Anda di halaman 1dari 6

37

BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas kasus yang dikaji serta membandingkan
dengan teori yang didapat, untuk mengetahui sejauh mana faktor pendukung,
faktor penghambat dan solusinya dalam menyelesaikan asuhan keperawatan pada
klien Ny.R dengan Vulnus Laceratum Antebrachii, Simphiolisis pervis + Laserasi
luas, Skin Loss Proximal femur, Open Fr. Pedis Hari ke 5 diruang Dahlia RSUD
Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Dalam pembahasan ini mencakup semua tahap proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.

4.1 Pengkajian Keperawatan


Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dari proses keperawatan
dengan tujuan untuk mengumpulkan data-data dengan cara wawancara dan
observasi secara langsung dengan klien, informasi dari klien dan keluarga dan
catatan medis dan perawat ruangan.
Berdasarkan teori Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana
individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga
mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana
individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik.
Dari hasil pengkajian di dapatkan data-data di antaranya: Klien mengatakan
“Kaki saya tidak bisa bergerak karena luka di telapak kaki dan daerah paha
sampai terasanya kaku”.

4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan
objektif yang telah di peroleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa
keperawatan.

37
38

Pada kasus Ny. R diagnosa keperawatan pertama yang di prioritaskan


adalah Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
tulang, berdasarkan data subjektif yaitu Ny. R mengatakan “Kaki saya tidak
bisa bergerak karena luka di telapak kaki dan daerah paha sampai terasanya
kaku”. Data objektif TD : 120/80 mmHg, RR : 18 x/m, N : 76 x/m, S: 36,2
⁰C, Tampak ada luka post op pada bagian telapak kaki kanan dan luka terbuka
di paha kanan tanggal 31 januari 2020, Terdapat luka jahitan di bagian telapak
kaki kanan dan luka terbuka di paha kanan , Kekuatan otot ekstremitas bawah
Kaki kanan 1, kaki kiri 5, ekstremitas atas tangan kanan 5, tangan kiri 5,
Tampak rentang gerak (ROM) kaki sebelah kanan menurun, Tampak gerakan
kaki kanan terbatas.
Diagnosa kedua adalah Defisit perawatan diri berhubungan dengan
gangguan musculoskeletal, berdasarkan subjektif Ny. R mengatakan “Selama
di RS saya melakukan aktivitas semua di bantu oleh keluarga dan perawat
karena kaki kanan saya tidak bisa di gerakkan”. Data objektif Tampak aktivitas
klien dibantu oleh keluarga seperti makan dan minum Tampak ada luka post op
pada bagian telapak kaki kanan dan luka terbuka di paha kanan tanggal 31
januari 2020, Kekuatan otot ekstremitas bawah Kaki kanan 1, kaki kiri 5,
ekstremitas atas tangan kanan 5, tangan kiri 5, Tampak rentang gerak (ROM)
kaki sebelah kanan menurun, Tampak gerakan kaki kanan terbatas, TD : 120/80
mmHg, RR : 18 x/m, N : 76 x/m, S : 36,2 ⁰C.
Diagnosa ketiga adalah Risiko infeksi berhubungan dengan penyebab
tindakan invasif (operasi) berdasarkan subjektif Ny. R mengatakan “Ada luka
terbuka pada paha kanan dan luka jahitan pada kaki kanan saya”. Data objektif
Efek prosedur invasif (tindakan operasi), Kerusakan integritas kulit akibat
pembedahan, Terpasang infus ditangan kiri, terpasang kateter urin, Leukosit
20.600/mm3.
Mengenai diagnosa yang lain tidak di angkat karena tidak di temukan
gejala dan data-data yang mendukung diagnosa tersebut dan masalah dari 2 belum
teratasi.
39

4.3 Perencanaan Keperawatan


Perencanaan diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam
menyelesaikan masalah, jujuan dan intervensi. Rencana keperawatan merupakan
metode komunikasi tentang asuhan keperawatan pada klien (Nursaalam 2013).
Perencanaan pada Ny. R di susun berdasarkan prioritas masalah, pada kasus ini
rencana keperawatan yang di rencanakan adalah :
1. Ganggua mobilitas fisik Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan integritas tulang yaitu, O : Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya, T : Libatkan keluarga untuk membantu dengan alat
bantu (mis. Pagar tempat tidur), E : Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi, K : Kolaborasi dengan fisioterapi, jika perlu.
2. Diagnosa Kedua Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan
musculoskeletal yaitu, Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
sesuai usia, Monitor tingkat kemandirian, Identifikasi alat bantu
kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan, Dampingi dalam
melakukan perawatan diri sampai mandiri, Anjurkan keluarga membantu
aktivitas klien, Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3. Diagnosa Ketiga Risiko infeksi berhubungan dengan penyebab tindakan
invasif (operasi) yaitu, Monitor tanda dan gejala infeksi, Pertahankan
lingkungan aseptik selama perawatan luka, Gunakan alat steril untuk
tindakan perawatan luka, kolaborasi pemberian antibiotik, jika diperlukan.
Dari hasil semua intervensi yang sudah di rencanakan terdapat dua diagnosa yang
belum teratasi, dan masih di lanjutkan oleh petugas perawat ruangan.
4.4 Implementasi
Pada tahap implementasi, penulis melakukan pelaksanaan keperawatan sesuai
dengan perencanaan keperawatan yang sudah di rencanakan diagnose I yaitu,
mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, melibatkan keluarga
untuk membantu dengan alat bantu (mis. Pagar tempat tidur), menjelaskan tujuan
dan prosedur mobilisasi, Berkolaborasi dengan fisioterapi. Pada diagnose ke II,
yaitu mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia, memonitor
tingkat kemandirian, mengidentifikasi alat bantu kebersihan diri, berpakaian,
40

berhias, dan makan, mendampingi dalam melakukan perawatan diri sampai


mandiri, menganjurkan keluarga membantu aktivitas klien, memasilitasi
kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri.
Pada pelaksanaan diagnose ke III yaitu, memonitor tanda dan gejala infeksi,
mempertahankan lingkungan aseptik selama perawatan luka (mis. Menggunakan
APD saat melakukan perawatan luka), mengunakan alat steril saat tindakan
perawatan luka, berkolaborasi pemberian obat meropenem 3x1 g/VI).
Factor pendukung yang mempermudahkan penulis dalam melakukan
tindakan keperwatan adalah klien yang mau berinteraksi dan kooperatif dan tidak
di temukan faktor penghambat dalam tindakan keperawatan.

4.5 Evaluasi Keperawatan.


Evaluasi merupakan tahap akhir dalam memberikan asuhan keperawatan
yang bertujuan untuk menilai keberhasilan dari tindakan keperawatan. Maka
penulis menggunakan pendokumentasian dalam bentuk catatan keperawatan
berupa respon hasil setiap tindakan yang dilakukan dan evaluasi akhir yang
berupa catatan perkembangan (SOAP) berdasarkan hasil evaluasi pada Ny. R :
diagnosa pertama dan diagnosa kedua belum teratasi karena keterbatasan waktu
jadwal dinas dan jadwal seminar yang sudah di tentukan, untuk mengatasi hal
tersebut mahasiswa meminta bantuan kepada perawat ruangan untuk
meneruskannya.
41

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. (Mubarak, 2008).
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana
individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik.
Individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik
antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang mengalami penurunan
kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomi
akibat perubahan fisiologi (kehilangan fungsi motorik, klien dengan stroke, klien
penggunaa kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi), dan
pembatasan gerakan volunteer (Potter, 2005).
Dari hasil pengkajian Ny.R di dapatkan data-data di antaranya: “Kaki saya
tidak bisa bergerak karena luka di telapak kaki dan daerah paha sampai terasanya
kaku”.
Pada tahap perencanaan dibuat prioritas masalah keperawatan tindakan,
tujuan dan waktu secara spesifik sesuai dengan waktu yang diberikan. Pada kasus
yang menjadi priorotas utama adalah gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan kerusakan integritas tulang, kemudian yang kedua defisit perawatan diri
berhubungan dengan gangguan musculoskeletal, dan di lanjutkan dengan diagnose
yang ketiga risiko infeksi berhubungan dengan penyebab tindakan invasif
(operasi)
Pada diagnosa satu, dua dan tiga semua rencana tindakan keperawatan
sudah dilakukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien.

41
42

Pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.R dikelola sesuai


rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya dengan mandiri serta dengan
berkolaborasi bersama tim medis dan mengikutsertakan keluarga pasien.
Pada tahap evaluasi dari ketiga diagnosa terdapat dua diagnosa yang belum
teratasi, hal ini karena faktor pendukung dari klien, keluarga klien, dan perawat
ruangan.

5.1 Saran
5.1.2 Untuk Mahasiswa
Diharapkan dapat memanfaatkan waktu yang telah diberikan dengan efektif
dan efisien untuk melakukan asuhan keperawatan. Mahasiswa/i juga diharapkan
secara aktif untuk membaca dan meningkatkan keterampilan seta menguasai
kasus yang diambil untuk mendapatkan hasil asuhan keperawatan yang
komprehensif.
5.2.2 Untuk perawat ruangan
Diharapkan perawat dapat memberikan informasi secara langsung kepada
klien dan keluarga tentang tanda dan gejala, serta tindakan keperawatan pada
klien dengan gangguan mobilitas fisik. Perawat juga diharapkan dapat bekerja
sama dengan keluarga dalam memonitor perkembangan klien. Perawat juga
diharapkan agar dapat lebih melengkapi format pengkajian dan pendokumentasian
keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai