1. Pneumokokus.
2. Haemofilus Influzae.
3. Stapilokokus.
4. Streptokokus.
5. Escherichia Coli.
6. Meningokokus.
7. Salmonella.
Bakteri tersebut diatas dikenal sangat toksik karena dapat
mengakibatkan jaringan cepat rusak dan menghasilkan pustula
sehingga sering disebut penyakitnya dengan meningitis purulenta
(Riyadi, dkk, 2009).
Biasanya mikroorganisme tersebut diatas sampai menginfeksi otak
setelah didahului infeksi pada penyakit lain seperti bronkitis, tosilitis,
pneumonia. Perpindahan tersebut banyak melalui sistem hematogen
(Riyadi, dkk, 2009).
• Meningitis dapat terjadi akut, sub akut atau kronis tergantung etiologi
dan pengobatan awal yang tepat.
Meningitis akut terjadi dalam waktu
beberapa jam sampai beberapa hari, yang
disebabkan oleh bakteri, virus, non infeksi.
• Meningitis bakterial merupakan infeksi sistem saraf pusat (SSP) yang
paling berat dan sering serta masih menjadi masalah kesehatan di
dunia. Angka kematian mencapai 25% di negara maju dan lebih tinggi
lagi di negara berkembang walaupun telah ada terapi antimikroba dan
perawatan intensif yang canggih.
• Meningitis aseptik adalah suatu bentuk kelainan peradangan yang
dapat sembuh sendiri ( self limited ) yang melibatkan leptomening,
tanpa adanya kuman atau jamur. Gejala meningitis ini dapat
menyerupai meningitis virus.
Penyebab paling umum, penyakit meningitis
adalah virus.
a. Meningitis Bakteri
Bakteri haemofilus influenza, nesseria, diplokokus pneumonia,
streptokokus grup A, stapilokokus aurens, eschericia colli, klebsiela dan
pseudomonas adalah bakteri yang paling sering menyebabkan
meningitis. Tubuh berespon terhadap bakteri sebagai tanda benda
asing terjadinya peradangan dengan adanya neutrophil, monosit, dan
limfosit.
b. Meningitis Virus
Meningitis virus atu aseptic meningitis desebabkan oleh virus
gondok, herpes simplek, dan herpes zoster. Pada meningitis virus tidak
ditemukan adanya eksudat seperti yang terjadi pada meningitis bakteri
dan juga tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak.
• Meningitis yang tidak ditangani dengan cepat dan tepat dapat
menyebabkan berbagai komplikasi serius, seperti terjadinya
kerusakan pada otak, gangguan pada memori, gangguan pada
pendengaran, hingga dapat berujung kematian.
Patofisiologi