Anda di halaman 1dari 10

Paper

“Konsep Penilaian Status Gizi”

Disusun Oleh :

Aristo Kembuan

Nim : 711335120023

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

JURUSAN GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas paper yang berjudul “Konsep Penilaian Status Gizi” ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah “” Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Konsep Penilaian Status Gizi” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
DAFTAR ISI

Cover…………………………………………………………………….........................i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………iii

BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………………4

 Latar Belakang……………………………………………………………………4

 Rumusan Masalah…………………………………………………………………4

 Tujuan…………………………………………………………………………… 4

BAB II : PEMBAHASAN…………………………………………………………………5

 Pengertian Status Gizi……………………………………………………………….6


 Klasifikasi Status Gizi………………………………………………………………8
 Konsep Penilaian Status Gizi……………………………………………………….8
 Cara Penilaian Status Gizi………………………………………………………….9

BAB III : PENUTUP……………………………………………………………………….10

 Kesimpulan………………………………………………………………………10

 Daftar Pustaka…………………………………………………………………….10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yang dimaksud kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pengertian ini
memberikan makna, bahwa keadaan sehat akan memungkinkan setiap orang hidup
sejahtera. Kesehatan merupakan salah satu unsur bagi kesejahteraan manusia. Oleh
karena itu, kesehatan harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita dan martabat manusia.

Tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi beberapa faktor di antaranya bebas dari


penyakit atau cacat, keadaan sosial ekonomi yang baik, keadaan lingkungan yang baik,
dan status gizi juga baik. Orang yang mempunyai status gizi baik tidak mudah terkena
penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit degeneratif. Status gizi merupakan salah
satu faktor penting dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun pada
masyarakat kita masih ditemui berbagai penderita penyakit yang berhubungan dengan
kekurangan gizi.

Masalah gizi pada dasarnya merupakan refleksi konsumsi zat gizi yang belum
mencukupi kebutuhan tubuh. Seseorang akan mempunyai status gizi baik, apabila asupan
gizi sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Asupan gizi yang kurang dalam makanan, dapat
menyebabkan kekurangan gizi, sebaliknya orang yang asupan gizinya berlebih akan
menderita gizi lebih. Jadi status gizi adalah gambaran individu sebagai akibat dari asupan
gizi sehari-hari.

Status gizi dapat diketahui melalui pengukuran beberapa parameter, kemudian hasil
pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar atau rujukan. Peran penilaian status
gizi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya status gizi yang salah. Penilaian status gizi
menjadi penting karena dapat menyebabkan terjadinya kesakitan dan kematian terkait
dengan status gizi. Oleh karena itu dengan diketahuinya status gizi, dapat dilakukan
upaya untuk memperbaiki tingkat kesehatan pada masyarakat.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan status gizi ?


2. Bagaimana klasifikasi status gizi ?
3. Bagaimana konsep penilaian status gizi ?
4. Bagaiamana cara penilaian status gizi ?

C. Tujuan

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penilaian status gizi dan bagaiamana
konsep penilaian status gizi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Status Gizi

Status gizi menurut Kemenkes RI dan WHO adalah adalah keadaan yang diakibatkan
oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan nutrisi yang
diperlukan tubuh untuk metabolisme. Sementara indikator status gizi adalah tanda-tanda
yang dapat diketahui untuk menggambarkan tingkat gizi seseorang. Seseorang dikatakan
memiliki gizi seimbang jika memenuhi kriteria tertentu setelah menjalani penilaian gizi.
Sebaliknya, ketika penilaian status gizi menunjukkan Anda mengalami gizi kurang
maupun gizi lebih, dokter atau tenaga medis akan menyarankan pola hidup sehat untuk
memperbaiki gizi Anda. Dengan berada pada gizi seimbang, risiko terhadap penyakit
tertentu juga akan berkurang.

Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi dalam tubuh (Almatsier, 2005). Sedangkan menurut Supariasa (2012), status
gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu, atau
perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu.

B. Klasifikasi Status Gizi

Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang disebut reference.
Baku antropometri yang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS. Berdasarkan buku
Harvard status gizi dapat dibagi menjadi 4 yaitu :

a. Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.

b. Gizi baik untuk well nourished.

c. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderate PCM (Protein
Calories Malnutrition).

d. Gizi Buruk untuk severe PCM, termasuk Marasmus, Marasmus Kwasiorkor, dan
Kwasiorkor. (Supariasa, 2012).
C. Konsep Penilaian Status Gizi

Pengertian/konsep ini saling berhubungan dan berkaitan satu dengan lainnya. Konsep-
konsep tersebut adalah :

1. Nutrient atau zat gizi, adalah zat yang terdapat dalam makanan dan sangat diperlukan
oleh tubuh untuk proses metabolisme, mulai dari proses pencernaan, penyerapan
makanan dalam usus halus, transportasi oleh darah untuk mencapai target dan
menghasilkan energi, pertumbuhan tubuh, pemeliharaan jaringan tubuh, proses
biologis, penyembuhan penyakit, dan daya tahan tubuh.
2. Nutritur/nutrition/gizi, adalah keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam
tubuh (intake) dari makanan dengan zat gizi yang dibutuhkan untuk keperluan proses
metabolisme tubuh.
3. Nutritional status (status gizi), adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk
metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan asupan zat gizi yang berbeda
antarindividu, hal ini tergantung pada usia orang tersebut, jenis kelamin, aktivitas
tubuh dalam sehari, berat badan, dan lainnya.
4. Indikator status gizi, adalah tanda-tanda yang dapat diketahui untuk menggambarkan
status gizi seseorang. Seseorang yang menderita anemia sebagai tanda bahwa asupan
zat besi tidak sesuai dengan kebutuhannya, individu yang gemuk sebagai tanda
asupan makanan sumber energi dan kandungan lemaknya melebihi dari kebutuhan.

Dari beberapa pengertian di atas, dalam memahami status gizi tidak bisa melupakan
konsep-konsep tersebut di atas karena saling mempengaruhi.

Status gizi seseorang tergantung dari asupan gizi dan kebutuhannya, jika antara asupan
gizi dengan kebutuhan tubuhnya seimbang, maka akan menghasilkan status gizi baik.
Kebutuhan asupan gizi setiap individu berbeda antarindividu, hal ini tergantung pada
usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan ,dan tinggi badan. Kebutuhan protein antara
anak balita tidak sama dengan kebutuhan remaja, kebutuhan energi mahasiswa yang
menjadi atlet akan jauh lebih besar daripada mahasiswa yang bukan atlet. Kebutuhan zat
besi pada wanita usia subur lebih banyak dibandingkan kebutuhan zat besi laki-laki,
karena zat besi diperlukan untuk pembentukan darah merah (hemoglobin), karena pada
wanita terjadi pengeluaran darah melalui menstruasi secara periodik setiap bulan.

Kelebihan asupan gizi dibandingkan dengan kebutuhan akan disimpan dalam bentuk
cadangan dalam tubuh. Misal seseorang yang kelebihan asupan karbohidrat yang
mengakibatkan glukosa darah meningkat, akan disimpan dalam bentuk lemak dalam
jaringan adiposa tubuh. Sebaliknya seseorang yang asupan karbohidratnya kurang
dibandingkan kebutuhan tubuhnya, maka cadangan lemak akan diproses melalui proses
katabolisme menjadi glukosa darah kemudian menjadi energi tubuh.
D. Cara Penilaian Status Gizi

Secara umum penilaian status gizi dapat dikelompokan menjadi 2(dua) yaitu penilaian
status gizi langsung dan status gizi tidak langsung.

a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung


Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu: biokimia,
biofisik, klinis dan antropometri.
1. Penilaian Status Gizi Secara Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji
secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik,
maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik.
2. Penilaian Status Gizi Secara Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau
pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Metode ini digunakan untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical surveys).
Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu pula digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu
tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
3. Penilaian Status Gizi Secara Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan.
Metode ini digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidmik.
(epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
4. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthopros (tubuh) dan metros (ukuran). Secara
umum antropometri diartikan sebagai ukuran tubuh manusia. Dalam bidang gizi,
antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Dalam bidang ilmu gizi, antropometri digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran
yang sering digunakan adalah berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, tinggi
duduk, lingkar perut, lingkar pinggul, dan lapisan lemak bawah kulit.
Parameter indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi
anak adalah indikator berat badan menurut umur (BB/U). Tinggi badan menurut umur
(TB/U), Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) (Depkes RI,2010).
a. Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U)
Menentukan atau melihat status gizi seseorang dengan cara mengukur berat
badan dan tinggi badan seseorang. Ukuran fisik seseorang sangat erat
hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang baik dan
dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan melakukan pengukuran
antropmetri (SK.Menkes,2010).
Pengukuran IMT dapat dilakukan pada anak-anak, remaja maupun orang
dewasa. Pada remaja pengukuran IMT sangat terkait dengan umurnya, karena
dengan perubahan umur terjadi perubahan komposisi tubuh dan densitas tubuh,
pada remaja digunakan indikator IMT/U.
Rumus Perhitungan IMT adalah sebagai berikut :
IMT = Berat Badan (kg) / Tinggi Badan (m)2
Berat badan dalam satuan kg, sedangkan tingi badan dalam satuan meter. Remaja
usia 5-19 tahun nilai IMT-nya harus dibandingkan dengan referensi WHO/NCHS
2007 (WHO, 2007).
b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu survey konsumsi
makanan, statistik vital dan factor ekologi. Pengertian dan penggunaan metode ini
akan diuraikan sebagai berikut:
1. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisa dari
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan, dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian
dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi secara tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat.
2. Faktor Ekologi
Penggunaan fakor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui
penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk program
intervensi gizi (Supariasa, 2012).
3. Surve Konsumsi Makanan
Surve konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Surve
dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.
4. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi zat gizi dan penyakit infeksi yaitu :
1. Konsumsi zat gizi
2. Infeksi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Status gizi adalah salah satu unsur penting dalam membentuk status kesehatan.
Status gizi (nutritional satus) adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara asupan zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh. Status gizi
sangat dipengaruhi oleh asupan gizi. Pemanfaatan zat gizi dalam tubuh dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu primer dan sekunder. Faktor primer adalah keadaan yang
mempengaruhi asupan gizi dikarenakan susunan makanan yang dikonsumsi tidak
tepat, sedangkan faktor sekunder adalah zat gizi tidak mencukupi kebutuhan tubuh
karena adanya gangguan pada pemanfaatan zat gizi dalam tubuh.

B. Daftar Pustaka

Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi (pertama ed.). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Aritonang, I. 2010. Menilai Status Gizi untuk Mencapai Sehat Optimal. Yogyakarta:
Grafina
Mediacipta CV.
Gibson, R. S. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Oxford University Press:
New York.
Indonesia, K. K. 2012. Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi. Jakarta: Direktorat Gizi
Masyarakat.
Indonesia, K. K. 2016. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada
Remaja
Putri dan Wanita Usia Subur (1 ed.). Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai