Anda di halaman 1dari 62

TUGAS AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn. B DENGAN


GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN : DIABETES MELLITUS DI
RUANGAN MERANTI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
TK III TEBING TINGGI TAHUN 2022

OLEH:

FETTYANI SITUMORANG

P075203221009

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI NERS

2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh (Maria Sumaryati, 2018).
Masalah yang paling sering dihadapi oleh lansia adalah masalah
kesehatan, salah satunya diabetes mellitus. Diabetes Mellitus pada lansia
adalah penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia yang disebabkan
karena lansia tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup
atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif. Diabetes
Mellitus pada lansia di sebabkan oleh faktor genetik, usia, obesitas dan
aktifitas fisik kemudian dengan berjalannya usia yang semakin
meningkatan secara bertahap di karenakan terjadi proses menua, faktor
genetik , IMT serta aktivitas fisik yang kurang (Adamo, 2008 dalam
Musthakimah, 2019).
Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang
disebabkan berbagai macam etiologi, disertai adanya hiperglikemi kronis
akibat gangguan sekresi insulin atau gangguan kerja dari insulin, atau
keduanya (Hanifah, Basuki, & Faizi, 2021).
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang tidak menular serta
prevelensinya terus meningkat setiap tahunnya dan salah satu penyakit
kronik yang sering ditemui di masyarakat menyebabkan penyakit kronik
dalam bentuk angiopati berupa gangguan pembuluh darah pada kaki
(Boedisantoso, 2013 dalam Lestyaningsih et al., 2020).
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) prevalensi
Diabetes Melitus global pada tahun 2019 diperkirakan 9,3% (463 juta
orang), naik menjadi 10,2% (578 juta) pada tahun 2030 dan 10,9% (700
juta) pada tahun 2045 (IDF, 2019). Kemenkes RI, mengidentifikasi 10
negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi, salah satunya
indonesia. Indonesia berada pada peringkat ke -7 diantara 10 negara
dengan jumlah penderita terbanyak, yaitu sebesar 10,7 juta. Sehingga
dapat diperkirakan besarnya konstribusi indonesia terhadap prevalensi
kasus diabetes di Asia Tenggara (Kemenkes RI,2022).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa
prevalensi diabetes melitus (DM) di Indonesia berdasarkan diagnosa
dokter pada umur ≥ 15 tahun sebesar 2%. Angka ini menunjukkan
peningkatan dibandingkan perevalensi diabetes melitus pada penduduk ≥
15 tahun pada hasil Riskesdas tahun 2013 (Kemenkes, 2020).
Riskesdas 2013 dan 2018 yang mengindikasikan semakin tinggi
umur maka semakin besar resiko untuk mengalami diabetes. Peningkatan
prevalensi dari tahun 2013-2018 terjadi pada kelompok umur 45-54
tahun, 65-74 tahun dan > 75 tahun. Prevalensi diabetes mellitus pada
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki laki dengan perbandingan 1,78
% terhadap 1,21%.
Gambaran prevalensi diabetes menurut provinsi pada tahun 2018
menunjukkan bahwa provinsi sumatera utara memiliki prevalensi 2%.
Gambaran ini merupakan prevalensi berdasarkan diagnosis dokter yang
sangat ditentukan oleh keteraturan dan kepatuhan pencatatan rekam
medis (Kemenkes, 2020).
Diabetes Melitus disebut dengan the silent killer karena penyakit ini
dapat menimbulkan berbagai komplikasi antara lain gangguan
penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi
seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru-paru,
gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Peran perawat
sangatlah penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah Diabetes Melitus. Asuhan keperawatan yang
professional diberikan melalui pendekatan proses keperawatan yang
terdiri dari pengkajian, penetapan diagnosa, pembuatan intervensi,
impelementasi keperawatan, dan mengevaluasi hasil tindakan
keperawatan.
Berdasarkan hasil survey yang didapat dari medical record Rs.
Bhayangkara TK III Tebing Tinggi dari bulan Januari - Oktober tahun
2022 tedapat 178 lansia yang mengalami diabetes melitus. Dari kasus
diabetes mellitus pada lansia yang didapat dari Rs. Bhayangkara TK III
Tebing Tinggi, maka penulis tertarik melakukan “Asuhan Keperawatan
Gerontik Pada Tn.B dengan gangguan sistem Endokrin : Diabetes
Mellitus di ruangan meranti Rumah Sakit Bhayangkara TK III Tebing
Tinggi tahun 2022”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan “Asuhan
Keperawatan Gerontik pada Tn.B Dengan Gangguan Sistem Endokrin :
Diabetes Melitus di Ruangan Meranti Rs. Bhayangkara TK III Tebing Tinggi
tahun 2022”

C. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny. dengan
Diabetes Mellitus di Rs. Bhayangkara TK III Tebing Tinggi
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan gerontik pada Ny. Dengan
diabetes mellitus di Rs. Bhayangkara TK III Tebing Tinggi
b. Merumuskan diagnosa keperawatan gerontik pada Ny. Dengan
diabetes mellitus di Rs. Bhayangkara TK III Tebing Tinggi
c. Menyusun rencana keperawatan gerontik pada Ny. Dengan
diabetes mellitus di Rs. Bhayangkara TK III Tebing Tinggi
d. Melaksanakan tindakan keperawatan gerontik pada Ny.
Dengan diabetes mellitus di Rs. Bhayangkara TK III Tebing
Tinggi
e. Melakukan evaluasi keperawatan gerontik pada Ny. Dengan
diabetes mellitus di Rs. Bhayangkara TK III Tebing Tinggi

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Lansia, hasil penelitian ini diharapkan sebagai Asuhan
Keperawatan yang bermanfaat untuk kesembuhan dan untuk
aktifitas sehari hari pada lansia dengan diabetes mellitus
2. Bagi Institusi, hasil penelitian ini sebagai bahan referensi untuk
bahan bacaan di perpustakaan khususnya mata kuliah
keperawatan gerontik dan dapat sebagai bahan pustaka penelitian
selanjutnya.
3. Bagi Rumah Sakit, hasil penelitian ini dapat dijadikan data
pendukung untuk bahan laporan Rumah Sakit dan sebagai acuan
dalam melaksanakan asuhan keperawatan gerontik dengan
diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Lansia
Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Menua merupakan proses sepajang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu. Tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yag berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara
biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,
misalnya kemunduran fisik, yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional (Dede
Nasrullah, 2016).
Seseorang yang berumur lebih dari 60 tahun disebut lanjut usia
(lansia).Seorang lansia yang berada dalam keadaan sehat, produktif dan mandiri
memiliki dampak positif. Sebaliknya jika peningkatan jumlah lansia tidak dalam
keadaan sehat akan meningkatan beban pada penduduk usia produktif (Fibra
Miliata, dkk ., 2021)

1. Batasan - batasan Lanjut Usia


Menurut WHO, lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia (45-59 tahun).
b. Lanjut usia (eldery) antara (60-74 tahun).
c. Lanjut usia (old) antara (75 dan 90 tahun).
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

2. Tipe Lanjut Usia


a. Tipe arif bijaksana
Lanjurt usia ini Kaya dengan hikmah pengalaman menyesuaikan diri
dengan perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi
panutan.
b. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan
baru, selektif dan mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta
memenuhi undangan
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia ini ang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan
daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang
disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit
dilayani dan pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (habis gelap datang terang), mengikuti
kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa aja dilakukan.
e. Tipe bingung
Lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh.

3. Perubahan perubahan yang terjadi pada lanjut usia


a. Perubahan fisik
1) Sistem indra
Sistem penglihatan : perubahan sistem penglihatan pada lansia
erat kaitannya dengan presbiopi. Lensa kehilangan elastisitas dan
kaku. Oto penyangga lensa lemah, ketajaman penglihatan dan
daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang, penggunaan
kacamata dan sistem penerangan yang baik dapat digunakan.
Sistem pendengaran : presbiakusis (gangguan pada pendengaran
oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang
tingg, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti dengan kata - kata,
50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
Sistem integumen : pada lansia kulit mengalami atrofi, kendur,
tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan
sehingga menjadi tipis dan bercak.
2) Sistem musculoskeletal
a. Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)
Kolagen sebagai pendukung utama pada kulit, tendon, tulang,
kartilago, dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentangan yang tidak teratur.
b. Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami
granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata,
kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang
dan degerenasi yang tercadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan
terhadap gesekan.
c. Otot
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan
jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif.
d. Sendi
Pada lansia jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament
dan fasia mengalami penurunan elastisitas.

3) Sistem kardiovaskuler dan respirasi


a. Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi
dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena
perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan
klasifikasi SA nude dan jaringan konduksi berubah menjadi
jaringan ikat.
b. Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas
total paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang
mengalir ke paru berkurang.
4) Sistem pencernaan dan metabolisme
Perubahan terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata.
5) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak
fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi,
ekskresi, reabsorbsi oleh ginjal.
6) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubaan anatomi dan atrofi pada
serabut saraf. lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
7) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya
ovari dan uterus. Pada laki laki testis masih dapat memproduksi
spermatosoa, meskipun adanya penurunan secara beransur-
ansur.
b. Perubahan kognitif
1. Memory (Daya ingat, Ingatan)
Pada lanjut usia, daya ingat merupakan salah satu fungsi kognitif
yang seringkali paling awal mengalami penurunan.
2. IQ (Intellegent Quacient)

Kemampuan kognitif perubahan


1. Pemecahan masalah  Terjadi penurunan sampai akhir
usia 60-an
 Banyak perubahan dapat
ditanggulangi dengan bimbingan
dan latihan

2. Memori  Sedikit mengalami penurunan


 Tidak ada perubahan
 Beberapa menurun, penurunan
terutama pada proses encoding
 Penurunan dimulai pada awal
usia 50-an
 Tidak mampu diubah dengan
intervensi

3. Proses informasi  Penurunan dimulai pada awal


usia 50-an
 Tidak mampu diubah dengan
intervensi

4. Kemampuan verbal  Menurun sebelum usia 80


tahun
5. Alasan abstrak  Mungkin terjadi penurunan

Tabel 2.1 Perubahan Kemampuan Kognitif Pada Penuaan

3. Kemampuan Belajar (Learning)


Lanjut usia yang sehat dan tidak mengalami demensia masih
memiliki kemampuan belajar yang baik, bahkan di negara industri
maju didirikan university of thr third age.
4. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
Kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada lansia
mengalami penurunan.
5. Pemecahan Masalah (Problem Salving)
Pada lanjut usia masalah-masalah yang dihadapi tentu semakin
banyak. Banyak hal yang dahulunya dengan mudah dapat
dipecahkan menjadi terhambat karena terjadi penurunan fungsi
indra pada lanjut usia.
6. Pengambilan Keputusan (Decission Making)
Pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau seolah
- olah terjadi penundaan.
7. Kebijaksanaan (wisdom)
Pada lansia semakin bijaksana dalam menghadapi suatu
permasalahan. Atas dasar hal tersebut. Dalam melayani lanjut usia
harus dengan penuh bijaksanan sehingga kebijaksanaan yang ada
pada masing-masing individu yang dilayani tetap terpelihara.
8. Kinerja (performance)
Pada lanjut usia akan terlihat penurunan kinerja baik secara
kuantitatif maupun kualitatif.
9. Motivasi
Pada lanjut usia, motivasi baik kognitif maupun afektif untuk
mencapai/ memperoleh sesuatu cukup besar, namun motivasi
tersebut seringkali kurang memperoleh dukungan kekuatan fisik
maupun psikologis, sehingga hal-hal yang diinginkan banyak
berhenti ditengah jalan.
c. Perubahan Mental
Faktor - faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1. perubahan fisik, khususnya organ perasa
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan
5. Lingkungan
d. Perubahan Spritual
Spritualitas pada lansia bersifat universal, intrinsik dan merupakan
proses individual yang berkembang sepanjang rentang kehidupan.
Karena aliran siklus kehilangan terdapat pada kehidupan lansia,
keseimbangan hidup tersebut dipertahankan sebagian oleh efek positif
harapan dari kehilangan tersebut.
1. Agama / kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan
2. Lanjut usia semaki matur dalam kehidupan keagamaannya
3. Perkembangan spritual pada usia 70 tahun, universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan
bertindak dengan cara memberi contoh cara mencintai dan
keadilan.
e. Perubahan psikososial
1. Pensiun
a) Kehilangan financial
b) Kehilangan status
c) Kehilangan teman atau kenalan
d) Kehilangan kegiatan atau pekerjaan
2. Perubahan aspek kepribadian
3. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat

4. Masalah dan penyakit yang sering dihadapi oleh lanjut usia


a. Masalah fisik yang sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia
1. Mudah jatuh
2. Mudah lelah
3. Berat badan menurun
4. Sukar menahan buang air kecil
5. Gangguan pada ketajaman penglihatan
b. Penyakit yang sering dijumpai pada lansia
1. Gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh
darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner), dan ginjal.
2. Gangguan metabolisme hormonal, seperti : diabetes mellitus,
klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid.
3. Gangguan pada persendian, seperti : osteoartritis, gout artritis,
ataupun penyakit kolagen lainnya.
4. Berbagai macam neoplasma

B. Konsep Dasar Diabetes Mellitus


1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah penyakit menahun (kronis) berupa gangguan
metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas
normal. Penyebab kenaikan kadar gula darah tersebut menjadi
landasan pengelompokkan jenis diabetes mellitus (Kemenkes RI, 2020).
Diabetes mellitus adalah suatu gangguan metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak akibat dari ketidakseimbangan antara ketersediaan
insulin dengan kebutuhan insulin. Gangguan tersebut dapat berupa
defisiensi insulin absolut, pengeluaran insulin oleh sel beta pankreas,
ketidakadekuatan atau kerusakan pada reseptor insulin, produksi insulin
tidak aktif dan kerusakan insulin sebelum bekerja (Santi Damayanti,
2017). Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang
disebabkan berbagai macam etiologi, disertai adanya hiperglikemi
kronis akibat gangguan sekresi insulin atau gangguan kerja dari insulin,
atau keduanya (Hanifah, Basuki, & Faizi, 2021).

2. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
a. Tipe I : Diabetes Mellitus tergantung (IDDM)
b. Tipe II : Diabetes Mellitus tidak tergantung (NIDDM)
c. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lainnya
d. Diabetes Mellitus Gestasinal (GDM)

3. Etiologi
a. Diabetes Mellitus Tipe I
1) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri.
Tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetik ke arah terjadinya DM tipe I. kecenderungan genetik ini
ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
2) Faktor – faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah – olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi
terhadap sel –sel pulau langerhans dan insulin endogen.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta
4. Karakteristik Diabetes Tipe I dan II

Tipe I Tipe II
Usia Biasanya <30 tahun Biasanya > 40 tahun
Kecepatan Biasanya cepat Biasanya bertahap
Berat badan Normal atau kurus (kurang 80 % overweight
gizi) ; selalu mengalami
kehilangan berat badan
Hereditas  Berhubungan dengan  Tidak berhubungan
Specific Human dengan Specific
Leukocyte Antigen Human Leukocyte
(HLA) Antigen (HLA)
 Penyakit Autoimun  Tidak ada bukti
 Kemungkinan dipicu picuan infeksi virus
oleh infeksi virus
Insulin Sekresi pada awal Terjadi defisiensi atau
gangguan muncul resisten insulin
kemudian atau tidak ada
sama sekali
Ketosis Umum terjadi Langka / jarang terjadi
Frekuensi 15 % dari kejadian 85 % dari kejadian
Komplikasi Umum terjadi Umumnya muncul saat
terdiagnosis
Treatment Insulin, diet, olahraga Diet, OHA, olahraga,
insulin
Tabel 2.2 Karakteristik Diabetes Tipe I dan II

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis khas yang dapat muncul pada seluruh tipe diabetes
meliputi trias poli, yaitu poliuria, polidipsi dan poliphagi. Poliuri dan
polidipsi terjadi sebagai akibat kehilangan cairan berlebihan yan
dihubungkan dengan diuresis osmotic. Pasien juga mengalami poliphagi
akibat dari kondisi metabolik yang diinduksikan oleh adanya defesiensi
insulin serta pemecahan lemak dan protein. Gejala-gejala lain yaitu
kelemahan, kelelahan, perubahan penglihatan yang mendadak,
perasaan gatal atau kekebasan pada tangan atau kaki, kulit kering,
adanya lesi luka yang penyembuhannya lambat dan infeksi berulang
(Santi Damayanti, 2017).
Gejala – gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah :
a. Katarak
b. Glaukoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh tubuh
e. Pruritus vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur di kulit
h. Dermatopati
i. Neuropati ferifer
j. Neuropati viseral
k. Arniotropi
l. Ulkus neurotropik
m. Penyakit ginjal
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi

6. Faktor – faktor risiko Diabetes Mellitus


a. Faktor keturunan (Genetik)
b. Obesitas
c. Usia
d. Tekanan darah
e. Aktivitas fisik
f. Kadar kolesterol
g. Stres
h. Riwayat diabetes gestasional

7. Pemeriksaan penunjang
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis
DM (mg/dL).
Tabel 2.3 Kriteria Diagnostik WHO Untuk Diabetes Mellitus
Bukan Dm Belum pasti DM DM
Kadar glukosa
darah sewaktu < 100 100-200 > 200
- Plasma vena < 80 80-200 > 200
- Darah kapiler
Kadar glukosa < 110 110-120 > 126
darah puasa < 90 90-110 > 110
- Plasma vena
- Darah kapiler

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus sedikitnya 2 kali


pemeriksaan :
1) Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dL(11,1mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dL (7,8 mmol/L)
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian
sesudah mengonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post pradial
(pp) >200 mg mg/dL).
Tabel 2.4 Kriteria Diagnostik Diabetes

Test Tahap diabetes Tahap prediksi


Gula darah puasa ≥ 126 mg/dL 100-125 mg/dL
OGTT ≥ 200 mg/dL 140-199 mg/dL
Gula dara acak ˃ 200 mg/dL
Keterangan :
 Gula darah puasa diukur sesudah puasa malam selama 8 jam
 Oral glucosa tolerance test (OGTT) diukur sesudah puasa
semalaman, lalu pasien diberikan cairan 75 gr glukosa untuk
diminum. Lalu gula darah diukur 2 jam kemudian
 Gula darah acak diukur sewaktu-waktu
 Untuk mendiagnosa diabetes perlu dilakukan uji ulang ketika
mendapatkan hasil yang abnormal, sehingga mendapatkan
konfirmasi yang akurat
 Diabetes dapat didiagnosa dengan adanya gejala khusus
(khas)

8. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan teraupetik pada
setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
b. Latihan
c. Pemantauan
d. terapi
e. pendidikan kesehatan

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
 Riwayat kesehatan keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien?
 Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana cara minum obatnya
apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
 Aktivitas/ istirahat :
letih, lemah, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
 Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, Klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama,
takikardi, perubahan tekanan darah
 Integritas Ego
Stress, ansietas
 Eliminas
Perubahan pola berkemih (poliuria, nokturia, anuria), diare.
 Makanan
Anoreksia, mal muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik.
 Neurosensori
Pusing, sakit kepala kesemutan, keas kelemahan pada otot,
parestesia, gangguan penglihatan.
 Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
 Pernapasan
Batuk dengan / tanpa sputum purulen (terganggu adaya infeksi/
tidak )
 Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI PPNI (2019) :
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
gangguan toleransi glukosa darah ditandai dengan kadar glukosa
dalam darah tinggi
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
ditandai dengan warna kulit pucat
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai
dengan mengeluh lelah
d. Resiko gangguan integritas kulit ditandai dengan perubahan
sirkulasi
3. Intervensi

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1. SDKI SLKI SIKI


Ketidakstabilan kadar glukosa Kestabilan kadar glukosa darah Managemen hiperglikemia
darah berhubungan dengan
gangguan toleransi glukosa Definisi : kadar glukosa darah berada pada rentang Definis:mengidentifikasi dan mengelola
darah ditandai dengan kadar normal kadar glukosa darah di atas normal
glukosa dalam darah tinggi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tindakan
Definisi : variasi kadarglukosa diharapkan masalah pada kestabilan kadar glukosa Observasi :
darah naik/turun dari rentang darah dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi kemungkinan penyebab
normal 1. Koordinasi meningkat hiperglikemia
2. Kesadaran meningkat (compos mentis) 2. Identifikasi situasi yang menyebabkan
Penyebab : 3. Mengantuk menurun / berkurang kebutuhan insulin meningkat (mis:
Hiperglikemia 4. Pusing berkurang / menurun penyakit kambuhan)
1. Disfungsi pancreas 5. Lelah berkurang / menurun 3. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
2. Resisten insulin 6. Mulut kering menurun 4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
3. Gangguan toleransi glukosa 7. Rasa haus berkurang kelemahan, malise, pandangan kabur,
darah sakit kepala)
4. Gangguan glukosa darah 5. Monitor intake dan out put cairan
Puasa 6. Monitor keton urine, kadar analisa gas
darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik
Gejala dan tanda mayor dan frekuensi nadi.
Subjektif Hiperglikemik :
a. Lesu Teraupetik
1. Berikan asupan cairan oral
Objektif hiperglikemik : 2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan
a. Kadarglukosa darah tinggi ada atau memburuk
3. Fasilitasi ambulans jika ada hipotensi
Gejala dan tanda minor ortostatik
Subjektif Hiperglikemik
a. Mulut kering Edukasi
b. Haus meningkat 1. Anjurkan mengindari olahraga saat
kadar glukosa darah secara mandiri
Objektif hiperglikemik : 2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
a. Jumlah urin meningkat secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
4. Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urin, jika perlu
5. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis.
Penggunaan insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan profesional
kesehatan)

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin
2. Kolaborasi pemberiaan cairan iv
3. Kolaborasi pemberian kalium

2. Perfusi perifer tidak efektif Perfusi ferifer 1. Perawatan sirkulasi


berhubungan dengan
hiperglikemia ditandai dengan Definisi : keadekuatan aliran darah pembuluh darah Definisi : mengidentifikasi dan merawat
warna kulit pucat dan akral distal untuk menunjang fungsi jaringan area lokal dengan keterbatasan sirkulasi
perifer
Definisi : penurunan sirkulasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan
darah pada level kapiler yang diharapkan masalah pada perfusi perifer dapat Tindakan
dapat mengganggu teratasi dengan kriteria hasil : Observasi
metabolisme tubuh 1. Denyut nadi perifer meningkat 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi
2. Penyembuhan luka cepat perifer, edema, pengisapan kapiler,
Penyebab : 3. Warna kulit normal warna, suhu, ankle-brachial index)
a. Hiperglikemia 4. Akral hangat 2. Identifikasi faktor resiko gangguan,
b. Penurunan konsentrasi 5. Turgor kulit elastis sirkulasi (mis, diabetes, diabetes,
haemoglobin perokok, orang tua,hipertensi, dan
c. Peningkatan tekanan darah kadar kolestrol tinggi)
d. Kekurangan volume cairan 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri,
e. Penurunan aliran arteri dan atau bengkak pada ekstremitas
atau vena
f. Kurang terpapar informasi Teraupetik
tentang faktor pemberat 1. Hindari pemasangan infus atau
(mis : merokok, gaya pengambilan darah di area
hidup monoton, trauma, keterbatasan perfusi
obesitas, asupan garam, 2. Hindari pengukuran tekanan darah
imobilitas) pada ekstremitas dengan
g. Kurang terpapar informasi
tentang proses penyakit keterbatasan berfungsi
(mis : diabetes mellitus, 3. Hindari penekanan dan
hiperlipidemia) pemasangan tourniquet pada area
h. Kurang aktivitas fisik yang cedera
4. Lakukan pencegahan infeksi
Gejala dan tanda mayor 5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
Subjektif : - 6. Lakukan hidrasi

Objektif :
a. Pengisian kapiler > 3 detik Edukasi
b. Nadi perifer menurun atau 1. Anjurkan berhenti merokok
tidak teraba 2. Anjurkan berolaraga rutin
c. Akral teraba dingin 3. Anjurkan mengecek air mandi untuk
d. Warna kulit pucat menghindari kulit terbakar
e. Turgor kulit menurun 4. Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
Gejala dan tanda minor 5. Anjurkan menggunakan obat peurun
Subjektif : tekanan darah, antikoagulan, dan
a. Parastesia penurunan kolestrol
b. Nyeri ekstremitas 6. Anjurkan minum obat pengontrol
(klaudikasi intermiten)
tekanan darah secara teratur
Objektif : 7. Anjurkan menghindari penggunaan
a. Edema obat penyakit beta
b. Penyembuhan luka lambat 8. Anjurkan melakukan perawatan kulit
c. Indeks ankle brachial <0,90 yang tepat (mis. Melembabkan kulit
d. Bruit femoral kering pada kaki)
9. Anjurkan program rehabilitasi
vaskuler
10. Ajarkan program diem untuk
memperbaiki sirkulasi (mis.rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
11. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
(mis.rasa sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)

2. Manajemen sensasi
Perifer
Definisi:mengidentifikasi mengelola
ketidaknyamanan pada perubahansensasi
perifer

Tindakan
Observasi
1. Identifikasi penyebab perubahan
sensasi
2. Identifikasi penggunaan alat
pengikat, prostesis, sepatu dan
pakaian
3. Periksa perbedaan sensasi panas
atau dingin
4. Periksa kemampuan
mengidentifikasi lokasi dan tekstur
benda
5. Monitor terjadinya parestesia
6. Monitor perubahan kulit
7. Monitor adanya tromboflebilitis dan
tromboemboli vena

Teraupetik
1. Hindari pemakaian benda-benda
yang berlebihan suhunya (terlalu
panas tau dingin)

Edukasi
1. Anjurkan penggunaan termometer
untuk menguji suhu air
2. Anjurkan penggunaan sarung tangan
termal saat memasak
3. Anjurkan memakai sepatu lembut
dan bertumit rendah

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik
2. Kolaborasi pemberian kortikosteroid

3. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas 1. Manajemen energi


1. Mengidentifikasi dan mengelola
berhubungan dengan penggunaan energis untuk
kelemahan ditandai dengan Definisi : respon fisiologis terhadap aktivitas yang mengatasi atau mencegah
mengeluh lelah membutuhkan tenaga kelelahandan mengoptimalkan
proses pemulihan
Definisi : ketidakcukupan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
energy Untuk melakukan diharapkan masalah pada toleransi aktivitas dapat Tindakan
aktivitas sehari - hari teratasi dengan kriteria hasil : Observasi
1. frekuensi nadi normal 1. Identifikasi gangguan fungsii tubuh
Penyebab 2. Saturasi oksigen dalam batas normal yang mengakibatkan kelelahan
a. Ketidakseimbangan antara 3. Kemudahan melakukan aktivitas sehari -hari 2. Monitor kelelahan fisik dan
suplai dan kebutuhan oksigen meningkat emosional
b. Tirah baring 4. Keluhan lelah berkurang 3. Monitor pola dan jam tidur
c. Kelemahan 5. Vital sign normal 4. Monitor lokasi dan
d. Immobilitas ketidaknyamanan selama
e. Gaya hidup monoton melakukan aktivitas

Gejala dan tanda mayor Teraupetik


Subjektif : 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
a. Mengeluh lelah rendah stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif
Objektif : dan atau aktif
a. Frekuensi jantung 3. Berikan aktivitas distraksi yang
meningkat menenangkan
> 20 % dari kondisi istirahat 4. Fasilitas duduk disisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
Gejala dan tanda minor berjalan
Subjektif :
a. Dispnea saat / setelah Edukasi
aktivitas 1. Anjurkan tirah baring
b. Merasa tidak nyaman 2. Anjurkan melakakukan aktivitas
setelah beraktivitas secara bertahap
c. Merasa lemah 3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
Objektif : berkurang
a. Tekanan darah berubah 4. Ajarkan strategi koping untuk
>20% mengurangi kelalah
b. Gambaran EKG menunjuk-
an aritmia saat/ setelah Kolaborasi
aktivitas 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
c. Gambaran EKG cara meningkatkan asupan makanan
menunjukkan iskemia
d. Sianosis 2. Terapi akivitas
Definisi: menggunakan aktifitas fisik,
kognitif, sosial, dan spritual tentu untuk
membelikan keterlibatan, frekuensi, atau
durasi aktivitas individu atau kelompok

Tindakan
Observasi
1. Identifikasi defisit tingkatan aktivitas
2. Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
3. Identifikasi sumber daya untuk
aktifitas yang diiginkan
4. Identifikasi strategi meningkatkan
pertisipasi dalam aktivitas
5. Identifikasi makna aktivitas rutin
(mis.bekerja) dan waktu luang
6. Monitor respon emosional, fisik,
sosial, dan spritual terhadap
aktivitas

Teraupetik
1. Fasilitasi fokus pada kemampuan,
bukan defisit yang dialami
2. Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi dan rentang
aktivitas
3. Fasilitasi memilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik,
biaologis, dan sosial
4. Koordinasikan pemilihan aktivitas
sesuai usia
5. Fasilitasi maka aktivitas yang dipilih
6. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
enyesuaikan lingkunga untuk
mengakmodasi aktivitas yang dipilih
7. Fasilitas aktivitas fisik rutin (mis.
Ambulasi, mobilisasi, dan
perawatan diri), sesuai kebutuhan
8. Fasilitasi aktivitas pengganti saat
mengalami keterbatasan waktu,
energi, atau gerak
9. Fasilitasi aktivitas motorik kasar
untuk pasien hiperaktif
10. Tingkatkan aktivitas fisik untuk
memelihara berat badan
11. Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasikan otot
12. Libatkan keluarga dalam aktivitas
13. Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktifitas

Edukasi
1. Jelaskan metode ativitas fisik sehari
- hari
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
sosial , spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi
5. Anjurkan keluarga untuk
memberikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas

Kolaborasi
 Kolaboras denga terapis okupasi
dalam merencanakan dan
memonitor progra aktivitas
 Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas

4. Resiko gangguan integritas Integritas kulit Perawatan integritas kulit


kulit ditandai dengan
perubahan sirkulasi Definisi :keutuhan kulit (dermis dan/ atau epidermis) Definisi:mengidentifikasi dan merawat kulit
atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, untuk menjaga keutuhan, kelembaban dan
Definisi : kerusakan kulit otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/ mencegah perkembangan miikroorganisme
(dermis dan/ atau epidermis) atau ligament)
atau jaringan(membran
mukosa, kornea, fasia, otot, Tindakan
tendon, tulang, kartilago, Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
kapsul, sendiri dan atau diharapkan masalah pada integritas kulit dapat 1. Identifikasi penyebab gangguan
ligamen) teratasi dengan kriteria hasil : integritas kulit (mis. Perubahan
1. Elastisitas normal status, nutrisi, penurunan
Penyebab 2. Kerusakan jaringan membaik kelembaban, suhu lingkungan
a. Perubahan sirkulasi 3. Tidak ada tanda kemerahan ekstrem, penggunaan mobilitas)
perubahan status nutrisi 4. Pigmentasi normal
(kelebihan atau kekurangan) 5. Nyeri berkurang Teraupetik
b. Kekurangan/ kelebihan 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika irah
volume cairan baring
c. Penurunan mobilitas 2. Lakukan pemijatan pada area
d. Bahan kimia iritatif penonjolan tulang
e. Suhu lingkungan yang 3. Bersihkan perineal dengan air
ekstrem hangat, terutama selama periode
f. Faktor mekanis (miss diare
penekanan pada tonjolan 4. Gunakan produk berbahan ringan /
tulang, gesekan) atau faktor alami dan hipoalergik pada kulit
elektris (elektrodiatermi, sensitif
energi listrik bertegangan 5. Hindari produk berbahan dasar
tinggi)
g. Efek samping terapi radiasi alkohol pada kulit kering
h. Kelembapan
i. Proses penuaan Edukasi
j. Neuropati perifer 1. Anjurkan menggunakan pelembab
k. Perubahan pigmentasi 2. Anjurkan minum air yang cukup
l. Perubahan hormonal 3. Anjurkan meningkatkan asupan
m. Kurang terpapar informasi nutrisi
tentang upaya 4. Anjurkan meningkatkan asupan
mempertahankan/ buah dan sayur
melindungi integritas 5. Anjurkan menghindari terpapar suhu
jaringan ekstrem
6. Anjurkan menggunakan tabir surya
Tanda dan gejala Mayor SPF minimal 30 saat berada diluar
Subjektif: - rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan
Objektif : sabun secukupnya
a. Kerusakan jaringan dan
atau lapisan kulit

Gejala dan tanda minor


Subjektif : -

Objektif :
a. Nyeri
b. Pendarahan
c. Kemerahan
d. Hematoma

4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah anda tetapkan. Kegiatan
dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Budiono, 2015) dalam Rafli (2019)

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati)
dengan tujuan dan kriteria hasil yang anda buat pada tahap perencanaan. (Budiono,2015) dalam (Rafli, 2019)
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 November 2022 dengan data
data sebagai berikut : nama Tn. B, usia 63 tahun, suku batak toba,
agama kristen protestan, pendidikan terakhir SD, alamat buntu gading.
pengkajian dilakukan secara anamnesa dan pemeriksaan fisik terhadap
lansia yang mengalami penyakit DM dengan melakukan perawatan di
ruangan rawat inap meranti.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Tn. B mengatakan, lemas, kaki terasa kebas dan mudah
kelelahan, gatal-gatal seluruh tubuh dan kulit kering, wajah tampak
pucat. Tn. B mengatakan gulanya selalu diatas 200 ketika
mengontrol gula darah. Tn. B juga mengatakan mendapat injeksi
insulin.
b. Riwayat penyakit sebelumnya
Tn. B mengatakan penyakit diabetes mellitus yang dideritanya
sudah lebih dari 1 tahun yang lalu dan saat gulanya sudah turun
Tn. B tidak melanjutkan pengobatannya kembali.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tn.B mengatakan 4 tahun yang lalu istrinya meninggal karena
menderita adanya benjolan di perutnya. Dan saat ini Tn. B juga
menderita diabetes mellitus dimana kadar glukosa darah selalu
diatas 200.
d. Genogram
Tn. B merupakan anak ke 1 dari 8 bersaudara, dua berjenis
kelamin laki laki dan dua berjenis kelamin perempuan. Tn. B
sudah menikah dan memiliki anak 8, empat laki laki dan 4
perempuan. Tn. B tinggal serumah bersama anak dan cucunya.
3. Riwayat pekerjaan
Tn.B mengatakan dahulu bekerja sebagai bertani dan saat ini juga
bekerja sebagai bertani. Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap
kebutuhan ditanggung oleh diri sendiri dan dapat bantuan uang bulanan
dari anak anaknya.
4. Riwayat lingkungan hidup
Riwayat lingkungan hidup, tipe rumah semi permanen, jumlah kamar 4
kamar tidur dengan 1 kamar mandi, dan jumlah 4 orang yang tinggal
dirumah.
5. Riwayat rekreaksi
Riwayat rekreasi, hobi bernyanyi saat kumpul bersama teman teman,
liburan saat ada acara keluarga. Sistem pendukung kesehatan yang
digunakan Tn.B saat sakit selalu memeriksakan kesehatan ke RS
dibawa oleh anaknya.
6. Riwayat kesehatan saat ini
Kesehatan umum selama setahun terakhir mengalami lelah dan merasa
gatal gatal dibagian tubuh, kulit kering. Status kesehatan terakhir Tn.B
menderita penyakit diabetes mellitus. Keluhan saat ini : Tn. B
mengatakan, lemas, mudah kelelahan, gatal-gatal seluruh tubuh dan
kulit kering, wajah tampak pucat. Tn. B mengatakan mengetahui tentang
penyakitnya, namun tidak tau cara mengontrol gula darah dan
menanyakan bagaimana cara mengontrol gula darah. Pola makan 3 kali
sehari,pola istirahat tidur setiap hari tidak teratur, dikarenakan lebih
banyak waktu tidur di siang hari dibandingkan pada malam hari. Setiap
tidur kadang terbangun tengan malam dan sulit untuk tidur kembali hari.
Pola kebiasaan minum kopi dan teh manis 3 kali sehari. Tn.B suka
minum teh manis dan kopi, namun Tn.B tidak tau mengontrol kadar
glukosa darah.Tn.B menggunakan insulin Apidra 10 ui.
7. Kesehatan terdahulu
Hasil dari pengkajian Tn.B mengatakan selama ini tidak pernah
mengalami sakit yang serius dan tidak ada riwayat operasi dan tidak
pernah ada perawatan dirumah sakit.
8. Tinjauan sistem
a. Keadaan umum
Pengkajian tinjauan sistem terdiri dari : tingkat kesadaran compos
mentis, (GCS : 15) yaitu kondisi sadar sepenuhnya. Respon Tn.B
terhadap diri sendiri dan lingkungan sangat baik. Respon mata
spontan (saat dipanggil Tn.B langsung merespon melihat dan
membuka mata), respon verbal baik (saat Tn.B ditanya menjawab
dengan jelas dan tepat) dan respon motorik baik (saat ditanya
keluhan yang dirasakan, Tn. B dapat menjawab dan menunjukkan
daerah yang sakit). TD : 110/80 mmHg, RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T :
36,5 0C, SPO2 : 98%,
b. Kepala
Pada pemeriksaan fisik dilakukan dengan metode inspeksi dan
palpasi. Inspeksi ada rambut : rambut terlihat perubahan warna
(uban), tidak terlihat kotor,tidak terlihat lesi, tidak botak, tidak
terlihat adanya kutu dan tidak terlihat ketombe. Pada mata : mata
terlihat simetris, konjuktiva merah muda dan terlihat perubahan
pada penglihatan. Dimana Tn. B mengatakan pandangan mulai
kabur dan Tn.B mengatakan tidak menggunakan kacamata. Pada
telinga : kedua telinga terlihat simetris, bersih dan tidak ada secret.
Pada hidung : terlihat hidung simetris dan bersih. Pada leher :
terlihat leher simetris dan tidak ada pembengkakan kelenjar limfa.
Pada mulut : membrane mukosa lembab, gigi utuh, dan tidak ada
kesulitan mengunyah dan menelan.
Palpasi : pada rambut tidak ada rambut rontok dan tidak ada kutu.
Pada mata tidak ada pembengkakan dan tidak ada iritasi pada
mata. Pada telinga tidak ada bengkak. Pada hidung tidak ada
bengkak dan nyeri.pada leher tidak ada pembengkakan.
c. Dada
Inspeksi : dada simetris, frekuensi pernafasan 22 x / i.
Palpaasi : tidak ada nyeri tekan
d. Jantung
Auskultasi : S1 terdengar bunyi lub, S2 terdengar bunyi dub.
e. Abdomen
Inspeksi : tidak telihat acites, tidak ada massa. Auskultasi :
peristaltik normal.
f. Muskuloskeletal
Tidak ada edema, akral dingin dan terasa kaki kebas

9. Riwayat Psikososial
Tn. B tidak mengalami kecemasan yang berlebihan, tidak mengalami
ketakutan dan tidak mengalami insomnia. Tn. B senang berkomunikasi
dengan teman dan keluarganya.
a. Status fungsional lansia (Indek’s ADL’S Barthel)
Tn. B mampu melakukan semua aktivitas secara mandiri baik
makan, berpakaian, mandi, berjalan / mobilisasi, transfer (tidur -
duduk), naik turun tangga, mengontrol BAB, mengontrol BAK,
menggunakan toilet (pergi ke/ dari toilet, melepas / mengenakan
celana, menyeka dan menyiram) dan membersihkan diri (lab
muka, sisir rambut, sikat gigi).Nilai indeks ADL’s Barthel : 20,
kesimpulan : pasien melakukan semua aktivitas secara mandiri.
b. Status Kognitif lansia (Short Portable Mental Status
Questionnaire / SPMSQ)
Tn.B tidak mampu mengetahui atau lupa tanggal saat ini, nama
tempat, umur, tanggal lahir, nama presiden sekarang dan
sebelumnya. Tn. B hanya mampu mengetahui hari ini, nama
ibunya, alamat, kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru semua secara menurun. Nilai SPMSQ : 6,
Kesimpulan : Tn.B mengalami kerusakan intelektual sedang.
c. Status inventaris depresi lansia (BECK)
Tn. B merasa sedih, lelah dan merasa kesulitan kerja karena
tidak melakukan pekerjaan sama sekali. Nilai BECK : 5,
kesimpulan : Tn. B mengalami depresi ringan.
d. Status fungsi sosial lansia ( APGAR Keluarga)
Tn.B mengatakan bahwa senang dan puas dapat kembali dan
kumpul bersama teman dan keluarga. Tn.B mengatakan bahwa
teman dan keluarga selalu menerima dan mendukung
keinginannya dalam setiap melakukan aktivitas.Tn. B merasa
puas dan bahagia bahwa teman dan keluarganya dapat
merespon dan paham dengan situasi emosional yang dirasakan
Tn.B, bahkan teman dan keluarga memberikan dukungan dan
solusi agar emosionalnya dapat ditangani dengan baik. Tn.B juga
merasa bahagia karena teman dan keluarga selalu meluangkan
waktu untuk bersama sama. Nilai APGAR : 10, kesimpulannya :
fungsi sosialisasi keluarga Tn. B sehat.
10. Data penunjang
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Hemooglobin 11.6 P :13-15 W: 12-16 g/dL
Leukosit 10.96 4.0-10.0 10^3/uL
PLT 497 150-450 10^3/uL
HCT 34.8 37.0-54.0 %
Eritrosit (RBC) 3.81 3.5-5.5 juta/uL
MCV 91.2 80.0-100.0 fL
MCHC 30.5 27.0-34.0 pg
RDW-CV 11.9 11.0-16.0 %
PDW 15.9 9.0-17.0 %
MPV 7.2 6.5-12.0 fL
PCT 0.359 16.2
Basofil# 0.07 0.00-0.10 10^3/uL
Basofil% 0.7 0.00-0.10 %
Neutrofil# 9.62 2.00-7.00 10^3/uL
Neutrofil% 87.8 50-70 %
Eosinofil# 0.27 0.02-0.50 10^3/uL
Eosinofil% 2.4 0.5-5.0 %
Lymfosit# 0.65 0.80-4.00 10^3/uL
Lymfosit% 6.0 20-40 %
Mon# 0.35 0.12-1.20 10^3/uL
Monosit% 3.1 3-12 %
Aly# 0.01 0.00-0.20
Aly% 0.1 0.000-0.020
Lic# 0.10 0.00-0.20
Lic% 0.9 0.000-0.025
 Glukosa Ad Random : 440 mg/dL
 Antigen SARS-Cov-2 : Negatif

11. Terapi obat


Nama obat Dosis Rute Jam
pemberian

IVFD Ringer 500 cc / 20 tetes iv 10.00


Laktat per menit
Omeprazole 40 mg / 12 jam iv 11:00
23:00
Apidra 10 unit iv 11:00
17:00
06:00
Cetirizine 10 mg Oral 07:00

B. Analisa Data
Data subyektif : Tn. B mengatakan suka minum the manis, kopi dan
mudah cepat lapar. Data obyektif : Tn.B tampak lemas, hasil cek GDS: 440
mg,dL. Dari data atas maka ditemukan masalah keperawatan Ketidakstabilan
kadar glukosa darah. Etiologi : gangguan toleransi glukosa darah
Data subyektif : Tn. B mengatakan tidak mengetahui tentang
penyakitnya, cara mengontrol gula darah dan menanyakan bagaimana cara
mengontrol gula darah. Data obyektif : Tn. B terlihat bertanya-tanya tentang
penyakitnya dan tampak bingung. Pengkajian status kognitif didapat nilai hasil :
6, kesimpulan : Tn.B memiliki intelegtual sedang.Dari data atas maka
ditemukan masalah keperawatan defisit pengetahuan. Etiologi : kurang
terpapar informasi.
Data subyektif : Tn. B mengatakan merasa sedih, lelah dan saat ini
tidak lagi melakukan pekerjaan sama sekali. Data obyektif : menangis.
Pengkajian Inventaris depresi didapatkan nilai BECK : 5, kesimpulan : Tn. B
mengalami depresi ringan. Dari data atas maka ditemukan masalah
keperawatan berduka. Etiologi : kematian keluarga (istri).
Data subyektif : Tn.B mengatakan sering terbangun tengah malam dan
sulit untuk tidur kembali. Data obyektif : tidak ada. Dari data atas maka
ditemukan masalah keperawatan gangguan pola tidur. Etiologi : kurang kontrol
tidur.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan
toleransi glukosa darah ditandai dengan kadar glukosa dalam darah tinggi.
hasil cek GDS: 440 mg,dL. TD : 110/80 mmHg, RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T :
36,5 0C, SPO2 : 98%,
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan tidak mengetahui tentang penyakitnya dan tampak bingug.
Pengkajian status kognitif didapat nilai hasil : 6, kesimpulan : Tn.B memiliki
intelegtual sedang. TD : 110/80 mmHg, RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T : 36,5 0C,
SPO2 : 98%,
3. Berduka berhubungan dengan kematian keluarga ditandai dengan sedih dan
menangis. Pengkajian Inventaris depresi didapatkan nilai BECK : 5,
kesimpulan : Tn. B mengalami depresi ringan. TD : 110/80 mmHg, RR :
20x/i, HR : 80x/i, T : 36,5 0C, SPO2 : 98%,
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ditandai
dengan sering terbangun tengah malam dan sulit untuk tidur kembali.
TD : 110/80 mmHg, RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T : 36,5 0C, SPO2 : 98%,
BAB IV
PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN

A. Intervensi Keperawatan (Berdasarkan SDKI, SLKI,SIKI, 2019)


1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (L.03022)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan
ketidakstabilan kadar glukosa darah normal dengan kriteria hasil :
SLKI : koordinasi meningkat, kesadaran meningkat (compos mentis),
mengantuk menurun / berkurang, pusing berkurang / menurun, lelah
berkurang / menurun, mulut kering menurun,rasa haus berkurang.
SIKI : Managemen hiperglikemia
Tindakan
Observasi :
1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
2. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin
meningkat (mis: penyakit kambuhan)
3. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia kelemahan, malise,
pandangan kabur, sakit kepala)
5. Monitor intake dan out put cairan
6. Monitor keton urine, kadar analisa gas darah, elektrolit,
tekanan darah ortostatik dan frekuensi nadi.
Teraupetik
1. Berikan asupan cairan oral
2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan ada atau memburuk
3. Fasilitasi ambulans jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
1. Anjurkan mengindari olahraga saat kadar glukosa darah
secara mandiri
2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
4. Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urin, jika
perlu
5. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. Penggunaan insulin,
obat oral, monitor asupan cairan, penggantian karbohidrat,
dan bantuan profesional kesehatan)

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin
2. Kolaborasi pemberiaan cairan iv
3. Kolaborasi pemberian kalium
2. Defisit pengetahuan berhubungan (L.121111)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
pasien mampu memahami tentang penyakitnya dan kesehatan dengan
kriteria hasil:
SLKI : Perilaku sesuai anjuran meningkat, Verbalisasi minat dalam
belajar meningkat, Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang
suatu topik meningkat, Kemampuan menggambarkan pengalaman
sebelumnya yang sesuai topik meningkat, Perilaku sesuai dengan
pengetahuan, Pertanyaan tentang masalah yang di hadapi menurun,
Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun, Menjalani
pemeriksaan yang tidak tepat menurun, Perilaku membaik.
SIKI : Edukasi Kesehatan
Tindakan

Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.

Terapeutik :
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih sehat.
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

Edukasi Pola Perilaku Kesehatan


Tindakan
Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
2. Identifikasi kemampuan menjaga kebersihan diri dan
lingkungan.
3. Monitor kemampuan melakukan dan mempertahankan
kebersihan diri dan lingkungan

Terapeutik :
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.
3. Berikan kesempatan untuk bertanya.
4. Peraktekan bersama keluarga cara menjaga kebersihan diri
dan lingkungan

Edukasi :
1. Jelaskan masalah yang dapat timbul akibat tidak menjaga
kebersihan diri dan lingkungan.
2. Ajarkan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan

Edukasi Diet
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga menerima
informasi
2. Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini
3. Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan masa lalu
4. Identifikasi persepsi pasien dan keluarga tentang diet yang
diprogramkan
5. Identifikasi keterbatasan finansial untuk menyediakan
makanan
Teraupetik
1. Persiapkan materi, media dan alat peraga
2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan
kesehatan
3. Berikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya
4. Sediakan rencana makanan tertulis, jika perlu

Edukasi
1. Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap kesehatan
2. Informasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang
3. Informasikan kemungkinan interaksi obat dan makanan
4. Anjurkan mempertahankan posisi semi fowler (30-40 derajat)
2-30 menit setelah makan
5. Anjurkan mengganti bahan makanan sesuai dengan diet
yang diprogramkan
6. Anjurkan melakukan olahraga sesuai toleransi
7. Ajarkan cara membaca label dan memilih makanan yang
sesuai
8. Ajarkan cara merencanakan makanan yang sesuai program
9. Rekomendasikan resep makanan yang sesuai dengan diet.

3. Gangguan integritas kulit (L.141225)


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan masalah
pada integritas kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil :
SLKI : Elastisitas normal, Kerusakan jaringan membaik, Tidak ada tanda
kemerahan, Pigmentasi normal, Nyeri berkurang.
SIKI : Perawatan integritas kulit
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.
Perubahan status, nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem, penggunaan mobilitas)

Teraupetik
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang
3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama
periode diare
4. Gunakan produk berbahan ringan / alami dan hipoalergik
pada kulit sensitif
5. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering

Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat
berada diluar rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
4. Gangguan pola tidur (L.050445)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
kualitas tidur pasien kembali teratur dan normal dengan kriteria hasil:
SLKI : Keluhan sulit tidur menurun / hilang, Keluhan sering terjaga
menurun / hilang, Keluhan tidur tidak puas tidur menurun / hilang,
Keluhan pola tidur berubah menurun / hilang, Keluhan istirahat tidak
cukup menurun/hilang, Kemampuan beraktivitas meningkat.
SIKI : Dukungan tidur
Tindakan

Observasi :
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan / atau
pisikologi).
3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
(mis. Kopi, teh, alkohol. Makan mendekati waktu tidur,
minum banyak air sbelum tidur)
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

Terapeutik :
1. Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaaan, kebisingan,
sushu, matras, dan tempat tidur)
2. Batasi waktu tidur siang jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan perosedur untuk meningkatan kenyamanan
(misal. pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur).
6. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/ atau tinjakan
untuk menunjang siklur tidur terjaga

Edukasi :
1. Jelaskan tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan / minuman yang
mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengganggu
supresor terhadap tidur REM.
5. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur (mis. Pisikologis, gaya hidup, sering berubah shift
bekerja )
6. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara non farmokologi
lainnya

Edukasi Aktivitas/Istirahat
Tindakan :
Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.

Terapeutik :
1. Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan
istirahat
2. Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya

Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik / olahraga
secara rutin
2. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas
bermain atau aktivitas lainnya
3. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
4. Ajarkan cara mengindentifikasi kebutuhan istirahat (mis.
Kelelahan, sesak napas saat aktivitas)
5. Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas
sesuai kemampuan.

B. Implementasi Keperawatan
Hari Pertama : dilakukan pada tanggal 17 November 2022 yaitu :
Diagnosa Keperawatan 1: Jam 14 :00 Melakukan komunikasi
theraupetik kepada pasien dan melakukan pengkajian faktor terjadinya
peningkatan kadar glukosa darah, Jam 14 :10 Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia, Jam 14:20 Mendiskusikan pola makan dan penurunan berat
badan, 14:30 Memberikan posisi nyaman, Jam 17:00 Kolaborasi pemberian
insulin Apidra 10 ui, Jam 19:00 Melakukan vital sign TD : 110/80 mmHg,
RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T : 36,4 0C, SPO2 : 99%, Jam 19 : 05 Menganjurkan
pasien istirahat, Jam 19: 10 Memonitor kadar glukosa darah.
Diagnosa Keperawatan 2 : Jam 18:00 Mengkaji tingkat pengetahuan
pasien tentang penyakitnya, Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi, Jam 18:05 Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan, Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan,Berikan
kesempatan untuk bertanya,memberikan pendidikan kesehatan tentang
diabetes mellitus, 18:40 Memberikan edukasi pola hidup sehat,Anjurkan
melakukan olahraga sesuai toleransi, jam 18 : 50 Mengajarkan teknik non
fakmakologi terapi relaksasi benson.
Diagnosa Keperawatan 3 : Jam 16:20 Mengidentifikasi penyebab
gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan nutrisi,
penurunan kelembapan, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas),
jam 16:25 Menganjurkan pasien perawatan diri dengan mandi rutin, jam
16:30 Menganjurkan menggunakan pelembab / lotion pada tubuh agar
melembabkan kulit kering, jam 16 : 40 Menganjurkan mengubah posisi tiap
2 jam sekali, anjurkan minum air cukup.
Hari Kedua : dilakukan pada tanggal 18 November 2022 yaitu :
Diagnosa Keperawatan 1: Jam 21 : 00 Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia, Jam 21 : 20 menganjurkan istirahat cukup, Jam 21 :25
mengajarkan teknik relaksasi, 21 : 50 mengobservasi respon non verbal
pasien dan memonitor kadar glukosa darah. Jam 23 :05 menganjurkan
puasa.
Diagnosa Keperawatan 2 : Jam 22:00 mengidentifikasi kemampuan
pasien menerima informasi tentang pendidikan kesehatan diabetes mellitus,
jam 22:10 menganjurkan pasien menerapkan informasi yang didapat dalam
kehidupan sehari hari dan mengedukasi hidup sehat.
Diagnosa Keperawatan 4: Jam 22 :20 mengkaji pola aktivitas, 22 : 30
mengidentifikasi faktor penyebab mengganggu tidur, 22 :40 mengajarkan
cara membagi waktu istirahat dan waktu melakukan kegiatan sehari-hari,
23:00 Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur,
mengajarkan teknik relaksasi benson,Modifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaaan, kebisingan, sushu, matras, dan tempat tidur),Batasi waktu
tidur siang jika perlu,Fasilitasi menghilangkan stres,Identifikasi pola aktivitas
dan tidur, Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan / atau pisikologi).
Hari Ketiga : dilakukan pada tanggal 19 November 2022 yaitu :
Diagnosa Keperawatan 1 : Jam 05:50 mencek GDA, 06:00 pantau dan
monitor kadarglukosa darah, Jam 07:00 memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia, 07:00 mengintruksikan melakukan teknik relaksasi benson.
Diagnosa Keperawatan 3 : Jam 07:10 menganjurkan menggunakan
pelembab / lotion pada tubuh agar melembabkan kulit kering, 07:20
mengedukasikan hidup bersih dan sehat.
Diagnosa keperawatan 4 : Jam 07 : 30 memonitor pola tidur, 07:40
mengidentifikasi lingkungan yang memungkinkan kenyamanan
meningkatkan pola tidur teratur, Jam 08 :00 mengintruksikan melakukan
teknik relaksasi benson,Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaaan,
kebisingan, sushu, matras, dan tempat tidur),Batasi waktu tidur siang jika
perlu.
C. Evaluasi Keperawatan
Pada hari jumat, 18 November 2022 jam 22 :30 diagnosa keperawatan 2, S :
pasien mengatakan memahami tentang penyakitnya dan mengerti cara
pencegahannya.O : pasien tampak tenang, pasien terlihat antusias
menjawab setiap pertanyaan yang diberikan, pasien mampu menjelaskan
kembali apa saja tanda dan gejala hiperglikemia, TD : 110/80 mmHg, RR :
20x/ i, HR : 80x/i, T : 36,5 0C, SPO2 : 99%, A : masalah teratasi, P :
Intervensi dihentikan.
Pada hari Sabtu, 19 November 2022 Jam 07 :05 diagnosa keperawatan 1 ,
S : pasien mengatakan lemas berkurang dan rasa lelah berkurang,O : akral
hangat,GDA Puasa :139 mg/dL, GDA Jam 2 PP : 229 mg/dL,TD :120/80
mmHg, RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T : 360C, SPO2 : 98%, A : Masalah belum
teratasi, P : intervensi dilanjutkan. Jam 07:25 Diagnosa keperawatan 3, S :
Tn.B mengatakan rasa gatal sudah berkurang, O : tampak rileks, kulit
lembab, A: Masalah sebagian teratasi, P: Intervensi dilanjutkan. Diagnosa
keperawatan 4, jam 08:00 S: Tn.B mengatakan dapat tidur dan tidak
terbangun ditengah malam,O: tampak rileks, TD :120/80 mmHg, RR : 20x/ i,
HR : 80x/i, T : 360C, SPO2 : 98%, GDA Puasa :139 mg/dL, GDA Jam 2 PP :
229 mg/dL, A : masalah teratasi, P :Intervensi Dihentikan.
BAB V
PEMBAHASAN

A. ANALISIS DAN DISKUSI HASIL


Penulis membahas persamaan dan kesenjangan yang ada pada “Asuhan
Keperawatan Gerontik pada Tn.B Dengan Gangguan Sistem Endokrin :
Diabetes Melitus di Ruangan Meranti Rs. Bhayangkara TK III Tebing Tinggi
tahun 2022”. Berdasarkan Hasil pengkajian yang dilakukan pada Tn.B
selama 3 hari mulai tanggal 17-19 November 2022, penulis mengangkat 4
diagnosa keperawatan dengan data pendukung dan data penunjang yang
ditemukan penulis. Pada pembahasan ini ada 5 langkah dari proses
keperawatan antara lain pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi.
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn.B menderita penyakit Diabetes
Mellitus.Tn. B mengatakan, lemas, mudah kelelahan, gatal-gatal seluruh
tubuh dan kulit kering, wajah tampak pucat. Tn. B mengatakan
mengetahui tentang penyakitnya, namun tidak tau cara mengontrol gula
darah dan menanyakan bagaimana cara mengontrol gula darah. Pola
makan 3 kali sehari,pola istirahat tidur setiap hari tidak teratur,
dikarenakan lebih banyak waktu tidur di siang hari dibandingkan pada
malam hari. Setiap tidur kadang terbangun tengan malam dan sulit
untuk tidur kembali hari. Pola kebiasaan minum kopi dan teh manis 3
kali sehari. Tn.B suka minum teh manis dan kopi, namun Tn.B tidak tau
mengontrol kadar glukosa darah.Tn.B menggunakan insulin Apidra 10
ui. Pada kasus Tn.B didapatkan hasil GDA : 440 mg/dL (17 November
2022), GDA Puasa :139 mg/dL, GDA Jam 2 PP : 229 mg/dL (19
November 2022). ada data penunjang laboratorium, tau tentang
diabetes mellitus namun tidak tau cara pencegahannya. Dari hasil
pengkajian kasus Tn.B tidak terdapat kesenjangan pada tahap
pengkajian antara teori dan kasus nyatanya.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan ada 4 diagnosa keperawatan
yang muncul pada pasien diabetes mellitus antara lain : Ketidakstabilan
kadar glukosa darah(L.03022), Defisit pengetahuan berhubungan
(L.121111), Gangguan integritas kulit (L.141225),Gangguan pola tidur
(L.050445). hasil data yang ditemukan tidak ada kesenjangan antara
teori dengan praktek.
3. Intervensi Keperawatan
Pada kasus Tn. B dengan diabetes mellitus, ada 4 masalah
keperawatan yang terjadi dengan prioritas masalah yaitu:
Ketidakstabilan kadar glukosa darah,Defisit pengetahuan berhubungan,
Gangguan integritas kulit dan Gangguan pola tidur yang ditetapkan :
1) Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
2) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia kelemahan, malise,
pandangan kabur, sakit kepala
3) Kolaborasi pemberian insulin
4) Ajarkan Tn.B melakukan teknik relaksasi sebagi non farmakologi
mengurangi kadar gula narah meningkat
5) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
6) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
7) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
8) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
9) Berikan kesempatan untuk bertanya
10) memberikan pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus,
11) memberikan edukasi pola hidup sehat
12) anjurkan melakukan olahraga sesuai toleransi
13) mengajarkan teknik non fakmakologi terapi relaksasi benson.
14) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan
status, nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
penggunaan mobilitas)
15) Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.
Perubahan sirkulasi, perubahan nutrisi, penurunan kelembapan,
suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
16) Menganjurkan menggunakan pelembab / lotion pada tubuh agar
melembabkan kulit kering
17) Menganjurkan mengubah posisi tiap 2 jam sekali
18) Identifikasi pola aktivitas dan tidur, Identifikasi faktor pengganggu
tidur (fisik dan / atau pisikologi)
19) Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaaan, kebisingan, sushu,
matras, dan tempat tidur)
20) Batasi waktu tidur siang jika perlu
21) Memonitor pola tidur
22) Fasilitasi menghilangkan stres
Berdasarkan rencana tindakan keperawatan diatas sesuai dengan
masalah keperawatan yang dialami oleh Tn.B. Hal ini didasarkan oleh
pembahasan pada diagnosa 1,2,3,dan 4 ditemukan tidak ada
kesenjangan antara teori dengan kasus nyatanya.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan pada tanggal17-19 Noveember 2022.
Untuk diagnosa 1 implementasinya adalah : management hiperglikemia
1) Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia, 2) Identifikasi
situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat (mis: penyakit
kambuhan, 3) Monitor kadar glukosa darah, jika perlu, 4) Monitor tanda
dan gejala hiperglikemia kelemahan, malise, pandangan kabur, sakit
kepala. Diagnosa 2 implementasinya adalah : Edukasi kesehatan 1)
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi, 2)
Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat, 3) Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan, 4) ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Diagnosa 3 implementasinya adalah : perawatan integritas kulit 1)
Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan
status, nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
penggunaan mobilitas, 2) Anjurkan menggunakan pelembab, 3)
Anjurkan minum air yang cukup. Diagnosa 4 implementasinya :
dukungan tidur 1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur, 2) Identifikasi
faktor pengganggu tidur (fisik dan / atau pisikologi), 3) Identifikasi
makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. Kopi, teh, alkohol.
Makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sbelum tidur.
Semua tindakan yang dilakukan kepada Tn.B sesuai dengan yang direncanakan.
Oleh karena itu tidak ditemukan kesenjangan antara intervensi dengan
implementasi.
5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada Tn.B berdasarkan hasil dari implementasi
yang telah dibuat dengan kriteria objektif yang sudah ditetapkan.
Evaluasi diagnosa 1, masalah belum teratasi dengan data obyektif :
akral hangat,GDA Puasa :139 mg/dL, GDA Jam 2 PP : 229
mg/dL,TD :120/80 mmHg, RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T : 360C, SPO2 : 98%.
diagnosa 2, masalah teratasi dengan data obyektif : pasien tampak
tenang, pasien terlihat antusias menjawab setiap pertanyaan yang
diberikan, pasien mampu menjelaskan kembali apa saja tanda dan
gejala hiperglikemia, TD : 110/80 mmHg, RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T : 36,5
0
C, SPO2 : 99%. diagnosa 3, masalah belum teratasi dengan data
obyektif : tampak rileks, kulit lembab. Diagnosa 4, masalah teratasi
dengan data obyektif : tampak rileks, TD :120/80 mmHg, RR : 20x/ i, HR
: 80x/i, T : 360C, SPO2 : 98%, GDA Puasa :139 mg/dL, GDA Jam 2 PP :
229 mg/dL.

B. KETERBATASAN PELAKSANAAN
1. Hanya melakukan pada satu lansia yang menderita diabetes mellitus
tidak ada pembanding
2.Keterbatasan waktu dimana saat melakukan studi kasus hanya
membutuhkan waktu 3 hari. Sehingga masalah tidak teratasi sampai
tuntas.
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1.Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn.B menderita penyakit Diabetes
Mellitus.Tn. B mengatakan, lemas, mudah kelelahan, gatal-gatal seluruh
tubuh dan kulit kering, wajah tampak pucat. Tn. B mengatakan
mengetahui tentang penyakitnya, namun tidak tau cara mengontrol gula
darah dan menanyakan bagaimana cara mengontrol gula darah. Pola
makan 3 kali sehari,pola istirahat tidur setiap hari tidak teratur,
dikarenakan lebih banyak waktu tidur di siang hari dibandingkan pada
malam hari. Setiap tidur kadang terbangun tengan malam dan sulit untuk
tidur kembali hari. Pola kebiasaan minum kopi dan teh manis 3 kali sehari.
Tn.B suka minum teh manis dan kopi, namun Tn.B tidak tau mengontrol
kadar glukosa darah.Tn.B menggunakan insulin Apidra 10 ui. Pada kasus
Tn.B didapatkan hasil GDA : 440 mg/dL (17 November 2022), GDA Puasa
:139 mg/dL, GDA Jam 2 PP : 229 mg/dL (19 November 2022). ada data
penunjang laboratorium, tau tentang diabetes mellitus namun tidak tau
cara pencegahannya.
2.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan ada 4 diagnosa keperawatan
yang muncul pada pasien diabetes mellitus antara lain : Ketidakstabilan
kadar glukosa darah (L.03022), Defisit pengetahuan berhubungan
(L.121111), Gangguan integritas kulit (L.141225),Gangguan pola tidur
(L.050445).
3.Intervensi Keperawatan
Pada kasus Tn. B dengan diabetes mellitus, ada 4 masalah keperawatan
yang terjadi dengan prioritas masalah yaitu: Ketidakstabilan kadar glukosa
darah,Defisit pengetahuan berhubungan, Gangguan integritas kulit dan
Gangguan pola tidur yang ditetapkan : 1) kadar glukosa darah, jika perlu
2) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia kelemahan, malise, pandangan
kabur, sakit kepala, 3)Kolaborasi pemberian insulin, 4) Ajarkan Tn.B
melakukan teknik relaksasi sebagi non farmakologi mengurangi kadar
gula narah meningkat, 5)Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi, 6) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi,
7) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan, 8) Jadwalkan
pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, 9) Berikan kesempatan untuk
bertanya, 10) memberikan pendidikan kesehatan tentang diabetes
mellitus, 11) memberikan edukasi pola hidup sehat, 12) anjurkan
melakukan olahraga sesuai toleransi, 13) mengajarkan teknik non
fakmakologi terapi relaksasi benson, 14) Identifikasi penyebab gangguan
integritas kulit (mis. Perubahan status, nutrisi, penurunan kelembaban,
suhu lingkungan ekstrem, penggunaan mobilitas, 15) Mengidentifikasi
penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan
nutrisi, penurunan kelembapan, suhu lingkungan ekstrem, penurunan
mobilitas, 16) Menganjurkan menggunakan pelembab / lotion pada tubuh
agar melembabkan kulit kering, 17) Menganjurkan mengubah posisi tiap 2
jam sekali, 18) Identifikasi pola aktivitas dan tidur, Identifikasi faktor
pengganggu tidur (fisik dan / atau pisikologi), 19) Modifikasi lingkungan
(mis. Pencahayaaan, kebisingan, sushu, matras, dan tempat tidur), 20)
Batasi waktu tidur siang jika perlu, 21) Memonitor pola tidur, 22) Fasilitasi
menghilangkan stres. Berdasarkan rencana tindakan keperawatan diatas
sesuai dengan masalah keperawatan yang dialami oleh Tn.B. Hal ini
didasarkan oleh pembahasan pada diagnosa 1,2,3,dan 4 ditemukan tidak
ada kesenjangan antara teori dengan kasus nyatanya.
4.Implementasi
Hari Pertama : dilakukan pada tanggal 17 November 2022 yaitu :
Diagnosa Keperawatan 1: Jam 14 :00 Melakukan komunikasi
theraupetik kepada pasien dan melakukan pengkajian faktor terjadinya
peningkatan kadar glukosa darah, Jam 14 :10 Memonitor tanda dan
gejala hiperglikemia, Jam 14:20 Mendiskusikan pola makan dan
penurunan berat badan, 14:30 Memberikan posisi nyaman, Jam 17:00
Kolaborasi pemberian insulin Apidra 10 ui, Jam 19:00 Melakukan vital
sign TD : 110/80 mmHg, RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T : 36,4 0C, SPO2 : 99%,
Jam 19 : 05 Menganjurkan pasien istirahat, Jam 19: 10 Memonitor kadar
glukosa darah.
Diagnosa Keperawatan 2 : Jam 18:00 Mengkaji tingkat pengetahuan
pasien tentang penyakitnya, Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi, Jam 18:05 Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan, Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan,Berikan kesempatan untuk bertanya,memberikan
pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus, 18:40 Memberikan
edukasi pola hidup sehat,Anjurkan melakukan olahraga sesuai toleransi,
jam 18 : 50 Mengajarkan teknik non fakmakologi terapi relaksasi benson.
Diagnosa Keperawatan 3 : Jam 16:20 Mengidentifikasi penyebab
gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan nutrisi,
penurunan kelembapan, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas),
jam 16:25 Menganjurkan pasien perawatan diri dengan mandi rutin, jam
16:30 Menganjurkan menggunakan pelembab / lotion pada tubuh agar
melembabkan kulit kering, jam 16 : 40 Menganjurkan mengubah posisi
tiap 2 jam sekali, anjurkan minum air cukup.
Hari Kedua : dilakukan pada tanggal 18 November 2022 yaitu :
Diagnosa Keperawatan 1: Jam 21 : 00 Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia, Jam 21 : 20 menganjurkan istirahat cukup, Jam 21 :25
mengajarkan teknik relaksasi, 21 : 50 mengobservasi respon non verbal
pasien dan memonitor kadar glukosa darah. Jam 23 :05 menganjurkan
puasa.
Diagnosa Keperawatan 2 : Jam 22:00 mengidentifikasi kemampuan
pasien menerima informasi tentang pendidikan kesehatan diabetes
mellitus, jam 22:10 menganjurkan pasien menerapkan informasi yang
didapat dalam kehidupan sehari hari dan mengedukasi hidup sehat.
Diagnosa Keperawatan 4: Jam 22 :20 mengkaji pola aktivitas, 22 : 30
mengidentifikasi faktor penyebab mengganggu tidur, 22 :40 mengajarkan
cara membagi waktu istirahat dan waktu melakukan kegiatan sehari-hari,
23:00 Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur,
mengajarkan teknik relaksasi benson,Modifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaaan, kebisingan, sushu, matras, dan tempat tidur),Batasi waktu
tidur siang jika perlu,Fasilitasi menghilangkan stres,Identifikasi pola
aktivitas dan tidur, Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan / atau
pisikologi).
Hari Ketiga : dilakukan pada tanggal 19 November 2022 yaitu :
Diagnosa Keperawatan 1 : Jam 05:50 mencek GDA, 06:00 pantau dan
monitor kadarglukosa darah, Jam 07:00 memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia, 07:00 mengintruksikan melakukan teknik relaksasi benson.
Diagnosa Keperawatan 3 : Jam 07:10 menganjurkan menggunakan
pelembab / lotion pada tubuh agar melembabkan kulit kering, 07:20
mengedukasikan hidup bersih dan sehat.
Diagnosa keperawatan 4 : Jam 07 : 30 memonitor pola tidur, 07:40
mengidentifikasi lingkungan yang memungkinkan kenyamanan
meningkatkan pola tidur teratur, Jam 08 :00 mengintruksikan melakukan
teknik relaksasi benson,Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaaan,
kebisingan, sushu, matras, dan tempat tidur),Batasi waktu tidur siang jika
perlu.
5.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang digunakan dengan metode SOAP (subyektif, obyektif,
assesment, planning) yang sudah ditetapkan. Evaluasi diagnosa 1,
masalah belum teratasi dengan data obyektif : akral hangat,GDA
Puasa :139 mg/dL, GDA Jam 2 PP : 229 mg/dL,TD :120/80 mmHg, RR :
20x/ i, HR : 80x/i, T : 360C, SPO2 : 98%. diagnosa 2, masalah teratasi
dengan data obyektif : pasien tampak tenang, pasien terlihat antusias
menjawab setiap pertanyaan yang diberikan, pasien mampu
menjelaskan kembali apa saja tanda dan gejala hiperglikemia, TD :
110/80 mmHg, RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T : 36,5 0C, SPO2 : 99%.
diagnosa 3, masalah belum teratasi dengan data obyektif : tampak
rileks, kulit lembab. Diagnosa 4, masalah teratasi dengan data obyektif :
tampak rileks, TD :120/80 mmHg, RR : 20x/ i, HR : 80x/i, T : 360C,
SPO2 : 98%, GDA Puasa :139 mg/dL, GDA Jam 2 PP : 229 mg/dL.
B. SARAN
1. Bagi Lansia
Diharapkan lansia dapat pulih dan masalah kesehatan yang dialami lansia
berkurang khususnya pada lansia yang menderita diabetes mellitus.
2. Bagi Institusi
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan pendidikan yang lebih baik dan
menghasilkan tenaga kesehatan yang lebih unggul dan profesional.
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pelayanan rumah sakit dapat melanjutkan asuhan
keperawatan pada lansia khususnya yang menderita diabetes mellitus
dengan masalah keperawatan yang belum teratasi yaitu Ketidakstabilan
kadar glukosa darah dan Gangguan integritas kulit.

Anda mungkin juga menyukai