Anda di halaman 1dari 5

Nama : Augriy Nauli Tampubolon

NIM : P01031221121
Kelas // Prodi : III-C // D-IV Gizi
RINGKASAN BAB III
PERALATAN UNTUK PENILAIAN STATUS GIZI
TOPIK I : ALAT UKUR PERTUMBUHAN LINIER
Pertumbuhan merupakan gabungan dua peristiwa yang terjadi secara bersama-sama
antara pertambahan ukuran sel atau hipertropi dan pertambahan yang terjadi akibat
pembelahan sel atau hyperplasia.
Pertumbuhan linier adalah pertumbuhan yang terjadi pada pertambahan massa tulang.
Pertumbuhan linier ini terjadi sejak bayi dalam kandungan usia 17 tahun untuk perempuan
dan sekitar 20 tahun untuk laki-laki. Karena massa tulang bertambah, tinggi dan berat badan
juga akan bertambah.
Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral yang terdapat di
dalam tubuh. Terdapat beberapa alasan kenapa berat badan digunakan sebagai parameter
antropometri. Alasan tersebut di antaranya adalah perubahan berat badan mudah terlihat
dalam waktu singkat, berat badan dapat menggambarkan status gizi saat ini.
Tinggi badan merupakan parameter antropometri untuk menilai pertumbuhan panjang
atau tinggi badan. Perubahan tinggi badan terjadi dalam waktu yang lama, sehingga sering
disebut akibat masalah gizi kronis.
Lingkar kepala pada bayi dan anak mencerminkan volume intrakranial. Dengan mengukur
LiKa dapat diperoleh :
a) untuk memeriksa keadaan patologi besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala,
misalnya pada kasus hidrosefalus dan mikrosefalus,
b) Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak,
c) Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama.
d) Dalam antropometri gizi rasio lingkar kepala dan lingkar dada menentukan KEP, karena
pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan lingkar dada yang lambat rasio lingkar dada dan
lingkar kepala < 1.
Kendala bahwa di lapangan tidak selalu tersedia alat timbang yang akurat, sehingga
dilakukan pengukuran Lingkar Dada (LiDa) bayi segera setelah dilahirkan, dapat dipakai
sebagai pengganti penimbangan berat lahir untuk deteksi BBLR.
Panjang depa identik dengan tinggi badan orang yang diukur. Perbedaan panjang depa
dengan tinggi badan menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan tulang termasuk
osteoporosis.
TOPIK II : PENGUKURAN MASSA JARINGAN
Pertumbuhan massa jaringan dipengaruhi oleh asupan gizi dari makanan terutama zat
gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Apabila asupan zat makro lebih dari
kebutuhan tubuh, maka zat gizi tersebut akan disimpan dan terjadi pertumbuhan massa
jaringan. Sebaliknya apabila asupan zat makro kurang dari kebutuhan, maka massa jaringan
mengalami katabolisme untuk dipecah menjadi energi memenuhi kebutuhan tubuh.
Pengukuran antropometri untuk menilai pertumbuhan massa jaringan didasarkan pada
komposisi tubuh. Komposisi massa jaringan terdiri dari dua bagian yaitu massa bebas lemak
dan massa lemak. Massa bebas lemak adalah jumlah massa jaringan tubuh di luar lemak
yang terdiri dari air, protein, dan mineral tubuh. Jumlah massa bebas lemak pada individu
yang sehat relatif stabil sejak masa pertumbuhan linier terhenti pada sekitar usia 20 tahun.
Perubahan jumlah massa bebas lemak tubuh akan mengakibatkan gangguan kesehatan,
misal mengalami dehidrasi karena kekurangan cairan tubuh. Massa bebas lemak terdiri dari
air sekitar 72–74%, protein sekitar 20%, dan mineral sekitar 6%. Sedangkan massa lemak
berubah-ubah tergantung timbunan lemak yang ada dalam tubuh, gemuk menunjukkan
cadangan lemak tinggi, sebaliknya kurus menunjukkan cadangan lemak sedikit. Kandungan
lemak berbeda tergantung jenis kelamin, tinggi, dan berat badan. Kandungan lemak pada
wanita cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. Kandungan lemak pada wanita sekitar
26,9%, sedangkan pada laki-laki sekitar 14,7%.
Lingkar Lengan Atas (LLA) berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Seperti BB,
LLA merupakan parameter yang labil dapat berubah-ubah cepat karena baik untuk menilai
status gizi masa kini. Penggunaan LLA sebagai indikator status gizi, di samping digunakan
secara tunggal, juga dalam bentuk kombinasi dengan parameter lainnya seperti LLA/U dan
LLA/TB (Quack Stick).
Ukuran lingkar leher merupakan indikator lemak tubuh bagian atas. Lemak tubuh bagian
atas dapat membantu memprediksi tertentu obesitas yang berhubungan dengan komplikasi
penyakit, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, dan apnea tidur obstruktif.
Lingkar leher dapat menjadi metode pengukuran yang mudah dan murah untuk skrining
individu obesitas.
Lingkar perut dapat menggambarkan adanya timbunan lemak di dalam rongga perut.
Semakin panjang lingkar perut menunjukkan bahwa semakin banyak timbunan lemak di
dalam rongga perut yang dapat memicu timbulnya antara lain penyakit jantung dan diebetes
mellitus. Untuk pria dewasa Indonesia lingar perut normal adalah 92.0 cm dan untuk wanita
80.0 cm.
Rasio lingkar pinggang-pinggul mencerminkan banyaknya lemak dalam perut
menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme, termasuk terhadap insulin dan
meningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak bawah kulit
pada kaki dan tangan.
TOPIK III : ALAT UKUR METODA BIOKIMIA, METODA KLINIS DAN SURVEI KONSUMSI
1. Metode biokimia atau laboratorium adalah metode paling akurat dapat diketahui status zat
besi dalam darah, status gula darah dalam darah, status iodium dalam urin, status vitamain
A dalam plasma darah, dan sebagainya. Specimen atau percontoh yang biasa digunakan
adalah darah, urin, feces, dan lain-lain.
2. Penilaian status gizi secara klinis didasarkan atas perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan asupan zat gizi. Sebagai contoh dapat dilihat pada
jaringan epitel (supravicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral
atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Metode
klinis berguna untuk survei klinis secara cepat atau rapid clinical survey untuk mendeteksi
secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi
3. Survei konsumsi pangan berarti suatu cara atau strategi menentukan status gizi individu
maupun kelompok dengan cara menghitung konsumsi atau asupan zat gizi yang terdapat
pada makanan dan minuman yang dikonsumsi atau yang diasup oleh seseorang. Survei
yang dirancang untuk mendapatkan informasi pangan yang dikonsumsi baik kuantitas
maupun kualitas. Survei konsumsi pangan harus mempertimbangkan faktor selain pangan
dalam pengumpulan datanya, misal faktor budaya, ekonomi, dan faktor lain yang
mempengaruhi konsumsi pangan.
a. Metode penimbangan/Food Weighing
Metode penimbangan/Food Weighing adalah menimbang kuantitas makanan dan minuman
yang dikonsumsi sehari-hari. Makanan dan minuman diukur dengan cara ditimbang sebelum
dikonsumsi, setelah selesai makan ketika masih mentah baik dalam keadaan kotor maupun
sudah bersih. Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas menimbang
dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari.
b. Metode pencatatan/Food Record
Metode pencatatan/Food Record disebut juga food records atau diary records, yang
digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Responden diminta untuk mencatat
semua yang makanan dan minuman setiap kali sebelum dikonsumsi dalam Ukuran Rumah
Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari
berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut.
c. Metode mengingat-ingat/Food Recall 24 jam
Metode mengingat-ingat/Food Recall 24 jam adalah cara pengukuran konsumsi dengan
cara menanyakan kepada responden terhadap makanan dan minuman yang dikonsumsi
selama 24 jam yang lalu. Responden ditanya semua jenis dan kuantitas makanan dan
minuman yang dikonsumsi sejak bangun tidur sampai tidur kembali.
4. Metoda kekerapan mengkonsumsi/Food Frequensi
Metoda kekerapan atau keseringan mengonsumsi/Food frequensi adalah cara mengukur
konsumsi makanan yang dikaitkan dengan suatu kasus atau kelainan yang terkait dengan
konsumsi makanan. Sebagai contoh penelitian tentang kaitan antara konsumsi sayur hijau
dan anemia.
5. Metode Riwayat Makanan/Dietary history
Survei konsumsi metode dietary history dapat menggambarkan pola makan seseorang
dalam waktu yang relatif lama. Selain menggambarkan pola makan juga dapat mengungkap
adanya kesalahan makan, yaitu pola makan yang tidak sesuai dengan prinsip gizi seimbang.
TOPIK IV : PENINGKATAN KUALITAS PENGUKURAN
Alat ukur yang digunakan harus memenuhi persyaratan reliabilitas dan validitas. Alat ukur
yang digunakan harus mempunyai kepercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan,
konsistensi atau reliabilitas. Atau dengan kata lain digunakan beberapa kali menghasilkan
hasil yang rentangnya tidak berjauhan. Alat ukur juga harus sahih, artinya alat tersebut
benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Sebagai contoh mengukur panjang
menggunakan meteran, mengukur berat menggunakan timbangan, mengukur isi atau
volume menggunakan literan.
Validitas Isi, merupakan validitas yang diestimasi melalui pernyataan ahli atau profesional
judgment. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauh mana butir
atau item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau
sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur.
Validitas Konstruk, adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes dapat
mengungkap suatu trait atau konstrak teoretik yang handak diukur. Validitas konstruk sangat
berguna pada tes yang mengukur trait yang hendak dimiliki kriteria eksternal.
Validitas Prediski, sangat penting artinya bila tes dimaksudkan untuk berfungsi sebagai
prediktor bagi performansi di waktu yang akan datang. Situasi yang menghendaki adanya
prediksi performasnsi ini antara lain adalah dala bimbingan karir, dalam seleksi mahasiswa
baru, dalam klasifikasi dan penempatan karyawan dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai