Anda di halaman 1dari 3

Nama : Augriy Nauli Tampubolon

NIM : P01031221121
Kelas // Prodi : III-C // D-IV Gizi
RINGKASAN BAB I
KONSEP PENILAIAN STATUS GIZI
TOPIK I : PENILAIAN STATUS GIZI
1. Status gizi adalah salah satu unsur penting dalam membentuk status kesehatan. Status
gizi (nutritional satus) adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan
zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh. Status gizi sangat dipengaruhi oleh
asupan gizi. Pemanfaatan zat gizi dalam tubuh dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu primer dan
sekunder. Faktor primer adalah keadaan yang mempengaruhi asupan gizi dikarenakan
susunan makanan yang dikonsumsi tidak tepat, sedangkan faktor sekunder adalah zat gizi
tidak mencukupi kebutuhan tubuh karena adanya gangguan pada pemanfaatan zat gizi
dalam tubuh.
2. Menurut UNICEF menyebutkan bahwa kurang gizi disebabkan oleh penyebab langsung
dan penyebab tidak langsung. Yang termasuk penyebab langsung adalah asupan gizi yang
kurang dan infeksi. Sedangkan yang termasuk penyebab tidak langsung adalah kurangnya
ketersediaan makanan di rumah dan pola asuh anak yang jelek serta pelayanan kesehatan
dan lingkungan yang kurang baik. Menurut teori lain menyebutkan bahwa timbulnya
masalah gizi dipengaruhi oleh ketidakseimbangan dari tiga faktor, yaitu pejamu, agen, dan
lingkungan.
3. Akibat dari keadaan gizi kurang adalah pertumbuhan anak terganggu, produksi tenaga
yang kurang, kurangnya daya tahan tubuh, terganggunya kecerdasan dan perilaku.
Sedangkan akibat kelebihan gizi terjadinya kegemukan yang dapat menyebabkan penyakit
degeneratif.
TOPIK II : MASALAH GIZI DI INDONESIA
1. Terdapat lima masalah gizi di Indonesia yaitu masalah kekurangan energi protein (KEP),
masalah anemi gizi, masalah kekurangan vitamin A, masalah gangguan akibat kekurangan
iodium (GAKI) dan masalah kelebihan gizi. Ke-5 masalah tersebut mengakibatkan
rendahnya sumber daya manusia (SDM) bangsa kita.
2. Kekurangan energi protein (KEP) berakibat pada mutu kualitas SDM. Hasil pemantauan
status gizi (PSG) tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah balita yang tergolong sangat kurus
sebesar 3,7% dan balita tergolong kurus sebesar 8,9%. Jumlah anak sekolah dan remaja
yang tergolong sangat kurus sebesar 2,4%, dan sangat kurus sebesar 7,4%. Jumlah balita
yang tergolong sangat pendek sebesar 8,5%, dan pendek sebesar 19,0%. Masalah KEP
diketahui dari lambatnya pertumbuhan tinggi badan anak yang tercermin dari panjang atau
tinggi badan. Anak yang pendek disebabkan oleh asupan gizi yang tidak cukup dalam waktu
yang relatif lama. Anak yang kekurangan asupan gizi sejak lahir sampai balita dipastikan
anak ini mempunyai tinggi badan yang rendah (pendek). Hal ini berakibat pada kecerdasan
otak setelah dewasa, orang yang pendek cenderung kurang cerdas. Orang yang pendek
juga sulit untuk mempunyai prestasi yang baik pada bidang olah raga. Dengan demikian
kekurangan energi protein akan berakibat mutu sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
TOPIK III : KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
1. Pertumbuhan adalah terjadinya perubahan sel tubuh baik dalam bentuk bertambahnya
ukuran atau bertambahnya jumlah sel tubuh. Secara akumulasi perubahan sel ini akan
menghasilkan perubahan ukuran tubuh yang ditunjukkan dengan bertambahnya ukuran fisik,
baik dalam bentuk berat badan, tinggi badan atau tampilan fisik. Pertumbuhan dan
perkembangan anak yang sehat akan berjalan seirama.
2. Selama kehidupan manusia mengalami 2 periode pertumbuhan cepat, yaitu pada periode
balita dan periode remaja. Pada waktu balita, semua jaringan tubuh tumbuh dan bertambah
besar atau panjang. Pada periode ini yang paling penting adalah masa pertumbuhan
jaringan otak. Pada remaja terjadi pertumbuhan cepat yang kedua, terutama terjadi pada
pertumbuhan tinggi badan.
3. Ada 2 jenis pertumbuhan, yaitu pertumbuhan linier dan pertumbuhan massa jaringan.
Pertumbuhan linier adalah pertumbuhan ukuran fisik yang berkaitan bertambah panjang
atau tingginya massa tulang, sedangkan pertumbuhan massa jaringan adalah
bertambahnya jumlah massa otot dan lemak tubuh.

Anda mungkin juga menyukai