Oleh
SITI HASTUTI
202201076
Oleh
SITI HASTUTI
202201076
A. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan
2. Penyebab
1) Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilakuk kekerasan
menurut tgeori biologis, teori psikologi dan teori sosiokultural dijelaskan
oleh Towosend (1996 dalam Purba dkk, 2008)
a. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh
terhadap perilaku:
- Neurobiologik
- Biokimia
- Genetik
- Gangguan otak
b. Teori Psikologik
- Teori Psikoanalitik
- Teori Pembelajaran
c. Teori Sosiokultural
2) Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol
solidariatas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpentingnya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seseorang yang dewasa.
e. Adanya perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontol emosinya pada saat
menghadapi masa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting,kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap.
4. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai
merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai /
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
5. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Perilaku kekerasan
6. Penatalaksaan
a. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan/amuk
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
8. Diagnosa Keperawatan
1) Perilaku Kekerasan
2) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
9. Rencana Tindakan
DX 1 : Perilaku kekerasan
Tujuan Umum : Klien terhindar dari menciderai diri, orang lain dan
lingkungan
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam terupetik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi
Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai
Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Tindakan :
Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel atau kesal
Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
Tindakan :
Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel kesal
Observasi tanda perilaku kekerasan
Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami
klien
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Tindakan :
Anjurkan mengungkapakan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
Tanyakan apakah dengan cara yang dilakukan msalahnya selesai
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Tindakan :
Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang dilakukan
Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan
Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat
f. Klien dapat mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan
Tindakan :
Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat
Diskusikan cara lain yang sehat secara fisik: tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolahraga, memukul bantal / kasur.
Secara verbal : katakana bahwa anda sedang marah / kesal /
tersinggung
Secara spiritual : berdo’a, sembahyang, memohon kepada Tuhan
untuk diberi kesabaran
g. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan
Tindakan :
Bantu memilih cara yang paling tepat
Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih
Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih
Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi
Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel dan marah
h. Klien mendapat dukungak dari keluarga
Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
i. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program)
Tindakan :
Diskusikan dengan klien tentang obat ( nama, dosis, frekuensi, efek,
dan efek samping)
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama, obat,
dosis, cara, waktu)
Anjuran untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan
Oleh
SITI HASTUTI
202201076
A. Masalah Utama
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
1. Definisi
Halusinasi adalah merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penyerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 2005).
2. Jenis-Jenis Halusinasi
a. Halusinasi Pendengaran / Auditorik
Karakteristik ditandai dengan mendengarkan suara terutama suara orang .
b. Halusinasi Penglihatan / Visual
Karateristik ditandai dengan adanya stimulasi visual dalam bentuk kilatan
cahaya, gambaran, geometric, gambar kartun dan panorama yang
komplek. Penglihatan biasanya menyenangkan dan menakutkan(Stuart
&Laraia, 2005 ; Stuart, 2009).
c. Halusinasi penghidu / Alfaktari
Karakteristik ditandai dengan adannya bau busuk, amis dan bau
menjijikan seperti darah, urin, facer,. Biasanya berhubungan dengan
stroke, tumor, kejang dan dimensia(Stuart, 2009).
d. Halusinasi Peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit. Mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan stimulus yang jelas, contohnya : rasa tersetrum listrik
yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain (Stuart &Laraia, 2005
; Stuart, 2009).
e. Halusinasi Pengecap
Karakteristik ditandai dengan rasa mengecap seperti rasa darah, urin,
facer (Stuart &Laraia, 2005 ; Stuart, 2009).
f. Halusinasi Chenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti rasa aliran
darah vena atau arteri, pencernaan makanan, pembentukan
urin(Videbeck, 2008 ; Stuart, 2009).
g. Halusinasi Kinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan penggerakan sementara berdiri
tanpa bergerak (Videbeck, 2008 ; Stuart, 2009).
Fase Halusinasi
a. Comforting (Halusinasi menyenangkan, cemas ringan)
Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang intens seperti cemas,
kesepian, rasa bersalah, takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran
yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan. Perilaku yang
dapat diobservasi :
1) Tersenyum lebar
2) Menggerakkan bibir tanpa membuat suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Respon verbal yang lambat seperti ayik
5) Diam dan tampak asyik
b. Comdemning ( Halusinasi menjijikkan, cemas sedang)
Klien yang berhalusinasi mulai kehilangan control dan mungkin berusaha
menjauhkan diri, serta merasa malu dengan adanya pengalaman sensori
tersebut dan menarik diri dari orang lain. Perilaku yang dapat diobservasi :
1) Ditandai dengan peningkatan kerja system saraf autonomic yang
menunjukkan kecemasan misalnya terdapat peningkatan nadi,
pernafasan dan tekanan darah.
2) Rentang perhatian menjadi sempit
3) Asyik dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan
kemanpuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
c. Controlling (Pengalamn sensori berkuasa, cemas berat)
Klien yang berhalusinasi menyerah untuk mencoba melawan pengalaman
halusinasinya. Isi halusinasi bisa menarik/memikat. Seseorang mungkin
mengalami kesepian jika pengalaman sensori berakhir. Perilaku yang dapat
diobservasi :
1) Arahhan yang diberikan halusinasi tidak hanya dijadikan objek saja
oleh klien tetapi mungkin akan diikuti.
2) Klien mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain.
3) Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik
4) Tampak tanda kecemasan berat seperti berkeringat, tremor, tidak
mampu mengikuti perintah.
d. Conquering (melebur dalam pengaruh halusinasi, panik)
Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak mengikuti perintah
dari halusinasi. Halusinasi mungkin berakhir dalam waktu empat jam atau
sehari bila tidak ada intervensi terapeutik. Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Perilaku klien tampak seperti dihantui terror dan panik.
2) Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh orang lain.
3) Aktifitas fisik yang digambarkan klien menunjukkan isi dari halusinasi
misalnya klien melakukan kekerasan, agitas, menarik diri.
4) Klien tidak dapat berespon pada arahan kompleks
5) Klien tidak dapat berespon pada lebih dari satu orang.
5. Sumber Koping
Sumber koping merupakan hal yang penting dalam membantu klien dalam
mengatasi stressor yang dihadapinya (Stuart dan Laraian, 2005). Keluarga
merupakan salah satu sumber pendukung utama klien saat mengalami stress
(Videbeck, 2008).
6. Mekanisme Koping
Klien akan melakukan regresi untuk mengatasi kecemasan yang dialaminya,
melakukan proyesi sebagai usaha untuk menjelaskan persepsinya dan
menarik diri yang berhubungan dengan masalah membangun kepercayaan
dan keasyikan terhadap pengalaman internal (Stuart dan Laraian, 2005; stuart,
2009)
7. Pohon Masalah
Resiko Perilaku kekerasan
Isolasi Sosial
8. Diagnosa Keperawatan
SP 1 Klien :
a. Membantu pasien mengenal halusinasi (isi, frekuensi, waktu terjadinya,
situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi).
b. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi ( hardik, obat, bercakap-cakap,
melakukan kegiatan harian).
c. Mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
halusinasi.
d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik.
P 1 Keluarga :
a. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien.
b. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya halusinasi.
c. Jelaskan cara merawat halusinasi.
d. Latih cara merawat halusinasi : hardik
e. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan member pujian.
SP 2 Klien :
a. Evaluasi kegiatan menghardik beri pujian.
b. Latih cara mengontrol halusinasi.
c. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jenis, una, dosis,
frekuensi, cara, kontiuitas minum obat).
d. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan minum
obat.
SP 2 Keluarga :
a. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat klien menghardik, beri pujian.
b. Jelaskan cara memberikan obat.
c. Latih cara memberikan/ membimbing minum obat.
d. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian.
SP 3 Klien :
a. Evaluasi kegiatan harian menghardik dan obat, beri pujian.
b. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat terjadi
halusinasi.
c. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat,
dan bercakap-cakap.
SP 3 Keluarga :
a. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat klien menghardik dan
memberikan obat, beri pujian.
b. Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk mengontrol
halusinasi.
c. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian.
SP 4 Klien :
a. Evaluasi kegiatan harian menghardik, minum obat & bercakap-cakap beri
pujian.
b. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian.
c. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan harian.
SP 4 Keluarga :
a. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melati klien menghardik,
memberikan obat, dan bercakap-cakap, beri pujian.
b. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan.
c. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian.
Muslim Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas Dari PPDGJ
III.
A. Masalah Utama
Isolasi Sosial
2. Penyebab
Terjadinya proses ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan perkembangan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya dengan orang lain,
ragu, takut salah, pesimis, putus asa, terhadap hubungan orang lain, tidak
mampu merumuskan keinginan, keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain.
Gejala Klinis :
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit
Rasa bersalah pada diri sendiri
Gangguan hubungan social
Percaya diri kurang
Menciderai diri
4. Akibat
Klien dengan isolasi sosial dapat berakibat terjadinya resiko perubahan
sensori persepsi (halusinasi) atau bahkan perilaku kekerasan mencidrerai diri
(akibat dari harga diri rendah disertai dengan harapan yang suram, mungkin
klien akan mengakhiri hidupnya).
5. Masalah Keperawatan
Isolasi Sosial
Harga diri rendah kronis
Perubahan persepsi sensori : halusinasi
Defisit perawatan diri
Koping individu tidak efektif
Koping keluarga tidak efektif
Intoleransi aktifitas
Defisit perawatan diri
Resti menciderai diri, orang lain dan lingkungan
7. Pohon Masalah
A. Masalah Utama
Perubahan Isi Fikir : Waham
- Data Objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternative tindakan, ingin menciderai diri / ingin mengakhiri
hidup.
6. Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan Komunikasiverbal berhubungan dengan waham
2) Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
waham
3) Perubahan isi piker : Waham (Paranoid) berhubungan harga diri rendah
7. Rencana Keperawatan
Diagnosa I : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
Tujuan Umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi
Tujuan Khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran
hubugan interaksinya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam teraupetik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas topic, waktu, tempat.
2) Klien dapat berhubungan dengan realitas
Rasional : Menghadirkan realitasdapat menbuka pikiran bahwa realita itu
lebih benar daripada apa yang difikirkan klien sehingga klien
dapat menghilangkan waham yang ada.
Tindakan :
Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat
dan waktu )
Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
3) Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan
mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek
samping obat
Tindakan :
Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping minum obat
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien,
onat, dosis, cara dan waktu
Anjurkan klien membicrakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan
Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH
A. Masalah Utama
Gangguan Konsep Diri : harga diri rendah
Harga diri rendah adalah perasaan negative terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan \9\keliat, 2010).
3. Pohon Masalah
Isolasi Sosial menarik diri
5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan : Harga Diri Rendah
Diagnosa medis : Depresi
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R dkk.2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang :RSJD Dr. Amino
Gondoutomo
Keliat, B.A. 1999. Proses Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta : EGC
Stuart G.W. 1998. buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3 : Jakarta : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
MENCIDERAI DIRI (BUNUH DIRI)
A. Masalah Utama
Resiko Bunuh Diri
B. Definisi
1. Pengertian
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah
pada kematian (Gail W.Stuart, 2006)
Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Isaacs.Ann,
2005)
3. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya pada
orang-orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).
- Lakukan kontrak
treatment
- Ajarkan cara
mengendalikan dorongan
bunuh diri
- Latih cara mengendalikan
dorongan bunuh diri
Setelah … x pertemuan, SP 2
pasien mampu : - Identifikasi Aspek Positif
- Mengidentifikasi aspek Pasien
positif dan mampu - Dorong pasien untuk
menghargai diri sebagai berfikir positif terhadap
individu yang berharga. diri
- Dorong pasien untuk
mengahrgai diri sebagai
individu yang berharga
Setelah … x pertemuan pasien SP 3
mampu : - Mengidentifikasi pola
- Mengidentifikasi pola koping yang biasa
koping yang konstruktif diterapkan pasien.
dan mampu - Nilai pola koping yang
menerapkannya biasa dilakukan
- Identifikasi pola koping
yang konstruktif
- Dorong pasien memilih
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
pola koping yang
konstruktif
- Anjurkan pasien
menerapkan pola
koping yang konstruktif
dalam kegiatan harian.
Setelah … x pertemuan pasien Sp 4
mampu : - Buat Rencana Masa Depan
- Membuat rencana masa Yang Realitis Bersama
depan yang realistis dan Pasien
mampu melakukan - Identifikasi cara mencpai
kegiatan. rencana masa depan yang
realistis
- beri dorongan pasien
melakukan kegiatan dalam
rangka meraih masa depan
yang realistis.
Keluarga Setelah … x pertemuan SP 1
mampu keluarga mampu : - Diskusikan masalah yang
merawat - Merawat pasien dan mampu dirasakan keluarga dalam
pasien dengan menjelaskan pengertian merawat pasien.
resiko bunuh tanda dan gejala serta jenis - Jelaskan pengertian tanda
diri perilaku bunuh diri. dan gejala risiko bunuh diri
dan jenis perilaku bunh diri
yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
- Jelaskan cara-cara merawat
pasien risiko bunuh diri.
Setelah … x pertemuan SP 2
keluarga mampu : - Latih keluarga
- merawat pasien dan mampu mempraktekkan cara
melakukan langsung cara merawat pasien dengan
merawat pasien risiko bunuh diri
- Latih keluarga melakukan
cara merawat langsung
kepada pasien risiko bunuh
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
diri.
Setelah … x pertemuan SP 3
keluarga mampu : - Bantu keluarga membuat
- Membuat jadwal jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat
- Jelaskan follow up pasien
setelah pulang.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J 2008. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Praktek Klinik. Jakarta EKg
Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa Dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta;
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung; Revika Aditama.
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
1. Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memnuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya. Kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).
2. Jenis
Jenis-jenis deficit perawatan diri menurut Nurjannah (2004) yaitu :
a. Kurang perawatan diri : mandi / kebersihan
b. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias
c. Kurang perawatan diri : makan
d. Kurang perawatan diri : toileting
4. Rentang Respon
Rentang respon kognitif asuhan yang dilakukan keluarga bagi klien yang tidak
dapat merawat diri sendiri
1) Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a. Bina hubungan saling percaya
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri
2) Membimbing dan menolong klien merawat diri
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan keterampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3) Ciptakan lingkungan yang medukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya kamar
mandi yang dekat dan tertutup
5. Faktor Predisposisi
Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawaatan diri adalah :
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan manjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kroni yang menyebabkan klien tidak mampu melkukan perawatan
diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidak pedulian dorinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya,
situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam merawat diri
6. Faktor Presipitasi
Menurut Depkes (2000) yang merupakan faktor Presipitasi defisit perawatan diri
adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual , cemas,
lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
7. Intelektualisasi
Masalah keperawatan dari data fokus pengkajian
a. Masalah Keperawatan
- Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
- Defisit perawatan diri
- Isolasi sosial
b. Data Fokus Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utamadari proses keperawatan
diri. Tahapan pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, sosial dan spiritual (Stuart dan Sundeen, 1992).
Isi pengkajian meliputi :
- Identitas klien
- Keluhan utama dan alasan masuk
- Faktor predisposisi
- Faktor presipitasi
- Aspek fisik
- Aspek psikososial
- Status mental
- Kebutuhan persiapan pulang
- Mekanisme koping
- Masalah psikososial dan lingkungan
- Pengetahuan
- Aspek medis
8. Analisa Data
a. Data Objektif adalah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapat
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
b. Data Subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien.
Data Subjektif Data Objektif
- Pasien merasa lemah - Rambut kotor, acak-acakan
- Pasien mengatakan malas - Badan dan pakaian kotor dan bau
beraktifitas mulut dan gigi bau
- Pasien merasa tidak berdaya - Kulit kasar dan kotor
- Kuku panjang dan tidak terawat
o membantu SP 3
- Evaluasi kemampuan
perkembangan
keluarga
pasien
- Evaluasi kemampuan
pasien
- RTL keluarga
Follow up
Rujukan
DAFTAR PUSTAKA