DISUSUN OLEH:
Kelompok 9 / Kelas 4A
Dinda Eva Novita 1130022069
Elly Arnovi Ibrahim Mandjaw 1130022075
Irsadila Dwi Puspitasari 1130022167
DOSEN FASILITATOR:
Lono Wijayati, S.Kep. Ns., M.Kep
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB 1
PENDAHULUAN
6
8. Bagaimana asuhan keperawatan teori dari Ileus Obstruksi?
9. Bagaimana EBN dari Ileus Obstruksi?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus Ileus Obstruksi?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami serta mengetahui lebih dalam tentang
pembuatan Konsep Penyakit dan Asuhan Keperawatan pada Ileus
Obstruksi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari Ileus Obstruksi.
b. Untuk mengetahui etiologi Ileus Obstruksi.
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis Ileus Obstruksi.
d. Untuk mengetahui patofisiologi dan WOC Ileus Obstruksi.
e. Untuk mengetahui komplikasi Ileus Obstruksi.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Ileus Obstruksi.
g. Untuk mengetahui prognosis Ileus Obstruksi.
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori Ileus Obstruksi.
i. Untuk mengetahui EBN Ileus Obstruksi.
j. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kasus Ileus Obstruksi.
1.4 Manfaat
Dapat menjadi media belajar untuk mengetahui apa serta bagaimana proses
asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien Ileus Obstruksi.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Ileus Obstrukif dapat disebabkan oleh adanya sumbatan pada saluran
pencernaan yang menghambat aliran makanan dan cairan dalam tubuh. Ileus
obstruksi juga bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti hernia, tumor, atau
adhesi usus yang mengganggu pergerakan normal usus. Etiologi atau penyebab
terjadinya ileus obstruksi bisa dijelaskan sebagai berikut:
1. Adhesi
8
Adhesi atau perlekatan usus dapat disebabkan oleh operasi intra abdomen
sebelumnya atau riwayat proses inflamasi intra abdomen. Adhesi dapat terjadi
dalam bentuk perlengketan, bisa tunggal atau ganda, terlokasir maupun meluas.
2. Hernia Inkarserata
Hal ini terjadi karena usus yang masuk ke dalam kantung hernia tertekan oleh
cincin hernia sehingga menimbulkan gejala penyumbatan dan strangulasi
(penyumbatan aliran darah ke usus akibat penyumbatan usus).
3. Volvulus
Merupakan suatu kondisi di mana bagian usus terpelintir dengan sendirinya
karena dinding usus tidak menempel dengan kuat dan menggantung pada
mesentrium. Hal ini dapat menyebabkan saluran cerna tersumbat.
4. Tumpukan Sisa Makanan
5. Obstruksi anastomosis sering terjadi pada orang yang telah menjalani
gastrektomi. Dalam kasus yang jarang terjadi, serat buah atau biji buah dalam
jumlah besar mungkin tertelan secara tidak sengaja, namun sumbatan biasanya
terjadi di area ileum terminal (Fadillah, 2022).
9
gangguan pada penghalang mukosa. Hal ini dapat mengakibatkan pergeseran
cairan, peritonitis transmigrasi, dan hipovolemia. Secara normal, usus halus
bertanggung jawab atas pencernaan dan penyerapan nutrisi, sementara usus besar
membantu dalam proses pencernaan, sintesis vitamin, penyerapan air, dan
pemecahan bilirubin. Namun, obstruksi apa pun akan menghambat fungsi-fungsi
fisiologis tersebut.
Obstruksi usus halus akut menyebabkan gangguan fisiologis dan patologis
baik secara lokal maupun sistemik. Obstruksi parsial atau total sering kali terkait
dengan peningkatan insiden kontraksi bergerombol yang bergerak (MCC) dari
bagian proksimal ke lokasi obstruksi, yang juga dapat menyebabkan kram perut.
MCC pada obstruksi parsial mendorong konten intraluminal melalui titik obstruksi,
sementara obstruksi total menghentikan aliran konten ke bagian distal,
menyebabkan akumulasi cairan intraluminal dan distensi usus proksimal, serta
memicu kontraksi besar retrograde (RGC) di usus halus.
Dalam kondisi ileus adinamik, kontraksi menjadi terhambat, yang
menyebabkan gangguan dalam migratory motor complexes (MMC) yang
bertanggung jawab untuk membersihkan usus. Tekanan intraluminal yang tinggi
dapat mengurangi aliran vena ke dinding usus dan mesenterium, bahkan
menyebabkan oklusi vena dan arteri jika tekanan mencapai titik tertentu. Hal ini
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke mukosa, ruptur kapiler, dan infiltrasi
hemoragik, yang pada akhirnya dapat menyebabkan nekrosis.
Perforasi usus dapat terjadi akibat nekrosis, iskemia, atau tekanan yang
berlebihan. Pada obstruksi sederhana, usus proksimal dapat terlihat berat,
edematosa, dan bahkan sianosis. Gangguan pada volume dan elektrolit juga terjadi,
terutama ketika isi usus terhambat atau terjadi muntah. Kehilangan volume dan air
kemudian menyebabkan pergeseran pada keseimbangan elektrolit.
Strangulasi dapat menyebabkan eksudat kaya protein dan elektrolit di
rongga peritoneum serta terjadi infark darah pada dinding usus. Ini mengakibatkan
perubahan dalam ekologi bakteri usus dan pembentukan "cairan feculent" karena
penguraian bakteri terhenti.
Pengaruh obstruksi pada kolon umumnya tidak seberat pada obstruksi usus
halus, kecuali pada kasus volvulus. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam kolon
10
berlangsung lambat karena fungsinya sebagai tempat penyimpanan feses yang lebih
sedikit menyerap (Dewi, 2020).
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi ileus obstruktif dapat berupa perforasi. Adanya peningkatan
tekanan dapat menyebabkan iskemia pada dinding usus, yang dapat menyebabkan
perforasi intestinal dan menyebabkan peritonitis. Pasien juga mungkin mengalami
abses intraabdomen, syok sepsis, kegagalan organ lain, dan bahkan kematian.
Kehilangan cairan dari ruang intravaskular ke dalam usus dan adanya gejala mual
serta muntah yang berat juga dapat memperparah kondisi hemodinamik pasien,
yaitu dengan menyebabkan dehidrasi dan gangguan elektrolit. Obstruksi usus dapat
memicu komplikasi berbahaya, seperti :
11
1. Kematian jaringan akibat obstruksi yang menghalangi aliran darah ke bagian
usus. Kematian jaringan dapat menyebabkan robeknya dinding usus serta
infeksi.
2. Peritonitis, yaitu infeksi pada rongga perut. Kondisi ini memerlukan
penanganan dan operasi sesegera mungkin.
3. Beberapa komplikasi lainnya adalah sepsis, kerusakan organ, hingga kematian.
2.1.7 Prognosis
Mortalitas dapat meningkat hingga 100% bila usus yang mengalami
strangulasi tidak ditangani. Namun, angka ini menurun tajam hingga <10% bila
operasi dilakukan dalam waktu 24–48 jam. Faktor-faktor yang dapat memperburuk
prognosis adalah usia lanjut, komorbiditas, dan terapi yang tertunda. Saat ini,
mortalitas obstruksi usus secara umum adalah sekitar 5–8%. Manajemen non bedah
dilaporkan berhasil pada 65–81% kasus obstruksi parsial tanpa peritonitis. Namun,
penanganan nonbedah pada kasus ileus obstruktif memiliki tingkat rekurensi yang
lebih tinggi daripada penanganan bedah.
12
2.1.8 EBN
Tabel 1 EBN
Artikel Metodologi Hasil Penelitian
Judul: Desain: Hasil penelitian ini
Teknik Relaksasi Desain penelitian ini menunjukkan adanya
Genggam Jari pada menggunakan jenis penurunan intensitas
Pasien Ileus Obstruksi penelitian observasional nyeri yang signifikan
untuk Menurunkan deskriptif berupa laporan setelah intervensi
Intensitas Nyeri Post kasus (case report) . diterapkan. Penelitian ini
Laparoskopi Penelitian dilakukan mengungkapkan bahwa
dengan mengamati dan pasien mengalami
Penulis: mendeskripsikan penurunan tingkat nyeri
1. Yohana Maylanda efektivitas teknik dari kisaran awal 7-6
2. Netti relaksasi genggam jari menjadi 5-3 setelah
dalam mengurangi diterapkan teknik
Sumber: intensitas nyeri pasca relaksasi genggaman
Jurnal Keperawatan operasi laparoskopi pada jari. Penurunan
Sehat Mandiri pasien ileus obstruksi. intensitas nyeri ini
Vol. 1 No. 2 Nov 2023 menunjukkan bahwa
e-ISSN: 3026-3441 Subjek/responden: teknik relaksasi ini
Subjek yang digunakan efektif dalam mengelola
dalam penelitian ini nyeri pasca operasi pada
adalah semua pasien pasien dengan ileus
ileus obstruksi yang obstruktif.
menjalani operasi
laparoskopi di ruang
bedah pria RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Sampel
penelitian terdiri dari 2
orang pasien yang
memenuhi kriteria
tersebut.
Variabel:
Variabel yang terlibat
dalam penelitian ini
adalah:
1. Teknik relaksasi
genggam jari sebagai
variabel independen
yang diterapkan pada
pasien.
2. Intensitas nyeri pasca
operasi laparoskopi
sebagai variabel
dependen yang
diukur sebelum dan
setelah penerapan
13
teknik relaksasi
genggam jari .
Instrumen:
Instrumen yang
digunakan oleh para
peneliti yaitu alat
penilaian nyeri seperti
skala nyeri visual analog
atau skala nyeri numerik
untuk mengukur tingkat
nyeri. Selain itu peneliti
juga menggunakan buku
panduan mengenai
pelaksanaan teknik
relaksasi genggam jari.
Analisis:
Dalam penelitian ini,
dilakukan analisis
terhadap perubahan
intensitas nyeri pasca
operasi laparoskopi
sebelum dan setelah
penerapan teknik
relaksasi genggam jari
pada pasien ileus
obstruksi. Hasil analisis
menunjukkan adanya
penurunan intensitas
nyeri setelah dilakukan
teknik relaksasi
genggam jari.
14
BAB 3
APLIKASI TEORI
15
b. Pola Istirahat dan Tidur
Rasa nyeri yang timbul akibat ileus obstruksi membuat pasien merasa tidak
nyaman, maka perlu dilakukan pengkajian terkait kualitas tidurnya.
c. Pola Kenyamanan dan Nyeri
Nyeri pada ileus obstruksi termasuk dalam nyeri primer yang berasal dari
organ itu sendiri, dengan artian nyeri yang dirasakan dapat terjangkau.
Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan PQRST, yaitu:
1) P (Provoing incident) : mengidentifikasi sumber terjadinya nyeri.
2) Q (Quality of pain) : mengetahui bagaimana rasa nyeri dirasakan secara
subjektif.
3) R (Region) : mengidentifikasi lokasi nyeri secara tepat.
4) S (Severity/Scale) : menentukan skala dari rasa nyeri yang dirasakan.
5) T (Time) : mendeteksi berapa lama nyeri tersebut berlangsung.
d. Pola Nutrisi
Saat mengkaji status nutrisi dan metabolisme, perlu dilakukan pengukuran
tinggi dan berat badan untuk menentukan status nutrisi pasien, kebiasaan
makan sebelum dan sesudah masuk rumah sakit perlu ditanyakan kepada
pasien.
e. Pola Eliminasi
Penting untuk menanyakan tentang kebiasaan buang air besar dan kecil
pasien saat sebelum dan sesudah masuk rumah sakit. Karena biasanya,
pasien dengan ileus obstruksi sulit untuk melakukan defekasi.
4. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Kaji ada atau tidaknya sumbatan jalan napas karena terdapat penumpukan
cairan dan sputum akibat hilangnya refleks batuk. Kaji tanda-tanda lidah
jatuh ke belakang, adanya bunyi napas tambahan berdasarkan auskultasi
bunyi napas. Serta perhatikan kecepatan dan ritme napas.
b. B2 (Blood)
Kaji adanya tanda-tanda peningkatan TIK atau tekanan intrakranial yaitu
peningkatan tekanan darah disertai dengan jumlah nadi yang meningkat.
16
c. B3 (Brain)
1) Kaji apakah pasien pernah mengeluh nyeri kepala hebat, perhatikan
pelebaran pupil unilateral, serta amati tingkat kesadaran pasien.
2) Kaji status mental, perilaku, ucapan, ekspresi wajah, dan aktivitas
motorik.
3) Kaji fungsi inteektual dan amati penurunan daya ingat, baik daya ingat
jangka panjang dan jangka pendek, serta kemampuan berhitung dan
kalkulasi.
4) Kaji kemampuan berbahasa dan periksa adanya afasia reseptif dan
ekspresif, disartria, dan apraksia.
5) Kaji lobus frontal terhadap adanya kerusakan fungsi kognitif dan
dampak psikologis seperti kesulitan memahami, mudah lupa, kurang
motivasi, frustasi, dan depresi.
d. B4 (Bladder)
Periksa tanda-tanda adanya inkontinensia urin akibat ketidakmampuan
mengontrol kandung kemih akibat gangguan fungsi motorik dan kontrol
postur.
e. B5 (Bowel)
Periksa apakah pasien sulit menelan, kehilangan nafsu makan, mual,
muntah, atau sembelit.
f. B6 (Bone)
Periksa apakah pasien mengalami mati rasa atau kelemahan, luka tekan,
serta kaji warna, dan turgor kulit.
17
3. Nyeri akut b.d. agen pencedera fisiologis d.d. mengeluh nyeri, tampak
meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah meningkat, pola
napas berubah, dan nafsu makan berubah.
(SDKI, 2017)
18
3.1.3 Intervensi Keperawatan
Tabel 2 Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1. Defisit Nutrisi (D.0019) Luaran Utama: Intervensi Utama:
Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
20
2. Ajarkan diet yang diprogramkan.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan.
2. Kolabborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu.
2. Risiko Ketidakseimbangan Luaran Utama: Intervensi Utama:
Cairan (D.0036) Keseimbangan Cairan (L.03020) Manajemen Cairan (I.03098)
21
nadi meningkat, tekanan 1) Keluhan nyeri menurun. 2) Identifikasi skala nyeri.
Darah meningkat, pola napas 2) Meringis menurun. 3) Identifikasi respon nyeri non verbal.
berubah, dan nafsu makan 3) Gelisah menurun. 4) Identifikasi faktor yang memperberat dan
berubah. 4) Frekuensi nadi membaik. memperingan nyeri.
5) Tekanan darah membaik. 5) Monitor efek samping penggunaan analgetik.
6) Pola nafas membaik.
Terapeutik
1) Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri.
3) Fasilitasi istirahat dan tidur.
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri.
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri.
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
4) Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
(SLKI, 2019)
(SIKI, 2018)
22
3.1.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi.
Implementasi tindakan keperawatan menggambarkan tindakan mandiri,
kolaborasi dan ketergantungan sesuai dengan rencana keperawatan yaitu observasi
terhadap setiap respons pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Implementasi tindakan keperawatan bertujuan untuk promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan mekanisme koping. Implementasi tindakan keperawatan bersifat
holistik dan menghargai hak-hak pasien. Implementasi tindakan keperawatan
melibatkan partisipasi aktif pasien. Pemberian implementasi dilengkapi dengan
tanggal dan waktu, respon pasien setelah diberikan tindakan keperawatan, dan paraf
perawat pemberi asuhan keperawatan.
23
BAB 4
PEMBAHASAN
4.2 Pengkajian
Ruang : Dahlia Tanggal Pengkajian : 15 Feb 2024
Tanggal MRS : 14 Feb 2024 Jam pengkajian : 11.00
Register Medik : 765xxx
Diagnosa Medis : Ileus Obstruktif
Biodata :
Pasien : Penanggung Jawab :
Nama : Tn. S Nama : Tn. P
Umur : 63 tahun Umur : 32 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tukang Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Menikah Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Pelangi No. 22 Alamat : Jl. Jeruk No. 40
Hubungan dengan klien : Anak
24
1. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan utama : Nyeri di perut sebelah kiri bawah
2. Lama keluhan : 3 hari yang lalu
3. Kualitas keluhan : Sedang
4. Faktor pencetus : Kecelakaan kerja dan perutnya terkena kayu
5. Faktor pemberat : Saat bergerak
6. Upaya yg. telah dilakukan : Berbaring/beristirahat
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien datang ke rumah sakit bersama anaknya pada 14 Februari 2024 pukul
11.00 WIB dalam keadaan sadar. Pasien mengeluh nyeri di perut sebelah
kiri bawah sejak 3 hari lalu. Nyerinya tidak menjalar, nyeri bertambah jika
bergerak dan berkurang jika berbaring/beristirahat. Pasien juga mengeluh
mual dan muntah sebanyak 3 kali. Keluarga mengatakan pasien pernah
mengalami kecelakaan kerja hingga perut kanannya terkena kayu.
25
4) Kebiasaan
Jenis Frekuensi Jumlah/Lamanya
Merokok Tidak pernah Tidak Pernah Tidak Pernah
Kopi Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah
Alkohol Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah
5) Obat-obatan
Jenis Lamanya Dosis
Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah
d. Genogram
26
Berpakaian/berdandan 0 2
Toileting 0 1
Mobilitas di tempat tidur 0 0
Berpindah 0 2
Berjalan 0 2
Naik tangga 0 2
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 =
tidak mampu
Depan Belakang
27
Skala :5
Waktu : >10 menit, hilang timbul
d. Nutrisi
1) Frekuensi makan : 3x sehari
2) BB/TB : 53kg / 168cm
3) IMT & BBR : 18,79kg/m²
4) BB 1 bulan terakhir : [ ] tetap
: [ ] meningkat:…Kg, alasan…………
: [ ] menurun: 3Kg, alasan: tidak nafsu
5) Jenis makanan : Nasi, lauk, pauk, dan sayur
6) Makanan disukai : Semua makanan
7) Pantangan/alergi : Tidak ada
8) Nafsu makan : [ ] baik
: [ ] kurang, alasan: habis makan terasa mual
9) Masalah pencernaan : [ ] mual
: [ ] muntah
: [ ] kesulitan menelan
: [ ] sariawan
10) Riwayat operasi/trauma gastrointestinal: Tidak ada riwayat operasi
11) Diet RS :…………… [ ] habis
[ ] ½ porsi
[ ] ¾ porsi
[ ] tidak habis, alasan: terasa mual
12) Kebutuhan Pemenuhan ADL makan: Mandiri
28
: Dosis: 2000cc dalam 24 jam 24tpm.
f. Oksigenasi
1) Sesak nafas : [ ] tidak [ ] ya
a) Frekuensi : Tidak ada
b) Kapan terjadinya : Tidak ada
c) Faktor pencetus : Tidak ada
d) Faktor pemberat : Tidak ada
2) Batuk : Ya / Tidak
3) Sputum : Ya / Tidak
4) Nyeri dada : Ya / Tidak
5) Riwayat penyakit : [ ] Asma
: [ ] TB
[ ] Batuk darah
: [ ] Paparan dg penderita TB
[ ] Chest Surgery / Trauma dada
[ ] Tidak ada riwayat penyakit
6) Riwayat merokok : Pasif / Aktif
g. Eliminasi Fekal/Bowel
1) Frekuensi : 1x/hari
2) Warna/darah : Kuning kecoklatan/tidak ada darah
3) Konsistensi : Lunak
4) Waktu : pagi / siang / sore / malam
5) Penggunaan pencahar : Tidak menggunakan obat pencahar
6) Ggn. Eliminasi bowel : [ ] Konstipasi
[ ] Diare
[ ] Inkontinensia bowel
7) Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel : Mandiri / Tergantung / Dg
Bantuan
29
h. Eliminasi Urin
1) Frekuensi : 5x/hari
2) Warna : [ ] normal [ ] hematuria [ ] seperti teh
3) Darah : Tidak ada
4) Keluhan : [ ]nokturia [ ] retensi urine
; [ ] inkontinensia urine
5) Ggn. Eliminasi bladder : [ ] nyeri saat BAK
: [ ] burning sensation
: [ ] bladder terasa penuh setelah BAK
: [ ] inkontinensia bladder
6) Riwayat dahulu : [ ] penyakit ginjal
[ ] batu ginjal
[ ] injury / trauma
7) Penggunaan kateter : Ya / Tidak
8) Kebutuhan pemenuhan ADL bladder : Mandiri / Tergantung / Dg
Bantuan
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
E:4 V:5 M:6
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan umum : Lemah
30
b. Tanda Vital
1) TD : 140/100 mmHg
2) Nadi : Frekuensi : 86x/mnt
: Irama : [ ] reguler [ ] ireguler
: Kekuatan/isi : [ ] kuat [ ]sedang [ ] lemah
3) Respirasi : Frekuensi : 20x/mnt
: Irama : [ ] reguler [ ] ireguler
4) Suhu : 36,5oC
31
2) Leher [] Normal [ ] Lesi [ ] Kaku kuduk
[ ] Pembesaran tiroid [ ] Pelebaran JVP
4) Dada
Bentuk [ ] Normal [ ] Barrel chest [ ] Funnel chest
[ ] Pigeon chest
a) Pulmo
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi
Palpasi : Fremitus taktil ka/ki : Ekspansi dinding dada seimbang
Perkusi : ka/ki : Sonor
Auskultasi :[ ] vesikuler ka/ki [ ]whezing [ ] ronkhi
b) Cor
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak terdapat retraksi dada, arteri karotis teraba kuat
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung I (SI): Normal
Bunyi jantung II (SII) : Normal
Bunyi jantung III (SIII): Normal
Murmur : Tidak ada
5) Abdomen
Inspeksi : [] normal [ ] ascites
Palpasi : Pada abdomen kiri bawah teraba keras
Perkusi : Tidak dapat leluasa untuk melakukan perkusi karena
terdapat nyeri tekan dibagian perut kiri bawah.
Auskultasi : Peristaltik : 9x/mnt
32
6) Genetalia
Pria [ ] Normal [ ] Hypospadia [ ] Epispadia
[ ] hernia [ ] Hydrocell [ ] Tumor
Perempuan [ ] normal [ ] kondiloma [ ] prolapsus uteri
[ ] Perdarahan [ ] keputihan
7) Rectum [ ] Normal [ ] Hemoroid [ ] Prolapd [ ] Tumor
8) Ektremitas
Ekstremitas atas
kekuatan otot ka/ki : 5/5
ROM ka/ki : Mampu ditekuk dan tidak ada nyeri
capilary refile : < 2 detik
Ekstremitas bawah
kekuatan otot ka/ki : 5/5
ROM ka/ki : Mampu ditekuk dan tidak ada nyeri
Capillary refile : < 2 detik
33
Sosial :
a. Aktivitas atau peran di masyarakat adalah klien mengatakan sering
mengikuti kegiatan-kegiatan dengan masyarakat.
b. Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah klien tidak menyukai
kebiasaan anak muda yang merokok sembarangan.
c. Cara mengatasinya : Dengan menegur dan memberi edukasi mengenai asap
rokok yang dapat mengganggu kesehatan orang lain juga.
d. Pandangan klien tentang aktivitas sosial dilingkungannya : Klien memiliki
keinginan untuk tetap aktif dan terlibat dalam kegiatan sosial di
lingkungannya.
Budaya :
a. Budaya yang diikuti klien adalah budaya Jawa
b. Kebudayaan yang dianut merugikan kesehatannya : Tidak ada
Spiritual :
a. Aktivitas ibadah sehari hari : Pasien beribadah shalat 5 waktu
b. Kegiatan keagamaan yang biasa di lakukan : Pengajian rutin
c. Keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang
sedang dialami : Klien meyakini bahwa masalah kesehatan yang
dialaminya adalah bagian dari takdir.
6. Pemeriksaan Penunjang :
(Hasil pemeriksaan laboratorium, radiology, EKG, EEG dll)
Tidak terlampir
7. Terapi Medis :
Cairan IV :
a. IFVD Futrolit 2000cc/24tpm
b. Omeprazole 40gr (2x1)
c. Ceftriazone 1gr (2x1)
d. Santagesik 1g (2x1)
34
4.3 Analisis Data
Nama klien : Tn. S No. Register : 765xxx
Umur : 63 Tahun Diagnosa Medis : Ileus Obstruktif
Ruang Rawat : Ruang Dahlia Alamat : Jl. Pelangi No. 22
Tabel 3 Analisa Data
Tgl/Ja
Data Fokus Etiologi Problem
m
14 Nov DS: Ileus Obstruksi Nyeri Akut
11.00 - Klien mengeluh nyeri
di perut sebelah kiri
bawah sejak 3 hari lalu. Akumulasi gas dan
- Klien mengatakan cairan dalam lumen
nyerinya tidak usus
menjalar, nyeri
bertambah jika
bergerak dan berkurang Distensi dinding
jika usus
berbaring/beristirahat.
- Klien mengatakan nyeri
yang dirasakan seperti Peningkatan tekanan
tertusuk-tusuk. intralumen
- Klien mengatakan skala
nyeri 5 (1-10).
- Klien mengatakan Iskemik dinding
nyerinya berlangsung usus
selama 10 menit.
35
- Klien mengatakan arah, isi usus
nafsu makannya terdorong ke
menurun karena setelah lambung kemudian
makan merasa mual. mulut
DO:
- Berat badan turun 3kg. Asam lambung
meningkat
Mual muntah
Defisit nutrisi
14 Nov Faktor Risiko: Ileus Obstruksi Risiko
- Disfungsi intestinal Ketidakseimbangan
- Obstruksi intestinal Cairan
- Mukosa bibir kering Hipomolitas
- Kelemahan Intestinal
- Kulit kering
Ketidakmampuan
mengabsorpsi
Penurunan intake
cairan
Risiko
ketidakseimbangan
cairan
36
4.4 Prioritas Diagnosa
1. Nyeri akut b.d. agen pencedera fisiologis d.d. klien mengeluh nyeri di perut
sebelah kiri bawah sejak 3 hari lalu, klien tampak meringis dan bersikap
protektif, tekanan darah meningkat, serta kesulitan tidur.
2. Defisit nutrisi b.d. ketidakmampuan mencerna makanan d.d. klien
mengatakan merasa mual dan muntah, klien mengatakan setelah makan
mualnya masih ada, klien mengatakan perutnya nyeri, nafsu makannya
menurun karena setelah makan merasa mual, dan berat badan klien turun
3kg.
3. Risiko ketidakseimbangan cairan b.d. obstruksi intestinal.
37
4.5 Rencana Tindakan
Nama klien : Tn. S No. Register : 765xxx
Umur : 72 Tahun Diagnosa Medis : Ileus Obstruktif
Ruang Rawat : Ruang Dahlia Alamat : Jl. Pelangi No. 22
Tabel 4 Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Nama/TTD
1. Nyeri Akut (D.0077) Luaran Utama: Intervensi Utama:
Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Terapeutik
1) Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
2) Fasilitasi istirahat dan tidur.
38
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
2) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
2. Defisit Nutrisi (D. 0019) Luaran Utama: Intervensi Utama:
Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
2) Ajarkan diet yang diprogramkan.
39
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.
2. Risiko Ketidakseimbangan Luaran Utama: Intervensi Utama:
Cairan (D.0036) Keseimbangan Cairan (L.03020) Manajemen Cairan (I.03098)
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian diuretic, jika
perlu.
40
4.6 Catatan Perkembangan
Nama klien : Tn. S No. Register : 765xxx
Umur : 72 Tahun Diagnosa Medis : Ileus Obstruktif
Ruang Rawat : Ruang Dahlia Alamat : Jl. Pelangi No. 22
Tabel 5 Implementasi dan Evaluasi Hari ke-1
No. Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD
D.0077 14 Feb 11.30 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S: Klien mengatakan nyeri saat
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. bergerak, dengan karakteristik
P: Nyeri dirasakan saat bergerak. seperti ditusuk-tusuk, terlokasi
Q: Seperti ditusuk-tusuk. di perut sebelah kiri, dan
R: Perut sebelah kiri. intensitas nyeri mencapai skala
S: 5 5. Durasi nyeri adalah 10 menit
T: 10 menit, hilang timbul. dengan sifat hilang timbul.
2. Mengidentifikasi skala nyeri.
Hasil: Skala nyeri 5 berada di nyeri sedang. O:
3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal. - Keluhan nyeri dari 1
Hasil: Klien tampak meringis dan bersikap (meningkat) menjadi 3
protektif. (sedang).
4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan - Meringis dan sikap protektif
memperingan nyeri. dari 1 (meningkat) menjadi 3
Hasil: Klien mengatakan nyeri bertambah jika (sedang).
bergerak dan berkurang jika berbaring dan - Tekanan darah
diberikan analgetik. 140/100mmHg dari 1
5. Memonitor penggunaan efek samping analgetik (memburuk) menjadi 3
Hasil: Tidak ada efek samping dari (sedang).
penggunaan analgetik.
41
11.40 6. Memberikan teknik non farmakologis untuk - Kesulitan tidur dari 1
mengurangi rasa nyeri. (meningkat) menjadi 3
Hasil: Klien mengatakan tidak mengetahui apa (sedang).
itu RND, klien di ajarkan melakukan RND
(Relaksasi Napas Dalam) A: Masalah nyeri akut belum
7. Memfasilitasi istirahat dan tidur. teratasi.
Hasil: Klien mengatakan tidurnya tidak
nyenyak dan sering terbangun. P: Intervensi dilanjutkan nomor
1, 2, 3, 6, 7, dan 10.
12.00 8. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri.
Hasil: Klien menunjukkan pemahaman yang
lebih baik tentang kondisinya.
9. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
Hasil: Klien dapat mengetahui sendiri
karakteristik, penyebab, dan lokasi saat nyeri
muncul.
42
13.30 5. Memberikan makanan tinggi serat untuk - Klien mengatakan perutnya
mencegah konstipasi. nyeri.
6. Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi - Klien mengatakan nafsu
protein. makannya menurun karena
setelah makan merasa mual.
13.45 7. Menganjurkan posisi duduk
8. Mengajarkan diet yang diprogramkan. O:
- Nyeri abdomen dari 1
14.00 9. Mengolaborasi dengan ahli gizi untuk (meningkat) menjadi 3
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient (sedang).
yang dibutuhkan, jika perlu. - Nafsu makan dari 1
(memburuk) menjadi 3
(sedang).
- Berat badan 53kg dari 1
(memburuk) menjadi 3
(sedang).
43
3. Mencatat intake-output dan hitung balance - Kelembaban membrane
cairan 24jam. mukosa dari 1 (menurun)
menjadi 3 (sedang).
4. Memberikan asupan cairan, sesuai kebutuhan. - Tekanan darah 140/100 dari
5. Memberikan cairan intravena, jika perlu. 1 (memburuk) menjadi 3
(sedang).
6. Mengolaborasi pemberian diuretic, jika perlu. - Membran mukosa dari 1
(memburuk) menjadi 3
(sedang).
- Turgor kulit dari 2 (cukup
memburuk) menjadi 3
(sedang).
A: Masalah risiko
ketidakseimbangan cairan belum
teratasi.
44
R: Perut sebelah kiri. intensitas nyeri psda skala 3.
S: 3 Durasi nyeri adalah 5 menit
T: 5 menit, hilang timbul. dengan sifat hilang timbul.
2. Mengidentifikasi skala nyeri.
Hasil: Skala nyeri 3 berada di nyeri sedang. O:
3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal. - Keluhan nyeri dari 3
Hasil: Klien masih tampak meringis dan (sedang) menjadi 4 (cukup
bersikap protektif. menurun).
- Meringis dan sikap protektif
dari 3 (sedang) menjadi 4
08.30 4. Memberikan teknik non farmakologis untuk (cukup menurun).
mengurangi rasa nyeri. - Tekanan darah 130/90mmHg
Hasil: Klien mengatakan tidak mengetahui apa dari 3 (sedang) menjadi 4
itu RND, klien di ajarkan melakukan RND (cukup membaik).
(Relaksasi Napas Dalam) - Kesulitan tidur dari 3
5. Memfasilitasi istirahat dan tidur. (sedang) menjadi 4 (cukup
Hasil: Klien mengatakan sudah bisa tidur menurun).
nyenyak dan tidak sering terbangun seperti
sebelumnya. A: Masalah nyeri akut teratasi
sebagian.
09.00 6. Mengolaborasikan pemberian analgetik, jika
perlu. P: Intervensi dilanjutkan nomor
1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
45
3. Memberikan makanan tinggi serat untuk - Klien mengatakan setelah
mencegah konstipasi. makan mualnya masih ada.
4. Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi - Klien mengatakan perutnya
protein. masih nyeri.
5. Menganjurkan posisi duduk. - Klien mengatakan nafsu
makannya mulai sedikit ada.
O:
- Nyeri abdomen dari 3
(sedang) menjadi 4 (cukup
menurun).
- Nafsu makan dari 3 (sedang)
menjadi 4 (cukup membaik).
- Berat badan 53,3kg dari 3
(sedang) menjadi 4 (cukup
membaik).
46
4. Memberikan asupan cairan, sesuai kebutuhan. menjadi 4 (cukup
5. Memberikan cairan intravena, jika perlu. meningkat).
- Tekanan darah 130/90 dari 3
(sedang) menjadi 4 (cukup
membaik).
- Membran mukosa dari 3
(sedang) menjadi 4 (cukup
membaik).
- Turgor kulit dari 3 (sedang)
menjadi 4 (cukup membaik).
A: Masalah risiko
ketidakseimbangan cairan
teratasi sebagian
47
5. Memfasilitasi istirahat dan tidur. - Klien mengatakan sudah bisa
tidur dengan nyenyak dan
09.00 6. Mengolaborasikan pemberian analgetik, jika tidak mudah terbangun.
perlu.
O:
- Keluhan nyeri dari 4 (cukup
menurun) menjadi 5
(menurun).
- Meringis dan sikap protektif
dari 4 (cukup menurun)
menjadi 5 (menurun).
- Tekanan darah 120/80mmHg
dari 4 (cukup membaik)
menjadi 5 (membaik).
- Kesulitan tidur dari 4 (cukup
menurun) menjadi 5
(menurun).
P: Intervensi dihentikan.
48
4. Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi - Klien mengatakan setelah
protein. makan tidak mual.
5. Menganjurkan posisi duduk. - Klien mengatakan perutnya
sudah tidak nyeri lagi.
- Klien mengatakan nafsu
makannya sudah kembali
seperti sebelumnya.
O:
- Nyeri abdomen dari 4
(cukup menurun) menjadi 5
(menurun).
- Nafsu makan dari 4 (cukup
membaik) menjadi 5
(membaik).
- Berat badan 53,5kg dari 4
(cukup membaik) menjadi 5
(membaik).
P: Intervensi dihentikan.
D.0036 16 Feb 15.00 1. Memonitor status hidrasi. S: Klien mengatakan sudah
2. Memonitor berat badan harian. tidak merasa haus.
Hasil: BB 53,5kg
3. Mencatat intake-output dan hitung balance O:
cairan 24jam.
49
4. Memberikan asupan cairan, sesuai kebutuhan. - Kelembaban membrane
Memberikan cairan intravena, jika perlu. mukosa dari 4 (cukup
meningkat) menjadi 5
(meningkat).
- Tekanan darah 120/80 dari 4
(cukup membaik) menjadi 5
(membaik).
- Membran mukosa dari 4
(cukup membaik) menjadi 5
(membaik).
- Turgor kulit dari 4 (cukup
membaik) menjadi 5
(membaik).
A: Masalah risiko
ketidakseimbangan cairan
teratasi seluruhnya.
P: Intervensi dihentikan.
50
4.7 Pembahasan
Pada bab ini membahas tentang “Asuhan Keperawatan pada Tn. S yang
mengalami ileus obsruksi dengan masalah nyeri akut di RSI Jemursari. Pembahasan
tentang proses asuhan keperawatan ini menggunakan 5 tahapan proses keperawatan
yang meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
a. Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian yang sudah dilakukan ditemukan 1 kasus dengan masalah
keperawatan Nyeri Akut pada Tn. S 63tahun. Pada pengkajian riwayat kesehatan
sekarang didapatkan keluhan utama Tn. S yaitu Pasien mengeluh nyeri di perut
sebelah kiri bawah sejak 3 hari lalu. Nyerinya tidak menjalar, nyeri bertambah jika
bergerak dan berkurang jika berbaring/beristirahat. Pasien juga mengeluh mual dan
muntah sebanyak 3 kali. Keluarga mengatakan pasien pernah mengalami
kecelakaan kerja hingga perutnya terkena kayu. Setelah dilakukan pemeriksaan,
didapatkan hasil nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk di daerah abdomen
dengan skala 5, kesadaran composmentis dengan GCS : E4 M5 V6, CRT <2 detik,
keadaan umum baik, suhu 36.5˚C, TD 140/100 mmHg, nadi 86 x/menit, RR 20
x/menit. Pada pengkajian riwayat kesehatan terdahulu, tidak ditemukan penyakit
yang pernah diderita oleh pasien Tn. S, pasien Tn, S juga tidak memiliki riwayat
hipertensi dan pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga. Dari fakta yang
didapat tersebut muncul dengan penyebab keluhan utama dalam ileus obstruksi
yang dialami.
b. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian terdapat 3 diagnosa keperawatan pada Tn. S
yaitu nyeri akut, defisit nutrisi, dan risiko ketidakseimbangan cairan. Pada pasien
tersbut mendapatkan prioritas diagnosa yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik (patah tulang). Hal ini dibuktikan pada data objektif pada Tn. S
terdapat adanya nyeri di perut sebelah kiri bawah sejak 3 hari lalu, klien tampak
meringis dan bersikap protektif, tekanan darah meningkat, serta kesulitan tidur
akibat nyeri yang dialami.
51
c. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
pada pasien Tn. S yaitu manajemen nyeri yang terdiri dari Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri,
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, Berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, Fasilitasi istirahat dan tidur,
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri,Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri, Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangirasa nyeri, dan
Kolaborasi pemberian analgetik.
Menurut Tim Pokja SIKI (2018), manajemen nyeri adalah mengidentifikasi
dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yangberkaitan dengan
kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan. Sehingga pasien menggunakan
intervensi manajemen nyeri karena dapat mengurangi rasa nyeri.
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien Tn. S adalah
Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
Mengidentifikasi skala nyeri, Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri, Memfasilitas istirahat dan tidur, Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri, Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri,
Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri yaitu teknik
relaksasi nafas dalam, Mengkolaborasi pemberian analgesik. Pada pertemuan
kedua dan ketiga kami melakukan intervensi.
e. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan selama 3 hari yang diberikan
kepada pasien Tn. S didapatkan masalah teratasi seluruhnya. Dengan dibuktikan
hasil subjektif pada Tn. S yaitu Keluhan nyeri menurun, Meringis menurun,
Kesulitan tidur menurun, dan data objektif keadaan umum pasien cukup membaik,
Tekanan darah 120/80 mmHg. Menurut hasil evaluasi yang didapatkkan pasien Tn.
S selama 3 hari mengalami penurunan nyeri dari skala 5 (berat) menjadi 1 (ringan).
52
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ileus obstruksi merupakan suatu kondisi serius yang mempengaruhi fungsi
usus dan dapat menyebabkan banyak komplikasi yang mengancam jiwa.
Penyebabnya beragam, mulai dari adhesi, hingga tumor usus, dengan gejala klinis
antara lain nyeri perut, mual, muntah, dan distensi abdomen. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan serangkaian tes diagnostik.
Pengobatan ileus obstruksi meliputi manajemen cairan, pengobatan simtomatik,
dan pembedahan. Pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan yang tepat dapat
meningkatkan prognosis dan membantu mencegah komplikasi berbahaya.
5.2 Saran
Jika mengalami gejala seperti nyeri perut yang parah, muntah berulang dan
ketidakmampuan untuk buang gas, segera cari perawatan medis karena
mengabaikan gejala ini dapat mengakibatkan komplikasi yang berbahaya.
53
DAFTAR PUSTAKA
54