DI SUSUN OLEH
NIM : P.1911153
KELAS :C
PASAPUA AMBON
2022
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.................................................................................
HALAMAN JUDUL....................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
DAFTAR TABEL.......................................................................................
DAFTAR LAMPIRANi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................
C. Tujuan Penelitian.......................................................................
1. Tujuan Umum.......................................................................
2. Tujuan Khusus.....................................................................
D. Manfaat Penelitian.....................................................................
1. Manfaat Teoritis....................................................................
2. Manfaat Aplikatif...................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Hipertensi
B. Konsep Umum Tentang Lansia
C. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik
D. Konsep Penyakit Hipertensi
E. Konsep Terapi Relaksasi Autogenik.........................................
F. Nyeri
BAB III DEFINISI OPERASIONAL
A. Definisi Operasional. ................................................................
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian..............................................
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................
C. Populasi.....................................................................................
D. Informan dan Teknik Penentuan Informan................................
E. Instrumen Penelitian..................................................................
F. Sumber Data…………………….................................................
G. Teknik Pengumpulan Data........................................................
H. Analisa Data...............................................................................
I. Etika Penelitian..........................................................................
J. Alur Penelitian............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir perkembangan pada
daur kehidupan manusia yang merupakan suatu proses alami yang
tidak dapat dihindari oleh setiap individu dan mengalami perubahan
perubahan fisiologi maupun psikososial (Annisa, 2017)
Secara global angka kehidupan lansia didunia akan terus
meningkat.Proporsi penduduk lansia didunia pada tahun 2019
mencapai 13,4% pada tahun 2050 diperkirakan meningkat menjadi
25,3% dan pada tahun 20100 diperkirakan menjadi 35,1% dari total
penduduk (WHO 2019). Hipertensi menjadi salah satu penyakit
penyebab utama kematian di dunia berdasarkan estimasi world health
oragnization (who) menunjukan prevelensi hipertensi sebesar 22% dari
total penduduk dunia. Prevalensi hipertensi tertinggi didunia berada di
wilayah afrika sebesar 27% sedangkan asia tenggara berada di posisi
ketiga sebesar 25% terhadap total penduduk (WHO, 2019).
Berdasarkan data di indonesia jumlah lansia pada tahun 2020
diperkirakan berjumlah 80.000.000 jiwa. Pada lansia terdapat
perubahan pada masa menua dengan perubahan pada sistem tubuh
terhadap penyakit yaitu penyakit hipertensi .Berdasarkan data
kemenkes RI 2017,jumlah kasus hipertensi di Indonesia berjumlah
kasus terbanyak dengan rawat jalan yaitu 80,615 kasus. Sedangkan
data terdapat lansia dengan hipertensi dengan jumlah 79.427 juta jiwa
(Riskesdes 2018) .
Propinsi maluku merupakan salah satu propinsi dengan angka
prevalensi penduduk lansia yaitu sekitar 112.692 jiwa diantaranya laki
laki 51,673 jiwa dan perempuan 61.019 jiwa (Profil Kesehatan propinsi
maluku,2014). Berdasarkan data dari Pusdatin Dinkes Provinsi Maluku
(2021) hipertensi termasuk sepuluh penyakit terbesar di Maluku ini
terlihat pada tiga tahun terahkir. Tahun 2018 hipertensi menduduki
peringkat ke empat sebanyak 14.789 penderita, tahun 2019 hipertensi
menurun menjadi peringkat ke sembilan sebanyak 1.810 penderita dan
pada tahun 2020 hipertensi meningkat menduduki peringkat ke empat
dengan jumlah penderita sebanyak 25.410, penyakit ini sering
ditemukan pada usia lanjut sehingga menyebabkan disabilitas
(Ernawati Hatiwe Mirdat Hitiyalut, R. S, 2021).
Lansia pada umumnya semakin bertambah usia maka semakin
besar pula resiko terjadinya penyakit salah satunya penyakit
hipertensi.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah
tinggi atau hipertensi yaitu faktor umur, jenis kelamin, genetik, nutrisi,
obesitas, olahraga, stres, merokok dan kualitas tidur ( Susilo &
Wulandari, 2011).
Hipertensi disebabkan oleh perubahan struktur pembuluh darah
seperti penyempitan lumen, serta dinding pembuluh darah menjadi
kaku dan elastisitasnya berkurang sehingga meningkatkankan
tekanan darah. (Adam, 2019)
Tekanan darah yang tinggi tidak dapat diabaikan begitu saja kerena
dapat menimbulkan komplikasi. Semakin tinggi tekanan dalam
pembuluh darah, maka semakin keras jantung harus bekerja untuk
memompa darah. Apabila dibiarkan tidak terkendali, hipertensi dapat
menyebabkan serangan jantung, pembesaran jantung dan gagal
jantung. Dalam pembuluh darah dapat terbentuk tonjolan (aneurisma)
dan dapat membentuk thrombus yang dapat menyumbat aliran darah.
Tekanan di dalam pembuluh darah juga dapat menyebabkan darah
bocor keluar ke otak yang menyebabkan 4 terjadinya stroke. Hipertensi
dapat juga menyebabkan gagal ginjal, kebutaan, pecahnya pembuluh
darah dan gangguan kognitif (WHO, 2013).
Meningkatnya angka hipertensi akibat faktor risiko yang tidak
terkontrol dan faktor yang dapat dikontrol seperti peningkatan
pengetahuan kesehatan gejala penyakit, bahkan gejala yang diberikan
disebabkan oleh perubahan perilaku klien setelah pencegahan yang
diberikan dalam terapi relaksasi autogenik dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada lansia (Fatimah, 2010)
Untuk mengontrol ataupun menurunkan tekanan darah secara non
farmakologi dapat di lakukan dengan terapi relaksasi autogenik yakni
dapat membantu individu untuk dapat mengendalikan beberapa fungsi
tubuh seperti tekanan darah freukensi jantung dan aliran darah
meningkatkankan respon rileks dan,menurunkan sters. Efek yang
dirasakan selama terapi relaksasi autogenik adalah seperti tenang,
ringan dan hangat yang menyebar keseluruh tubuh. Hal ini karena
pembuluh darah melebar sehingga darah mengalir secara teratur dan
membuat tekanan darah menjadi menurun serta efek yang
menenangkan emosi (Dwi Novitasari,2017).
Berdasarkan data yang diterima dari puskesmas kolser tahun 2020
jumlah lansia dengan hipertensi berdasarkan usia 60-69 tahun jumlah
laki- laki 8 jiwa dan perempuan 14 jiwa sedangkan usia 70 tahun
berjumlah laki-laki 20 jiwa perempuan 42 jiwa tahun 2021 berdasarkan
usia 60-69 berjumlah laki-laki 8 jiwa perempuan 13 jiwa sedangkan
usia 70 tahun berjumlah laki- laki 10 jiwa dan perempuan berjumlah 10
jiwa sedangkan tahun 2022 bulan januari berdasarkan umur 60-69
tahun berjumlah laki-laki 8 jiwa perempuan 13 jiwa sedangkan
berdasarkan usia 70 tahun berjumlah laki-laki 10 jiwa perempuan 10
jiwa. Menurut wawancara dengan salah satu pasien lansia diohoi loon
biasanya dengan keluhan darah tinggi sering mengkomsumsi obat
yang didapat dari puskesmas dan mengkomsumsi daun daun untuk
penurunan tekanan darah jika berada dirumah.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
mengambil judul studi kasus” Asuhan keperawatan pada lansia
dengan hipertensi dalam upaya pengendalian tekanan darah
untuk terapi relaksasi autogenik di ohoi loon wilayah kerja
puskesmas kolser”.
B .Rumusan Masalah
TINJAUAN PUSTAKA
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan data yang di dapat melalui
observasi, wawancara atau pemeriksaan fisik bahkan melalui
sumber sekunder, maka perawat dapat menegakkan diagnosa
keperawatan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016). Berikut diagnose
keperawatan menurut PPNI (2016).
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera
fisiologis:peningkatan tekanan vaskuler serebral (D.0077)
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol
tidur (D 0055)
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen (D 0056).
4. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan afterload (D 0011).
3. Intervensi keperawatan
Tabel 1 intervensi keperawatan
Hari/
Dx Tujuan Dan Kriteria
Tangg Intervensi
Keperawatan Hasil
al
Nyeri Setelah dilakukan 1.1 Kaji nyeri secara
berhubungan tindakan komprehensif
dengan agen keperawatan …x 24 meliputi lokasi
pencidera jam klien dapat karakteristik durasi
fisiologis: mengontrol nyeri frekuensi kualitas
peningkatan dengan kriteria : intensitas
tekanan 1. Mengenal faktor 1.2 Observasi reaki
vaskuler nyeri nonverbal dan
serebral 2. Tindakan ketidaknyamanan
(D.0077) pertolongan 1.3 Gunakan
nonfarmakologi komunikasi
3. Mengenal tanda terapeutik agar
pencetus nyeri klien dapat
untuk mencari mengekspresikan
pertolongan nyeri
4. Melaporkan 1.4 Ajarkan
nyeri berkurang penggunaan teknik
dengan non farmakologi :
menggunakan teknik relaksasi
manajemen progresif
nyeri 1.5 Berikan analgetik
5. Menyatakan sesuai anjuran
rasa nyaman 1.6 Tentukan lokasi,
setelah nyeri karakteristik,
berkurang kualitas dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
1.7 Cek instruksi dokter
tentang jenis, obat,
dosis dan frekuensi
Gangguan pola setelah dilakukan 2.1 Ciptakan suasana
tidur tindakan lingkungan yang
berhubungan keperawatan …x 24 tenang dan
dengan jam tidak terjadi nyaman
kurangnya gangguan pola tidur 2.2 Beri kesempatan
kontrol tidur dengan kriteria : klien untuk
(D.0055) 1. Jumlah jam istirahat/tidur
tidur dalam Evaluasi tingkat stress
batas normal 6-
8 jam/hari 2.3 Monitor keluhan
2. Tidak nyeri kepala
menunjukkan 2.4 Lengkapi jadwal
perilaku gelisah tidur secara
3. Wajah tidak teratur
pucat dan
konjungtiva
tidak anemis
Intoleransi setelah dilakukan Manajemen Energy
aktivitasb.d tindakan
ketidakseimban keperawatan …x 24 3.1 Tentukan
gan antara jam tidak terjadi keterbatasan klien
suplai dan intoleransi aktifitas terhadap aktifitas
kebutuhan dengan kriteria : 3.2 Tentukan
oksigen 1. Meningkatkan penyebab lain
(D.0056) energy untuk kelelahan
melakukan Observasi asupan
aktifitas sehari- nutrisi sebagai
hari sumber energy
2. Menunjukkan yang adekuat
penurunan 3.3 Observasi
gejala-gejala respons jantung
intoleransi terhadap aktivitas
aktifitas (mis. Takikardia
disritmia,dyspnea,
diaphoresis,
pucat, tekanan
hemodinamik dan
frekuensi
pernafasan)
3.4 Dorong klien
melakukan
aktifitas sebagai
sumber energy
Resiko Setelah dilakukan 4.1 Kaji TTV
penurunan tindakan 4.2 Berikan
curah jantung keperawatan…x 24 lingkungan tenang
d.d perubahan jam tidak terjadi nyaman kurangi
afterload penurunan curah aktivitas batasi
(D.0011) jantung dengan jumlah
kriteria : pengunjung
1. TTV dalam 4.3 Pertahankan
batas normal pembatasan
TD : 120-140 aktivitas seperti
mmHg S: 80-90 istirahat ditempat
mmHg N: 60- tidur/kursi
100x/mnt RR : 4.4 Bantu melakukan
12-24 x/mnt aktivitas
T : 36.5-37.5 perawatan diri
2. Berpartisipasi sesuai kebutuhan
dalam aktivitas
yang
menurunkan TD
3. Mempertahanka
n TD dalam
rentang yang
apat diterima
4. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan adalah merupakan suatu perilaku atau
aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan (SIKI DPP PPNI,
2018).
5. Evaluasi Keperawatan.
Tahap penilaian atau evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan gerontik. Penilaian yang dilakukan dengan
membandingkan kondisi lansia dengan tujuan yang ditetapkan
pada rencana. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan
dengan melibatkan lansia dan tenaga kesehatan laninya (Perry &
Potter 2006).
3. Jenis Hipertensi
Kerusakan vaskuler pembuluh
Perubahan struktur
Penyumbatan pembuluhdarah
vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Resistensi pembuluh darah
Nyeri tengkuk /kepala
Gangguan pola
7. Pencegahan Hipertensi
Menurut Huda & Kusuma H, (2015), dapat dibagi menjadi empat
bagian berdasarkan pencegahan hipertensi.
a. Penurunan berat badan
b. Olahraga
c. Periksa diri Anda secara teratur jika Anda menderita hipertensi
herediter
8. Pemeriksaan Penujang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hb/Ht untuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume
cairan (viscosito) dan dapat mengindikasi factor resiko Seperti
hipikoagulabilitas anemia.
b. BUN/Kreatinin memberikan informasi tentang perfusi /fungsi
ginjal.
c. Glukosa Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah,protein,glukosa, mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan adanya DM.
e. CT Scan menkaji adanya tumor cerebral encelopati.
f. Photo dada menunjukan destrukis klasifikasi pada area katup
pembesaran jantung (Huda Nurarif & Kusuma H,(2015).
9. Penatalaksanaa Hipertensi
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah
140/90mmhg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi
akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite
Dokter AhliHipertensi (Joint National Committee On
Detection,Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure,Usa,1998). Menyimpulkan bahwaobat diuretika,penyekat
beta,antagonis kalsium atau penghambat ACE dapat digunakan
sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penyakit dan penyakit lain yang ada pada penderita
(Ardiansyah,M.2012).
b. Terapi tanpa obaat
Terapi tanpa obat digunakan Tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai Tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah
1. Restriksi garam secara moderat daro 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3. Penurunan berat badan
4. Penurunan asupan etanol
5. Menghentikan merokok.
c. Latihan fisik
Latihan fisik atau olaharaga yang teratur dan terarah yang
dianjurkkan utnuk penderita hipertensi adalah olahraga yang
mempunyai empat prinsip yaitu Macam olahraga yaitu isotomis
dan dinamis seperti lari jogging bersepada berenang dan lain lain.
d. Relaksasi autogenik
Untuk mengontrol ataupun menurunkan tekanan darah secara
nonfarmakologi dapat di lakukan dengan tindakan latihan seperti
menurunkan tekanan darah tinggi dengan melakukan teknik
relaksasi seperti yoga sentuhan terapi meditasi terapi bekam dan
tindakan autogenik.
F. Nyeri
1. Definisi nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan yang bersifat sangat subyektif, karena perasaan
nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal sekala atau tingkatannya
dan hanya orang tersebut yang bisa menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialami.Nyeri muncul atau datangnya sangat
berkaitan erat dengan reseptor dan rangsangan. Reseptor nyeri
adalah nociceptor yangmmerupakan ujung-ujung saraf (sinaps)
sangat bebas yang memilikisedikit mielin yang tersebar pada kulit
dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati
dan kantong empedu (Rochimah, 2011)
2. Jenis-jenis nyeri
Menurut (Rochimah, 2011) nyeri secara umum dibagi menjadi dua
yaitu :
a. Nyeri akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan
cepat menghilang,tidak melebihi enam bulan ,serta ditandai
dengan dengan adanya peningkatan tekanan otot.
b. Nyeri kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan
biasanya berlangsung cukup lama yaitu lebih dari enam bulan.
Yang termasuk dalam kategori nyeri akut adalah nyeri terminal
sindrom nyeri akut dan nyeri psikosomatis.
c. Tanda dan gejala nyeri akut
Menurut (PPNI 2016) dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia tanda dan gejala nyeri akut dibagi menjadi Tanda dua
yaitu:
1. Tanda Gejala mayor
a. Subyektif Klien mengeluh nyeri
b. Objektif Klien tampak meringis, klien bersikap protektif
( misalnya waspada posisi menghindari nyeri) klien tampak
gelisah frekuensi nadi klien meningkat sulit tidur.
2. Tanda dan gejala minor
a. Subjektif
b. Objektif Tekanan darah klien meningkat, pola nafas klien
berubah, nafsu makan klien berubah, proses berpikir
terganggu. Penyebab nyeri akut dalam buku standar
diagnosis keperawatan (PPNI 2016) penyebab dari nyeri
akut adalah Agen pencedraan fisiologis (misalnya inflamasi ,
iskemia, neoplasma).
3. Agen pencederaaan kimiawi (misalnya terbakar bahan kimia
iritan)
4. Agen pencederaan fisik ( misalnya abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat,prosedur oprasi, trauma, lahitan
fisik berlebihan).
4. Dampak dari nyeri terhadap hal-hal yang lebih spesifik seperti pola
tidur terganggu, selera makan berkurang ,aktivitas keseharian
terganggu, hubungan dengan sesame manusia lebih mudah
tersinggung, atau bahkan terhadap mood (sering menangis dan
marah), kesulitan berkonsentrasi pada pekerjaan atau pembicaraan
dan sebagainya (Setiyohadi,dkk, 2006)
5. Penilaian Nyeri
Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan
terapi nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan keteranagan
pasien digunakan untuk menilai derajat nyeri. Intensitas nyeri harus
dinilai sedini mungkin selama pasien dapat berkomunikasi
menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan. Penilaian terhadap
intensitas nyeri dapat menggunakan beberapa skala yaitu (W. I.
Mubarak Indrawati & Susanto 2015).
a. Skala Nyeri Deskripti
Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat
keparahan nyeri yang objektif. Skala ini juga disebut sebagai
skala pendeskripsian verbal / Verbal Descriptor Scale (VDS)
merupakan garis yang terdiri tiga sampai lima kata pendeskripsian
yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis.
Pendeskripsian ini mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tak
tertahankan”,dan pasien diminta untuk menunjukkan keadaan
yang sesuai dengan keadaan nyeri saat ini (W. I. Mubarak et al.,
2015).
Gambar 1. Skala Nyeri Deskriptif( W.I.Mubarak et al., 2015).
A. Definisi Operasional
1. Kriteria inklusi
Kriteria inkulasi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo,2010). Kriteria inkulasi dalam penelitian ini yaitu:
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini yaitu:
a. Lansia yang mengalami hipertensi telah setujui menjadi subjek
peneliti tetapi menolak untuk intervensi
b. Lansia yang bersedia menjadi responden tetapi menolak
memberikan informasi.
E. Instrumen Penilitian
Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan instrument yaitu lembar
pengkajian dan lembar observasi yang digunakan oleh penelitian . Data
yang diperoleh dari suatu pengukuran kemudian dianalisis dan
dijadikan sebagai bukti (evidence) dari suatu penelitian.
F. Sumber Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah sebagai
berikut dengan menggunakan metode proses asuhan keperawatan.
1. Data primer
a. Wawancara yaitu proses tanya jawab antara peneliti dengan
pasien atau keluarga
b. Observasi proses pengamatan langsung peneliti terhadap
kondisi pasien
c. Pemeriksaan fisik,proses langsung peneliti memeriksa tubuh
pasien
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari medis catatan
keperawatan dan data penunjang lainnya.
Dokumentasi adalah mencari dan menggumpulkan
datamengenai hal-hal yang berupa catatan ranskip buku surat
kabar majalah notulen rapot agenda dan sebagainya Pada studi
kasus ini pendokumentasian diperoleh dari asuhan keperawatan
yang akan dilaksanakan (Notoatmodjo,2010).
G. Analisa Data
1. Analisa data
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan cara mengukur
secara sistematis pedoman pengkajian selanjutnya memproses data
dengan dengan tahapan pengkajian Analisa data diagnose
keperawatan intervensi keperawatan implementasi keperawatan dan
evaluasi.
2. Penyajian data
Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk laporan asuhan
keperawatan secara Sistematis dari pengkajian diagnose intervensi
implementasi dan evaluasi.
H. Etika Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2010) masalah etika keperawatan merupakan
masalah yang sangat penting dalam penelitian karena penelitian
keperawatan berhubungan langsung dengan manusia dan perlu
mempertimbangkan aspek penelitian.
Masalah etika harus diperhatikan antara lain sebagai berikut :
Aji, S. B., Armiyati, Y., & SN, S. A. (2015). Efektifitas antara Relaksasi
Autogenik dan Slow Deep Breathing Relaxation Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Orif di RSUD Ambarawa.
Karya Ilmiah.