ANEMIA
Di susun oleh :
NURLINDA (01.2018.014)
PALOPO
2020
Kata pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan Maternitas II yang
berjudul “ ANEMIA”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mnedapatkan bantuan dari berbagai
referensi sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimah kasih kepada ibu ns. Bestfy Anitasari, S.kep., M.kep., Sp.Mat. selaku dosen
pembimbing mata kuliah keperawatan Maternitas II yang telah memberikan pembelajaran kepada
kami dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca. Sekian terimakasih
Nurlinda
Daftar isi
PRAKATA ..............................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................
B. Rumusan masalah......................................................................
C. Tujuan ........................................................................................
A. kasus
B. Pembahasan kasus
C. Asuhan keperawatan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
daftar pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Anemia adalah suatu keadaan dimana menurunnya hemoglobin (Hb), hematokrit, dan
jumlah sel darah merah di bawah nilai normal. Kreamer (2007), menyatakan bahwa
penyebab anemia adalah akibat faktor gizi dan non gizi. Faktor gizi terkait dengan defisiensi
protein, vitamin, dan mineral, sedangkan faktor non gizi terkait penyakit infeksi. Protein
berperan dalam proses pembentukan hemoglobin, ketika tubuh kekurangan protein dalam
jangka waktu lama pembentukan sel darah merah dapat terganggu dan ini yang
menyebabkan timbul gejala anemia, sedangkan vitamin yang terkait dengan defisiensi zat
besi adalah vitamin C yang dapat membantu mempercepat penyerapan besi di dalam tubuh
serta berperan dalam memindahkan besi ke dalam darah, mobilisasisimpanan besi terutama
hemosiderin dalam limpa.
Status zat besi didalam tubuh manusia tergantung pada penyerapan zat besi tersebut. Di
antaranya yang dapat meningkatkan penyerapan besi atau enhancer dari sumber vitamin C
seperti pada jeruk, pepaya serta sumber protein hewani tertentu contohnya daging sapi,
daging ayam dan ikan . Vitamin C sebagai enhancer karena vitamin C membantu penyerapan
besi non heme dengan merubah bentuk feri menjadi fero yang mudah diserap. Vitamin C
membentuk gugus besioksalat yang tetap larut pada pH yang lebih tinggi seperti di
duodenum sehingga mudah diserap. Oleh karena itu sangat disarankan untuk mengkonsumsi
makanan sumber vitamin C tiap kali makan untuk meningkatkan absorbasi besi nonhem. Zat
yang dapat menghambat penyerapan besi atau inhibitor antara lain adalah kafein, tanin,
oksalat, fitat, yang terdapat dalam produk-produk kacang kedelai, teh, dan kopi. Kopi dan teh
yang mengandung tanin dan oksalat merupakan bahan makanan yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat. Faktor diet lainnya yang membatasi tersedianya zat besi adalah fitat, sebuah zat
yang ditemukan dalam gandum.
Anemia adalah kondisi yang menunjukkan jumlah atau kualitas sel darah merah
( pembawa oksigen ) tidak mencukupi pemenuhan kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan
fisiologis setiap orang bervariasi berdasarkan usia, jenis kelamin, ketinggian lokasi tempat
tinggal, kondisi kesehatan, dan fase kehamilan (WHO,2011). Prevalensi anemia secara
global pada tahun 2010 adalah 32,9% yang menyebabkan 68,4 juta tahun hidup dengan
disabilitas (Years Lived In Dissability-YLD). Ini berarti anemia menyumbang 8,8% dari total
dissabilitas dari semua kondisi pada tahun tersebut. Anak-anak dibawah usia 5 tahun (balita)
dan perempuan masih menanggung beban tertinggi akibat anemia (Kassebaum et al. 2014).
Secara geografis, beban penyakit akibat anemia sebagian besar berasal dari Negara-
negara berpenghasilan rendah dan menengah di Asia dan Afrika, dengan beban tertinggi
masih diwilayah Sub Sahara Afrika (S.R. Pasricha, 2014). Prevalensi anemia digunakan
sebagai salah satu indicator kesehatan penting secara global karena kejadian anemia dapat
menyajikan gambaran tentang kualitas kesehatan kelompok rentan secara geografis maupun
sosial ekonomi tertuama perempuan dan anak yang dapat menjadi cerminan kualitas
kesehatan masyarakat suatu Negara. Secara global, kekurangan zat besi dianggap sebagai
penyebab anemia paling umum, sebab separuh perbaikan kondisi anemia dapat dikaitkan
dengan pemberian zat besi (Stolzfus, Mullany, & Black, 2004).
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anemia?
2. Apa penyebab anemia?
3. Bagaimana tanda dan gejala anemia?
4. Apa saja klarifikasi anemia?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui definisi anemia.
2. Untuk mengetahui penyebab dari anemia.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala anemia.
4. Untuk mengetahui klasifikasi anemia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein
pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal. Sel darah merah
mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru,
dan mengantarkannya ke seluruh baguan tubuh. Anemia atau kurang darah adalah kondisi
dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah
merah berada dibawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berperan
dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan. beberapa anemia memiliki penyakit
dasarnya. anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau morfologi sel darah merah,
etiologi yang mendasari, dan penampakan klinis. penyebab anemia yang paling sering adalah
pendarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan hemolisis atau
kekurangan pembentukan sel darah merah (hematopoiesis yang tidak efektif). Seorang pasien
dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari 13,5 g/dL atau
hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL
atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.
Aplastik (hipoproliferatif) disebabkan oleh penurunan pada prekusor sel-sel dalam sumsum
tulang dan penggantian sumsum dengan lema ari 36% pada perempuan
Anemia Megaloblastik adalah anemia yang khas ditandai oleh adanya sel megaloblast dalam
sumsum tulang. Sel megaloblast dlah sel prekursor eritrosit dengan bentuk sel yang besar
disertai adanya kes, di mana maturasisitoplasma normal tetapi inti besar dengan susunan
kromosom yang longgar.
Anemia Defisiensi Besi adalah kondisi dimana kandungan besi tubuh total menurun dibawah
kadar normal. Ini merupakan tipe anemia yang paling umum.
Anemia Hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis, yaitu
pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya
Anemia Sel Sabit merupakan suatu gangguan resesif otosom yang disebabkan oleh pewarisan
dua salinan gen hemoglobin defektif, satu buah dari masing-masing orang tua. Hemoglobin
yang cacat itu disebut hemoglobin S (HbS), menjadi kaku dan membentuk konfirgurasi
seperti sabit apabila terpajan oksigen berkadar rendah
B. Etiologi
Penyebab umum dari anemia antara lain; kekurangan zat besi, pendarahan usus, pendarahan,
genetik, kekurangan vitamin B12, kekurangan asam folat, gangguan sunsum tulang.
secara garis besar, anemia dapat disebabkan karena:
1. Peningkatan destruksi eritrosit, contohnya pada penyakit gangguan sistem imun,
talasemia.
2. Penurunan produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia aplastik, kekurangan
nutrisi.
3. Kehilangan darah dalam jumlah besar, contohnya akibat perdarahan akut, perdarahan
kronis, menstruasi, usler kronis dan trauma.
C. patofisiologi
berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat di golongkan menjadi 3 kelompok:
1. anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau gagal.
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel darah
merah yang di produksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi akibat adanya
abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin yang di butuhkan
agar produksi dan kerja darah eritrosit berjalan normal. Kondisi –kondisi yang
menyebabkan anemia ini antara lain sickle anemia, gangguan sumsung tulang, dan stem
cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan folat, serta gangguan kesehatan
lainyang mengakibatkan penurunan hormone yang diperlukan untuk proses eritropoesis.
2. Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang berredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan terhadap
tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat sehingga menimbulkan
anemia hemolotik, penyebab anemia hemolitik antara lain:
Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia.
Adanya setresor seperti infeksi, obat-obatan, bisa hewan, atau beberapa jenis
makanan. Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis
Autoimun
SPemasangan grafi, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar, paparan kimiawi,
hipertensi berat, dan gangguan thrombosis
3. Anemia akibat kehilangan darah
Anemia ini dapat terjadi akibat perdarahan akut hebat atau pada perdarahan yang
berlansung perlahan namun kronis, perdarahan kronis umumnya muncul akibat
gastrointestinal(missal ulkus, hemoroid, gastritis, atau kanker saluran pencernaan).
Penggunaan obat obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis, menstruasi, dan proses
kelahiran.
D. Manifestasi klinis
Makin cepat berkembangnya anemia, maka akan makin berat gejala-gejalanya.
Gejala gejalanya berkembang progesif dan mungkin ditandai oleh remisi parsial spontan
aksarsebasi :
1. Secara bertahap menjadi lemah, cepat capai, dan pucat
2. Terjadi merah pada lidah, sakit,dan halus serta diare ringan (anemia pernisiosa)
3. Kerusakan medulla spinalis mengakibatkan kekacauan mental, lebuh sering parestesia
dan kesulitan mempertahankan keseimbangan; kehilangan rasa posisi yang mantap.
E. Klasifikasi
Klasifikasi anemia akibat gangguan eritropoiesis.
1. Anemia defisiensi besi.
Tidak cukupnya suplai besi mengakibatkan defek Pada sintesis Hb, mengakibatkan
timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan mikrositer.
2. Anemia megalobablastik.
Definisi folat atau vitamin B12 mengakibatkan gangguan pada sintesis timidin dan defek
pada replikasi DNA, efek yang timbul adalah Pembesaran prekursor sel darah
(mengaloblas) disumsum tulang, hematoposis yang tidak efektif, dan pansitopenia.
3. Anemia aplastik.
Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah akibat hiposelularitas, hiposelularitas ini
dapat dapat terjadi akibat paparan racun, radiasi, reaksi terhadap obat atau virus dan
efek pada perbaikan DNA serta gen.
4. Anemia mieloptisik.
Anemia yang terjadi akibat penggantian sumsum tulang oleh infiltrate sel-sel tumor,
kelainan granuloma, yang menyebabkan pelepasan eritroid pada tahap awal.
a. Anemia mikrositik : penyebab utamanya yaitu defisiensi besi dan talasemia ( gangguan
Hb)
b. Anemia normositik : contohnya yaitu anemia akibat penyakit kronis seperti gangguan
ginjal.
c. Anemia makrositik : penyebab utama yaitu anemia pernisiosa anemia akibat konsumsi
alcohol, dan anemia memegaloblastik
F. Penatalaksanaan
A. Kasus
B. Pembahasan kasus
C. Asuhan keperawatan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyebab anemia merupakan penyebab kecacatan kedua tertinggi di dunia dimana
hal tersebut menjadikan anemia sebagai masalah kesehatan masyarakat yang serius di
seluruh dunia. Anemia bisa menyerang siapapun tak terkecuali remaja yang masih berusia
dini. Anemia lebih sering terjadi pada remaja perempuan dibanding remaja laki- laki.
Anemia dapat dibagi menjadi dua jenis yang pertama adalah berkurangnya kadar
hemoglobin dalam darah atau terjadinya gangguan dalam pembentukan sel darah merah
dalam tubuh yang disebabkan oleh terjadinya perdarahan atau hancurnya sel darah merah
yang berlebihan. Yang kedua ialah kondisi yang mempengaruhi pembentukan hemoglobin
dalam darah, yaitu efek keganasan yang tersebar seperti kanker,radiasi,obat-obatan dan zat
toksik, serta penyakit menahun yang melibatkan gamgguan pada ginjal dan hati, infeksi,
dan defisiensi hormon endokrin.
B. SARAN
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan karta tulis ilmiah ini. Dan penulis berharap
semoga karya ini dapat bermanfaat sesuai yang di harapkan kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
khoirul_fahrizal_R_22010110110133_Bab2KTI. Pdf
https://www.academia.edu/11899398/Anemia.