operasi
Perawatan pasca operasi setelah pemindahan A/P adalah
sama dengan perawatan yang diberikan setelah pemindahan kolon
dengan pembuatan kolostomi sigmoid. Perawat bekerja sama dengan
dokter ET untuk menyediakan perawatan kolostomi dan pasien serta
pendidikan untuk keluarga.
Ada 3 metode dalam pembedahan untuk menutup luka :
60
Luka dapat sebagian saja ditutup karena penggunaan jahitan luka atau
bedah penrose yang diletakkan untuk pengeringan cairan yang
terkumpul didalam luka.
61
62
* Pencegahan komplikadsi
a. Pertahankan keseimbangan larutan dan elektrolit dengan melihat
kemasukan dan pengeluaran serta melihat pengeluaran dari luka
perineal.
63
64
65
Tentang stoma
Pelindung kulit
66
67
68
Terapi Enterostomal
Perawat membuat referensi untuk terapi enterostomal ( ET )
untuk :
69
70
71
Solusi :
Obat oral :
-
Tablet chorcoal
Bismuth bicarbonat
Persiapan kantong :
-
72
Kebersihan kantong :
-
73
Solusi :
Solusi :
74
PROSEDUR IRIGASI
1. Siapakan alat yang di perlukan :
-
Kateter
Perawatan kulit
75
76
77
78
79
DAFTAR PUSTAKA
Baratajaya, Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 1990
Dona P. Ignatavicus, Medical surgical Nursing A Nursing Aproach , edisi I;
1991.
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Digestive Surgency, Surabaya.
Lismidar, Proses keperawatan FKUI; 1990.
Marlyn E. Doenges, Nursing care Plans, F. A. Davis Company, Philadelphia;
1989.
M.A. Henderson, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Penerbit Yayasan essentia
media, 1989.
Purnama
Junaidi, Atiek
S.
Soemasto,
Husna
Amels,Kapita
selecta
80