Disusun Oleh:
Calvin Permana Pinem
P07520321015
POLITEKNIK KESEHATAN
MEDAN JURUSANKEPERAWATAN
PROFESI NERS
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Defenisi
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan
ulkus adalah kematiaetn jaringan yang luas dan disertai invasive kuman saprofit.
Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus gangrene
juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan
neuropati perifer (Andyagreni, 2010).
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati
atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang
disebabkan oleh infeksi (Askandar, 2000).
Jadi, ulkus ganggren adalah salah satu komplikasi kronik dari Diabetes
Mellitus yang terjadi akibat proses nekrosis disebabkan oleh infeksi yang
ditandai dengan adanya luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau
busuk akibat terjadinya sumbatan pada pembuluh darah di tungkai.
II. Etiologi
Gangren terjadi akibat infeksi oleh bakteri klostridium, yang merupakan
Bakterian-aerob (tumbuh bila tidak ada oksigen). Selama pertumbuhannya,
klostridium menghasilkan gas,sehingga infeksinya disebut gas gangren.
Gas gangren biasanya terjadi di bagian tubuh yang mengalami cedera atau pada
luka operasi. Sekitar 30% kasus terjadi secara spontan. Bakteri klostridium
menghasilkan berbagai racun, 4 diantaranya (alfa, beta, epsilon, iota)
menyebabkan gejala-gejala yang bisa berakibat fatal. Selain itu, terjadi
kematian jaringan (nekrosis), penghancuran sel darah
(hemolisis), vasokonstriksi dan kebocoran pembuluh darah. Racun tersebut
menyebabkan penghancuran jaringan lokal dan gejala-gejala
sistemik.Gangren disebabkan karena kematian jaringan yang dihasilkan dari
penghentian suplai darah ke organ terpengaruh.
III. Patofisiologi
Tabel 2.1
Karakteristik Ulkus Kaki Diabetik berdasar Etiologi (Wounds
International, 2013)
Karakteristik Neuropati Iskemia Neuroiskemia
Sensasi Hilangnya sensori Nyeri Derajat hilangnya
sensori
Kalus/nekrosis Ada kalus dan sering Sering nekrosis Kalus minimal
tebal dan rentan
nekrosis
Dasar luka Merah muda dan Pucat dan slough Granulasi buruk
granulasi, dikelilingi dengan granulasi
kalus buruk
Suhu kaki dan Hangat dengan Dingin dengan Dingin dengan
pulsasi pulsasi bounding tidak ada pulsasi tidak ada pulsasi
Lokasi Area menahan beban Ujung jempol kaki, Tepi kaki dan jari
di kaki, seperti kepala tepi kuku, dan kaki
metatarsal, tumit, dan antara jari kaki dan
dorsal clawed toes batas lateral kaki
Lainnya Kulit kering dan Penyembuhan Risiko tinggi
pecah-pecah terlambat infeksi
V. Klasifikasi
Tabel 2.2
Sistem Klasifikasi Wagner-Meggitt
Kelas 0 Tidak ada ulkus
Kelas 1 Ulkus superfisial terlokalisir sampai dermis, tidak meluas ke
subkutis
Kelas 2 Ulkus meluas ke subkutis yang mengenai tendon atau tulang
dan tanpa terbentuk osteomielitis atau abses
Kelas 3 Ulkus dalam dengan terbentuk osteomielitis atau abses
Kelas 4 Gangren terlokalisasi di jari kaki atau kaki bagian
distal Kelas 5 Gangren seluruh kaki
Gambar 2.6
Ilustrasi Sistem Klasifikasi Wagner-Meggitt (Pinzur, et al., 2016)
Tabel 2.3
Sistem Klasifikasi University of Texas
Kelas
Stadium
0 1 2 3
A Lesi pre- atau Luka superfisial, Luka Luka
post- ulserasi tidak melibatkan melibatkan melibatkan
dengan epitelisasi tendon, kapsul, atau tendon atau tulang
sempurna tulang kapsul ata
usendi
Extent, Depth, Infection, and Sensation) pada tabel 2.4, yang mengevaluasi 5
jaringan, infeksi, dan sensasi (Frykberg, et al., 2006; Chuan, et al., 2015).
Tabel 2.4
Sistem Klasifikasi PEDIS (Chuan, et al., 2015)
Kelas Perfusi Perluasan Kedalaman Infeksi Sensasi Skor
1 Tidak Kulit Kulit intak Tidak ada Tidak 0
PAD intak hilang
2 PAD, <1 cm2 Superfisial Permukaan Hilang 1
tidak CLI kulit
3 CLI 1-3 cm2 Fascia, otot, Abses, fasitis, 2
tendon artritis septik
4 >3 cm2 Tulang / SIRS 3
VI. Komplikasi
Dry gangrene
Basah gangrene
Basah gangren terlihat setelah cedera serius atau gigitan embun beku
atau bahkan daerah yang dibakar menjadi terinfeksi dan infeksi mengambil
akar ke dalam jaringan.
Gas gangrene
Gangren juga dapat disebabkan oleh bakteri khusus yang disebut
Clostridium.Ini disebut gas gangren.Ini adalah infeksi umum yang dilihat
selama perang.
Necrotising nekrotikans disebabkan ketika bakteri menyebar ke dalam kulit
dan menyerang lebih dalam jaringan.
Gangren internal
Gangren dapat juga mempengaruhi organ-organ internal ketika aliran
darah ke mereka terhalang.Ini disebut gangren internal dan dapat
mempengaruhi kandung empedu atau usus yang terperangkap dalam hernia.
Fournier's gangrene
Ketika gangren mempengaruhi penis dan alat kelamin disebut
Fournier's gangren.
VII. Pemeriksan Penunjang 1
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka atau ulkus pada kulit atau
jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/rasa berkurang atau
hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang.
Pemeriksaan Doppler ultrasound adalah penggunaan alat untuk memeriksa
aliran darah arteri maupun vena. Pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi
tingkat gangguan pada pembuluh darah arteri maupun vena. Dengan
pemeriksaan yang akurat dapat membantu proses perawatan yang tepat.
Pemeriksaan ini sering disebut dengan Ankle Brachial Pressure Index. Pada
kondisi normal, tekanan sistolik pada kaki sama dengan di tangan atau lebih
tinggi sedikit. Pada kondisi terjadi gangguan di area kaki, vena ataupun arteri,
akan menghasilkan tekanan sistolik yang berbeda. hasil pemeriksaan yang
akurat dapat membantu diagnostic ke arah gangguan vena atau arteri sehingga
manajemen perawatan juga berbeda.
VIII.Penatalaksanaan
I. Pencucian luka
Pencucian bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang
bersih, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolik tubuh pada cairan luka.
Mencuci dapat meningkatkan, memperbaiki, dan mempercepat proses penyembuhan
luka dan menghindari kemungkinan terjadinya infeksi. Pencucian luka merupakan
aspek yang paling penting mendasar dalam manajemen luka. Merupakan basis untuk
proses penyembuhan luka yang baik, karena luka akan sembuh dengan baik jika luka
dalam kondisi bersih.
Teknik pencucian pada luka antara lain dengan swabbing, scrubbing,
showering, hydrotherapi, whirlpool, dan bathing. mencuci dengan teknik swabbing
dan scrubbing tidak terlalu dianjurkan pada pencucian luka, karena dapat
menyebabkan trauma pada jaringan granulasi dan epithelium, juga membuat bakteri
terdistribusi bukan mengangkat bakteri. pada saat scrubbing atau menggosok dapat
menyebabkan luka menjadi terluka sehingga dapat meningkatkan inflamasi ( persisten
inflamasi). teknik showering (irigasi), whirpool, dan bathing adalah teknik yang
paling sering digunakan dan banyak riset yang mendukung teknik ini. keuntungan dari
teknik ini adalah dengan teknik tekanan yang cukup dapat mengangkat bakteri yang
terkolonisasi, mengurangi terjadinya trauma dan mencegah terjadinya infeksi silang
serta tidak menyebabkan luka mengalami trauma.
II. Debridement 1
Nekrotik adalah perubahan morfologi yang diindikasikan oleh adanya sel mati
yang disebabkan oleh degradasi enzim secara progresif, ini merupakan respon yang
normal dari tubuh terhadap jaringan yang rusak. Jaringan nekrotik dapat menghalangi
proses penyembuhan luka dengan menyediakan tempat untuk pertumbuhan bakteri
untuk menolong penyembuhan luka, tindakan debridement sangat dibutuhkan.
Debridement dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti mekanikal, surgical,
enzimatik, autolysis, dan biochemical. Debridemen mekanik dilakukan menggunakan
irigasi luka cairan fisiolofis, Ultrasonic laser, dan sebagainya, dalam rangka untuk
membersihkan jaringan nekrotik. Debridemen secara enzimatik dilakukan dengan
pemberian enzim eksogen secara topikal pada permukaan lesi. Enzim tersebut akan
menghancurkan residu-residu protein. Debridemen autolitik terjadi secara alami
apabila seseorang terkena luka. Proses ini melibatkan makrofag dan enzim proteolitik
endogen yang secara alami akan melisiskan jaringan nekrotik. Secara sintetis preparat
hidrogel dan hydrocolloid dapat menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi
fagosit tubuh dan bertindak sebagai agent yang melisiskan jaringan nekrotik serta
memacu proses granulasi. Cara yang paling efektif dalam membuat dasar luka yang
baik adalah dengan metode autolysis debridement. Autolysis debridement adalah
suatu cara peluruhan jaringan nekrotik yang dilakukan oleh tubuh sendiri dengan
syarat utama lingkungan luka harus dalam keadaan lembab. Pada keadaan lembab,
proteolytic enzim secara selektif akan melepas jaringan nekrosis dari tubuh. Pada
keadaan melunak jaringan nekrosis akan mudah lepas dengan sendirinya ataupun
dibantu dengan surgical atau mechanical debridement.
III. Dressing
Tehnik dressing pada luka diabetes yang terkini menekankan metode moist
wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan lembab. Luka akan menjadi
cepat sembuh apabila eksudat dapat dikontrol, menjaga agar luka dalam keadaan
lembab, luka tidak lengket dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi dan
permeable terhadap gas. Tindakan dressing merupakan salah satu komponen penting
dalam mempercepat penyembuhan lesi. Prinsip dressing adalah bagaimana
menciptakan suasana dalam keadaan lembab sehingga dapat meminimalisasi trauma
dan risiko operasi. Beberapa jenis bahan topical terapi yang dapat digunakan untuk
penatalaksanaan perawatan luka diabetic, diantaranya adalah calcium alginate,
hydrokoloid, hydroaktif gel, metcovazin, polyurethane foam, silver dressing.
Edukasi bagi pasien dan keluarga dengan diabetes sangat penting. Hal ini
disebabkan penyakit diabetes adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dikontrol dengan pola hidup sehat (makan sesuai kebutuhan dan olahraga
teratur) dan menggunakan oral maupun insulin.
II. Pengkajian 1
Fokus Pengkajian
Data bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh
pada fungsi organ :
1. Aktifitas/Istirahat
Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan.
Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur dan istirahat.
Disorentasi, koma.
2. Sirkulasi
Ada riwayat hipertensi, IMA.
Kebas & kesemutan pada extrimitas.
Kebas pada kaki.
Takikardia/nadi yang menurun/tak ada.
Kulit panas, kering & kemerahan, bola mata cekung.
3. Integritas ego
Stress, tergantung orang lain.
Peka terhadap rangsangan.
4. Eliminasi
Poliuria, nokturia
Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
Nyeri tekan abdomen
Diare, bising usus lemah/menurun.
5. Makanan/cairan
Hilang nafsu makan, mual/muntah.
BB menurun, haus.
Kulit kering/bersisik, turgor jelek.
Distensi abdomen.
6. Neurosensori
Pusing/pening, sakit kepala.
Parestesia, kesemutan, kebas kelemahan pada otot.
Gangguan penglihatan.
Disorentasi : mengantuk, letargia, stupor/koma. 1
7. Nyeri/kenyamanan
Abdomen tegang/nyeri
Wajah meringis, palpitasi.
8. Pernapasan
9. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Demam, diaforesis
Menurunnya kekuatan/rentang gerak.
Pengkajian Luka :
Status infeksi
Stadium luka
Status neurologi
Bentuk & ukuran luka
Status vaskuler
Stadium II: Hilangnya lapisan epidermis / lecet sampai batas dermis paling
atas.
Stadium III: Rusaknya lapisan dermis bagian bawah hingga lapisan subcutan.
Misalnya : Jika mengukur kedalam luka / goa pada luka, gunakan alat ukur kapas
lidi / pinset steril sekali pakai ( selanjutnya ukur dg meteran & dokumentasikan).
12
11 1
10 2
9 3
8 4
2 cm di jam 6
7 5
6
1
Keterangan:
d. Status Vaskuler.
1) Palpasi.
Status perfusi dinilai dengan melakukan palpasi pada daerah tibia dan dorsalis
pedis untuk menilai ada / tidaknya denyut nadi ( arteri dorsalis pedis ) Pada
pasien dengan lanjut usia ( lansia) terkadang sulit diraba, jalan keluarnya dapat
menggunakan alat stetoskope ultra sonic dopler
2) Capillery rRefill
Merupakan waktu pengisian kaviler dan di evaluasi dengan memberi tekanan
pada ujung jari atau ujung kuku kaki ( ektremitas bawa, setelah tampak
kemerahan atau putih bila dilakukan penekanan pada ujung kuku. Pada
beberapa kondisi menurunnya atau bahkan hilangnya deng nadi, pucat, kulit
dingin merupakan indikasi iskemia ( arteri insufgiciency ) dengan capillary
refill lebih dari 40 detik.
3) Edema
Merupakan penilaian ada/ tidaknya edema dengan melakukan penekanan
dengan jari tangan pada tulang yang menonjol umumnya pada tibia
malleolus.Kulit / jaringan yang mengalami edema tampak lebih coklat
kemerahan atau mengkilat, adanya edema menunjukkan gangguan aliran darh
balik vena.
Tingkat Edema 1
0 – 0,6 cm : + 1 ( medle)
4) Temperatur Kulit
0,6 – 1,2 cm: + 2 ( moderate)
Temperatur pada kulit member informasi tentang kondisi perfusi jaringan dan
fase
1,2 inflamasi
– 2,5 cm: +3 ( serta
severemerupakan
) variable penting dalam menilai adanya
peningkatan atau penurunan perfusi jaringan terhadap tekanan ( ransangan
tekanan ). Cara melakukan penilaian dengan melakukan palpasi /
menempelkan punggung tangan pada kulit sekitar luka & membandingkan
dengan kulit bagian lain yang sehat.
e. Status Neurologi
Pengkajian status neurologi penting pada pasien diabetis melirus untuk menilai
fungsi motorik, sensorik, dan saraf otonom. Pada motorik lakukan inspeksi pada
bentuk kaki seperti jari2 telapak kaki yg menonjol, adanya kallus karena
penekanan secara terus menerus yang dapat menjadi luka. Penilaian sensorik
dapat berupa baal, kesemutan, dilakukan dengan cara melakukan palpasi /
sentuhan pada jari2 satu persatu , telapak kaki dan anjurkan pasien untuk
memejamkan mata, hal ini dilakukan untuk menilai sensitivitas pada ekstremitas
bawah, selanjutnya penilaian otonom dilakukan dg cara inspeksi pada kaki
secara seksama terhadap adanya kekeringan, luka/lecet kulit terkelupas akibat
berkurangnya pengeluaran keringat ( kekeringan)
f. Infeksi.
Psedomonas dan stapilococcus aureus merupakan mikroorganisme patogn yang
paling sering muncul pada luka ganggren & merupakan jenis luka kronis yang
terkontaminasi, adanya kolonisasi bakteri mengindikasikan luka tersebut telah
terinfeksi. Luka yang telah terinfeksi menunjukkan adanya infeksi secara:
Cuci luak dg Nacl0,9%& diamkan 5-10 mnt sampai cairan eksudat keluar
Lakukan teknik pengambilan pus dg zig-zag ( 10X swab) dg tehnik steril ( dg lidi kapas steri
Simpan dlm tempat steril & segera kirim ke laboratorium
Zigzag tehnik
III. Intervensi
1. Kaji luas dan keadaan luka serta Pengkajian yang tepat terhadap luka dan
proses penyembuhan proses penyembuhan akan membantu
dalam menentukan tindakan selanjutnya
2. Rawat luka dengan baik dan benar : merawat luka dengan teknik aseptik,
membersihkan luka secara abseptik dapat menjaga kontaminasi luka dan
menggunakan larutan yang tidak larutan yang iritatif akan merusak
iritatif, angkat sisa balutan yang jaringan granulasi tyang timbul, sisa
menempel pada luka dan nekrotomi balutan jaringan nekrosis dapat
jaringan yang mati menghambat proses granulasi
1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi Untuk mengetahui berapa berat nyeri
nyeri yang dialami pasien yang dialami pasien
4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi Teknik distraksi dan relaksasi dapat
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
pasien
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin Posisi yang nyaman akan membantu
sesuai keinginan pasien memberikan kesempatan pada otot
untuk relaksasi seoptimal mungkin
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan: Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain: Analgesik dapat membantu mengurangi
dokter ( pemberian analgesik ) dan rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih
tenaga fisioterapi pasien melakukan aktivitas secara
bertahap dan benar
23
ASUHAN KEPERAWATAN LUKA PADA PASIEN NY N
DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
LUKA GANGGREN DI RUANG RB 2 RSUP H. ADAM MALIK
A. PENGKAJIAN
I. PENGUMPULAN DATA
a) Identitas Pasien
Nama : Ny N
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/bangsa : Karo
Status Perkawinan : Kawin
Golongan Darah :A
No RM : 84.70.10
Tanggal Masuk : 07 Juni 2022
Tanggal Pengkajian : 07 Juni 2022
Diagnosa Medis : DM tipe 2 + Ulkus Diabetikum
Alamat : Pancurbatu
b) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Nyeri pada luka di telapak kaki
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pada luka di telapak kaki kiri, dialami pasien sudah 5 hari, bermula seperti
gelembung dan semakin membesar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit ternyata kadar gula darah klien
adalah 506 mg/dl, terdapat luka pada kaki sebelah kiri diakibatkan karena KGD
pasien meningkat.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut penuturan keluarga klien terdapat anggota keluarga yang mengalami
penyakit DM yaitu ayah klien.
Kemampuan Kien 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi di tempat
Tidur
Berpindah
Ambulasi/ROM
Ket :
1 : Mandiri
2 : Alat Bantu
3 : Dibantu orang lain
4 : Dibantu orang lain dan alat
5 : Tergantung total
10) Pola Komunikasi
a) Sebelum Sakit : pasien mengatakan suka mengobrol dengan keuarga
atau kerabat. Pasien suka bincang-bincang
b) Saat Sakit : pasien mengatakan berkomunikasi dengan keluarga,
seperti biasa.
11) Pola Beribadah
a) Sebelum Sakit : pasien mengatakan memiliki kebiasaan bersembahyang
2x/hari pagi dan sore hari.
b) Saat Sakit : pasien mengatakan beribadah 2 kali/sehari namun hanya
beribadah di tempat tidur
12) Pola Produktifitas
a) Sebelum Sakit : pasien mengatakan saat pasien masih muda bekerja
sebagai pemandu pariwisata dan dapat membiayai keluarga dan anak –
anaknya.
b) Saat Sakit : pasien mengatakan dibiayai dan ditanggung oleh keluarga.
13) Pola Rekreasi
a) Sebelum Sakit : pasien mengatakan suka berekreasi ke pantai dan ke
tempat objek wisata
b) Saat Sakit : pasien mengatakan hanya menghabiskan waktu di tempat tidur
dan sesekali duduk di teras rumah.
14) Pola Kebutuhan Belajar
a) Sebelum Sakit : pasien mengatakan tidak mengerti faktor – faktor yang
menyebabkan penyakit, pencetus, perawatan, dan komplikasi.
b) Saat Sakit : pasien mengatakan belum mengerti mengenai sebab penyakit
dan tidak mengetahui mengapa luka di kaki tidak kunjung sembuh, pasien
mengatakan bingung tentang kondisi luka.
27
d) Pengkajian Fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran : Composmentis
b) GCS :
- Mata =4
- Psikomotor = 6
- Verbal = 5
c) Tanda – Tanda Vital
(1) Nadi : 88x / menit
(2) Suhu : 370 c
(3) TD : 130 / 80 mmHg
(4) RR : 20x / menit
d) BB = 70 kg, TB = 170 cm , IMT: 70/(1,7)2= 2,42
2) Keadaan Fisik
a) Kepala dan Leher
(1) Kepala
(a) Inspeksi : Kebersihan rambut dan kulit kepala baik, tidak ada lesi
di kulit kepala.
(b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya benjolan
dan massa.
(2) Mata
(a) Inspeksi : Bentuk simetris, sklera putih, kungjungtiva anemis +/+ ,
ikterik -/- , pergerakan bola mata terkoordinir, reflek pupil positif
(b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba adanya massa
(3) Telinga
(a) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak terdapat serumen, kebersihan
cukup.
(b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba adanya massa
(4) Hidung
(a) Inspeksi : Bentuk simetris, kebersihan cukup, tidak terdapat
kelainan septum nasal
(b) Palpasi : Tidak teraba nyeri tekan dan tidak teraba adanya
massa
(5) Mulut
(a) Insepeksi : Mukosa lembab, gigi lengkap, kebersihan gigi cukup,
tonsil tidak membesar, tidak ada lesi, tidak ada sianosis sentral
(b) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan tidak teraba adanya
massa.
(6) Leher
(a) Inspeksi : Kebersihan cukup, tidak terdapat hiperpigmentasi, dan
bentuk simetris
(b) Palpasi : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tidak terdapat pembesaran kelenjar
28
tiroid, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba adanya massa, dan
reflek menelan baik
c) Dada
(a) Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi
intercostae, tidak terdapat lesi
(b) Palpasi : Tidak teraba adanya masa dan nyeri tekan
(c) Perkusi :
- Jantung : Dulness
- Paru : Sonor
(d) Auskultasi
- Jantung : S1, S2 reguler
- Paru : Vesikuler : +/+
d) Abdomen
(1) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lesi
(2) Auskultasi : Bising usus: 12 kali per menit
(3) Palpasi : Tidak teraba adanya massa atau benjolan
(4) Perkusi : Terdengar suara tympani
e) Genetalia (tidak dikaji)
f) Ekstremitas
a) Atas :
(1) Inspeksi : edema (-), pergerakan baik, tidak terdapat lesi, tidak
ada sianosis perifer
(2) Palpasi : teraba hangat, pergerakan dan kekuatan otot baik,
tonus otot menurun, capillary refill time 2 detik
b) Bawah :
(1) Inspeksi : edema (-), pergerakan baik, tidak terdapat lesi., tidak
ada sianosis perifer, gangren pada telapak kaki kanan dengan luas
3x3 cm, kedalaman ½ cm, luka kemerahan dan terdapat pus
(2) Palpasi : teraba hangat, pergerakan dan kekuatan otot baik,
tonus otot menurun, capillary refill time 2 detik
444 555
29
e) Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 8,89/dL 11,7- 15,5
Leukosit 17,97 103/ uL 3,6- 11,0
Trombosit 349,50 103/ uL 150-440
Hematokrit 24,1 vol % 35-47
KGD 506 mg/dL 100-140
Ureum 95 mg/dL 20-40
Creatinin 2,9 mg/Dl 0,45-0,75
2) Therapy
Ivfd RL 20 tpm
Inj. Ketorolac
Inj. Ranitidine
Obat topikal luka yaitu iasalute plus cream
A. Analisa Data
Neuropati perifer
DO:
- Tampak luka ganggren di
telapak kaki kiri
dengan Parastesia, sensitivitas
panjang 13 cm,lebar 5 cm, juga menurun
kedalaman 3cm.
- Terdapat eksudat dengan tipe
Terjadinya gangguan,
purulent, berwarna kuning ke serta lapisan pada kulit
abu”an rusak
- Lapisan jaringan di area luka
dan jaringan sekitar rusak
30
2 DS: Komplikasi Gangguan
- Klien mengeluh tidak dapat mikrovaskuler mobilitas fisik
beraktivitas seperti biasanya
- Klien mengeluh sulit
Neuropati diabetik
beraktivitas
Jaringan poliol
DO: terganggu
- Tampak luka gangren di kaki
kiri dengan panjang 13cm, lebar
5cm, kedalaman 3cm
- Mandi, berpakaian,mobilisasi di Hilangnya reflek tendon
dalam
tempat tidur, dibantu oleh
keluarga
Cedera + komplikasi
makro vaskuler
Penimbunan sorbitol,
gangguan pembekuan
darah
Gangren
3 DS: Pola makan tidak teratur Defisiensi
- Klien mengeluh bingung pengetahuan
mengenai penyakitnya
- Klien mengatakan tidak Meningkatkan transfor
glukosa menembus sel
mengerti mengapa lukanya
tidak kunjung sembuh
Atrofi reseptorinsulin di
DO: sel beta
- Klien tampak bingung
- Klien bertanya mengenai
lukanya
31
Resistensi insulin
DM tipe 2
Kelainan metabolik
Komplikasi DM
Keadaan kurang
informasi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Observasi tanda tanda infeksi 1. Sebagai indikator keparahan luka
mobilitas fisik b/d kunjungan selama 3x (demam, kemerahan, adanya dan menentukan intervensi selanjutnya
kerusakan dalam 1 minggu selama pus pada luka) 2. Sirkulasi perifer bisa terganggu
neuromuskuler 45 menit diharapkan 2. Rawat luka dan kulit dengan yang menempatkan pasien pada resiko
akibat ulkus pasien dapat beraktivitas teknik aseptik terjadi nya infeksi
secara bertahap dengan 3. Anjurkan keluarga untuk 3. Menentukan intervensi lebih lanjut
KH: melaporkan apabila tanda tanda 4. Posisi kaki lebih tinggi akan
1. Terjadi peningkatan infeksi ditemukan melancarkan sirkulasi darah perifer
rasa nyaman 4. Atur posisi klien di tempat tidur 5. Mempercepat kesembuhan luka
2. Klien terdorong untuk yaitu SIM
33
beraktivitas 5. Ajarkan pentingkan menjaga
3.ADL mandiri kebersihan
4.Kondisi luka membaik
3 Defisiensi Setelah dilakukan 1. Demostrasikan pada pasien dan 1. Fleksibilitas dalam perawatan diri,
pengetahuan b/d kunjungan selama 3x keluarga tentang cara injeksi mengontrol gula darah dengan
kurangnya dalam 1 minggu selama insulin lebih dekat
informasi 15 menit diharapkan 2. Anjurkan pada klien untuk tetap 2. Sebagai penentu dalam rencana
kebutuhan belajar klien rutin mengontrol gula darah pengobatan dan perawatan serta
terpenuhi dengan KH: 3. Health Education pada klien dan fleksibilitas perawatan di rumah
1.Klien mengungkapkan keluarga tentang 3. Memberikan penegetahuan dasar
pemahaman mengenai Penyakit dimana pasien dapat membuat
penyakitnya Prosedur pengobatan pertimbangan dalam memilih gaya
2. Klien mampu Komplikasi hidup.
mengungkapkan Diet
mengenai kondisi luka Faktor pencetus
3. Klien dan keluarga
mengungkapkan
pemahaman terkait
penyakit dan
penanganannya.
34
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny N No RM : 84.70.10
Umur : 60 tahun Ruang : RB 2
Jenis Kelamin: Perempuan DX : DM tipe 2 + Ulkus Diabetikum
No Hari/Tanggal No DX Evaluasi TTD
1 Selasa, 7 Juni 2022 1 S: Klien dan keluarga mengatakan sudah paham mengenai penyakit klien dan
kondisi lukanya
O: klien tampak paham, klien mampu
Luas luka: P= 13 cm, Lebar =5 cm dan kedalaman = 3 cm
Tampak sedikit kemerahan pada
luka A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Observasi tanda tanda infeksi(demam, kemerahan, adanya pus pada luka)
Rawat luka dan kulit setiap hari dengan teknik aseptik
Health education pentingnya menjaga kebersihan luka dan area sekitar luka
2 Selasa, 7 Juni 2022 2 S: Klien mengatakan terjadi peningkatan rasa nyaman untuk beraktivitas
O:
ADL masih dibantu
Kondisi luka membaik (sirkulasi) Pus berkurang, luas luka 13 x 5 cm
dengan kedalaman 3 cm
A: Masalah teratsi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Anjurkan mobilisasi secara bertahap
Lakukan pengaturan posisi, dengan posisi kaki ditinggikkan
Observasi vital sign setelah beraktivitas
3 Selasa, 7 Juni 2022 3 S: Klien dan keluarga mengatakan sudah paham mengenai penyakit klien dan
kondisi lukanya
O: Klien tampak paham, klien mampu melakukan cara perawatan luka ganggren
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahanan kondisi klien
35
A.PENGKAJIAN
1. INDENTITAS PASIEN
Ny.N mengatakan nyeri pada luka di telapak kaki kiri yang dialami sejak 5 hari yang
lalu, bermula seperti gelembung dan semakin membesar
Wound Bed
Granulasi : 25 %
Slough : 50%
Nekrotik :0%
Ephitelium : < 25%
Jenis eksudat
Purulent
9.PENGKAJIAN PERIWOUND
Berdasarkan hasil pengkajian ulkus diabetikum pada Ny.N didapatkan dalam kategori
luka kotor dengan luas luka 2 dimensi 65 cm, 3 dimensi 105 cm, granulasi 25%, slough 50%,
nekrotik 0%, epitelium <25% dan dengan jenis eksudat purulent menggunakan dressing ->
absorbent dressing : foam dan obat topikal lasalute plus dan dengan teknik debridement
mekanik.