Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis selama melaksanakan asuhan keperawatan pada

klien dengan Fraktur Tibia Fibula yang dimulai dari tanggal 16 Oktober 2022

sampai tanggal 18 Oktober 2022 diruang Gedung 2 Rumah Sakit Umum Daerah

HAMBA Muara Bulian Tahun 2022

Asuhan keperawatan menurut Andra (2013 : 244) adalah bantuan, bimbingan,

penyuluhan pengawasan atau perlindungan yang diberikan seorang perawat untuk

memenuhi kebutuhan pasien yang dilakukan dengan proses keperawatan yang

terdiri dari 5 tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

penatalaksanaan dan evaluasi. Tahap-tahap dalam proses keperawatan sebagai

berikut.

Maka penulis akan menguraikan pembahasan ini mulai dari pengkajian,

pelaksanaan dan tahap akhir yaitu evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian pada kasus Meliputi Identitas : nama, umur, jenis kelamin,

agama, suku atau bangsa, status perkawinan, pendidikan, perkerjaan, alamat,

tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, catat kedatangan. Pemeriksaan

fisik yang meliputi ; aktifitas atau istirahat, kelemahan, kesulitan, ambulasi.

Sirkulasi : riwayat jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer,

atau statis vascular (peinigkatan resiko pembentukan trombus). Intergritas ego :

perasaan cemas, takut, marah, apatis ; faktor-faktor ters multiple, misalnya

50
51

financial, hubungan, gaya hidup, tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/

peka rangsangan : stimulasi simpatis. Makan atau cairan ; insufiensi

pancreas/DM (predisiposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis), manutrisi

(termasuk obesitas), membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukan /

periode puasa pra operasi), anoreksia mual muntah, halus membran mukosa,

kering, turgor kulit buruk. Pernapasan : infeksi, kondisi kronis / batuk,

merokok. Keamanan : nyeri hebat tiba-tiba pada saat cidera (mungkin

terlokalisasi pada area fraktur, berkurang pada imobilisasi), spasme/lkram otot

setelah imobilisasi. Aktivitas / istirahat : keterbatasan atau kehilangan fungsi

pada bagian yang terkena (mungkin segera akibat langsung dari fraktur atau

akibat sekunder pembengkakan jaringan dan nyeri. Neurosensori : hilangnya

gerakan sensasi, kesemutan (parestesia), deformitas lokal, angulasi abnormal,

pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot, kelemahan/kehilangan fungsi,

Keterbatasan / kehilangan fungsi bagian yang terkena (mungkin segera akibat

dari fraktur atau akibat sekunder pembengkakan jaringan dan nyeri), agitasi

(mungkin berhubungan dengan nyeri ansietas atau trauma lainnya).

Pemeriksaan diaknostik fraktur diantaranya : a) pemeriksaan rontgen :

menentukan lokasi atau luasnya fraktur. b) scan tulang, tomogram, scan CT /

MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi

kerusakan jaringan lunak. c) arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler

dicurigai. d) hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokontrasi)

atau menurun (pendarahan bermaakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada

trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah serpon stress normal setelah
52

trauma. e) kreatinin : trauma otot menigkatkan beban kreatinin untuk kliren

ginjal. f) profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,

transfuse multiple, atau cidera hati.

Sedangkan dari hasil pengkajian pada klien Tn. I dengan Fraktur Tibia

Fibula. Klien masuk UGD Rumah Sakit Umum Daerah HAMBA Muara

Bulian pada tanggal 14 Oktober 2022 pada pukul 19.00 wib dengan keluhan

Fraktur Terbuka Tibia Fibula Dengan skala nyeri 6.

Pada saat dilakukan pengkajian pada klien Fraktur Tibia Fibula di

temukan data yang menunjang meliputi : Identitas klien seperti : klien bernama

Tn. I berumur 35 tahun, jenis kelamin laki-laki, beragama Islam, suku Melayu,

bangsa Indonesia, yang bertanggung jawab nama istri Ny. S umur 30 tahun,

alamat Rt.04 Kampung Baru pekerjaan tani. Pemeriksaaan fisik meliputi

seperti keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, GCS 15, nyeri pada

luka bekas operasi, terpasang kateter, TD : 126/84 mmHg, Suhu 36,5 0 C, Nadi

96 x/menit, tinggi badan 165 Cm, Berat Badan 60 Kg. Aktivitas klien ada

dibantu keluarga seperti BAB, BAK, Makan, Minum, Nyeri pada luka post

Fraktur Terbuka Tibia fibula tindakan operasi dengan pajang luka ± 10 Cm

terdapat 10 jahitan, Skala Nyeri 4, Pernapasan tidak ada suara tambahan seperti

ronchi atau mengi. Pemeriksan Laboratorium meliputi Hemoglobin 13,3 mg/dl,

Leukosit 11.91 mg/dl, Hematokrit 40.3, PLT 145, Ct/Bt 3/1, Golongan Darah

O, Radiologi terdapat Fraktur Tibia Sinestra setengah Distal.

Dilihat dari pengkajian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan

bahwa tidak semestinya apa yang didapat pengkajian secara teoritis juga akan
53

ditemukan atau didapatkan pada pengkajian yang dilaksanakan langsung pada

klien pada klien Data yang ingin diperoleh sesuai dengan keluhan dari klien,

sehingga mempermudah dalam mengelompokan data dan membuat diagnosa

keperawatan. Tetapi yang dijelaskan pada teori adalah keluhan yang dirasakan

pada penderita Fraktur sehingga data yang dalam teori ada sebagian yang

muncul.

Pada saat di lakukan pengkajian pada tanggal 16 Oktober 2022 didapatkan

data setelah di lakukan operasi, Klien mengatakan nyeri pada luka di betis kaki

sebelah kiri post operasi hari 2 dengan skala nyeri 5, nyeri bertambah saat

melakukan aktivitas dan berkurang saat beristirahat, nyeri di rasakan seperti di

tusuk-tusuk dan hilang timbul selama ± 5 menit

Dari hasil pengkajian pada Tn. I data yang ditemukan pada umumnya telah

sesuai dengan tanda dan gejala Fraktur Tibia Fibula Sinestra secara teoritis,

seperti nyeri pada luka bekas operasi Fraktur Tibia Fibula Sinestra.

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan masalah Tn. I yang di dapatkan dari hasil pengkajian baik

melalui observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi, maka di

angkatlah Diagnosa keperawatan yang di temukan adalah Nyeri Akut

Berhubungan dengan terputusnya kontitunitas jaringan, Ganguan mobilitas

fisik ditandai dengan keterbatasan fisik, Kerusakan intergritas kulit ditandai

dengan luka post operasi. Ketiga diagnosa ini sesuai dengan teori pada

panduan keperawatan dari SDKI, SIKI, SLKI.


54

C. Perencanaan

Rencana tindakan pada klien sesuai dengan prioritas adalah sebagai berikut:

1. Nyeri Akut Berhubungan dengan terputusnya kontitunitas jaringan.

Intervensi keperawatan yang di lakukan adalah sebagai berikut ini:

Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas

nyeri, Indentifikasi skala nyeri, Identifikasi respon nyeri non verbal,

Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, Berikan

teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri, Kontrol lingkungan

yang memperberat nyeri, Anjurkan teknik non farmakologi untuk

mengurangi rasa nyeri, Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Ganguan mobilitas fisik ditandai dengan keterbatasan fisik. Intervensi

keperawatan yang di lakukan adalah sebagai berikut ini: Identifikasi

adanya nyeri ata keluhan fisik lainnya, Indentifikasi toleransi fisik

melakukan ambulasi, Monitor kondisi mumselama ambulasi, Fasilitasi

ambulasi dengan alat bantu, Fasilitasi melakukan mobilitas fisik, Libatkan

keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi, Jelaskan

prosedur dan tujan ambulasi, Anjurkan melakukan amblasi dini, Anjarkan

ambulasi sederhana yang harus dilakukan

3. Kerusakan intergritas kulit ditandai dengan luka post operasi. Intervensi

keperawatan yang di lakukan adalah sebagai berikut ini: Identifikasi

penyebab gangguan intergritas kulit perbahan status nutrisi, Ubah posisi

tiap 2 jam jika tirah baring, Anjurkan minum air yang cukup, Anjurkan
55

meniingkatkan asupan nutrisi, Anjurkan meningkatkan asupan buah dan

sayur meningkat

D . Tindakan Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh perawat dan klien.

Beberapa petunjuk pada implementasi adalah sebagai berikut ; intervensi

dilaksanankan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, keterampilan

interpersonal, intelektual, teknikal dilakukan dengan cermat dan efisien

dengan situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilidungi, dan

dokumentasi intervensi dan respon klien. Pelaksanaan tindakan keperawatan

dilaksanakan oleh perawat berdasarkan rencana tindakan keperawatan yang

dibuat disesuaiakan dengan situasi dan kondisi dari klien itu sendiri.

Pelaksanaan keperawatan dilakukan berdasarkan dari rencana

keperawatan yang telah dibuat yang berguna untuk mencapai tujuan dan

kriteria hasil yang dinginkan terhadap diagnosa keperawatan yang muncul.

Keempat diagnosa yang sesuai berdasarkan perencanaan keperawatan akan

dilaksanakan kepada klien.

E. Evaluasi

Penilaian yang dilakukan berdasarkan dengan sampainya tujuan dan

mengacu kriteria hasil dalam perencanaan. Evaluasi merupakan langkah

terakhir proses keperawatan.semua tahap proses keperawatan (diagnosa,

tujuan, intervensi) harus dievaluasi, dengan melibatkan klien, perawatan dan

anggota team kesehatan lain nya dan bertujuan untuk menilai apakah tujuan
56

dalam perencanaan keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan

pengkajian ulang jika tindakan belum berhasil.

Ada tiga alternatif yang dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan

berhasil atau tidak dan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai

dalam jangka waktu tertentu sesuai rencana yang ditentukan, ada pun alternatif

tersebut adalah : Tujuan tercapai, Tujuan tercapai sebagian, Tujuan tidak

tercapai.

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yaitu untuk melihat

keberhasilan perencanaan keperawatan dan evaluasi juga merupakan umpan

balik untuk menilai keberhasilan suatu rencana keperawatan yang telah dibuat,

dalam melaksanakan evaluasi ini penulis menggunakan metode SOAPIER

dalam bentuk catatan perkembangan karena metode ini mudah dilakukan ,

mengacu pada data yang ada

Anda mungkin juga menyukai