OLEH:
FETTYANI SITUMORANG
P075203221009
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh (Maria Sumaryati, 2018).
Masalah yang paling sering dihadapi oleh lansia adalah masalah
kesehatan, salah satunya diabetes mellitus. Diabetes Mellitus pada lansia
adalah penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia yang disebabkan
karena lansia tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup
atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif. Diabetes
Mellitus pada lansia di sebabkan oleh faktor genetik, usia, obesitas dan
aktifitas fisik kemudian dengan berjalannya usia yang semakin
meningkatan secara bertahap di karenakan terjadi proses menua, faktor
genetik , IMT serta aktivitas fisik yang kurang (Adamo, 2008 dalam
Musthakimah, 2019).
Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang
disebabkan berbagai macam etiologi, disertai adanya hiperglikemi kronis
akibat gangguan sekresi insulin atau gangguan kerja dari insulin, atau
keduanya (Hanifah, Basuki, & Faizi, 2021).
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang tidak menular serta
prevelensinya terus meningkat setiap tahunnya dan salah satu penyakit
kronik yang sering ditemui di masyarakat menyebabkan penyakit kronik
dalam bentuk angiopati berupa gangguan pembuluh darah pada kaki
(Boedisantoso, 2013 dalam Lestyaningsih et al., 2020).
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) prevalensi
Diabetes Melitus global pada tahun 2019 diperkirakan 9,3% (463 juta
orang), naik menjadi 10,2% (578 juta) pada tahun 2030 dan 10,9% (700
juta) pada tahun 2045 (IDF, 2019). Kemenkes RI, mengidentifikasi 10
negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi, salah satunya
indonesia. Indonesia berada pada peringkat ke -7 diantara 10 negara
dengan jumlah penderita terbanyak, yaitu sebesar 10,7 juta. Sehingga
dapat diperkirakan besarnya konstribusi indonesia terhadap prevalensi
kasus diabetes di Asia Tenggara (Kemenkes RI,2022).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa
prevalensi diabetes melitus (DM) di Indonesia berdasarkan diagnosa
dokter pada umur ≥ 15 tahun sebesar 2%. Angka ini menunjukkan
peningkatan dibandingkan perevalensi diabetes melitus pada penduduk ≥
15 tahun pada hasil Riskesdas tahun 2013 (Kemenkes, 2020).
Riskesdas 2013 dan 2018 yang mengindikasikan semakin tinggi
umur maka semakin besar resiko untuk mengalami diabetes. Peningkatan
prevalensi dari tahun 2013-2018 terjadi pada kelompok umur 45-54
tahun, 65-74 tahun dan > 75 tahun. Prevalensi diabetes mellitus pada
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki laki dengan perbandingan 1,78
% terhadap 1,21%.
Gambaran prevalensi diabetes menurut provinsi pada tahun 2018
menunjukkan bahwa provinsi sumatera utara memiliki prevalensi 2%.
Gambaran ini merupakan prevalensi berdasarkan diagnosis dokter yang
sangat ditentukan oleh keteraturan dan kepatuhan pencatatan rekam
medis (Kemenkes, 2020).
Diabetes Melitus disebut dengan the silent killer karena penyakit ini
dapat menimbulkan berbagai komplikasi antara lain gangguan
penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi
seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru-paru,
gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Peran perawat
sangatlah penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah Diabetes Melitus. Asuhan keperawatan yang
professional diberikan melalui pendekatan proses keperawatan yang
terdiri dari pengkajian, penetapan diagnosa, pembuatan intervensi,
impelementasi keperawatan, dan mengevaluasi hasil tindakan
keperawatan.
Berdasarkan hasil survey yang didapat dari medical record Rs.
Bhayangkara TK III Tebing Tinggi dari bulan Januari - Oktober tahun
2022 tedapat 178 lansia yang mengalami diabetes melitus. Dari kasus
diabetes mellitus pada lansia yang didapat dari Rs. Bhayangkara TK III
Tebing Tinggi, maka penulis tertarik melakukan “Asuhan Keperawatan
Gerontik Pada Tn.B dengan gangguan sistem Endokrin : Diabetes
Mellitus di ruangan meranti Rumah Sakit Bhayangkara TK III Tebing
Tinggi tahun 2022”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan “Asuhan
Keperawatan Gerontik pada Tn.B Dengan Gangguan Sistem Endokrin :
Diabetes Melitus di Ruangan Meranti Rs. Bhayangkara TK III Tebing Tinggi
tahun 2022”
C. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny. dengan
Diabetes Mellitus di Rs. Bhayangkara TK III Tebing Tinggi
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan gerontik pada Ny. Dengan
diabetes mellitus di Rs. Bhayangkara TK III Tebing Tinggi
b. Merumuskan diagnosa keperawatan gerontik pada Ny. Dengan
diabetes mellitus di Rs. Bhayangkara TK III Tebing Tinggi
c. Menyusun rencana keperawatan gerontik pada Ny. Dengan
diabetes mellitus di Rs. Bhayangkara TK III Tebing Tinggi
d. Melaksanakan tindakan keperawatan gerontik pada Ny.
Dengan diabetes mellitus di Rs. Bhayangkara TK III Tebing
Tinggi
e. Melakukan evaluasi keperawatan gerontik pada Ny. Dengan
diabetes mellitus di Rs. Bhayangkara TK III Tebing Tinggi
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Lansia, hasil penelitian ini diharapkan sebagai Asuhan
Keperawatan yang bermanfaat untuk kesembuhan dan untuk
aktifitas sehari hari pada lansia dengan diabetes mellitus
2. Bagi Institusi, hasil penelitian ini sebagai bahan referensi untuk
bahan bacaan di perpustakaan khususnya mata kuliah
keperawatan gerontik dan dapat sebagai bahan pustaka penelitian
selanjutnya.
3. Bagi Rumah Sakit, hasil penelitian ini dapat dijadikan data
pendukung untuk bahan laporan Rumah Sakit dan sebagai acuan
dalam melaksanakan asuhan keperawatan gerontik dengan
diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Lansia
Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Menua merupakan proses sepajang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu. Tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yag berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara
biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,
misalnya kemunduran fisik, yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional (Dede
Nasrullah, 2016).
Seseorang yang berumur lebih dari 60 tahun disebut lanjut usia
(lansia).Seorang lansia yang berada dalam keadaan sehat, produktif dan mandiri
memiliki dampak positif. Sebaliknya jika peningkatan jumlah lansia tidak dalam
keadaan sehat akan meningkatan beban pada penduduk usia produktif (Fibra
Miliata, dkk ., 2021)
2. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
a. Tipe I : Diabetes Mellitus tergantung (IDDM)
b. Tipe II : Diabetes Mellitus tidak tergantung (NIDDM)
c. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lainnya
d. Diabetes Mellitus Gestasinal (GDM)
3. Etiologi
a. Diabetes Mellitus Tipe I
1) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri.
Tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetik ke arah terjadinya DM tipe I. kecenderungan genetik ini
ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
2) Faktor – faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah – olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi
terhadap sel –sel pulau langerhans dan insulin endogen.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta
4. Karakteristik Diabetes Tipe I dan II
Tipe I Tipe II
Usia Biasanya <30 tahun Biasanya > 40 tahun
Kecepatan Biasanya cepat Biasanya bertahap
Berat badan Normal atau kurus (kurang 80 % overweight
gizi) ; selalu mengalami
kehilangan berat badan
Hereditas Berhubungan dengan Tidak berhubungan
Specific Human dengan Specific
Leukocyte Antigen Human Leukocyte
(HLA) Antigen (HLA)
Penyakit Autoimun Tidak ada bukti
Kemungkinan dipicu picuan infeksi virus
oleh infeksi virus
Insulin Sekresi pada awal Terjadi defisiensi atau
gangguan muncul resisten insulin
kemudian atau tidak ada
sama sekali
Ketosis Umum terjadi Langka / jarang terjadi
Frekuensi 15 % dari kejadian 85 % dari kejadian
Komplikasi Umum terjadi Umumnya muncul saat
terdiagnosis
Treatment Insulin, diet, olahraga Diet, OHA, olahraga,
insulin
Tabel 2.2 Karakteristik Diabetes Tipe I dan II
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis khas yang dapat muncul pada seluruh tipe diabetes
meliputi trias poli, yaitu poliuria, polidipsi dan poliphagi. Poliuri dan
polidipsi terjadi sebagai akibat kehilangan cairan berlebihan yan
dihubungkan dengan diuresis osmotic. Pasien juga mengalami poliphagi
akibat dari kondisi metabolik yang diinduksikan oleh adanya defesiensi
insulin serta pemecahan lemak dan protein. Gejala-gejala lain yaitu
kelemahan, kelelahan, perubahan penglihatan yang mendadak,
perasaan gatal atau kekebasan pada tangan atau kaki, kulit kering,
adanya lesi luka yang penyembuhannya lambat dan infeksi berulang
(Santi Damayanti, 2017).
Gejala – gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah :
a. Katarak
b. Glaukoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh tubuh
e. Pruritus vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur di kulit
h. Dermatopati
i. Neuropati ferifer
j. Neuropati viseral
k. Arniotropi
l. Ulkus neurotropik
m. Penyakit ginjal
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi
7. Pemeriksaan penunjang
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis
DM (mg/dL).
Tabel 2.3 Kriteria Diagnostik WHO Untuk Diabetes Mellitus
Bukan Dm Belum pasti DM DM
Kadar glukosa
darah sewaktu < 100 100-200 > 200
- Plasma vena < 80 80-200 > 200
- Darah kapiler
Kadar glukosa < 110 110-120 > 126
darah puasa < 90 90-110 > 110
- Plasma vena
- Darah kapiler
8. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan teraupetik pada
setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
b. Latihan
c. Pemantauan
d. terapi
e. pendidikan kesehatan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI PPNI (2019) :
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
gangguan toleransi glukosa darah ditandai dengan kadar glukosa
dalam darah tinggi
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
ditandai dengan warna kulit pucat
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai
dengan mengeluh lelah
d. Resiko gangguan integritas kulit ditandai dengan perubahan
sirkulasi
3. Intervensi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin
2. Kolaborasi pemberiaan cairan iv
3. Kolaborasi pemberian kalium
Objektif :
a. Pengisian kapiler > 3 detik Edukasi
b. Nadi perifer menurun atau 1. Anjurkan berhenti merokok
tidak teraba 2. Anjurkan berolaraga rutin
c. Akral teraba dingin 3. Anjurkan mengecek air mandi untuk
d. Warna kulit pucat menghindari kulit terbakar
e. Turgor kulit menurun 4. Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
Gejala dan tanda minor 5. Anjurkan menggunakan obat peurun
Subjektif : tekanan darah, antikoagulan, dan
a. Parastesia penurunan kolestrol
b. Nyeri ekstremitas 6. Anjurkan minum obat pengontrol
(klaudikasi intermiten)
tekanan darah secara teratur
Objektif : 7. Anjurkan menghindari penggunaan
a. Edema obat penyakit beta
b. Penyembuhan luka lambat 8. Anjurkan melakukan perawatan kulit
c. Indeks ankle brachial <0,90 yang tepat (mis. Melembabkan kulit
d. Bruit femoral kering pada kaki)
9. Anjurkan program rehabilitasi
vaskuler
10. Ajarkan program diem untuk
memperbaiki sirkulasi (mis.rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
11. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
(mis.rasa sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
2. Manajemen sensasi
Perifer
Definisi:mengidentifikasi mengelola
ketidaknyamanan pada perubahansensasi
perifer
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi penyebab perubahan
sensasi
2. Identifikasi penggunaan alat
pengikat, prostesis, sepatu dan
pakaian
3. Periksa perbedaan sensasi panas
atau dingin
4. Periksa kemampuan
mengidentifikasi lokasi dan tekstur
benda
5. Monitor terjadinya parestesia
6. Monitor perubahan kulit
7. Monitor adanya tromboflebilitis dan
tromboemboli vena
Teraupetik
1. Hindari pemakaian benda-benda
yang berlebihan suhunya (terlalu
panas tau dingin)
Edukasi
1. Anjurkan penggunaan termometer
untuk menguji suhu air
2. Anjurkan penggunaan sarung tangan
termal saat memasak
3. Anjurkan memakai sepatu lembut
dan bertumit rendah
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik
2. Kolaborasi pemberian kortikosteroid
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi defisit tingkatan aktivitas
2. Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
3. Identifikasi sumber daya untuk
aktifitas yang diiginkan
4. Identifikasi strategi meningkatkan
pertisipasi dalam aktivitas
5. Identifikasi makna aktivitas rutin
(mis.bekerja) dan waktu luang
6. Monitor respon emosional, fisik,
sosial, dan spritual terhadap
aktivitas
Teraupetik
1. Fasilitasi fokus pada kemampuan,
bukan defisit yang dialami
2. Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi dan rentang
aktivitas
3. Fasilitasi memilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik,
biaologis, dan sosial
4. Koordinasikan pemilihan aktivitas
sesuai usia
5. Fasilitasi maka aktivitas yang dipilih
6. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
enyesuaikan lingkunga untuk
mengakmodasi aktivitas yang dipilih
7. Fasilitas aktivitas fisik rutin (mis.
Ambulasi, mobilisasi, dan
perawatan diri), sesuai kebutuhan
8. Fasilitasi aktivitas pengganti saat
mengalami keterbatasan waktu,
energi, atau gerak
9. Fasilitasi aktivitas motorik kasar
untuk pasien hiperaktif
10. Tingkatkan aktivitas fisik untuk
memelihara berat badan
11. Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasikan otot
12. Libatkan keluarga dalam aktivitas
13. Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktifitas
Edukasi
1. Jelaskan metode ativitas fisik sehari
- hari
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
sosial , spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi
5. Anjurkan keluarga untuk
memberikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi
Kolaboras denga terapis okupasi
dalam merencanakan dan
memonitor progra aktivitas
Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas
Objektif :
a. Nyeri
b. Pendarahan
c. Kemerahan
d. Hematoma
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah anda tetapkan. Kegiatan
dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Budiono, 2015) dalam Rafli (2019)
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati)
dengan tujuan dan kriteria hasil yang anda buat pada tahap perencanaan. (Budiono,2015) dalam (Rafli, 2019)
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 November 2022 dengan data
data sebagai berikut : nama Tn. B, usia 63 tahun, suku batak toba,
agama kristen protestan, pendidikan terakhir SD, alamat buntu gading.
pengkajian dilakukan secara anamnesa dan pemeriksaan fisik terhadap
lansia yang mengalami penyakit DM dengan melakukan perawatan di
ruangan rawat inap meranti.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Tn. B mengatakan, lemas, kaki terasa kebas dan mudah
kelelahan, gatal-gatal seluruh tubuh dan kulit kering, wajah tampak
pucat. Tn. B mengatakan gulanya selalu diatas 200 ketika
mengontrol gula darah. Tn. B juga mengatakan mendapat injeksi
insulin.
b. Riwayat penyakit sebelumnya
Tn. B mengatakan penyakit diabetes mellitus yang dideritanya
sudah lebih dari 1 tahun yang lalu dan saat gulanya sudah turun
Tn. B tidak melanjutkan pengobatannya kembali.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tn.B mengatakan 4 tahun yang lalu istrinya meninggal karena
menderita adanya benjolan di perutnya. Dan saat ini Tn. B juga
menderita diabetes mellitus dimana kadar glukosa darah selalu
diatas 200.
d. Genogram
Tn. B merupakan anak ke 1 dari 8 bersaudara, dua berjenis
kelamin laki laki dan dua berjenis kelamin perempuan. Tn. B
sudah menikah dan memiliki anak 8, empat laki laki dan 4
perempuan. Tn. B tinggal serumah bersama anak dan cucunya.
3. Riwayat pekerjaan
Tn.B mengatakan dahulu bekerja sebagai bertani dan saat ini juga
bekerja sebagai bertani. Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap
kebutuhan ditanggung oleh diri sendiri dan dapat bantuan uang bulanan
dari anak anaknya.
4. Riwayat lingkungan hidup
Riwayat lingkungan hidup, tipe rumah semi permanen, jumlah kamar 4
kamar tidur dengan 1 kamar mandi, dan jumlah 4 orang yang tinggal
dirumah.
5. Riwayat rekreaksi
Riwayat rekreasi, hobi bernyanyi saat kumpul bersama teman teman,
liburan saat ada acara keluarga. Sistem pendukung kesehatan yang
digunakan Tn.B saat sakit selalu memeriksakan kesehatan ke RS
dibawa oleh anaknya.
6. Riwayat kesehatan saat ini
Kesehatan umum selama setahun terakhir mengalami lelah dan merasa
gatal gatal dibagian tubuh, kulit kering. Status kesehatan terakhir Tn.B
menderita penyakit diabetes mellitus. Keluhan saat ini : Tn. B
mengatakan, lemas, mudah kelelahan, gatal-gatal seluruh tubuh dan
kulit kering, wajah tampak pucat. Tn. B mengatakan mengetahui tentang
penyakitnya, namun tidak tau cara mengontrol gula darah dan
menanyakan bagaimana cara mengontrol gula darah. Pola makan 3 kali
sehari,pola istirahat tidur setiap hari tidak teratur, dikarenakan lebih
banyak waktu tidur di siang hari dibandingkan pada malam hari. Setiap
tidur kadang terbangun tengan malam dan sulit untuk tidur kembali hari.
