Anda di halaman 1dari 51

7 LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

Oleh
SITI HASTUTI
202201076

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BATARA GURU SOROAKA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
PRILAKU KEKERASAN

Oleh
SITI HASTUTI
202201076

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BATARA GURU SOROAKA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

A. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Definisi
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan (Fitria, 2009).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk
melukai atau mencelakakan individu yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang membahayakan secara` fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain (Yoseph, 2007).

2. Penyebab
1) Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilakuk kekerasan
menurut tgeori biologis, teori psikologi dan teori sosiokultural dijelaskan
oleh Towosend (1996 dalam Purba dkk, 2008)
a. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh
terhadap perilaku:
- Neurobiologik
- Biokimia
- Genetik
- Gangguan otak
b. Teori Psikologik
- Teori Psikoanalitik
- Teori Pembelajaran
c. Teori Sosiokultural
2) Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol
solidariatas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpentingnya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seseorang yang dewasa.
e. Adanya perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontol emosinya pada saat
menghadapi masa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting,kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap.

3. Tanda dan Gejala


Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
1) Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot / pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar-mandir
2) Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau bertgeriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3) Perilaku
a. Melemas atau memukul benda / orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri atau orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk / agresif
4) Emosi
Tidak aman, nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya,
bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5) Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme
6) Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lian,
menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.
7) Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan ejekan, sindiran.
8) Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

4. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai
merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai /
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

5. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

6. Penatalaksaan
a. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan/amuk
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah

7. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan


a. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
DS : - Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang keasl atau marah
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya
DO : - Mata merah, wajah agak merah
- Nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai: berteriak,
menjerit, memukul diri sendiri / orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang
b. Perilaku kekerasan / amuk
DS : - Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya
DO : - Mata merah, muka agak merah
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam
- Merusak, melempar barang-barang
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
DS : - Klien mengatakan : saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
DO : - Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh
alternatif tindakan, ingin menciderai diri / ingin mengakhiri
hidup.

8. Diagnosa Keperawatan
1) Perilaku Kekerasan
2) Gangguan konsep diri : harga diri rendah

9. Rencana Tindakan
DX 1 : Perilaku kekerasan
Tujuan Umum : Klien terhindar dari menciderai diri, orang lain dan
lingkungan
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
 Bina hubungan saling percaya : salam terupetik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi
 Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai
 Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Tindakan :
 Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
 Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel atau kesal
 Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
Tindakan :
 Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel kesal
 Observasi tanda perilaku kekerasan
 Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami
klien
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Tindakan :
 Anjurkan mengungkapakan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
 Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
 Tanyakan apakah dengan cara yang dilakukan msalahnya selesai
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Tindakan :
 Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang dilakukan
 Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan
 Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat
f. Klien dapat mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan
Tindakan :
 Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat
 Diskusikan cara lain yang sehat secara fisik: tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolahraga, memukul bantal / kasur.
 Secara verbal : katakana bahwa anda sedang marah / kesal /
tersinggung
 Secara spiritual : berdo’a, sembahyang, memohon kepada Tuhan
untuk diberi kesabaran
g. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan
Tindakan :
 Bantu memilih cara yang paling tepat
 Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih
 Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih
 Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi
 Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel dan marah
h. Klien mendapat dukungak dari keluarga
Tindakan :
 Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
i. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program)
Tindakan :
 Diskusikan dengan klien tentang obat ( nama, dosis, frekuensi, efek,
dan efek samping)
 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama, obat,
dosis, cara, waktu)
 Anjuran untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan

DX 2 : Gangguan konsep diri : harga diri rendah


Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
 Bina hubungan saling percaya : salam teraupetik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi
 Panggil klien dengan nama yang disukai
 Bicara dengan sikap tenang, rileks, dan tidak menantang
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Hindari penilaian negatif setiap pertemuan klien
 Utamakan pemberian pujian yang realitas
c. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri
dan keluarga
Tindakan :
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
d. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan
yang dimiliki
Tindakan :
 Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
e. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
 Beri kesempatan klien mencoba kegiatan yang telah direncanakan
 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
 Beri penkes pada keluarga tentang cara merawat klien
 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L .J 2000. Buku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC


Keliat, Budi Anna.1998. Proses Keperawatan Jiwa.Edisi 1. Jakarta : EGC
Townsend. C Merry. 1998.Diagnosa Keperawatan Psikiatri.Edisi 3. Jakarta : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

Oleh
SITI HASTUTI
202201076

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BATARA GURU SOROAKA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

A. Masalah Utama
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
1. Definisi
Halusinasi adalah merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penyerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 2005).

Halusinasi adalah terjadinya penglihatan, suara, sentuhan, bau maupun rasa


tanpa stimulus eksternal terhadap organ-organ indra ( Fontaine, 2009).

Sedangkan menurut Videbeck 2009, halusinasi adlah persepsi sensori yang


salah satu atau pengalaman persepsi yang tidak terjadi dalam realitas,
halusinasi dapat melibatkan panca indra dan sensasi tubuh.

