Disusun Oleh :
ALVINDA MUTIARA RORIMPANDEI
Kelompok 3A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
1. Definisi BBLR
Menurut Saputra (2014), bayi berat lahir rendah ialah berat badan bayi yang lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi atau usia kehamilan.
Berdasarkan Ikatan Dokter Indonesia / IDI (2014), BBLR yaitu bayi berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa maemandang masa gestasi dengan catatan berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. Menurut Hasan & Alatas (2005),
bayi yang berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram dengan batas maksimal 2499
gram.
2. Klasifikasi BBLR
Klasifikasi BBLR dapat dibagi berdasarkan derajatnya dan masa gestasinya.
Berdasarkan derajatnya, BBLR diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, antara lain :
a. Berat bayi lahir rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW) dengan berat lahir 1500
– 2499 gram.
b. Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight (VLBW) dengan
berat badan lahir 1000 – 1499 gram.
c. Berat bayi lahir ekstrem rendah (BBLER) atau extremely low birth weight (ELBW)
dengan berat badan lahir < 1000 gram (Meadow & Newell, 2005).
Berdasarkan masa gestasinya, BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
3. Etiologi BBLR
Etiologi atau penyebab bayi berat lahir rendah maupun usia bayi belum sesuai dengan
masa gestasi sebagai berikut :
1) Komplikasi obstetrik
Meliputi multiple gestation, incompetence, pro (premature rupture of membran) dan
korionitis, pregnancy induce hypertention (PIH), plasenta previa, dan riwayat
kelahiran prematur.
2) Komplikasi medis
Terdiri dari diabetes maternal, hipertensi kronis, dan infeksi traktus urinarius
3) Faktor ibu
a. Penyakit berhubungan dengan toksemia gravidarum, perdarahan antepartum,
trauma fisik dan psikologis, infeksi akut, serta kelainan kardiovaskular.
b. Usia ibu dibawah 20 tahun serta multi gravida dengan jarak kelahiran terlalu
dekat. Usia 26 – 35 tahun, angka kejadian lahirnya bayi berat lahir rendah
(BBLR) terendah.
c. Keadaan sosial ekonomi berpengaruh terhadap timbulnya prematuritas yang
dimana kejadian tinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
disebabkan karena keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
care (ANC) yang kurang memadai.
d. Kondisi ibu saat hamil dipengaruhi oleh peningkatan berat badan ibu yang tidak
adekuat dan ibu yang merokok.
4) Faktor janin
Hidramnion / polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan janin. Komplikasi dari
BBLR yaitu :
a. Sindrom aspirasi mekonium menimbulkan bayi kesulitan dalam bernafas.
b. Hiploglikemi simptomatik biasanya terjadi pada bayi berat lahir rendah berjenis
kelamin laki-laki.
c. Penyakit membran hialin biasanya disebabkan karena surfaktan paru – paru
yang belum terbentuk secara sempurna sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi
mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga
selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum.
e. Hiperbilirubinemia disebabkan karena organ hati mengalami gangguan dalam
pertumbuhannya (Mitayani, 2009).
6. Manifestasi Klinis
Menurut Hasan & Alatas (2005) gejala klinis pada bayi dismaturitas yang dilahirkan
dalam kelahiran preterm, term, dan post term yaitu :
a. Pada preterm terlihat gejala fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala
dismaturitas
b. Pada bayi cukup bulan atau term serta preterm dengan dismaturitas akan muncul
gejala yang khas yaitu “wasting” dan retardasi pertumbuhan.
Bayi dismatur dengan gejala “wasting” atau insufisiensi plasenta terbagi dalam 3 stadium
yaitu :
Stadium pertama
Bayi terlihat kurus dan relatif lebih panjang, kulit longggar, kering seperti perkamen
tetapi belum terdapat noda mekonium.
Stadium kedua
Terdapat tanda stadium pertama disertai warna kehijauan pada kulit, plasenta, dan
umbilikus. Hal ini terjadi karena mekonium tercampur dalam amnion kemudian
mengendap ke dalam kulit, umbilikus, dan plasenta sebagai akibat anoksia
intrauterin.
Stadium ketiga
Terdapat tanda dari stadium kedua ditambah dengan kulit yang berwarna kuning
pada kuku dan tali pusat serta ada tanda anoksia intrauterin yang lama
7. Penatalaksanaan BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) memerlukan penanganan yang tepat untuk mengatasi
masalah-masalah yang terjadi. Penanganan BBLR meliputi hal-hal berikut:
a. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan
bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini diposisikan untuk
memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko mengalami defisiensi
surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan
nafas, merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi,
posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi yang
lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.
Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek edema paru dan retinopathy of
prematurity.
b. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi adalah
pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas pada bayi distress
sangat dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses kompleks yang
melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat
dalam suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi
oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas (1994) suhu aksilar
optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan menurut Sauer dan
Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C – 37,3°C. Menghangatkan dan
mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu
(Kosim Sholeh, 2005) :
- Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan ibunya.
Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain sebagai penggantinya.
- Pemancar pemanas
- Ruangan yang hangat
- Inkubator
c. Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua bayi baru
lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR imunitas seluler dan
humoral masih kurang sehingga sangat rentan denan penyakit. Beberapa hal yang
perlu dilakukan untuk mencegah infeksi antara lain :
- Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan
cuci tangan terlebih dahulu.
- Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara teratur.
Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
- Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang
perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk
memakai alat pelindung seperti masker ataupun sarung tangan untuk mencegah
penularan.
d. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan kalori,
elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm karena
kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai
90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan
kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum
berkembang sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan
cairan.
e. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi terdapat
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai mekanisme
ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan
metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat
diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam pemberian
makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh
usaha memberi makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi
kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan. Toleransi
yang berhubungan dengan kemampuan bayi menyusu harus didasarkan pada
evaluasi status respirasi, denyut jantung, saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi
normal dapat menunjukkan stress dan keletihan.
Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan, dan
bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan saturasi oksigen.
Pada bayi dengan reflek menghisap dan menelan yang kurang, nutrisi dapat
diberikan melalui sonde ke lambung. Kapasitas lambung bayi prematur sangat
terbatas dan mudah mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi
pernafasan. Kapasitas lambung berdasarkan umur dapat diukur sebagai berikut
(Jones, dkk., 2005) :
f. Penghematan energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat energi,
Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang dirawat di dalam
inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya membutuhkan popok atau alas.
Dengan demikian kegiatan melepas dan memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan.
Selain itu, observasi dapat dilakukan tanpa harus membuka pakaian.
Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas bernafas,
minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi tingkat kebisingan lingkungan dan
cahaya yang tidak terlalu terang meningkatkan kenyamanan dan ketenangan
sehingga bayi dapat beristirahat lebih banyak.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm dan menghasilkan
oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan, pola tidur-istirahatnya lebih
teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila
diposisikan telungkup.
PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi sehingga waktu tidur bayi akan
lebih lama dan mengurangi stress pada bayi sehingga mengurangi penggunaan
energi oleh bayi.
g. Stimulasi sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus. Mainan
gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang diletakkan dalam unit
perawatan dapat memberikan stimulasi visual. Suara radio dengan volume rendah,
suara kaset, atau mainan yang bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran.
Rangsangan suara yang paling baik adalah suara dari orang tua atau keluarga,
suara dokter, perawat yang berbicara atau bernyanyi. Memandikan, menggendong,
atau membelai memberikan rangsang sentuhan.
Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK karena
selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan lembut punggung
bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan memperdengarkan suara musik
untuk memberikan stimulasi sensori motorik, pendengaran, dan mencegah periodik
apnea.
8. Komplikasi BBLR
a. Sindrom aspirasi mekonium menimbulkan bayi kesulitan dalam bernafas.
b. Hiploglikemi simptomatik biasanya terjadi pada bayi berat lahir rendah berjenis
kelamin laki-laki.
c. Penyakit membran hialin biasanya disebabkan karena surfaktan paru – paru yang
belum terbentuk secara sempurna sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi
mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu
dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum
e. Hiperbilirubinemia disebabkan karena organ hati mengalami gangguan dalam
pertumbuhannya (Mitayani, 2009).
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas /istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20 jam.
b. Pernafasan
- Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau
persentasi bokong
- Pila nafas diagfragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada
dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan,
mengorok, pernafasan cuping hidung
c. Makanan/cairan
Berat badan rata-rarta 2500-4000 gram: kurang dari 2500 gram menunjukkan
kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan
dehidrasi harus diberi infus. Beri minum dengan tetes ASI/sonde karena reflex
menelan BBLR belum sempurna, kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150
ml/kg BB/hari.
d. Berat badan
Kurang dari 2500 gram
e. Suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan.
f. Integument
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Ketidakefektifan Pola - Respiratory Status: - Airway Management
Nafas Ventilation - Oxygen Therapy
- Respiratory Status: Airway - Vital Sign Monitoring
Patency
- Vital Sign Status
Ketidakefektifan - Respiratory Status: - Airway Suction
Bersihin Jalan Nafas Ventilation - Airway Management
- Respiratory Status: Airway
Patency
- Aspiration Control
Risiko - Hydration - Temperature Regulation
Ketidakseimbangan - Adherence Behavior
Temperatur Tubuh - Immune Status
- Infection Status
- Risk Control
- Risk Detection
Ketidakseimbangan - Nutrition Status - Nutrition Management
Nutrisi Kurang dari - Nutrition Status: Food and - Nutrition Monitoring
Kebutuhan Tubuh Fluid Intake
- Nutrition Status: Nutrient
Intake
- Weight Control
Ketidakefektifan Pola - Breastfeeding Estabilshment: - Breastfeeding
Minum Bayi Infant Assistance
- Knowledge: Breastfeeding
- Breastfeeding Maintenance
Hipotermi - Thermoregulation - Temperature Regulation
- Thermoregulation: Neonate - Vital Sign Monitoring
Resiko Infeksi - Immune Status - Infection Control
- Knowledge: Infection Control - Infection Protection
- Risk Control
Kematangan Neurovaskuler
Kematangan Fisik
Pathway
BBLR
- Pertumbuhan dinding
Ketidakefektifan Penyakit Insufesiensi
dada belum sempurna Paru
Pola Nafas membran hialin pernafasan
- Vaskuler paru imatur
Hasan Rusepno Dr.,Alatas Husein Dr.2005.Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit
Infomedika : Jakarta
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2014. Bayi Berat Lahir Rendah Dalam Standar Pelayanan
Medis Kesehatan Anak. Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia : Jakarta
Manuaba, IBG. 2007. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Penerbit EGC : Jakarta
Pramono Setyo Mochamad, Paramita Astridya. (2015). Pola Kejadian dan Determinan Bayi
Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia tahun 2013. Vol 18 No. 1
Pramono S.M, Muzakkiroh. (2011). Pola Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah dan Faktor Yang
Mempengaruhi di Indonesia tahun 2010. Vol 14 No. 3.