Pola kebiasaan minum kopi dan teh manis 3 kali sehari. Tn.B suka
minum teh manis dan kopi, namun Tn.B tidak tau mengontrol kadar
glukosa darah.Tn.B menggunakan insulin Apidra 10 ui.
7. Kesehatan terdahulu
Hasil dari pengkajian Tn.B mengatakan selama ini tidak pernah
mengalami sakit yang serius dan tidak ada riwayat operasi dan tidak
pernah ada perawatan dirumah sakit.
8. Tinjauan sistem
a. Keadaan umum
Pengkajian tinjauan sistem terdiri dari : tingkat kesadaran compos
mentis, (GCS : 15) yaitu kondisi sadar sepenuhnya. Respon Tn.B
terhadap diri sendiri dan lingkungan sangat baik. Respon mata
spontan (saat dipanggil Tn.B langsung merespon melihat dan
membuka mata), respon verbal baik (saat Tn.B ditanya menjawab
dengan jelas dan tepat) dan respon motorik baik (saat ditanya
keluhan yang dirasakan, Tn. B dapat menjawab dan menunjukkan
daerah yang sakit). TD : 110/80 mmHg, RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T :
36,5 0C, SPO2 : 98%,
b. Kepala
Pada pemeriksaan fisik dilakukan dengan metode inspeksi dan
palpasi. Inspeksi ada rambut : rambut terlihat perubahan warna
(uban), tidak terlihat kotor,tidak terlihat lesi, tidak botak, tidak
terlihat adanya kutu dan tidak terlihat ketombe. Pada mata : mata
terlihat simetris, konjuktiva merah muda dan terlihat perubahan
pada penglihatan. Dimana Tn. B mengatakan pandangan mulai
kabur dan Tn.B mengatakan tidak menggunakan kacamata. Pada
telinga : kedua telinga terlihat simetris, bersih dan tidak ada secret.
Pada hidung : terlihat hidung simetris dan bersih. Pada leher :
terlihat leher simetris dan tidak ada pembengkakan kelenjar limfa.
Pada mulut : membrane mukosa lembab, gigi utuh, dan tidak ada
kesulitan mengunyah dan menelan.
Palpasi : pada rambut tidak ada rambut rontok dan tidak ada kutu.
Pada mata tidak ada pembengkakan dan tidak ada iritasi pada
mata. Pada telinga tidak ada bengkak. Pada hidung tidak ada
bengkak dan nyeri.pada leher tidak ada pembengkakan.
c. Dada
Inspeksi : dada simetris, frekuensi pernafasan 22 x / i.
Palpaasi : tidak ada nyeri tekan
d. Jantung
Auskultasi : S1 terdengar bunyi lub, S2 terdengar bunyi dub.
e. Abdomen
Inspeksi : tidak telihat acites, tidak ada massa. Auskultasi :
peristaltik normal.
f. Muskuloskeletal
Tidak ada edema, akral dingin dan terasa kaki kebas
9. Riwayat Psikososial
Tn. B tidak mengalami kecemasan yang berlebihan, tidak mengalami
ketakutan dan tidak mengalami insomnia. Tn. B senang berkomunikasi
dengan teman dan keluarganya.
a. Status fungsional lansia (Indek’s ADL’S Barthel)
Tn. B mampu melakukan semua aktivitas secara mandiri baik
makan, berpakaian, mandi, berjalan / mobilisasi, transfer (tidur -
duduk), naik turun tangga, mengontrol BAB, mengontrol BAK,
menggunakan toilet (pergi ke/ dari toilet, melepas / mengenakan
celana, menyeka dan menyiram) dan membersihkan diri (lab
muka, sisir rambut, sikat gigi).Nilai indeks ADL’s Barthel : 20,
kesimpulan : pasien melakukan semua aktivitas secara mandiri.
b. Status Kognitif lansia (Short Portable Mental Status
Questionnaire / SPMSQ)
Tn.B tidak mampu mengetahui atau lupa tanggal saat ini, nama
tempat, umur, tanggal lahir, nama presiden sekarang dan
sebelumnya. Tn. B hanya mampu mengetahui hari ini, nama
ibunya, alamat, kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru semua secara menurun. Nilai SPMSQ : 6,
Kesimpulan : Tn.B mengalami kerusakan intelektual sedang.
c. Status inventaris depresi lansia (BECK)
Tn. B merasa sedih, lelah dan merasa kesulitan kerja karena
tidak melakukan pekerjaan sama sekali. Nilai BECK : 5,
kesimpulan : Tn. B mengalami depresi ringan.
d. Status fungsi sosial lansia ( APGAR Keluarga)
Tn.B mengatakan bahwa senang dan puas dapat kembali dan
kumpul bersama teman dan keluarga. Tn.B mengatakan bahwa
teman dan keluarga selalu menerima dan mendukung
keinginannya dalam setiap melakukan aktivitas.Tn. B merasa
puas dan bahagia bahwa teman dan keluarganya dapat
merespon dan paham dengan situasi emosional yang dirasakan
Tn.B, bahkan teman dan keluarga memberikan dukungan dan
solusi agar emosionalnya dapat ditangani dengan baik. Tn.B juga
merasa bahagia karena teman dan keluarga selalu meluangkan
waktu untuk bersama sama. Nilai APGAR : 10, kesimpulannya :
fungsi sosialisasi keluarga Tn. B sehat.
10. Data penunjang
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Hemooglobin 11.6 P :13-15 W: 12-16 g/dL
Leukosit 10.96 4.0-10.0 10^3/uL
PLT 497 150-450 10^3/uL
HCT 34.8 37.0-54.0 %
Eritrosit (RBC) 3.81 3.5-5.5 juta/uL
MCV 91.2 80.0-100.0 fL
MCHC 30.5 27.0-34.0 pg
RDW-CV 11.9 11.0-16.0 %
PDW 15.9 9.0-17.0 %
MPV 7.2 6.5-12.0 fL
PCT 0.359 16.2
Basofil# 0.07 0.00-0.10 10^3/uL
Basofil% 0.7 0.00-0.10 %
Neutrofil# 9.62 2.00-7.00 10^3/uL
Neutrofil% 87.8 50-70 %
Eosinofil# 0.27 0.02-0.50 10^3/uL
Eosinofil% 2.4 0.5-5.0 %
Lymfosit# 0.65 0.80-4.00 10^3/uL
Lymfosit% 6.0 20-40 %
Mon# 0.35 0.12-1.20 10^3/uL
Monosit% 3.1 3-12 %
Aly# 0.01 0.00-0.20
Aly% 0.1 0.000-0.020
Lic# 0.10 0.00-0.20
Lic% 0.9 0.000-0.025
Glukosa Ad Random : 440 mg/dL
Antigen SARS-Cov-2 : Negatif
B. Analisa Data
Data subyektif : Tn. B mengatakan suka minum the manis, kopi dan
mudah cepat lapar. Data obyektif : Tn.B tampak lemas, hasil cek GDS: 440
mg,dL. Dari data atas maka ditemukan masalah keperawatan Ketidakstabilan
kadar glukosa darah. Etiologi : gangguan toleransi glukosa darah
Data subyektif : Tn. B mengatakan tidak mengetahui tentang
penyakitnya, cara mengontrol gula darah dan menanyakan bagaimana cara
mengontrol gula darah. Data obyektif : Tn. B terlihat bertanya-tanya tentang
penyakitnya dan tampak bingung. Pengkajian status kognitif didapat nilai hasil :
6, kesimpulan : Tn.B memiliki intelegtual sedang.Dari data atas maka
ditemukan masalah keperawatan defisit pengetahuan. Etiologi : kurang
terpapar informasi.
Data subyektif : Tn. B mengatakan merasa sedih, lelah dan saat ini
tidak lagi melakukan pekerjaan sama sekali. Data obyektif : menangis.
Pengkajian Inventaris depresi didapatkan nilai BECK : 5, kesimpulan : Tn. B
mengalami depresi ringan. Dari data atas maka ditemukan masalah
keperawatan berduka. Etiologi : kematian keluarga (istri).
Data subyektif : Tn.B mengatakan sering terbangun tengah malam dan
sulit untuk tidur kembali. Data obyektif : tidak ada. Dari data atas maka
ditemukan masalah keperawatan gangguan pola tidur. Etiologi : kurang kontrol
tidur.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan
toleransi glukosa darah ditandai dengan kadar glukosa dalam darah tinggi.
hasil cek GDS: 440 mg,dL. TD : 110/80 mmHg, RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T :
36,5 0C, SPO2 : 98%,
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan tidak mengetahui tentang penyakitnya dan tampak bingug.
Pengkajian status kognitif didapat nilai hasil : 6, kesimpulan : Tn.B memiliki
intelegtual sedang. TD : 110/80 mmHg, RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T : 36,5 0C,
SPO2 : 98%,
3. Berduka berhubungan dengan kematian keluarga ditandai dengan sedih dan
menangis. Pengkajian Inventaris depresi didapatkan nilai BECK : 5,
kesimpulan : Tn. B mengalami depresi ringan. TD : 110/80 mmHg, RR :
20x/i, HR : 80x/i, T : 36,5 0C, SPO2 : 98%,
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ditandai
dengan sering terbangun tengah malam dan sulit untuk tidur kembali.
TD : 110/80 mmHg, RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T : 36,5 0C, SPO2 : 98%,
BAB IV
PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin
2. Kolaborasi pemberiaan cairan iv
3. Kolaborasi pemberian kalium
2. Defisit pengetahuan berhubungan (L.121111)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
pasien mampu memahami tentang penyakitnya dan kesehatan dengan
kriteria hasil:
SLKI : Perilaku sesuai anjuran meningkat, Verbalisasi minat dalam
belajar meningkat, Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang
suatu topik meningkat, Kemampuan menggambarkan pengalaman
sebelumnya yang sesuai topik meningkat, Perilaku sesuai dengan
pengetahuan, Pertanyaan tentang masalah yang di hadapi menurun,
Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun, Menjalani
pemeriksaan yang tidak tepat menurun, Perilaku membaik.
SIKI : Edukasi Kesehatan
Tindakan
Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
Terapeutik :
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih sehat.
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik :
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.
3. Berikan kesempatan untuk bertanya.
4. Peraktekan bersama keluarga cara menjaga kebersihan diri
dan lingkungan
Edukasi :
1. Jelaskan masalah yang dapat timbul akibat tidak menjaga
kebersihan diri dan lingkungan.
2. Ajarkan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan
Edukasi Diet
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga menerima
informasi
2. Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini
3. Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan masa lalu
4. Identifikasi persepsi pasien dan keluarga tentang diet yang
diprogramkan
5. Identifikasi keterbatasan finansial untuk menyediakan
makanan
Teraupetik
1. Persiapkan materi, media dan alat peraga
2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan
kesehatan
3. Berikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya
4. Sediakan rencana makanan tertulis, jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap kesehatan
2. Informasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang
3. Informasikan kemungkinan interaksi obat dan makanan
4. Anjurkan mempertahankan posisi semi fowler (30-40 derajat)
2-30 menit setelah makan
5. Anjurkan mengganti bahan makanan sesuai dengan diet
yang diprogramkan
6. Anjurkan melakukan olahraga sesuai toleransi
7. Ajarkan cara membaca label dan memilih makanan yang
sesuai
8. Ajarkan cara merencanakan makanan yang sesuai program
9. Rekomendasikan resep makanan yang sesuai dengan diet.
Teraupetik
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang
3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama
periode diare
4. Gunakan produk berbahan ringan / alami dan hipoalergik
pada kulit sensitif
5. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat
berada diluar rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
4. Gangguan pola tidur (L.050445)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
kualitas tidur pasien kembali teratur dan normal dengan kriteria hasil:
SLKI : Keluhan sulit tidur menurun / hilang, Keluhan sering terjaga
menurun / hilang, Keluhan tidur tidak puas tidur menurun / hilang,
Keluhan pola tidur berubah menurun / hilang, Keluhan istirahat tidak
cukup menurun/hilang, Kemampuan beraktivitas meningkat.
SIKI : Dukungan tidur
Tindakan
Observasi :
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan / atau
pisikologi).
3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
(mis. Kopi, teh, alkohol. Makan mendekati waktu tidur,
minum banyak air sbelum tidur)
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik :
1. Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaaan, kebisingan,
sushu, matras, dan tempat tidur)
2. Batasi waktu tidur siang jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan perosedur untuk meningkatan kenyamanan
(misal. pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur).
6. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/ atau tinjakan
untuk menunjang siklur tidur terjaga
Edukasi :
1. Jelaskan tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan / minuman yang
mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengganggu
supresor terhadap tidur REM.
5. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur (mis. Pisikologis, gaya hidup, sering berubah shift
bekerja )
6. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara non farmokologi
lainnya
Edukasi Aktivitas/Istirahat
Tindakan :
Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
Terapeutik :
1. Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan
istirahat
2. Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik / olahraga
secara rutin
2. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas
bermain atau aktivitas lainnya
3. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
4. Ajarkan cara mengindentifikasi kebutuhan istirahat (mis.
Kelelahan, sesak napas saat aktivitas)
5. Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas
sesuai kemampuan.
B. Implementasi Keperawatan
Hari Pertama : dilakukan pada tanggal 17 November 2022 yaitu :
Diagnosa Keperawatan 1: Jam 14 :00 Melakukan komunikasi
theraupetik kepada pasien dan melakukan pengkajian faktor terjadinya
peningkatan kadar glukosa darah, Jam 14 :10 Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia, Jam 14:20 Mendiskusikan pola makan dan penurunan berat
badan, 14:30 Memberikan posisi nyaman, Jam 17:00 Kolaborasi pemberian
insulin Apidra 10 ui, Jam 19:00 Melakukan vital sign TD : 110/80 mmHg,
RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T : 36,4 0C, SPO2 : 99%, Jam 19 : 05 Menganjurkan
pasien istirahat, Jam 19: 10 Memonitor kadar glukosa darah.
Diagnosa Keperawatan 2 : Jam 18:00 Mengkaji tingkat pengetahuan
pasien tentang penyakitnya, Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi, Jam 18:05 Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan, Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan,Berikan
kesempatan untuk bertanya,memberikan pendidikan kesehatan tentang
diabetes mellitus, 18:40 Memberikan edukasi pola hidup sehat,Anjurkan
melakukan olahraga sesuai toleransi, jam 18 : 50 Mengajarkan teknik non
fakmakologi terapi relaksasi benson.
Diagnosa Keperawatan 3 : Jam 16:20 Mengidentifikasi penyebab
gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan nutrisi,
penurunan kelembapan, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas),
jam 16:25 Menganjurkan pasien perawatan diri dengan mandi rutin, jam
16:30 Menganjurkan menggunakan pelembab / lotion pada tubuh agar
melembabkan kulit kering, jam 16 : 40 Menganjurkan mengubah posisi tiap
2 jam sekali, anjurkan minum air cukup.
Hari Kedua : dilakukan pada tanggal 18 November 2022 yaitu :
Diagnosa Keperawatan 1: Jam 21 : 00 Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia, Jam 21 : 20 menganjurkan istirahat cukup, Jam 21 :25
mengajarkan teknik relaksasi, 21 : 50 mengobservasi respon non verbal
pasien dan memonitor kadar glukosa darah. Jam 23 :05 menganjurkan
puasa.
Diagnosa Keperawatan 2 : Jam 22:00 mengidentifikasi kemampuan
pasien menerima informasi tentang pendidikan kesehatan diabetes mellitus,
jam 22:10 menganjurkan pasien menerapkan informasi yang didapat dalam
kehidupan sehari hari dan mengedukasi hidup sehat.
Diagnosa Keperawatan 4: Jam 22 :20 mengkaji pola aktivitas, 22 : 30
mengidentifikasi faktor penyebab mengganggu tidur, 22 :40 mengajarkan
cara membagi waktu istirahat dan waktu melakukan kegiatan sehari-hari,
23:00 Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur,
mengajarkan teknik relaksasi benson,Modifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaaan, kebisingan, sushu, matras, dan tempat tidur),Batasi waktu
tidur siang jika perlu,Fasilitasi menghilangkan stres,Identifikasi pola aktivitas
dan tidur, Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan / atau pisikologi).
Hari Ketiga : dilakukan pada tanggal 19 November 2022 yaitu :
Diagnosa Keperawatan 1 : Jam 05:50 mencek GDA, 06:00 pantau dan
monitor kadarglukosa darah, Jam 07:00 memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia, 07:00 mengintruksikan melakukan teknik relaksasi benson.
Diagnosa Keperawatan 3 : Jam 07:10 menganjurkan menggunakan
pelembab / lotion pada tubuh agar melembabkan kulit kering, 07:20
mengedukasikan hidup bersih dan sehat.
Diagnosa keperawatan 4 : Jam 07 : 30 memonitor pola tidur, 07:40
mengidentifikasi lingkungan yang memungkinkan kenyamanan
meningkatkan pola tidur teratur, Jam 08 :00 mengintruksikan melakukan
teknik relaksasi benson,Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaaan,
kebisingan, sushu, matras, dan tempat tidur),Batasi waktu tidur siang jika
perlu.
C. Evaluasi Keperawatan
Pada hari jumat, 18 November 2022 jam 22 :30 diagnosa keperawatan 2, S :
pasien mengatakan memahami tentang penyakitnya dan mengerti cara
pencegahannya.O : pasien tampak tenang, pasien terlihat antusias
menjawab setiap pertanyaan yang diberikan, pasien mampu menjelaskan
kembali apa saja tanda dan gejala hiperglikemia, TD : 110/80 mmHg, RR :
20x/ i, HR : 80x/i, T : 36,5 0C, SPO2 : 99%, A : masalah teratasi, P :
Intervensi dihentikan.
Pada hari Sabtu, 19 November 2022 Jam 07 :05 diagnosa keperawatan 1 ,
S : pasien mengatakan lemas berkurang dan rasa lelah berkurang,O : akral
hangat,GDA Puasa :139 mg/dL, GDA Jam 2 PP : 229 mg/dL,TD :120/80
mmHg, RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T : 360C, SPO2 : 98%, A : Masalah belum
teratasi, P : intervensi dilanjutkan. Jam 07:25 Diagnosa keperawatan 3, S :
Tn.B mengatakan rasa gatal sudah berkurang, O : tampak rileks, kulit
lembab, A: Masalah sebagian teratasi, P: Intervensi dilanjutkan. Diagnosa
keperawatan 4, jam 08:00 S: Tn.B mengatakan dapat tidur dan tidak
terbangun ditengah malam,O: tampak rileks, TD :120/80 mmHg, RR : 20x/ i,
HR : 80x/i, T : 360C, SPO2 : 98%, GDA Puasa :139 mg/dL, GDA Jam 2 PP :
229 mg/dL, A : masalah teratasi, P :Intervensi Dihentikan.
BAB V
PEMBAHASAN
B. KETERBATASAN PELAKSANAAN
1. Hanya melakukan pada satu lansia yang menderita diabetes mellitus
tidak ada pembanding
2.Keterbatasan waktu dimana saat melakukan studi kasus hanya
membutuhkan waktu 3 hari. Sehingga masalah tidak teratasi sampai
tuntas.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn.B menderita penyakit Diabetes
Mellitus.Tn. B mengatakan, lemas, mudah kelelahan, gatal-gatal seluruh
tubuh dan kulit kering, wajah tampak pucat. Tn. B mengatakan
mengetahui tentang penyakitnya, namun tidak tau cara mengontrol gula
darah dan menanyakan bagaimana cara mengontrol gula darah. Pola
makan 3 kali sehari,pola istirahat tidur setiap hari tidak teratur,
dikarenakan lebih banyak waktu tidur di siang hari dibandingkan pada
malam hari. Setiap tidur kadang terbangun tengan malam dan sulit untuk
tidur kembali hari. Pola kebiasaan minum kopi dan teh manis 3 kali sehari.
Tn.B suka minum teh manis dan kopi, namun Tn.B tidak tau mengontrol
kadar glukosa darah.Tn.B menggunakan insulin Apidra 10 ui. Pada kasus
Tn.B didapatkan hasil GDA : 440 mg/dL (17 November 2022), GDA Puasa
:139 mg/dL, GDA Jam 2 PP : 229 mg/dL (19 November 2022). ada data
penunjang laboratorium, tau tentang diabetes mellitus namun tidak tau
cara pencegahannya.
2.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan ada 4 diagnosa keperawatan
yang muncul pada pasien diabetes mellitus antara lain : Ketidakstabilan
kadar glukosa darah (L.03022), Defisit pengetahuan berhubungan
(L.121111), Gangguan integritas kulit (L.141225),Gangguan pola tidur
(L.050445).
3.Intervensi Keperawatan
Pada kasus Tn. B dengan diabetes mellitus, ada 4 masalah keperawatan
yang terjadi dengan prioritas masalah yaitu: Ketidakstabilan kadar glukosa
darah,Defisit pengetahuan berhubungan, Gangguan integritas kulit dan
Gangguan pola tidur yang ditetapkan : 1) kadar glukosa darah, jika perlu
2) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia kelemahan, malise, pandangan
kabur, sakit kepala, 3)Kolaborasi pemberian insulin, 4) Ajarkan Tn.B
melakukan teknik relaksasi sebagi non farmakologi mengurangi kadar
gula narah meningkat, 5)Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi, 6) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi,
7) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan, 8) Jadwalkan
pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, 9) Berikan kesempatan untuk
bertanya, 10) memberikan pendidikan kesehatan tentang diabetes
mellitus, 11) memberikan edukasi pola hidup sehat, 12) anjurkan
melakukan olahraga sesuai toleransi, 13) mengajarkan teknik non
fakmakologi terapi relaksasi benson, 14) Identifikasi penyebab gangguan
integritas kulit (mis. Perubahan status, nutrisi, penurunan kelembaban,
suhu lingkungan ekstrem, penggunaan mobilitas, 15) Mengidentifikasi
penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan
nutrisi, penurunan kelembapan, suhu lingkungan ekstrem, penurunan
mobilitas, 16) Menganjurkan menggunakan pelembab / lotion pada tubuh
agar melembabkan kulit kering, 17) Menganjurkan mengubah posisi tiap 2
jam sekali, 18) Identifikasi pola aktivitas dan tidur, Identifikasi faktor
pengganggu tidur (fisik dan / atau pisikologi), 19) Modifikasi lingkungan
(mis. Pencahayaaan, kebisingan, sushu, matras, dan tempat tidur), 20)
Batasi waktu tidur siang jika perlu, 21) Memonitor pola tidur, 22) Fasilitasi
menghilangkan stres. Berdasarkan rencana tindakan keperawatan diatas
sesuai dengan masalah keperawatan yang dialami oleh Tn.B. Hal ini
didasarkan oleh pembahasan pada diagnosa 1,2,3,dan 4 ditemukan tidak
ada kesenjangan antara teori dengan kasus nyatanya.
4.Implementasi
Hari Pertama : dilakukan pada tanggal 17 November 2022 yaitu :
Diagnosa Keperawatan 1: Jam 14 :00 Melakukan komunikasi
theraupetik kepada pasien dan melakukan pengkajian faktor terjadinya
peningkatan kadar glukosa darah, Jam 14 :10 Memonitor tanda dan
gejala hiperglikemia, Jam 14:20 Mendiskusikan pola makan dan
penurunan berat badan, 14:30 Memberikan posisi nyaman, Jam 17:00
Kolaborasi pemberian insulin Apidra 10 ui, Jam 19:00 Melakukan vital
sign TD : 110/80 mmHg, RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T : 36,4 0C, SPO2 : 99%,
Jam 19 : 05 Menganjurkan pasien istirahat, Jam 19: 10 Memonitor kadar
glukosa darah.
Diagnosa Keperawatan 2 : Jam 18:00 Mengkaji tingkat pengetahuan
pasien tentang penyakitnya, Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi, Jam 18:05 Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan, Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan,Berikan kesempatan untuk bertanya,memberikan
pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus, 18:40 Memberikan
edukasi pola hidup sehat,Anjurkan melakukan olahraga sesuai toleransi,
jam 18 : 50 Mengajarkan teknik non fakmakologi terapi relaksasi benson.
Diagnosa Keperawatan 3 : Jam 16:20 Mengidentifikasi penyebab
gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan nutrisi,
penurunan kelembapan, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas),
jam 16:25 Menganjurkan pasien perawatan diri dengan mandi rutin, jam
16:30 Menganjurkan menggunakan pelembab / lotion pada tubuh agar
melembabkan kulit kering, jam 16 : 40 Menganjurkan mengubah posisi
tiap 2 jam sekali, anjurkan minum air cukup.
Hari Kedua : dilakukan pada tanggal 18 November 2022 yaitu :
Diagnosa Keperawatan 1: Jam 21 : 00 Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia, Jam 21 : 20 menganjurkan istirahat cukup, Jam 21 :25
mengajarkan teknik relaksasi, 21 : 50 mengobservasi respon non verbal
pasien dan memonitor kadar glukosa darah. Jam 23 :05 menganjurkan
puasa.
Diagnosa Keperawatan 2 : Jam 22:00 mengidentifikasi kemampuan
pasien menerima informasi tentang pendidikan kesehatan diabetes
mellitus, jam 22:10 menganjurkan pasien menerapkan informasi yang
didapat dalam kehidupan sehari hari dan mengedukasi hidup sehat.
Diagnosa Keperawatan 4: Jam 22 :20 mengkaji pola aktivitas, 22 : 30
mengidentifikasi faktor penyebab mengganggu tidur, 22 :40 mengajarkan
cara membagi waktu istirahat dan waktu melakukan kegiatan sehari-hari,
23:00 Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur,
mengajarkan teknik relaksasi benson,Modifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaaan, kebisingan, sushu, matras, dan tempat tidur),Batasi waktu
tidur siang jika perlu,Fasilitasi menghilangkan stres,Identifikasi pola
aktivitas dan tidur, Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan / atau
pisikologi).
Hari Ketiga : dilakukan pada tanggal 19 November 2022 yaitu :
Diagnosa Keperawatan 1 : Jam 05:50 mencek GDA, 06:00 pantau dan
monitor kadarglukosa darah, Jam 07:00 memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia, 07:00 mengintruksikan melakukan teknik relaksasi benson.
Diagnosa Keperawatan 3 : Jam 07:10 menganjurkan menggunakan
pelembab / lotion pada tubuh agar melembabkan kulit kering, 07:20
mengedukasikan hidup bersih dan sehat.
Diagnosa keperawatan 4 : Jam 07 : 30 memonitor pola tidur, 07:40
mengidentifikasi lingkungan yang memungkinkan kenyamanan
meningkatkan pola tidur teratur, Jam 08 :00 mengintruksikan melakukan
teknik relaksasi benson,Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaaan,
kebisingan, sushu, matras, dan tempat tidur),Batasi waktu tidur siang jika
perlu.
5.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang digunakan dengan metode SOAP (subyektif, obyektif,
assesment, planning) yang sudah ditetapkan. Evaluasi diagnosa 1,
masalah belum teratasi dengan data obyektif : akral hangat,GDA
Puasa :139 mg/dL, GDA Jam 2 PP : 229 mg/dL,TD :120/80 mmHg, RR :
20x/ i, HR : 80x/i, T : 360C, SPO2 : 98%. diagnosa 2, masalah teratasi
dengan data obyektif : pasien tampak tenang, pasien terlihat antusias
menjawab setiap pertanyaan yang diberikan, pasien mampu
menjelaskan kembali apa saja tanda dan gejala hiperglikemia, TD :
110/80 mmHg, RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T : 36,5 0C, SPO2 : 99%.
diagnosa 3, masalah belum teratasi dengan data obyektif : tampak
rileks, kulit lembab. Diagnosa 4, masalah teratasi dengan data obyektif :
tampak rileks, TD :120/80 mmHg, RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T : 360C,
SPO2 : 98%, GDA Puasa :139 mg/dL, GDA Jam 2 PP : 229 mg/dL.
B. SARAN
1. Bagi Lansia
Diharapkan lansia dapat pulih dan masalah kesehatan yang dialami lansia
berkurang khususnya pada lansia yang menderita diabetes mellitus.
2. Bagi Institusi
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan pendidikan yang lebih baik dan
menghasilkan tenaga kesehatan yang lebih unggul dan profesional.
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pelayanan rumah sakit dapat melanjutkan asuhan
keperawatan pada lansia khususnya yang menderita diabetes mellitus
dengan masalah keperawatan yang belum teratasi yaitu Ketidakstabilan
kadar glukosa darah dan Gangguan integritas kulit.