2. Jenis-Jenis Halusinasi
a. Halusinasi Pendengaran / Auditorik
Karakteristik ditandai dengan mendengarkan suara terutama suara orang .
b. Halusinasi Penglihatan / Visual
Karateristik ditandai dengan adanya stimulasi visual dalam bentuk kilatan
cahaya, gambaran, geometric, gambar kartun dan panorama yang
komplek. Penglihatan biasanya menyenangkan dan menakutkan(Stuart
&Laraia, 2005 ; Stuart, 2009).
c. Halusinasi penghidu / Alfaktari
Karakteristik ditandai dengan adannya bau busuk, amis dan bau
menjijikan seperti darah, urin, facer,. Biasanya berhubungan dengan
stroke, tumor, kejang dan dimensia(Stuart, 2009).
d. Halusinasi Peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit. Mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan stimulus yang jelas, contohnya : rasa tersetrum listrik
yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain (Stuart &Laraia, 2005
; Stuart, 2009).
e. Halusinasi Pengecap
Karakteristik ditandai dengan rasa mengecap seperti rasa darah, urin,
facer (Stuart &Laraia, 2005 ; Stuart, 2009).
f. Halusinasi Chenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti rasa aliran
darah vena atau arteri, pencernaan makanan, pembentukan
urin(Videbeck, 2008 ; Stuart, 2009).
g. Halusinasi Kinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan penggerakan sementara berdiri
tanpa bergerak (Videbeck, 2008 ; Stuart, 2009).

Fase Halusinasi
a. Comforting (Halusinasi menyenangkan, cemas ringan)
Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang intens seperti cemas,
kesepian, rasa bersalah, takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran
yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan. Perilaku yang
dapat diobservasi :
1) Tersenyum lebar
2) Menggerakkan bibir tanpa membuat suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Respon verbal yang lambat seperti ayik
5) Diam dan tampak asyik
b. Comdemning ( Halusinasi menjijikkan, cemas sedang)
Klien yang berhalusinasi mulai kehilangan control dan mungkin berusaha
menjauhkan diri, serta merasa malu dengan adanya pengalaman sensori
tersebut dan menarik diri dari orang lain. Perilaku yang dapat diobservasi :
1) Ditandai dengan peningkatan kerja system saraf autonomic yang
menunjukkan kecemasan misalnya terdapat peningkatan nadi,
pernafasan dan tekanan darah.
2) Rentang perhatian menjadi sempit
3) Asyik dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan
kemanpuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
c. Controlling (Pengalamn sensori berkuasa, cemas berat)
Klien yang berhalusinasi menyerah untuk mencoba melawan pengalaman
halusinasinya. Isi halusinasi bisa menarik/memikat. Seseorang mungkin
mengalami kesepian jika pengalaman sensori berakhir. Perilaku yang dapat
diobservasi :
1) Arahhan yang diberikan halusinasi tidak hanya dijadikan objek saja
oleh klien tetapi mungkin akan diikuti.
2) Klien mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain.
3) Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik
4) Tampak tanda kecemasan berat seperti berkeringat, tremor, tidak
mampu mengikuti perintah.
d. Conquering (melebur dalam pengaruh halusinasi, panik)
Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak mengikuti perintah
dari halusinasi. Halusinasi mungkin berakhir dalam waktu empat jam atau
sehari bila tidak ada intervensi terapeutik. Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Perilaku klien tampak seperti dihantui terror dan panik.
2) Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh orang lain.
3) Aktifitas fisik yang digambarkan klien menunjukkan isi dari halusinasi
misalnya klien melakukan kekerasan, agitas, menarik diri.
4) Klien tidak dapat berespon pada arahan kompleks
5) Klien tidak dapat berespon pada lebih dari satu orang.

Rentang Respon Neurobiologis


Rentang Respon Neurobiologis
Respon Adatif Respon Maladatif

1. Pikiran logis 1. Kadang proses 1. Gangguan


2. Persepsi akurat piker terganggu proses piker
3. Emosi 2. Ilusi (waham)
konsisten dgn 3. Emosi 2. Halusinasi
pengalaman 4. Perilaku tdk 3. RPK
4. Perilaku sesuai biasa 4. Perilaku tidak
5. Menarik diri terorganisir
5. Isolasi sosial

3. Proses Terjadinya Masalah


a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (2005 ; Stuart, 2009), factor predisposisi yang
dapat menyebabkan terjadinya halusinasi pada klien skizofrenia meliputi
factor biologi, psikologi dan juga sosialkultural.
b. Faktor Biologi
Menurut Videbeck (2008), factor biologi yang dapat menyebabkan
terjadinya skizofrenia adalah factor genetic, neuroanatomi, neurokimia
serta imunovirologi.
c. Faktor Psikologis
Menurut Townsend (2009) awal terjadinya skizofrenia difokuskan pada
hubungan dalam keluarga yang mempengaruhi perkembangan gangguan
ini, teori awal menunjukkan kurangnya hubungan antara orangtua dan
anak.
d. Faktor Sosial Budaya
Berdasarkan Towsend (2005), faktor sosial kultural meliputi disfungsi
dalam keluarga, konflik keluarga. Faktor sosial cultural yang dapat
mempengaruhi yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan,
pekerjaan, latar belakang budaya, posisi sosial, nilai dan pengalamn
individu (Stuart dan Laraia, 2005).
e. Faktor Presipitasi
Pada kondisi normal, otak mempunyai peranan penting dalam meregulasi
sejumlah informasi. Informasi normal diproses melalui aktivitas neuron.
Gejala pencetus yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah faktor
kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu (Stuart dan Laraia,
2005; Stuart, 2009). Faktor pencetus halusinasi diakibatkan gangguan
umpan balik di otak yang mengatur jumlah dan waktu dalam proses
informasi. Stimuli penglihatan dan pendengaran pada awalnya di saring
oleh hipotalamus dan dikirim untuk diproses oleh lobus frontal dan bila
informasi tersebut salah, lobus frontal mengirimkan pesan overload ke
gaglia basal dan di ingatkan lagi hipotalamus untuk memperlambat
transmisi ke lobus frontal. Penurunan fungsi lobus frontal menyebabkan
gangguan pada proses umpan balik dalam penyampaian informasi yang
menghasilkan proses informasi overload (Stuart dan Laraian, 2005; Stuart,
2009).

4. Penilaian Terhadap Stressor


Penilaian seseorang terhadapt stressor terdiri dari respon kognitif, afektif,
fisiologis, perilaku dan sosial (Stuart dan Laraian, 2005).

5. Sumber Koping
Sumber koping merupakan hal yang penting dalam membantu klien dalam
mengatasi stressor yang dihadapinya (Stuart dan Laraian, 2005). Keluarga
merupakan salah satu sumber pendukung utama klien saat mengalami stress
(Videbeck, 2008).

6. Mekanisme Koping
Klien akan melakukan regresi untuk mengatasi kecemasan yang dialaminya,
melakukan proyesi sebagai usaha untuk menjelaskan persepsinya dan
menarik diri yang berhubungan dengan masalah membangun kepercayaan
dan keasyikan terhadap pengalaman internal (Stuart dan Laraian, 2005; stuart,
2009)

7. Pohon Masalah
Resiko Perilaku kekerasan

Gangguan sensori Persepsi :


Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah


Pohon Masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi (Keliat, 2010)

8. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi


b. Diagnosis medis : Skizofrenia

9. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa : Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi

SP 1 Klien :
a. Membantu pasien mengenal halusinasi (isi, frekuensi, waktu terjadinya,
situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi).
b. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi ( hardik, obat, bercakap-cakap,
melakukan kegiatan harian).
c. Mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
halusinasi.
d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik.
P 1 Keluarga :
a. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien.
b. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya halusinasi.
c. Jelaskan cara merawat halusinasi.
d. Latih cara merawat halusinasi : hardik
e. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan member pujian.
SP 2 Klien :
a. Evaluasi kegiatan menghardik beri pujian.
b. Latih cara mengontrol halusinasi.
c. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jenis, una, dosis,
frekuensi, cara, kontiuitas minum obat).
d. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan minum
obat.

SP 2 Keluarga :
a. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat klien menghardik, beri pujian.
b. Jelaskan cara memberikan obat.
c. Latih cara memberikan/ membimbing minum obat.
d. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian.

SP 3 Klien :
a. Evaluasi kegiatan harian menghardik dan obat, beri pujian.
b. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat terjadi
halusinasi.
c. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat,
dan bercakap-cakap.

SP 3 Keluarga :
a. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat klien menghardik dan
memberikan obat, beri pujian.
b. Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk mengontrol
halusinasi.
c. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian.

SP 4 Klien :
a. Evaluasi kegiatan harian menghardik, minum obat & bercakap-cakap beri
pujian.
b. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian.
c. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan harian.
SP 4 Keluarga :
a. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melati klien menghardik,
memberikan obat, dan bercakap-cakap, beri pujian.
b. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan.
c. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian.

10. Rencana Tindakan keperawatan Spesialis


a. Terapi individu : terapi perilaku
b. Terapi kelompok : psikoedukasi kelompok
c. Terapi keluarga : triagle terapi
d. Terapi komunitas : assertive community therapy (SAK, FIK-UI, 2004)

11. Rencana Tindakan Medis :


Anti Psikotik :
a. chlorpromazine (promactile, largactile)
b. haloperidol (haldol, serenace, lodomer)
c. stelazine
d. clozapine (clozaril)
e. risperidone (risperdal)
Anti Parkinson :
a. Trihexyphenidile
b. arthan
DAFTAR PUSTAKA

Maramis.W.F 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya airlangga


University Press.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri terintegran Dengan


Keluarga, Edisi 1. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Muslim Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas Dari PPDGJ
III.

Hawari, Dadang. 2001. Pendekatan Holistik Dengan Pada Gangguan Jiwa


Skizofrenia. Jakarta. Fk. UI
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

A. Masalah Utama
Isolasi Sosial

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Definisi
Isolasi Sosial adalah suatu kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Townsend,2009)
Isolasi Sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan bahkan samasekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna
Keliat, 2010).
Isolasi social adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan
perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang mengancam
( Herdman,2012 ).

2. Penyebab
Terjadinya proses ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan perkembangan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya dengan orang lain,
ragu, takut salah, pesimis, putus asa, terhadap hubungan orang lain, tidak
mampu merumuskan keinginan, keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain.
Gejala Klinis :
 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit
 Rasa bersalah pada diri sendiri
 Gangguan hubungan social
 Percaya diri kurang
 Menciderai diri

3. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)


 Menyendiri dalam ruangan
 Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
 Sedih, afek datar
 Perhatian dan tindakan tidak sesuai dengan usia
 Apatis
 Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain
 Menggunakan kata-kata simbolik
 Menggunakan kata-kata yang tidak berarti
 Kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara
 Rendah diri

4. Akibat
Klien dengan isolasi sosial dapat berakibat terjadinya resiko perubahan
sensori persepsi (halusinasi) atau bahkan perilaku kekerasan mencidrerai diri
(akibat dari harga diri rendah disertai dengan harapan yang suram, mungkin
klien akan mengakhiri hidupnya).

5. Masalah Keperawatan
 Isolasi Sosial
 Harga diri rendah kronis
 Perubahan persepsi sensori : halusinasi
 Defisit perawatan diri
 Koping individu tidak efektif
 Koping keluarga tidak efektif
 Intoleransi aktifitas
 Defisit perawatan diri
 Resti menciderai diri, orang lain dan lingkungan

6. Data yang perlu dikaji


- Isolasi Sosial
DS : - Klien mengatakan sulit memulai bergaul dengan orang lain
- Klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta
untuk sendirian
- Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain
- tidak mau berkomunikasi
- data tentang klien biasanya didapat dari keluarga yang mengetahui
keterbukaan klien
DO : - Kurang Spontan
- Apatis
- Ekspresi wajah kurang berseri
- Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
- Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
- Mengisolasi diri
- Asupan makanan dan minuman terganggu
- Retensi urine dan feses
- Aktifitas menurun
- Kurang berenergi atau bertenaga
- Rendah diri
- Harga diri rendah
DO : - Klien tampak lebih suka sendiri
- Bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan
- Ingin menciderai diri
DS : - Klien mengatakan saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/tidak tahu
apa-apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri.

7. Pohon Masalah

Resiko Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi

Isolasi Sosial Defisit perawatan diri

Mekanisme Koping tidak efektif

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

8. Daftar Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : menarik diri Bd harga diri rendah

9. Rencana Asuhan Keperawatan


Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
 Bila hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi teralpetik
 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
 Diskusikan kemampuan dan aspek yang dimiliki klien
 Setiap bertemu klien hindarkan dari penilaian negatif
 Utamakan memberikan pujian yang realistis
b. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
 Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit
 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
c. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
Tindakan :
 Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
 Tingkatkan kegiatan sesuai aderansi kondisi klien
 Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
d. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuannya
Tindakan :
 Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
e. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
Tindakan :
 Beri penkes pada keluarga tentang cara merawat klien dengan isolasi
social
 Bantu keluarga memberi dukungan selama dirawat
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J.2000 Buku Saku, Diagnosa Keperawatan Edisi 8 Jakarta : EGC

Keliat, Budi Ana.1999.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta : EGC

Townsend, C.M. 1998.Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3. Jakarta : EGC


LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM

A. Masalah Utama
Perubahan Isi Fikir : Waham

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Definisi
Waham adalah keyakinan pribadi palsu yang tidak sesuai dengan kecerdasan
seseorang atau latar belakang budaya. Individu terus untuk memiliki
keyakinan meskipun bukti jelas bahwa itu adalah palsu atau tidak rasional
(Townsend, 2014).
Waham adalah keyakinan seseorg yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah, keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien (Keliat, 2011).
2. Penyebab
Penyebab secara umum dari waham adalah gangguan konsep diri : harga diri
rendah. Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan.
3. Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang
ditandai dengan pikiran tidak realistis, flight of ideas, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat
yang lain ditimbulkannya adalah beresiko menciderai diri, orang lain dan
lingkungan.
4. Pohon Masalah

Kerusakan Resiko Tinggi


Komunikasi Verbal Menciderai diri, orang lain
dan lingkungan

Perubahan isi pikir :


Waham

Gangguan Konsep Diri


Harga Diri Rendah
5. Masalah Keperawatan Dan Data yang Perlu Dikaji
1) Masalah Keperawatan
a. Resiko tinggi menciderai diri, orang lain dan lingkungan
b. Kerusakan komunikasi : Verbal
c. Perubahan Isi Fikir : Waham
d. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2) Data yang Perlu Dikaji
a. Resiko tinggi menciderai orang lain dan lingkungan
- Data Subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal
pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya. Jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak
barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri.
- Data Objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras,
bicara enguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan
melempar barang-barang.
b. Kerusakan Komunikasi Verbal
- Data Subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
- Data Objektif
Flight of Ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang
didengar dan ontak mata kurang.
 Jangan membantah dan mendukung Waham klien : katakana
perawat menerima keyakinan klien “Saya menerima keyakinan
anda: dusertai ekspresi menerima, katakana perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.
 Yakinlah klien dalam keadaan aman dan terlindungi
 Observasi apakah wahamnya menganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.
- Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Rasional :
 Dengan mengetahui kemampuan yan dimiliki klien, maka
akan mempermudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan
yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannya.
Tindakan :
 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang
realistis
 Diskusikan bersama klien yang dimiliki pada waktu lalu dan
saat ini yang realistis
 Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari dan
perawatan diri)
 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa
klien sangat penting.
- Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
Rasional :
 Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi
perawat dapat merencanakan untuk memenuhi dan
memperhatikan kebutuhan klien tersebut sehingga klien
merasa nyaman dan aman.
Tindakan :
 Observasi kebutuhan klien sehari-hari
 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
 Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya
waham
 Tingkatkan aktifitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien
dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin)
 Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
c. Perubahan Isi Pikir : Waham (Paranoid)
- Data Subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulangkali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
- Data Subjektif
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panic, sangat
waspada, tidak dapat mengenal lingkungan/realitas, ekspresi
wajah klien tegang, mudah tersinggung.
d. Gangguan harga diri Rendah
- Data Subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapakan perasaan
malu terhadap diri sendiri.

- Data Objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternative tindakan, ingin menciderai diri / ingin mengakhiri
hidup.

6. Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan Komunikasiverbal berhubungan dengan waham
2) Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
waham
3) Perubahan isi piker : Waham (Paranoid) berhubungan harga diri rendah

7. Rencana Keperawatan
Diagnosa I : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
Tujuan Umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi
Tujuan Khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran
hubugan interaksinya
Tindakan :
 Bina hubungan saling percaya : salam teraupetik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas topic, waktu, tempat.
2) Klien dapat berhubungan dengan realitas
Rasional : Menghadirkan realitasdapat menbuka pikiran bahwa realita itu
lebih benar daripada apa yang difikirkan klien sehingga klien
dapat menghilangkan waham yang ada.
Tindakan :
 Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat
dan waktu )
 Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas
 Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
3) Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan
mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek
samping obat
Tindakan :
 Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping minum obat
 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien,
onat, dosis, cara dan waktu
 Anjurkan klien membicrakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan
 Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz R D dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang, RSUD Dr.Amino


Gondo Utomo; 2003
2. Keliat Budi A. Proses Keperawatan Jiwa, Edisi 1. Jakarta; EGC, 1999
3. Tim Direktorat Keswa Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 1.
Bandung; RSJP.2000.
4. …. Pelatihan Asuhan Keperawatan Pada Klien Gaangguan Jiwa, Semarang. 20 –
22 November 2004. Un Published

LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

A. Masalah Utama
Gangguan Konsep Diri : harga diri rendah

B. Proses terjadinya masalah


1. Pengertian
Harga diri rendah adalah penilaian pribadi berdasarkan seberapa baik prilaku
sesuai dengan ideal diri (Stuart, 2009).

Harga diri rendah merupakan komponen episode depresi mayor, dimana


aktivitas merupakan bentuk hukuman (Stuart dan Laraia, 2005; Stuart, 2009).

Harga diri rendah adalah perasaan negative terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan \9\keliat, 2010).

Dari pendapat-pendapat diatasdapat disimpulkan, harga diri rendah adalah


suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan
gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara lngsung, penurunan diri ini
dapat bersifat serasional maupun kronis atau menahun.

2. Tanda dan Gejala


a. Fisik
Tanda dan gejala dari respon fisiologi terhadap penurunan harga diri
antara lain penurunan energy, lemah, agitasi, penurunan libido,
insomnia/hipersomnia, penurunan/peningkatan nafsu makan, anoreksia,
sakit kepala (Westermeyer, 2006 ; Stuart & Sundeen, 2005).
Menurut Stuart dan Laraia (2005) kognitif adalah tindakan atau proses
dari pengetahuan. Proses ini diperlukan dan memungkinkan mengetahui
kondisi otak untuk proses informasi dalam hal ketelitian, penyimpanan
dan keterangan.
Kognitif yang sering muncul pada pasien dengan masalah harga diri
rendah (Stuart &Laraia, 2005 ; Boyd & Nihart, 1998) adalah :
b. Bingung
Kebingungan adalah kumpulan prilaku termasuk tidak adanya perhatian
dan pelupa, perubahan perilaku seperti agresif, bimbang, dan
ketidakmampuan atau kegagalan dalam kegiatan sehari-hari.
c. Kurang memori dalam jangka waktu panjang/pendek
Menurut Mohr, 2006, kerusakan memori adalah ketidakmampuan
mengingat informasi yang sudah lama. Gangguan memori berhubungan
dengan kerusakan social atau fungsi pekerjaan.
d. Kurangnya perhatian
Menurut Stuart dan Laraia 2005 perhatian adalah kemampuan untuk
memfokuskan kegiatan pada satu aktifitas dan sikap konsentrasi secara
terus-menerus. Kekacauan perhatian menurut Stuart dan Laraia, 2005
adalah kerusakan dalam kemampuan untuk menunjukkan perhatian,
mengamati, memfokuskan dan konsentrasi terhadap realita eksternal.
e. Merasa putus asa
f. Merasa tidak berdaya
g. Merasa tidak berharga/berguna
h. Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoadmojo, 2010).
i. Afek
Afek merupakan sifat emosional yang nyata (Stuart & Laraia, 2005).

3. Pohon Masalah
Isolasi Sosial menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Tidak efektifnya keping individu

4. Masalah yang Perlu Dikaji


No Masalah Data Subjektif Data Objektif
Keperawatan
1 Masalah utama; - Hal negatif diri sendiri - Penurunan
Gangguan atau orang lain. produktifitas
konsep diri : - Pandnagan hidup yang - Tidak berani menatap
Harga diri pesimis kawan bicara
rendah - Penolakan terhadap - Lebih banyak
kemampuan diri menundukkan kepala
- Perasaan tidak mampu saat berinteraksi
- Bicara lambat dengan
nada suara lemah

5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan : Harga Diri Rendah
Diagnosa medis : Depresi

6. Rencana Tindakan Keperawatan


Dx : Isolasi sosial menarik diri B.d harga diri rendah
Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan Khusus dan Intervensi
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) Kriteria Evaluasi :
a. Ekspresi wajah klien bersahabat
b. Menunjukkan rasa tenang dan ada kontak mata
c. Mau berjabat tangan dan mau duduk menyebut nama
d. Mau menjawab salam dan mau duduk berdampingan dengan perawat
e. Mau mengutarakan masalah yang dihadapi
2) Bila hubungan saling percaya dengan mengungkapakan prinsip
komunikasi teraupetic:
a. Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nam panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya.

TUK II : Klien dapat mengiidentifikasi kemampuan dan aspek positif


yang dimiliki
1) Kriteria Evaluasi : Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien
a. Kemampuan yang dimiliki klien
b. Aspek positif keluarga
c. Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien
2) Intervensi
a. Diskusikan kemampuan dan aspek yang dimiliki klien
R/ mendiskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai relistis,
klontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasa asuhan
keperawatannya
b. Setiap bertemu hindarkan dari memberi nilai negative
R/ Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien
c. Usahakan memberi pujian yang realistis
R/ Pujian yang realistis tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan
hanya karena ingin mendapatkan pujian

TUK III : klien dapat menilai kemampuan yang gunakan


1) Kriteria Evaluasi : klien menilai kriteria yang dapat digunakan
2) Intervensi :
a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilakukan
dalam sakit
R/ keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki
adalah prasarat untuk berubah
b. Diskusikan kemampuan yang msih dapat dilanjutkan penggunaannya
R/ pengertian tentang kemampuan yang msaih dimiliki klien
memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya

TUK IV : Klien dapat merencanakan kegiatan dengan kemampuan yang


dimiliki
1) Kriteria Evaluasi : Klien membuat rencana kegiatan harian
2) Intervensi :
a. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai dengan kemampuan, kegiatan mandiri: kegiatan dengan
bantuan sebagian kegiatan yang membutuhkan batuan total R/
Membentuk individu yang bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi keadaan klien
R/ Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya
c. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien
R/ Contoh perilaku yang dapat dilihat klien akan memotivasi klien
untuk melaksanakan kegiatan.
TUK V : Klien dapat melaksanakan kegiatan yang boleh dilakukan
1) Kriteria Evaluasi : Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya
2) Intervensi :
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
R/ Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan
motivasi dan harga diri klien
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
R/ Reinforcement positif dapat meniingkatkan harga diri klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
R/ memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan
kegiatan yang biasa dilakukan.

TUK VI : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga


1) Kriteria Evaluasi : Klein memanfaatkan sistem pendukung yang ada di
keluarga
2) Intervensi :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah
R/ Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri dirumah
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
R/ Support system keluarga akan sangat mempengaruhi dalam
mempercepat proses penyembuhan klien
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
R/ Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien dirumah

DAFTAR PUSTAKA
Aziz R dkk.2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang :RSJD Dr. Amino
Gondoutomo
Keliat, B.A. 1999. Proses Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta : EGC
Stuart G.W. 1998. buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3 : Jakarta : EGC

LAPORAN PENDAHULUAN
MENCIDERAI DIRI (BUNUH DIRI)
A. Masalah Utama
Resiko Bunuh Diri

B. Definisi
1. Pengertian
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah
pada kematian (Gail W.Stuart, 2006)
Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Isaacs.Ann,
2005)

2. Tanda dan Gejala


1) Keputus asaan
2) Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
3) Alam perasaan depresi
4) Agtasi dan gelisah
5) Insomnia yang menetap
6) Penurunan BB
7) Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial
- Petunjuk Psikiatrik
 Upaya bunuh diri sebelumnya
 Kelainan afektif
 Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
 Kelainan tindakan dan deprsei mental pada remaja
 Dimensia dini / status kekacauan mental pada lansia.
- Riwayat Psikososial
 Baru berpisah, bercerai / kehilangan.
 Hidup sendiri
 Tidak bekerja, perlahan / kehilangan pekerjaan baru dialami
- Faktor-Faktor Kepribadian :
 Implisit, agresif, rasa bermusuhan
 Kegaiatan kognitif dan negatif
 Keputusasaan
 Harga diri rendah
 Batasan / gangguan kepribadian antisosial ( Ras tirainia, 2009)
8) Tingkatan
Menurut Tri Aan (2009), prilaku bunuh diri berkembang dalam rentang
diantaranya :
a. Suicidal Ideation, pada ini merupakan proses contemplasi dari
suicide, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi /
tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan
idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawa perlu
menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang
keinginan untuk mati.
b. Suicidal Intent, pada tahap ini klien mulai berfikir dan sudah
melakukan perencanaan yang kongkrit untuk melakukan bunuh diri.
c. Suicidal Threat, pada tahap ini klien mengekspresikan adanya
keinginan dan hasrat yang dlam bahkan ancaman untuk mengakhiri
hidupnya.
d. Suicidal Gesture, pada tahap ini klien menunukkan perilkau
destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak
hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk
melakukan bunuh diri.
9) Klarifikasi
a. Ancaman bunuh diri ada peringatan verbal dan non verbal ancaman
ini menunjukkan ambivalensi seseorang terhadap kematian. Jika
tidak mendapat respon maka akan ditafsirkan sebagai dukungan
untuk melakukan tinadakan bunuh diri.
b. Upaya bunuh diri : semua tindakan yang dilakukan individu terhadap
diri sendiri yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
c. Bunuh diri : terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan, orang yang melakukan upaya bunuh diri walaupun tidak
benar-benar ingin mati mungkin akan mati.
10) Rentang Respon
Rentang respon perilaku menciderai diri sendiri mempunyai peningkatan
diri sebagai respon paling adaptif, sedangkan perilaku menciderai diri
sendiri secara tidak langsung dan bunuh diri merupakan respon
maladaptif.

Rentang Respon Menciderai Diri


Respoon Adaptif Respon Maladaptif
Peningkatan Diri Pengambilan Resiko Perilaku menciderai Bunuh Diri
yang meningkatkan diri tidak langsung
pertumbuhan

( Stuart dan Sundeen, 2004 )

Rentang respon perilaku menciderai mempunyai peningakatan sebagai


respon yang paling adaptif hal ini terjadi jika seseorang mampu
beradaptasi dengan baik terhadap stressor yang sedang dihadapi
sebaliknya perilaku destruktif diri tidak langsung, penderaan diri dan
bunuh diri merupakan respon terhadap stressor yang dihadapinya.
11) Faktor Prediposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (2004), faktor predisposisi bunh diri antara
lain :
a. Sifat Kepribadian
Ada aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
b. Dukungan Psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian
dukungan yang dini dan mengurangnya dukungan sosial merupakan
faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
c. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor resiko penting untuk perilaku destruktif.
d. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serategeniki opa tengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan
perilaku destruktif diri.
12) Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2006) faktor pencetus seseorang melakukan percobaan
bunuh diri adalah :
a. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal / gagal melakukan hubungan yang berarti.
b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress.
c. Perasaan marah / bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
Penyebab lain :
- Adanya harapan untuk reuni dan fantasy
- Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dann
ketidakberdayaan
- Tangisan untuk minta bantuan.

3. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya pada
orang-orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).

4. Data Yang Perlu Dikaji


1) Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal NIRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, nomor
rumah klien dan alamat klien.
2) Keluhan Utama
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga dating kerumah sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
3) Faktor Perdisposisi
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal. Dapat dilakukan pengkajian pada
keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan :
a. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis dari klien.
b. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, reanatus dan anak-anak.
c. Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk
4) Aspek Fisik / Biologis
Hasil pengukuran tada vital ( TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan
keluhan yang dialami oleh klien
5) Aspek Psikososial
a. Membuat genagram yang memuat paling sediki tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga.
b. Konsep Diri
c. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
d. Spiritual, mengenal nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
6) Status Mental
7) Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK
c. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
8) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
9) Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian
yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
10) Aspek Medik
Diagnosa medis yang telah dirumuskan dokter.
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi GCT,
Psikomotor, therapy akopasional, TAk dan rehabilitas.
11) Daftar Masalah
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Ganguan konsep diri : harga diri rendah
c. Resiko perubahan sensori persepsi
d. Koping individu yang efektif samapi dengan ketergantungan pada
orang lain.
e. Ganguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal
f. Intoleransi aktifitas
g. Perilaku kekerasan

5. Daftar Diagnosa Keperawatan


1) Isolasi Sosial : menarik diri
2) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3) Resiko perubahan sensori persepsi

6. Rencana Asuhan Keperawatan


Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien tetap Setelah…. X pertemuan, SP 1.
aman dan pasien mampu : - Identifikasi benda-benda
selamat - Mengidentifikasi benda- yang dapat
benda yang dapat membahayakan pasien.
membahayakan pasien. - Amankan benda-benda
- Mengendalikan dorongan yang dapat
bunuh diri membahayakan pasien

- Lakukan kontrak
treatment
- Ajarkan cara
mengendalikan dorongan
bunuh diri
- Latih cara mengendalikan
dorongan bunuh diri
Setelah … x pertemuan, SP 2
pasien mampu : - Identifikasi Aspek Positif
- Mengidentifikasi aspek Pasien
positif dan mampu - Dorong pasien untuk
menghargai diri sebagai berfikir positif terhadap
individu yang berharga. diri
- Dorong pasien untuk
mengahrgai diri sebagai
individu yang berharga
Setelah … x pertemuan pasien SP 3
mampu : - Mengidentifikasi pola
- Mengidentifikasi pola koping yang biasa
koping yang konstruktif diterapkan pasien.
dan mampu - Nilai pola koping yang
menerapkannya biasa dilakukan
- Identifikasi pola koping
yang konstruktif
- Dorong pasien memilih
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
pola koping yang
konstruktif
- Anjurkan pasien
menerapkan pola
koping yang konstruktif
dalam kegiatan harian.
Setelah … x pertemuan pasien Sp 4
mampu : - Buat Rencana Masa Depan
- Membuat rencana masa Yang Realitis Bersama
depan yang realistis dan Pasien
mampu melakukan - Identifikasi cara mencpai
kegiatan. rencana masa depan yang
realistis
- beri dorongan pasien
melakukan kegiatan dalam
rangka meraih masa depan
yang realistis.
Keluarga Setelah … x pertemuan SP 1
mampu keluarga mampu : - Diskusikan masalah yang
merawat - Merawat pasien dan mampu dirasakan keluarga dalam
pasien dengan menjelaskan pengertian merawat pasien.
resiko bunuh tanda dan gejala serta jenis - Jelaskan pengertian tanda
diri perilaku bunuh diri. dan gejala risiko bunuh diri
dan jenis perilaku bunh diri
yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
- Jelaskan cara-cara merawat
pasien risiko bunuh diri.
Setelah … x pertemuan SP 2
keluarga mampu : - Latih keluarga
- merawat pasien dan mampu mempraktekkan cara
melakukan langsung cara merawat pasien dengan
merawat pasien risiko bunuh diri
- Latih keluarga melakukan
cara merawat langsung
kepada pasien risiko bunuh
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
diri.
Setelah … x pertemuan SP 3
keluarga mampu : - Bantu keluarga membuat
- Membuat jadwal jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat
- Jelaskan follow up pasien
setelah pulang.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J 2008. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Praktek Klinik. Jakarta EKg

Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa Dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta;
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung; Revika Aditama.

Keliat, Anna Budi.2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta;EGC

LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memnuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya. Kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).

2. Jenis
Jenis-jenis deficit perawatan diri menurut Nurjannah (2004) yaitu :
a. Kurang perawatan diri : mandi / kebersihan
b. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias
c. Kurang perawatan diri : makan
d. Kurang perawatan diri : toileting

3. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan DPD adalah :
b. Fisik
- Berpikiran kotor
- Rambut dan kulit kotor
- Gigi kotor disertai mulut bau
- Penampilan tidak rapi
c. Psikologis
- Malas tidak ada inisiatif
- Menarik diri isolasi sosial
- Merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa hina
d. Sosial
- Interaksi kurang
- Kegiatan kurang
- Tidak mampu berperilaku sesuai norma
- Cara makan tidak teratur, BABdan BAK disembarang tempat , gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri.

4. Rentang Respon
Rentang respon kognitif asuhan yang dilakukan keluarga bagi klien yang tidak
dapat merawat diri sendiri
1) Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a. Bina hubungan saling percaya
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri
2) Membimbing dan menolong klien merawat diri
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan keterampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3) Ciptakan lingkungan yang medukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya kamar
mandi yang dekat dan tertutup

5. Faktor Predisposisi
Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawaatan diri adalah :
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan manjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kroni yang menyebabkan klien tidak mampu melkukan perawatan
diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidak pedulian dorinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya,
situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam merawat diri

6. Faktor Presipitasi
Menurut Depkes (2000) yang merupakan faktor Presipitasi defisit perawatan diri
adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual , cemas,
lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.

7. Intelektualisasi
Masalah keperawatan dari data fokus pengkajian
a. Masalah Keperawatan
- Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
- Defisit perawatan diri
- Isolasi sosial
b. Data Fokus Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utamadari proses keperawatan
diri. Tahapan pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, sosial dan spiritual (Stuart dan Sundeen, 1992).
Isi pengkajian meliputi :
- Identitas klien
- Keluhan utama dan alasan masuk
- Faktor predisposisi
- Faktor presipitasi
- Aspek fisik
- Aspek psikososial
- Status mental
- Kebutuhan persiapan pulang
- Mekanisme koping
- Masalah psikososial dan lingkungan
- Pengetahuan
- Aspek medis

8. Analisa Data
a. Data Objektif adalah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapat
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
b. Data Subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien.
Data Subjektif Data Objektif
- Pasien merasa lemah - Rambut kotor, acak-acakan
- Pasien mengatakan malas - Badan dan pakaian kotor dan bau
beraktifitas mulut dan gigi bau
- Pasien merasa tidak berdaya - Kulit kasar dan kotor
- Kuku panjang dan tidak terawat

9. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien Mampu: Setelah …x SP 1
o Mengidentifika pertemuan pasien o Identifikasi kemampuan
si kemampuan mampu : positif yang dimiliki
dan aspek - Mengidentifikasi o Nilai kemampuan yang
positif yang - kemampuan dan dapat dilakukan saat ini
dimiliki - aspek positif yang o Pilih kemampuan yang
o Menilai dimiliki akan dilatih Diskusikan
kemampuan - Menilai dengan pasien beberapa
yang dapat - kemampuan yang aktivitas yang dapat
digunakan dapat digunakan dilakukan dan dipilih
o Menetapkan - Menetapkan atau sebagian kegiatan yang
atau memilih memilih kegiatan akan pasien lakukan
kegiatan yang yang sesuai dengan sehari-hari
sesuai dengan kemampuan o Bantu pasien menetapkan
kemampuan - Melatih kegiatan aktivitas mana yang dapat
o Melatih yang sudah dipilih pasien lakukan secara
kegiatan yang sesuai kemampuan mandiri
sudah dipilih - Merencanakan SP 2
sesuai dengan kegiatan yang sudah - Evaluasi kegiatan yang
kemampuan dilatihnya. lalu (SP1)
o Merencanakan - Pilih kemampuan yang
kegiatan yang akan dilatih
sudah - Latih kemampuan yang
dilatihnya dipilih
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
SP 3
- Evaluasi kegiatan yang
lalu (SP 2)
- Memilih kemampuan
ketiga yang dapat
dilakukan
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasein
Keluarga mampu Setelah … x SP 1
merawat pasien pertemuan, keluarga - Identifikasi Masalah
dengan DPD mampu : Yang Dirasakan Dalam
dirumah dan o Mengidentifikasi Merawat Pasien
menjadi system kemampuan yang - Jelaskan Proses
pendukung yang dimiliki pasien Terjadinya Dpd
efektif bagi o Menyediakan - Jelaskan Tentang Cara
pasien fasilitas untuk Merawat Pasien
pasien melakukan - Main peran dalam
kegiatan merawat pasien DPD
o Mendorong pasien - Susun RTL keluarga /
melakukan jadwal keluarga untuk
kegiatan merawat pasien
o Memuji pasien SP 2
saat pasien dapat - Evaluasi kemampuan SP
melakukan 1
kegiatan - Latih keluarga langsung
o Membantu melatih ke pasien

pasien - Menyusun RTL

o membantu keluarga / jadwal

menyusun jadwal kegiatan untuk merawat

kegiatan pasien pasien

o membantu SP 3
- Evaluasi kemampuan
perkembangan
keluarga
pasien
- Evaluasi kemampuan
pasien
- RTL keluarga
 Follow up
 Rujukan

DAFTAR PUSTAKA

Depkes,2000. Standar Pedoman Perawatan Jiwa

Keliat, BA. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi I. Jakarta; EGC. 1999


Stuart GW, Sundeen, S.J. Buku SAku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta; EGC,
1998

Nurjanah, Inatansari, S.Kep, 2001. Pedoman Pebanganan Pada Gangguan Jiwa,


Yogyakarta; Raomedia

Tarwoto dan Wartonah, 2000, Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai