Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI


DALAM UPAYA PENGENDALIAN TEKANAN DARAH UNTUK TERAPI
RELAKSASI AUTOGENIK DI OHOI LOON WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KOLSER”.

DI SUSUN OLEH

NAMA : MARYAM KULAPUPIN

NIM : P.1911153

KELAS :C

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PASAPUA AMBON

2022
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL.................................................................................
HALAMAN JUDUL....................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
DAFTAR TABEL.......................................................................................
DAFTAR LAMPIRANi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................
C. Tujuan Penelitian.......................................................................
1. Tujuan Umum.......................................................................
2. Tujuan Khusus.....................................................................
D. Manfaat Penelitian.....................................................................
1. Manfaat Teoritis....................................................................
2. Manfaat Aplikatif...................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Hipertensi
B. Konsep Umum Tentang Lansia
C. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik
D. Konsep Penyakit Hipertensi
E. Konsep Terapi Relaksasi Autogenik.........................................
F. Nyeri
BAB III DEFINISI OPERASIONAL
A. Definisi Operasional. ................................................................
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian..............................................
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................
C. Populasi.....................................................................................
D. Informan dan Teknik Penentuan Informan................................
E. Instrumen Penelitian..................................................................
F. Sumber Data…………………….................................................
G. Teknik Pengumpulan Data........................................................
H. Analisa Data...............................................................................
I. Etika Penelitian..........................................................................
J. Alur Penelitian............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir perkembangan pada
daur kehidupan manusia yang merupakan suatu proses alami yang
tidak dapat dihindari oleh setiap individu dan mengalami perubahan
perubahan fisiologi maupun psikososial (Annisa, 2017)
Secara global angka kehidupan lansia didunia akan terus
meningkat.Proporsi penduduk lansia didunia pada tahun 2019
mencapai 13,4% pada tahun 2050 diperkirakan meningkat menjadi
25,3% dan pada tahun 20100 diperkirakan menjadi 35,1% dari total
penduduk (WHO 2019). Hipertensi menjadi salah satu penyakit
penyebab utama kematian di dunia berdasarkan estimasi world health
oragnization (who) menunjukan prevelensi hipertensi sebesar 22% dari
total penduduk dunia. Prevalensi hipertensi tertinggi didunia berada di
wilayah afrika sebesar 27% sedangkan asia tenggara berada di posisi
ketiga sebesar 25% terhadap total penduduk (WHO, 2019).
Berdasarkan data di indonesia jumlah lansia pada tahun 2020
diperkirakan berjumlah 80.000.000 jiwa. Pada lansia terdapat
perubahan pada masa menua dengan perubahan pada sistem tubuh
terhadap penyakit yaitu penyakit hipertensi .Berdasarkan data
kemenkes RI 2017,jumlah kasus hipertensi di Indonesia berjumlah
kasus terbanyak dengan rawat jalan yaitu 80,615 kasus. Sedangkan
data terdapat lansia dengan hipertensi dengan jumlah 79.427 juta jiwa
(Riskesdes 2018) .
Propinsi maluku merupakan salah satu propinsi dengan angka
prevalensi penduduk lansia yaitu sekitar 112.692 jiwa diantaranya laki
laki 51,673 jiwa dan perempuan 61.019 jiwa (Profil Kesehatan propinsi
maluku,2014). Berdasarkan data dari Pusdatin Dinkes Provinsi Maluku
(2021) hipertensi termasuk sepuluh penyakit terbesar di Maluku ini
terlihat pada tiga tahun terahkir. Tahun 2018 hipertensi menduduki
peringkat ke empat sebanyak 14.789 penderita, tahun 2019 hipertensi
menurun menjadi peringkat ke sembilan sebanyak 1.810 penderita dan
pada tahun 2020 hipertensi meningkat menduduki peringkat ke empat
dengan jumlah penderita sebanyak 25.410, penyakit ini sering
ditemukan pada usia lanjut sehingga menyebabkan disabilitas
(Ernawati Hatiwe Mirdat Hitiyalut, R. S, 2021).
Lansia pada umumnya semakin bertambah usia maka semakin
besar pula resiko terjadinya penyakit salah satunya penyakit
hipertensi.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah
tinggi atau hipertensi yaitu faktor umur, jenis kelamin, genetik, nutrisi,
obesitas, olahraga, stres, merokok dan kualitas tidur ( Susilo &
Wulandari, 2011).
Hipertensi disebabkan oleh perubahan struktur pembuluh darah
seperti penyempitan lumen, serta dinding pembuluh darah menjadi
kaku dan elastisitasnya berkurang sehingga meningkatkankan
tekanan darah. (Adam, 2019)
Tekanan darah yang tinggi tidak dapat diabaikan begitu saja kerena
dapat menimbulkan komplikasi. Semakin tinggi tekanan dalam
pembuluh darah, maka semakin keras jantung harus bekerja untuk
memompa darah. Apabila dibiarkan tidak terkendali, hipertensi dapat
menyebabkan serangan jantung, pembesaran jantung dan gagal
jantung. Dalam pembuluh darah dapat terbentuk tonjolan (aneurisma)
dan dapat membentuk thrombus yang dapat menyumbat aliran darah.
Tekanan di dalam pembuluh darah juga dapat menyebabkan darah
bocor keluar ke otak yang menyebabkan 4 terjadinya stroke. Hipertensi
dapat juga menyebabkan gagal ginjal, kebutaan, pecahnya pembuluh
darah dan gangguan kognitif (WHO, 2013).
Meningkatnya angka hipertensi akibat faktor risiko yang tidak
terkontrol dan faktor yang dapat dikontrol seperti peningkatan
pengetahuan kesehatan gejala penyakit, bahkan gejala yang diberikan
disebabkan oleh perubahan perilaku klien setelah pencegahan yang
diberikan dalam terapi relaksasi autogenik dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada lansia (Fatimah, 2010)
Untuk mengontrol ataupun menurunkan tekanan darah secara non
farmakologi dapat di lakukan dengan terapi relaksasi autogenik yakni
dapat membantu individu untuk dapat mengendalikan beberapa fungsi
tubuh seperti tekanan darah freukensi jantung dan aliran darah
meningkatkankan respon rileks dan,menurunkan sters. Efek yang
dirasakan selama terapi relaksasi autogenik adalah seperti tenang,
ringan dan hangat yang menyebar keseluruh tubuh. Hal ini karena
pembuluh darah melebar sehingga darah mengalir secara teratur dan
membuat tekanan darah menjadi menurun serta efek yang
menenangkan emosi (Dwi Novitasari,2017).
Berdasarkan data yang diterima dari puskesmas kolser tahun 2020
jumlah lansia dengan hipertensi berdasarkan usia 60-69 tahun jumlah
laki- laki 8 jiwa dan perempuan 14 jiwa sedangkan usia 70 tahun
berjumlah laki-laki 20 jiwa perempuan 42 jiwa tahun 2021 berdasarkan
usia 60-69 berjumlah laki-laki 8 jiwa perempuan 13 jiwa sedangkan
usia 70 tahun berjumlah laki- laki 10 jiwa dan perempuan berjumlah 10
jiwa sedangkan tahun 2022 bulan januari berdasarkan umur 60-69
tahun berjumlah laki-laki 8 jiwa perempuan 13 jiwa sedangkan
berdasarkan usia 70 tahun berjumlah laki-laki 10 jiwa perempuan 10
jiwa. Menurut wawancara dengan salah satu pasien lansia diohoi loon
biasanya dengan keluhan darah tinggi sering mengkomsumsi obat
yang didapat dari puskesmas dan mengkomsumsi daun daun untuk
penurunan tekanan darah jika berada dirumah.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
mengambil judul studi kasus” Asuhan keperawatan pada lansia
dengan hipertensi dalam upaya pengendalian tekanan darah
untuk terapi relaksasi autogenik di ohoi loon wilayah kerja
puskesmas kolser”.
B .Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang,maka rumusan penelitian ini


sebagai berikut: bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan
hipertensi dalam upaya pengendalian tekanan darah untuk terapi
relaksasi autogenik di puskesmas kolser?

C. Tujuan Studi Kasus


Tujuan dari kasus ini adalah menggambarkan asuhan keperawatan
pada lansia dengan hipertensi dalam upaya pengendalian tekanan
darah untuk terapi relaksasi autogenik

D. Manfaat Studi Kasus


1. Bagi Lansia
Dapat memberikan manfaat bagi masyarakat terutama bagi lansia
tentang pentingnya mengenal penyakit hipertensi dan pelaksanaan
relaksasi autogenik bagi lansia dengan hipertensi.
2. Bagi Institusi
Untuk menambah informasi dan referensi perpustakaan institusi
Program Studi Keperawatan Tual tentang asuhan keperawatan pada
lansia dengan hipertensi dalam upaya pengendalian tekanan darah
untuk terapi relaksasi autogenik.
3. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman nyata dan menambah wawasan dalam
melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi
dalam upaya pengendalian tekanan darah untuk terapi relaksasi
autogenik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Hipertensi


Keperawatan adalah tindakan dari kegiatan atau proses dalam
praktik keperawatan yang diberikan langsung kepada pasien untuk
memenuhi kebutuhan objektif pasien, mengatasi masalah yang
sedang dihadapi pasien, dan keperawatan adalah: berdasarkan
prinsip. Ilmu Keperawatan (Hidayat, 2008).
1. Pengkajian
Proses pengkajian merupakan upaya untuk mengumpulkan data
yang lengkap dan sistematis yang akan diteliti dan dianalisis
sehingga pasien dapat mengidentifikasi masalah kesehatan dan
perawatan yang dihadapinya secara fisik, mental, sosial dan mental
(Huda Nurarif & Kusuma.H, 2015).
a. Biodata
1. Sebuah. identitas pasien. Meliputi nama, tempat lahir, jenis
kelamin, alamat, agama, riwayat pernikahan, pekerjaan dan
tanggal pendaftaran.
2. Identitas yang bertanggung jawab meliputi nama, usia,
pekerjaan, alamat, dan hubungan pasien
b. Riwayat Kesehatan saat ini
Menurut Huda Nurarif & Kusuma H, (2015), riwayat kesehatan
terdiri dari unsur-unsur berikut:
1. Keluhan utama pasien hipertensi
Merupakan keluhan utama yang dirasakan pasien selama
pemeriksaan. Penderita tekanan darah tinggi biasanya
mengeluh leher tegang, sakit kepala dan pusing.
2. Riwayat kesehatan saat ini
Saat mengambil riwayat penyakit atau riwayat kesehatan,
Anda akan ditanya tentang latar belakang atau hal-hal yang
mempengaruhi atau mendahului keluhan, jenis gejala
(mendadak, lambat, terus menerus atau paroksismal,
intermiten atau terkait waktu).
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Saat mengumpulkan data riwayat penyakit masa lalu dan
riwayat penyakit atau riwayat kesehatan masa lalu,
pertanyaan mungkin diajukan yang mencakup riwayat
penggunaan jenis obat, jumlah dosis, riwayat kesehatan atau
penyakit atau pengalaman masa lalu, atau riwayat rawat inap.
4. Riwayat Kesehatan keluarga
Dengan kata lain, riwayat kesehatan keluarga Riwayat
perolehan data adalah bagaimana riwayat medis atau
keperawatan yang ada dimiliki oleh salah satu anggota,
apakah itu penyakit seperti pasien atau memiliki penyakit
degeneratif lainnya
5. Riwayat psiksologis dan sosial
Penderita tekanan darah tinggi dapat mengalami tingkat
kecemasan yang tinggi.
6. Status sosial ekonomi
Yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan situasi sosial
ekonomi adalah sumber daya keuangan lansia, aktivitas lansia
di mana mereka tinggal, aktivitas organisasi tempat mereka
berpartisipasi, dan bagaimana lansia melihat sekeliling, atau
seberapa sering mereka melanjutkan. Berinteraksi dengan
orang lain.
7. Perubahan mental
Apakah mereka berdoa secara teratur menurut keyakinan
agama mereka, apakah mereka secara teratur berpartisipasi
atau berpartisipasi aktif dalam kegiatan keagamaan, dan
bagaimana orang tua menyelesaikan masalah mereka melalui
doa.
8. Pola persepsi Kesehatan
Pola persepsi kesehatan Mengalami pola, jenis dan frekuensi
diet metabolik, seperti hipertensi, riwayat penyakit keluarga,
penyakit autoimun keluarga, virus, bakteri, dan infeksi parasit,
serta jumlah makanan yang dimakan (makanan tinggi fosfor
(kandungan kalsium) kamu pernah melakukan itu? vitamin
dan protein).
c. Pola aktifitas sehari-hari
1. Pola istirahat dan tidur
Apakah Anda mengalami gangguan tidur kebiasaan tidur per
hari kaku selama satu jam setelah bangun tidur atau nyeri
saat istirahat atau tidur?
2. Pola ekskresi
Apakah ada gangguan defekasi atau defekasi?
3. Pola makan dan minum
Pada pengkajian ini meliputi jenis frekuensi jumlah makanan
yang dikomsumsi (makanan yang banyak mengandung
pospor (zat kapur) vitamin dan protein.
4. Persepsi dan konsep diri
Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku
sendi apakah pasien merasa malu dan minder dengan
penyakitnya.
5. Peran dan hubungan
Bagaimana hubungan dengan keluarga dan apakah ada
perubahan peran pada klien.
6. Seksualitas dan reproduksi
Apakah ada gangguan seksualitas.
7. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap sters
adakah perasaan takut ,cemas akan penyakit yang diderita.
d. Pemeriksaan fisik antara lain:
Menurut Huda Nurarif (2015), pemeriksaan fisik lansia penderita
hipertensi adalah sebagai berikut:
1. Keadaan umum menunjukkan keadaan umum pasien akibat
penyakit atau keadaan yang dirasakan pasien, dan
pemeriksa melihat atau menilai secara langsung.
2. Tanda-tanda vital adalah penggukuran tanda-tanda fungsi
tubuh yang paling dasar.Tanda-tanda vital antara lain:
a. Tekanan darah yaitu kekuatan yang mendorong darah
terhadap dinding arteri .Tekanan di tentukan oleh
kekuatan dan jumlah darah yang dipompa dan ukuran
serta fleksibilitas dari arteri yang diukur dengan alat
pengukur tekanan darah (tensimeter) dan steteskop.
b. Nadi yaitu denyut nadi yang teraba pada dinding
pembuluh darah arteri yang berdasarkan systole dan
diastole dari jantung. Denyut nadi adalah jumlah denyut
jantung atau berapa kali jantung berdetak per menit.
c. Suhu yaitu derajat panas yang dihasilkan oleh tubuh
manusia sebagai keseimbangan pembakaran dalam tubuh
dengan pengeluaran panas melalui keringat, pernapasan,
sisa-sisa pembuangan dan penyinaran, hantaran dan
vonvection
d. Pernapasan merupakan pemeriksaan yang sering
dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan
pengeluaran karbondioksida antara lain frekuensi, irama
kedalaman dan tipe atau pola atau pola pernapasan.
3. Sistem pendengaran
Apakah ada gangguan pada pendengaran membrane timfan
mengalami atrofi terjadi pengumpulan dan pengerasan
serumen.
4. Sistem penglihatan
Timbul sclerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respon
terhadap sinar, kornea lebih berbentuk seperti bola ( sferis)
lensa lebih suram dapat menyebabkan katarak,
menigkatnya ambang pengamatan sinar dan daya adaptasi
terhadap kegelapan menjadi lebih lambat dan sulit untuk
melihat dalam keadaan gelap.
5. Sistem kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal
dan menjadi kaku,kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun hal ini
menyebabkan menurunya kontrasi dan volumenya.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, sering
terjadi postural hipotensi, tekanan darah meningkat
diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh
darah perifer.
6. Sistem pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh menurun secara fisiologi ± 35 c hal ini
diakibatkan oleh metabolisme yang menurun, keterbatasan
refleks mengigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem pernapasan
Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi
kaku, menurunnya aktifitas dari silia,paru-paru kehilangan
elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat menarik
napas lebih berat kapasitas pernapasan maksimal menurun
dan kedalaman bernapas menurun.
8. Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi indra pengecap mengalami penurunan,
esofagus melebar sensivitas akan rasa lapar menurun,
peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi fungsi
absorbs menurun hati (liver) semakin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpangan serta berkurangnya
suplai berkurangnya suplai aliran darah.
9. Sistem genitourinaria
Aliran darah ke ginjal menurun hingga 50% fungsi tubulus
berkurang berakibat pada penurunan kemampuan ginjal
untuk mengonsentrasikan urine. Otot otot kandung kemih
(vesica urinaria) melemah kapasitasnya menurun hingga
200ml dan menyebabkan frekuensi buang air kecil
meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan sehingga
meningkatkan retensi urine.
10. Sistem endokrin
Menurunnya produksi ACTH TSH FSH dan LH aktifitas tiroid
basal metaboric rate (BMR) daya pertukaran gas produksi
aldosterone serta sekresi hormone kelamin seperti
progesterone estrogen dan testosterone.
11. Sistem integument
Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan
lemak,permukaan kulit kasar dan berisik,menurunnya
respon terhadap trouma,mekanisme proteksi kulit kepala
dan rambut menipis serta berwarna kelabu rambut dalam
hidung dan telinga menebal berkurangnya elastisitas
akibatnya menurunnya cairan dan vaskularisasi
pertumbuhan kuku lebih lambat kuku jari menjadi keras dan
rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti
tanduk kelenjar keringkat berkurang jumlahnya dan
fungsinya kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
12. Sistem musculoskelektal
Tulang kehilangan kepadatannya dan semakin rapuh kifosis
persensian membrane dan menjadi kaku tendon mengkerut
dan mengalami sclerosis atrofi serabut otot sehingga gerak
seseorang menjadi lembut otot-otot kram dan menjadi
tremor.
e. Pengkajian Khusus Pada Lansia Pengkajian Status Fungsional
Pengkajian Status Kognitif
1. Pengkajian Status Fungsional dengan pemeriksaan Index
Katz
Katz Indekz merupakan sebuah alat ukur bagi perawat
untuk dapat melihat status fungsi pada klien lanjut usia
dengan mengukur kemampuan mereka untuk melakukan
aktifitas sehari hari dapat juga meramalkan prognosis dari
berbagai macam penyakit pada lansia. Tujuannya untuk
mengukur kemampuan pasien dalam melakukan enam
kemampuan fungsi bathing dressing toileting transferring
continence feding maintenance continence (Ritonga,2018).
2. Pengkajian status kognitif
SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire)
adalah penilaian fungsi intelektual lansia Pengkajian
gerontik (Short Portable Mental Status Questionaire)
SPMSQ merupakan instrument pengkajian sederhana
yang digunakan untuk menilai fungsi intelektual maupun
mental dari lansia. Pemeriksaan status mental meliputi
pengkajian pada tingkat kesadaran perhatian ketrampilan
bahasa ketrampilan menghitung dan menulis kemampuan
kontruksional. Terdiri dari 10 pertanyaan tentang orientasi
riwayat pribadi memori dalam hubungannya dengan
kemampuan perawatan diri memori jauh dan dan
kemampuan matermatis (Padila 2013).
3. Pemeriksaan MMSE (Mini mental stateexamination)
MMSE adalah tes yang berlangsung selama 10 menit
mencakup bahasa, memori dan kalkulasi. Nilai maksimal
30 poin dengan pertanyaan-pertanyaan mencakup
orientasi waktu (5 poin) orientasi tempat (5 poin) registrasi
(3 poin) perhatian (5 poin) mengingat kembali (3 poin)
bahasa (2poin) repetisi (1 poin) kemampuan mengikuti
instruksi yang kompleks (3 poin). Jika seseorang memiliki
nilai MMSE di bawah 24, maka kemungkinan orang
tersebut menderita demensia atau paling tidak mengalami
penurunan fungsi kognitif (Wibowo dkk. 2015).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan data yang di dapat melalui
observasi, wawancara atau pemeriksaan fisik bahkan melalui
sumber sekunder, maka perawat dapat menegakkan diagnosa
keperawatan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016). Berikut diagnose
keperawatan menurut PPNI (2016).
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera
fisiologis:peningkatan tekanan vaskuler serebral (D.0077)
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol
tidur (D 0055)
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen (D 0056).
4. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan afterload (D 0011).

3. Intervensi keperawatan
Tabel 1 intervensi keperawatan

Hari/
Dx Tujuan Dan Kriteria
Tangg Intervensi
Keperawatan Hasil
al
Nyeri Setelah dilakukan 1.1 Kaji nyeri secara
berhubungan tindakan komprehensif
dengan agen keperawatan …x 24 meliputi lokasi
pencidera jam klien dapat karakteristik durasi
fisiologis: mengontrol nyeri frekuensi kualitas
peningkatan dengan kriteria : intensitas
tekanan 1. Mengenal faktor 1.2 Observasi reaki
vaskuler nyeri nonverbal dan
serebral 2. Tindakan ketidaknyamanan
(D.0077) pertolongan 1.3 Gunakan
nonfarmakologi komunikasi
3. Mengenal tanda terapeutik agar
pencetus nyeri klien dapat
untuk mencari mengekspresikan
pertolongan nyeri
4. Melaporkan 1.4 Ajarkan
nyeri berkurang penggunaan teknik
dengan non farmakologi :
menggunakan teknik relaksasi
manajemen progresif
nyeri 1.5 Berikan analgetik
5. Menyatakan sesuai anjuran
rasa nyaman 1.6 Tentukan lokasi,
setelah nyeri karakteristik,
berkurang kualitas dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
1.7 Cek instruksi dokter
tentang jenis, obat,
dosis dan frekuensi
Gangguan pola setelah dilakukan 2.1 Ciptakan suasana
tidur tindakan lingkungan yang
berhubungan keperawatan …x 24 tenang dan
dengan jam tidak terjadi nyaman
kurangnya gangguan pola tidur 2.2 Beri kesempatan
kontrol tidur dengan kriteria : klien untuk
(D.0055) 1. Jumlah jam istirahat/tidur
tidur dalam Evaluasi tingkat stress
batas normal 6-
8 jam/hari 2.3 Monitor keluhan
2. Tidak nyeri kepala
menunjukkan 2.4 Lengkapi jadwal
perilaku gelisah tidur secara
3. Wajah tidak teratur
pucat dan
konjungtiva
tidak anemis
Intoleransi setelah dilakukan Manajemen Energy
aktivitasb.d tindakan
ketidakseimban keperawatan …x 24 3.1 Tentukan
gan antara jam tidak terjadi keterbatasan klien
suplai dan intoleransi aktifitas terhadap aktifitas
kebutuhan dengan kriteria : 3.2 Tentukan
oksigen 1. Meningkatkan penyebab lain
(D.0056) energy untuk kelelahan
melakukan Observasi asupan
aktifitas sehari- nutrisi sebagai
hari sumber energy
2. Menunjukkan yang adekuat
penurunan 3.3 Observasi
gejala-gejala respons jantung
intoleransi terhadap aktivitas
aktifitas (mis. Takikardia
disritmia,dyspnea,
diaphoresis,
pucat, tekanan
hemodinamik dan
frekuensi
pernafasan)
3.4 Dorong klien
melakukan
aktifitas sebagai
sumber energy
Resiko Setelah dilakukan 4.1 Kaji TTV
penurunan tindakan 4.2 Berikan
curah jantung keperawatan…x 24 lingkungan tenang
d.d perubahan jam tidak terjadi nyaman kurangi
afterload penurunan curah aktivitas batasi
(D.0011) jantung dengan jumlah
kriteria : pengunjung
1. TTV dalam 4.3 Pertahankan
batas normal pembatasan
TD : 120-140 aktivitas seperti
mmHg S: 80-90 istirahat ditempat
mmHg N: 60- tidur/kursi
100x/mnt RR : 4.4 Bantu melakukan
12-24 x/mnt aktivitas
T : 36.5-37.5 perawatan diri
2. Berpartisipasi sesuai kebutuhan
dalam aktivitas
yang
menurunkan TD
3. Mempertahanka
n TD dalam
rentang yang
apat diterima
4. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan adalah merupakan suatu perilaku atau
aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan (SIKI DPP PPNI,
2018).
5. Evaluasi Keperawatan.
Tahap penilaian atau evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan gerontik. Penilaian yang dilakukan dengan
membandingkan kondisi lansia dengan tujuan yang ditetapkan
pada rencana. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan
dengan melibatkan lansia dan tenaga kesehatan laninya (Perry &
Potter 2006).

B. Konsep Umum Tentang Lansia


1. Definisi
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses biologis yang tidak
dapat dihindari. Proses penuaan terjadi secara alamiah. Hal ini dapat
menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis
(Mustika, 2019).

2. Batasan Batasan Umur lansia


Batasan usia menurut WHO (2013), :
a. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.
b. Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.
c. Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
d. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.
e. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90
tahun.
Sedangkan Batasan umur lansia menurut Kementerian Kesehatan RI
(2015) Lanjut usia dikelompokan menjadi usia lanjut (60-69 tahun)
dan usia lanjut denganrisiko tinggi (lebih dari 70 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan).
3. Perubahan - perubahan yang terjadi pada Lansia
Seiring bertambahnya usia manusia, terjadi proses penuaan
degeneratif dimana tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga
perubahan kognitif, emosional, sosial, dan seksual mempengaruhi
perubahan manusia (Azizah dan Lilik M, 2011).
a. Perubahan Fisik
1. Sistem Indra Sistem pendengaran;
Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena
hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2. Sistem Intergumen:
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering
dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi
tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3. Sistem Muskuloskeletal
Dengan bertambahnya usia terdapat penurunan masa tulang
secara linier yang disebabkan kenaikan turn over pada tulang
sehingga tulang lebih porous. Pengurangan ini lebih nyata pada
wanita, tulang yang hilang kurang lebih 0,5 sampai 1% per
tahun dari berat tulang pada wanita pasca menopouse dan
pada pria diatas 80 tahun pengurangan tulang lebih mengenai
bagian trabekula dibanding dengan kortek. Pada pemeriksaan
histologi wanita pasca menopause dengan osteoporosis spinal
hanya mempunyai trabekula kurang dari 14%. Selama
kehidupan, laki-laki kehilangan 20-30% dan wanita 30-40% dari
puncak massa tulang (Nair, 2005).
4. Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah
massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi
sehingga peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi
karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh
penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
5. Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru
bertambah untuk mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara
yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan
terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
6. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata
karena kehilangan gigi, indra pengecapmenurun, rasa lapar
menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin
mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan
berkurangnya aliran darah.
7. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.
Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju
filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
8. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan
atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
9. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada
laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
b. Perubahan Kognitif
Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi
berkurangnya kemampuan meningkat-kan fungsi intelektual,
berkurangnya efisiensi transmisi saraf di otak (menyebabkan
proses informasi melambat dan banyak informasi hilang selama
transmisi), berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi
baru dan mengambil informasi dari memori, serta kemampuan
mengingat kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan
kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi (Setiati
dkk, 2006).
c. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental Pertama-
tama perubahan fisik khususnya organ perasa kesehatan umum
tingkat pendidikan keturunan (hereditas) lingkungan,gangguan
syaraf panca indera timbul kebutaan dan ketulian gangguan
konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan rangkaian dari
kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
famili,hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
d. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan,
hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.
e. Perubahan Psikososial
1. Kesepian Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat
meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan
kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2. Duka cita (Bereavement) Meninggalnya pasangan hidup, teman
dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan
pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut
dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
3. Depresi duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan
kosong, lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang
berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat
disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya
kemampuan adaptasi.
4. Gangguan cemas Dibagi dalam beberapa golongan: fobia,
panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah
trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguangangguan
tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi,
efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari
suatu obat.
5. Parafrenia Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai
dengan waham (curiga), lansia sering merasa tetangganya
mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya.
Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau
menarik diri dari kegiatan sosial.
6. Sindroma Diogenes Suatu kelainan dimana lansia
menunjukkan penampilan perilaku sangat mengganggu.
Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main
dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan
tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut
dapat terulang kembali.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik
1. Definisi Pengkajian Keperawatan Lansia
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan
peninjauan situasi lansia untuk memperoleh data dengan maksud
menegaskan situasi penyakit, diagnosis masalah penetapan
kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang
dikumpulkan mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi
data bio, psiko, sosial, dan spiritual data yang berhubungan dengan
masalah lansia serta data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan lansia seperti
data tentang keluarga dan lingkungan yang ada.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengkajian Pada Lansia
Interelasi (saling keterkaitan) antara aspek fisik dan psikososial:
terjadi penurunan kemampuan mekanisme terhadap stres, masalah
psikis meningkat dan terjadi perubahan pada fisik lansia.
a. Adanya penyakit dan ketidakmampuan status fungsional.
b. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pengkajian yaitu ruang yang
adekuat kebisingan minimal suhu cukup hangat hindari cahaya
langsung posisi duduk yang nyaman dekat dengan kamar mandi
privasi yang mutlak bersikap sabar relaks tidak tergesa gesa beri
kesempatan pada lansia untuk berpikir waspada tanda-tanda
keletihan.
c. Data Perubahan Fisik, Psikologis Dan Psikososial
1. Perubahan Fisik
Pengumpulan data dengan wawancara
a. Pandangan lanjut usia tentang kesehatan
b. Kegiatan yang mampu di lakukan lansia
c. Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri,
d. Kekuatan fisik lanjut usia: otot sendi penglihatan dan
pendengaran
e. Kebiasaan makan minum istirahat/tidur BAB/BAK
f. Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lansia
g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang dirasakan sangat
bermakna
h. Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan
kebiasaan dalam minum obat.
Pengumpulaan data dengan pemeriksaan fisik :
Pemeriksanaan dilakukan dengan cara inspeksi palpilasi
perkusi dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem
tubuh.
1.Pengkajian sistem persyarafan: kesimetrisan raut wajah
tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak,
kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau
melemah
2.Mata:pergerakan mata kejelasan melihat dan ada tidaknya
katarak Pupil kesamaan dilatasi ketajaman penglihatan
menurun karena proses pemenuaan
3.Ketajaman pendengaran: apakah menggunakan alat bantu
dengar tinnitus serumen telinga bagian luar kalau ada
serumen jangan di bersihkan, apakah ada rasa sakit atau
nyeri ditelinga.
4.Sistem kardiovaskuler sirkulasi perifer (warna kehangatan)
auskultasi denyut nadi apical periksa adanya pembengkakan
vena jugularis apakah ada keluhan pusing edema.
5.Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet
anoreksia mual muntah kesulitan mengunyah dan menelan),
keadaan gigi rahang dan rongga mulut auskultasi bising usus
palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon apakah
ada konstipasi (sembelit) diare dan inkontinensia alvi.
6.Sistem genitourinarius: warna dan bau urine distensi
kandung kemih inkontinensia (tidak dapat menahan buang
air kecil) frekuensi tekanan desakan pemasukan dan
pengeluaran cairan. Rasa sakit saat buang air kecil kurang
minat untuk melaksanakan hubungan seks adanya
kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual.
7.Sistem kulit/integumen: kulit (temperatur, tingkat
kelembaban), keutuhan luka luka terbuka robekan
perubahan pigmen adanya jaringan parut keadaan kuku
keadaan rambut apakah ada gangguan-gangguan umum.
8.Sistem musculoskeletal kaku sendi pengecilan otot
mengecilnya tendon gerakan sendi yang tidak adekuat
bergerak dengan atau tanpa bantuan/peralatan keterbatasan
gerak kekuatan otot kemampuan melangkah atau berjalan
kelumpuhan dan bungkuk.
d. Perubahan psikologis data yang dikaji
1. Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan
2. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak
3. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
4. Bagaimana mengatasi stres yang di alami
5. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
6. Apakah lansia sering mengalami kegagalan
7. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
e. Perubahan sosial ekonomi data yang dikaji
1. Dari mana sumber keuangan lansia
2. Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang
3. Dengan siapa dia tinggal
4. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia
5. Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya
6. Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar
rumah
7. Siapa saja yang bisa mengunjungi
8. Seberapa besar ketergantungannya
Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan
fasilitas yang ada.
f. Perubahan spiritual data yang dikaji
1. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya
2. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam
kegiatan keagamaan misalnya pengajian dan penyantunan
anak yatim atau fakir miskin.
3. Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah
dengan berdoa
4. Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.
g. Pengkajian Khusus Pada Lansia Pengkajian Status Fungsional
Pengkajian Status Kognitif
1. Pengkajian Status Fungsional dengan pemeriksaan Index
Katz
Katz Indekz merupaka sebuah alat ukur bagi perawat untuk
dapat melihat status fungsi pada klien lanjut usia dengan
mengukur kemampuan mereka untuk melakukan aktifitas
sehari hari dapat juga meramalkan prognosis dari berbagai
macam penyakit pada lansia. Tujuannya untuk mengukur
kemampuan pasien dalam melakukan enam kemampuan
fungsi bathing dressing toileting transferring continence feding
maintenance continence (Ritonga, 2018).
2. Pengkajian status kognitif
Pengkajian gerontik (Short Portable Mental Status
Questionaire) SPMSQ merupakan instrument pengkajian
sederhana yang digunakan untuk menilai fungsi intelektual
maupun mental dari lansia. Pemeriksaan status mental
meliputi pengkajian pada tingkat kesadaran, perhatian
ketrampilan bahasa, ketrampilan menghitung dan menulis
kemampuan kontruksional. Terdiri dari 10 pertanyaan tentang
orientasi riwayat pribadi memori dalam hubungannya dengan
kemampuan perawatan diri memori jauh dan dan kemampuan
matermatis (Padila 2013).
3. Pemeriksaan MMSE (Mini mental stateexamination)
MMSE adalah tes yang berlangsung selama 10 menit
mencakup bahasa, memori dan kalkulasi. Nilai maksimal 30
poin dengan pertanyaan-pertanyaan mencakup orientasi
waktu (5 poin) orientasi tempat (5 poin) registrasi (3
poin)perhatian (5 poin) mengingat kembali (3 poin) bahasa
(2poin) repetisi (1 poin) kemampuan mengikuti instruksi yang
kompleks (3 poin). Jika seseorang memiliki nilai MMSE di
bawah 24, maka kemungkinan orang tersebut menderita
demensia atau paling tidak mengalami penurunan fungsi
kognitif (Wibowo dkk. 2015).
3. Pengertian Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan gerontik adalah keputusan klinis yang
berfokus pada respon lansia terhadap kondisi kesehatan atau
kerentanan tubuhnya baik lansia sebagai individu, lansia di keluarga
maupun lansia dalam kelompoknya (NANDA, 2015-2017).
4. Pengertian Perencanaan Keperawatan Gerontik
Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses
penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang berguna untuk
untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah
lansia.
5. Pengertian Tindakan Keperawatan Gerontik
Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6. Definisi Evaluasi Keperawatan Gerontik
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan
keperawatan antara dasar tujuan keperawatan yang telah ditetapkan
dengan respon perilaku lansia yang tampilkan. Penilaian dalam
keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana
tindakan yang telah ditentukan, kegiatan ini untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan. Penilaian keperawatan adalah mengukur
keberhasilan dari rencana, dan pelaksanaan tindakan keperawatan
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lansia Craven dan Hirnle
(2000).
D. Konsep Penyakit Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi atau biasa dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah
penyakit kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hamper
tidak konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung
ketika memompa darah. Hipertensi berkaitan dengan meningkatnya
tekanan pada arterial sistemik baik diastolik maupun sistolik atau
keduanya secara terus menerus (Muttaqin 2011).
2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Hipertensi dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini
menurut WHO, 2013 & Hanum,2017.

Tabel 2 klasifikasi hipertensi


Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Rendah Tinggi
Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg)
Optimal <120 <80
Normal 120-140 <85
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat 160-170 100-109
II
Hipertensi derajat ≥180 ≥110
III
Hipertensisistol ≥140 ≥90
terisolasi

3. Jenis Hipertensi

Menurut Muttqain (2011) Berdasarkan penyebab hipertensinya dibagi


menjadi dua golongan yaitu:

a. Hipertensi Primer Esensial


Hipertensi primer yaitu hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya dengan jelas (Ideopatik).Beberapa factor penyebab
diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer
sebagai berikut:
1. Genetik beresiko tinggi terkena hipertensi, pada individu yang
mempunyai Riwayat keluarga dengan hipertensi.
2. Jenis kelamin dan usia laki laki berusia 35-50 tahun dan Wanita
pasca menopause beresiko tinggi terkena hipertensi.
3. Diet komsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubangan dengan berkembangnya hipertensi.
4. Berat badan obesitas (>25% diatas berat badan ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya hipertensi.
5. Gaya hidup merokok dan komsumsi alkohol meningkatkan
tekanan darah , jika tidak mengubah gaya hidup .
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan karena
kerusakan suatu organ. Yang termasuk hipertensi sekunder
seperti: hipertensi jantung hipertensi penyakit ginjal hipertensi
penyakit jantung dan ginjal hipertensi diabetes mellitus dan
hipertensi sekunder lain yang tidak spesifik.
4. Manifestasi Klinis Hipertensi
Menurut Rokhaeni (2001) & Nurhidayat (2015) manisfestasi kliniis
pasien hipertensi yaitu:Mengeluh nyeri ketua,pusing rasa pegal &nir
nyaman dalam tengkuk lemas kelelahan sesak nafas gelisah mual
muntah. Menurut Crowin (2000)&Aspiani(2014) mengungkapkan
bahwa Sebagian akbar adaselesainya mengalami hipertensi
bertahun tahun berupa: Nyeri ketua kadang kadang mual & muntah
dampak peningkatan tekanan vaskuler serebral penglihatan sebagai
kabur lantaran kerusakan retina lantaran hipertensi ayunan Langkah.
5. Patofisiologi
Tekanan arteri adalah produk dari curah jantung (heart output) dan
resistensi perifer total. Curah jantung diperoleh dari isi sekuncup dan
kali denyut jantung (heart rate). Regulasi resistensi perifer
dipertahankan oleh hormon sirkulasi sistem saraf otonom. Empat
sistem kontrol yang menjaga tekanan darah meliputi sistem
baroreseptor arteri, regulasi volume cairan, sistem renin-angiotensin,
dan regulasi vaskular otomatis (Inayah, 2006).
6. Pathway Hipertensi
Penyakit hipertensi ini mempunyai perjalanan penyakit di bawah ini
(Huda nurarif & Kusuma H,(2015)

Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, sters,


kurang olahraga, genetic, kosentrasi garam.


Kerusakan vaskuler pembuluh


Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluhdarah


vasokontriksi

Gangguan sirkulasi


Resistensi pembuluh darah


Nyeri tengkuk /kepala


Gangguan pola

7. Pencegahan Hipertensi
Menurut Huda & Kusuma H, (2015), dapat dibagi menjadi empat
bagian berdasarkan pencegahan hipertensi.
a. Penurunan berat badan
b. Olahraga
c. Periksa diri Anda secara teratur jika Anda menderita hipertensi
herediter
8. Pemeriksaan Penujang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hb/Ht untuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume
cairan (viscosito) dan dapat mengindikasi factor resiko Seperti
hipikoagulabilitas anemia.
b. BUN/Kreatinin memberikan informasi tentang perfusi /fungsi
ginjal.
c. Glukosa Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah,protein,glukosa, mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan adanya DM.
e. CT Scan menkaji adanya tumor cerebral encelopati.
f. Photo dada menunjukan destrukis klasifikasi pada area katup
pembesaran jantung (Huda Nurarif & Kusuma H,(2015).
9. Penatalaksanaa Hipertensi
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah
140/90mmhg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi
akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite
Dokter AhliHipertensi (Joint National Committee On
Detection,Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure,Usa,1998). Menyimpulkan bahwaobat diuretika,penyekat
beta,antagonis kalsium atau penghambat ACE dapat digunakan
sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penyakit dan penyakit lain yang ada pada penderita
(Ardiansyah,M.2012).
b. Terapi tanpa obaat
Terapi tanpa obat digunakan Tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai Tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah
1. Restriksi garam secara moderat daro 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3. Penurunan berat badan
4. Penurunan asupan etanol
5. Menghentikan merokok.
c. Latihan fisik
Latihan fisik atau olaharaga yang teratur dan terarah yang
dianjurkkan utnuk penderita hipertensi adalah olahraga yang
mempunyai empat prinsip yaitu Macam olahraga yaitu isotomis
dan dinamis seperti lari jogging bersepada berenang dan lain lain.
d. Relaksasi autogenik
Untuk mengontrol ataupun menurunkan tekanan darah secara
nonfarmakologi dapat di lakukan dengan tindakan latihan seperti
menurunkan tekanan darah tinggi dengan melakukan teknik
relaksasi seperti yoga sentuhan terapi meditasi terapi bekam dan
tindakan autogenik.

E. Konsep Terapi Relaksasi Autogenik


1. Definisi terapi relaksasi autogenic
Relaksasi autogenik merupakan relaksasi yang bersumber dari diri
sendiri berupa kalimat pendek ataupun pikiran yang bisa membuat
pikiran tentram. Relaksai autogenik ini dapat mengendalikan
beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah frekuensi jantung dan
aliran darah pada tekanan darah dan frekuensi nadi segera setelah
perlakuan (Anggraeni D.A. & Sugeng. (2015)
2. Manfaat Teknik Relaksasi Autogenik
Teknik relaksasi memiliki manfaat bagi pikiran kita, salah satunya
untuk meningkatkan gelombang alfa (α) di otak sehingga tercapailah
keadaan rileks, peningkatan konsentrasi serta peningkatan rasa
bugar dalam tubuh (Potter & Perry, 2006).
3. Pengaruh Teknik Relaksasi Autogenik Bagi Tubuh
Terapi relaksasi autogenik yakni dapat membantu individu untuk
dapat mengendalikan beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah
freukensi jantung dan aliran darah meningkatkankan respon rileks
dan,menurunkan sters. Efek yang dirasakan selama terapi relaksasi
autogenik adalah seperti tenang, ringan dan hangat yang menyebar
keseluruh tubuh. Hal ini karena pembuluh darah melebar sehingga
darah mengalir secara teratur dan membuat tekanan darah menjadi
menurun serta efek yang menenangkan emosi(Dwi Novitasari,2017).
4. Tahapan Kerja Teknik Relaksasi Autogenik
Menurut Asmadi (2008) Langkah-langkah latihan relaksasi
autogenic
a. Persiapan
1) Pasien/Klien
2) Alat jika perlu
3) Lingkungan Atur lingkungan senyaman dan setenang mungkin
agar klien/pasien mudah berkonsentrasi/focus
b. Pelaksanaan
1) Tubuh berbaring, kepala disanggah dengan bantal, dan mata
terpejam.
2) Atur napas hingga napas menjadi lebih pelan dan teratur
3) Tarik napas sekuat-kuatnya lalu buang secara perlahan-lahan
4) Fokuskan perhatian pada lengan dan bayangkan kedua lengan
terasa berat.
5) Lakukan hal yang sama pada bahu, punggung, leher, dan kaki.
6) Fokus pada aliran darah di tubuh bayangkan darah mengalir ke
seluruh tubuh ( ulangi enam kali)
7) Tempelkan tangan kanan pada dada kiri dan tangan kiri pada
perut.
8) Fokus pada denyut jantung
9) Fokus pada pernafasan
10) Fokus pada perut
11) Kedua tangan kembali pada posisi awal.
12) Fokus pada kepala
13) Mengakhiri latihan relaksasi autogenik dengan melekatkan
(mengepalkan) lengan bersamaan dengan napas dalam.
Relaksasi autogenik yang dilakukan sebanyak 3 kali memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah
dan kadar gula darah pada klien diabetes melitus tipe 2
dengan hipertensi. Relaksasi autogenik efektif dilakukan
selama 20 menit dan relaksasi autogenik dapat dijadikan
sebagai sumber ketenangan selama sehari .

F. Nyeri
1. Definisi nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan yang bersifat sangat subyektif, karena perasaan
nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal sekala atau tingkatannya
dan hanya orang tersebut yang bisa menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialami.Nyeri muncul atau datangnya sangat
berkaitan erat dengan reseptor dan rangsangan. Reseptor nyeri
adalah nociceptor yangmmerupakan ujung-ujung saraf (sinaps)
sangat bebas yang memilikisedikit mielin yang tersebar pada kulit
dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati
dan kantong empedu (Rochimah, 2011)
2. Jenis-jenis nyeri
Menurut (Rochimah, 2011) nyeri secara umum dibagi menjadi dua
yaitu :
a. Nyeri akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan
cepat menghilang,tidak melebihi enam bulan ,serta ditandai
dengan dengan adanya peningkatan tekanan otot.
b. Nyeri kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan
biasanya berlangsung cukup lama yaitu lebih dari enam bulan.
Yang termasuk dalam kategori nyeri akut adalah nyeri terminal
sindrom nyeri akut dan nyeri psikosomatis.
c. Tanda dan gejala nyeri akut
Menurut (PPNI 2016) dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia tanda dan gejala nyeri akut dibagi menjadi Tanda dua
yaitu:
1. Tanda Gejala mayor
a. Subyektif Klien mengeluh nyeri
b. Objektif Klien tampak meringis, klien bersikap protektif
( misalnya waspada posisi menghindari nyeri) klien tampak
gelisah frekuensi nadi klien meningkat sulit tidur.
2. Tanda dan gejala minor
a. Subjektif
b. Objektif Tekanan darah klien meningkat, pola nafas klien
berubah, nafsu makan klien berubah, proses berpikir
terganggu. Penyebab nyeri akut dalam buku standar
diagnosis keperawatan (PPNI 2016) penyebab dari nyeri
akut adalah Agen pencedraan fisiologis (misalnya inflamasi ,
iskemia, neoplasma).
3. Agen pencederaaan kimiawi (misalnya terbakar bahan kimia
iritan)
4. Agen pencederaan fisik ( misalnya abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat,prosedur oprasi, trauma, lahitan
fisik berlebihan).

3. Cara- cara mengurangi nyeri


Berdasarkan buku Ilmu Keperawatan Dasar ada beberapa cara
mengurangi nyeri (W.I.Mubarak Indrawati & Susanto 2015)
a. Melakukan teknik distraksi
Melakukan teknik distraksi disini yaitu dengan cara mengalihkan
perhatian klien pada hal hal yang lain sehinggga klien akan lupa
tehadap nyeri yang dialami. Distraksi merupakan mengalihkan
perhatian klien ke hal yang lain sehingga dapat menurunkan
kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan meningkatkan toleransi
terhadap nyeri. Teknik distraksi dapat nyeri berdasarkan teori
aktivitas retikular, yaitu menghambat stimulus nyeri sehingga
menyebabkan terhambatnya implus nyeri ke otak (nyeri berkurang
atau dirasakan oleh klien). Contoh teknik distraksi yaitu
mendengarkan musik, menonton TV, membayangkan hal-hal yang
indah sambil menutup mata.
b. Melakukan teknik relaksasi
Melakukan teknik relaksasi metode ini efektif untuk mengurangi
rasa nyeri. Relaksasi yang sempurna dapat mengurangi
ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga dapat
mencegah menghebatnya stimulasi nyeri. Jika seseorang
melakukan relaksasi, puncaknya adalah fisik yang segar dan otak
yang siap menyala lagi.
c. Melakukan pemijatan (masase)
Melakukan pemijatan (masase) yang bertujuan untuk
menstimulasi serabut-serabut yang mentransmisikan sensasi tidak
nyeri memblok atau menurunkan transisi, implus nyeri. Masase
merupakan stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering
dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase tidak spesifik
menstimulasi reseptor yang sama seperti reseptor nyeri tetapi
dapat mempunyai dampak melalui sistem control desenden.
Masase dapat membuat klien lebih nyaman karena masase
membuat relaksasi otot.

4. Dampak dari nyeri terhadap hal-hal yang lebih spesifik seperti pola
tidur terganggu, selera makan berkurang ,aktivitas keseharian
terganggu, hubungan dengan sesame manusia lebih mudah
tersinggung, atau bahkan terhadap mood (sering menangis dan
marah), kesulitan berkonsentrasi pada pekerjaan atau pembicaraan
dan sebagainya (Setiyohadi,dkk, 2006)
5. Penilaian Nyeri
Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan
terapi nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan keteranagan
pasien digunakan untuk menilai derajat nyeri. Intensitas nyeri harus
dinilai sedini mungkin selama pasien dapat berkomunikasi
menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan. Penilaian terhadap
intensitas nyeri dapat menggunakan beberapa skala yaitu (W. I.
Mubarak Indrawati & Susanto 2015).
a. Skala Nyeri Deskripti
Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat
keparahan nyeri yang objektif. Skala ini juga disebut sebagai
skala pendeskripsian verbal / Verbal Descriptor Scale (VDS)
merupakan garis yang terdiri tiga sampai lima kata pendeskripsian
yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis.
Pendeskripsian ini mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tak
tertahankan”,dan pasien diminta untuk menunjukkan keadaan
yang sesuai dengan keadaan nyeri saat ini (W. I. Mubarak et al.,
2015).
Gambar 1. Skala Nyeri Deskriptif( W.I.Mubarak et al., 2015).

b. Numerical Rating Scale (NRS) (Skala numerik angka)


Pasien menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0 10.
Titik 0 berarti tidak nyeri 5 nyeri sedang dan 10 adalah nyeri berat
yang tidak tertahankan. NRS digunakan jika ingin menentukan
berbagai perubahan pada skala nyeri dan juga menilai respon
turunnya nyeri pasien terhadap terapi yang diberikan (W. I.
Mubarak et al., 2015).
Gambar 2. Skala NyeriNumerical Rating Scale (W. I. Mubarak et al.,
2015).
c. Faces Scale (Skala Wajah)

Pasien disuruh melihat skala gambar wajah. Gambar pertama


tidak nyeri (anak tenang) kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih
nyeri dan gambar paling akhir adalah orang dengan ekpresi nyeri
yang sangat berat. Setelah itu pasien disuruh menunjuk gambar
yang cocok dengan nyerinya. Metode ini digunakan untuk pediatri
tetapi juga dapat digunakan pada geriatri dengan gangguan
kognitif (W. I. Mubarak et al., 2015).

Gambar 3. Wong Baker Faces Scale (W. I. Mubarak et al., 2015).


BAB III
DEFINISI OPERASIONAL

A. Definisi Operasional

1. Asuhan keperawatan adalah asuhan yang diberikan bagi pasien


dengan focus pada masalah pada lansia dengan hipertensi di mulai
dari pengkajian sampai dengan evaluasi
2. Lansia adalah klien yang berusia 60-69 tahun yang dijadikan sebagai
sampel penilitian pada saat penelitian
3. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dalam batas normal
dengan sistoliknya ≥ 140 mmhg dan diastolik ≥ 90 mmhg
4. Upaya pengendalian tekanan darah tinggi pada lansia untuk terapi
relaksasi autogenik Efek yang dirasakan selama terapi relaksasi
autogenik adalah seperti tenang, ringan dan hangat yang menyebar
keseluruh tubuh. Hal ini karena pembuluh darah melebar sehingga
darah mengalir secara teratur dan membuat tekanan darah menjadi
menurun serta efek yang menenangkan emosi(Dwi Novitasari,2017).
BAB IV
METODOLOGI PENILITIAN

A. Jenis Dan Pendekatan Penilitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan untuk
menjelaskan atau menjelaskan fenomena (Notoatmodjo,
2010).Penilitian ini dilakukan untuk Mengatahui Asuhan keperawatan
pada lansia dengan hipertensi dalam upaya pengendalian tekanan
darah untuk terapi relaksasi autogenik Ohoi Loon Wilayah Kerja
Puskesmas.
B. Lokasi Dan Waktu Penilitian
1. Tempat penelitian adalah Puskesmas Kolser
2. Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan pada bulan April sampai
bulan Mei
C. Populasi
Subjek studi kasus adalah subjek yang ditujukan untuk diteliti oleh
peneliti atau subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti
(Nursalam,2008).

Subjek dalam penelitian ini sebanyak 2 orang pasien lansia yang


menderita hipertensi dalam relaksasi autogenik untuk penurunan
tekanan darah di ohoi loon.

D. Informan Dan Teknik Pengumpulan Informan


Subjek dalam penelitian ini sebanyak 2 orang pasien lansia yang
menderita hipertensi dalam relaksasi autogenik untuk penurunan
tekanan darah di ohoi loon. Ada 2 kriteria pada subjek studi kasus
dalam penilitian ini yaitu:

1. Kriteria inklusi

Kriteria inkulasi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo,2010). Kriteria inkulasi dalam penelitian ini yaitu:

a. Lansia dengan hipertensi dalam upaya pengendalian tekanan


darah untuk terapi relaksasi autogenik di ohoi loon wilayah kerja
puskesmas kolser
b. Lansia yang sadar dan mampu berkomunikasi dengan benar
c. Mampu membaca dan menulis
d. Bersedia menjadi subjek penelitian

2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini yaitu:
a. Lansia yang mengalami hipertensi telah setujui menjadi subjek
peneliti tetapi menolak untuk intervensi
b. Lansia yang bersedia menjadi responden tetapi menolak
memberikan informasi.
E. Instrumen Penilitian
Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan instrument yaitu lembar
pengkajian dan lembar observasi yang digunakan oleh penelitian . Data
yang diperoleh dari suatu pengukuran kemudian dianalisis dan
dijadikan sebagai bukti (evidence) dari suatu penelitian.
F. Sumber Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah sebagai
berikut dengan menggunakan metode proses asuhan keperawatan.
1. Data primer
a. Wawancara yaitu proses tanya jawab antara peneliti dengan
pasien atau keluarga
b. Observasi proses pengamatan langsung peneliti terhadap
kondisi pasien
c. Pemeriksaan fisik,proses langsung peneliti memeriksa tubuh
pasien
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari medis catatan
keperawatan dan data penunjang lainnya.
Dokumentasi adalah mencari dan menggumpulkan
datamengenai hal-hal yang berupa catatan ranskip buku surat
kabar majalah notulen rapot agenda dan sebagainya Pada studi
kasus ini pendokumentasian diperoleh dari asuhan keperawatan
yang akan dilaksanakan (Notoatmodjo,2010).
G. Analisa Data
1. Analisa data
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan cara mengukur
secara sistematis pedoman pengkajian selanjutnya memproses data
dengan dengan tahapan pengkajian Analisa data diagnose
keperawatan intervensi keperawatan implementasi keperawatan dan
evaluasi.
2. Penyajian data
Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk laporan asuhan
keperawatan secara Sistematis dari pengkajian diagnose intervensi
implementasi dan evaluasi.
H. Etika Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2010) masalah etika keperawatan merupakan
masalah yang sangat penting dalam penelitian karena penelitian
keperawatan berhubungan langsung dengan manusia dan perlu
mempertimbangkan aspek penelitian.
Masalah etika harus diperhatikan antara lain sebagai berikut :

a) Bebas dari penderitaan yaitu penelitian harus dilaksanakan tanpa


mengakibatkan penderitaan kepada subjek ,khususnya jika
menggunakan Tindakan khusus.
b) Bebas dari esploitasi dan partisipasi yaitu subjek harus dihindarkan
dari keadaan yang tidak menguntungkan.
c) Hak untuk ikut maupun tidak ikut menjadi responden yaitu hak untuk
mendapatkan jaminan dari perlakukannya yang diberikan.
d) Informeed consent yaitu hak untuk mendapatkan keadilan serta hak
untuk dijaga kerahasiaannya.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, L. (2019). Determinan hipertensi pada lanjut usia. Jambura Health


and Sport Journal, 82-89.

Aji, S. B., Armiyati, Y., & SN, S. A. (2015). Efektifitas antara Relaksasi
Autogenik dan Slow Deep Breathing Relaxation Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Orif di RSUD Ambarawa.
Karya Ilmiah.

Anggraeni, D.A., & Sugeng. (2015). Relaksasi Autogenik Berpengaruh


Terhadap Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi. Jurnal
Keperawatan. 2 (01) : 51-62

Annisa, D. F. (2017). Pengertian Lansia. Lansia, 93-95.dkk, D. R. (2021).


Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Craven, R.F & Hirnle, C.J. 2000. Fundamental of nursing: Human health
ang function. (4thed.), Philadelphia: Lippincott.
Dwi Novitasari.(2017). Relaksasi autogenik untuk penurunan tekanan
darah tinggi pada lansia dengan hipertensi.

Ernawati Hatiwe Mirdat Hitiyalut, R. S. (2021). Upaya


Peningkatankesehatan Lansia Hipertensi. Jurnal Abadi Masyaraat
Indonesia, 483-490.
Fridawati. (2018). Hipertensi. Di akses pada tanggal 23 Juni 2020. Dalam
situs:https://www.sehatq.com/penyakit/ hipertensi
Fatimah. 2010. Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan Gerontik. Jakarta : TIM.
Huda Nurarif& Kusuma H,Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis .Edisi Revisi Jilid 2.Jogja:Medi Action
HIDAYAT,A.A.(2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta:Salemba Medika
Muttaqin.(2011).Gangguan Kardiovaskuler: Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah.Jakarta:Salemba Medika

Mustika, I. W. (2019). Buku Pedoman Model Asuhan Keperawatan Lansia


Bali Elderly Care (BEC). Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Nair KS, 2005. Aging Muscle. Am J Clin Nutr 2005; 81:953-963.

NANDA, 2014. North American Nursing Diagnosis Association, Nursing


Diagnosis, Definition dan Classification 2015-2017. Pondicherry,
India.

Nursalam. (2008),Konsep Dan Penerapan Metodologi Ilmu


Keperawatan:Jakarta :Info Medika
Notoatmodjo,S.(2010).Metodologi Penilitian Kesehatan:Rineka Cipta

Padila,(2013).Keperawatan Gerontik.1 ed.Yogyakarta:Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai