Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN

OSTEOARTHTRITIS DENGAN MASALAH RESIKO CEDERA DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH STUDI KASUS

YUDHA OKTA ALFIAN


NIM : P031914472024

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2022

1
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PSIEN
OSTEOARTHTRITIS DENGAN MASALAH RESIKO CEDERA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN
HALAMAN JUDUL

Proposal KaryaTulis Ilmiah ini disusunsebagai salah satu persyaratan


menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan Diluar Kampus
Utama Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Pekanbaru

YUDHA OKTA ALFIAN


NIM : P031914472024

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
2022

2
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Yudha Okta Alfian NIM : P031914472024telah


diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Pematang Reba, 28 Maret 2022


Pembimbing

Ns. Sety Julita, M.Kep


1980070320080120

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat

Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

Tugas Akhir sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program di

Program Studi Diploma III Keperawatan Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Riau, atas terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau Bapak H.Husnan, SKP.MKM.

2. Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau Ibu

Resherina, S.Pd, S.Kep, M.Kes.

3. Ketua Program Studi Diploma III Keperawatan Riau Bapak Ns. Yulianto,

S.Kep, M.pd, MPH.

4. Ibu Ns. Sety Julita,M.Kep. selaku Dosen Pembimbing I

5. Ibu Ns. Nur Aulia,M.Kep selaku Dosen Pembimbing II

6. Bapak/Ibu dosen beserta seluruh staf Poltekkes Kemenkes Riau Program Studi D III

Keperawatan Di Luar Kampus Utama yang memberikan bekal ilmu dan dukungan

untuk penulis.

7. Teristimewa untuk kedua orangtua ayahanda dan ibunda tercinta serta kakak,

dan adik tersayang, dan seluruh keluarga yang tidak henti-hentinya

memberikan dukungan, perhatian, semangat, dan doa serta finansial selama

berkuliah.

4
8. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuannya selama

penelitian dan penyelesaian laporan ini. Penulis berharap semoga Karya Tulis

Ilmiah Studi Kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Pematang Reba, 2022

Penulis

Yudha Okta Alfian


NIM : P031914472024

5
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
BAB 1PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................2
1.4 Manfaat penulisan........................................................................................3
1.4.1 Teoritis...............................................................................................3
1.4.2 Praktis.................................................................................................3
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................4
2.1 Konsep Dasar Osteoarthtritis.........................................................................4
2.1.1 Definisi Osteoarthtritis........................................................................4
2.2.2 Klasifikasi...........................................................................................4
2.1.3 Etiologi................................................................................................4
2.1.4 Patofisiologi........................................................................................5
2.1.5 Manifestasi klinis................................................................................6
2.1.6 Komplikasi..........................................................................................8
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Oateoarthtritis...............................................8
2.2.1 Pengkajian...........................................................................................8
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................11

6
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Diagnosa Keperawatan.................................................................. 11

Tabel 2.2 Perencanaan Keperawatan............................................................. 12

7
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penyakit sendi degeneratif (OA) kemunduran (perubahan menjadi sesuatu

yang rusak) bertahap kartilago artikular pada sendi, disertai dengan perubahan

jaringan lunak disekitar sendi. Penderita osteoarthritis dapat mempengaruhi semua

sendi pada tubuh, tetapi pada bagian bahu, siku, terutama bahu, siku dan lutut.

Dan dari semua sendi, yang rentan adalah sendi pada lutut (Prieharti dan dr. Yekti,

2017).

Gejala utama nyeri dan kaku pada persendian yang menyebabkan penderita

mengalami gangguan pada alat gerak yang mengakibatkan masalah gannguan

mobilitas fisik (Hartoyono dkk, 2017). Gangguan mobilitas fisik ini menyebabkan

lansia membatasi aktivitas yang dikemudian hari akan mengarah pada penurunan

mobilitas (Indraswari, 2018).

Word Health Organitation(2019) di Amerika Serikatosteoarthritis telah

mencapai 24,7%, dan diperkirakan terus meningkat hingga tahun 2040 dengan

indikasi lebih dari25,9% akan mengalami kelumpuhan atau kecacatan akibat

osteoarthritis (Akbar dkk 2019)

Osteoarthritis paling banyak terjadi pada individu dengan usia 75 tahun ke

atas yaitu 18,95% dan jenis kelamin perempuan mempunyai pravalensi

osteoarthritis tertinggi yaitu 8,46% dan untuk laki-laki memiliki angka pravalensi

6,13% (Riskesdas 2018).

8
Prevalensi osteoarthritis tertinggi dengan 13,26% yaitu di provinsi Aceh dan

provinsi dangan prevalensi terendah adalah Sulawesi Barat yaitu sekitar 3,16%, 2

sedangkan di Jawa Timur angka prevalensinya yaitu sekitar 6,72%. Sedangkan

data di Riau di dapat data 6 bulan terakhir pada tahun 2019 sebanyak 101 kasus

osteoarthtritis pada lansia.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian asuhan keperawatan lansia penderita Osteoarthtritis dengan

masalah gangguan mobilitas fisik di wilayah kerja Puskesmas Pekan Heran.

1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimanakah Asuhan keperawatanlansia penderita osteoarthritis dengan

gangguan mobilitas fisik Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Heran”

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Melakukan Asuhan Keperawatan Pada pasien osteoarthritis dengan

gangguan mobilitas fisik Di wilayah kerja Puskesmas Pekan Heran.

1.3.2 Tujuan Khusus

(1) Melakukan pengkajian Keperawatan lansia penderita osteoarthritis dengan

gangguan mobilitas fisik Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Heran.

(2) Merumuskan diagnosis Keperawatan lansia penderita osteoarthritis dengan

gangguan mobilitas fisik Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Heran.

(3) Menyusun Intervensi Keperawatan lansiapenderita osteoarthritis dengan

gangguan mobilitas fisik Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Heran.

9
(4) Melakukan Implementasi Keperawatan lansia penderitaosteoarthritis

dengan gangguan mobilitas fisik Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan

Heran.

(5) Melakukan Evaluasi Keperawatan Pada pasien osteoarthritis dengan

gangguan mobilitas fisik Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Heran.

1.4 Manfaat penulisan

1.4.1 Teoritis

Sebagai bahan pustaka yang dapat menjadi landasan dalam menambah

wawasan dan pengembangan ilmu tentang asuhan keperawatan jiwa dengan

masalah defisit perawatan diri mandi dan berhias pada pasien isolasi sosial.

1.4.2 Praktis

(1) Manfaat bagi penulis

Penulis dapat mempraktekkan langsung ilmu yang di dapat selama

perkuliahan untuk mendapat gambaran dalam penerapan asuhan keperawatan

defisit perawatan diri mandi dan berhias pada pasien isolasi sosial.

(2) Manfaat bagi pasien dan keluarga

Pasien mendapatkan asuhan keperawatan yang baik dan keluarga dapat

mengetahui cara defisit perawatan diri mandi dan berhias pada pasien isolasi

sosial.

(3) Manfaat bagi institusi pelayanan kesehatan

Diharapkan supaya menjadi bahan bacaan dalam bidang ilmu

keperawatan khususnya asuhan keperawatan jiwa dengan masalah defisit

perawatan diri mandi dan berhias pada pasien isolasi sosial.

(4) Manfaat bagi peneliti selanjutnya

10
Asuhan keperawatan ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi

informasi dan pertimbangan penelitian selanjutnya untuk menambah wawasan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Osteoarthtritis

2.1.1 Definisi Osteoarthtritis

Osteoarthtritis (pengapuran sendi) adalah suatu penyakit degenerative,

yang menyebabkan myeri dan kekakuan pada sendi yang sering di derita pada

tahap menua yaitu pada usia 60 tahun sehingga membuat sendi-sendi menjadi

sulit untuk di gerakkan dan apabila tidak di gerakkan akan memperparah keadaan

(Yuli, Reni, 2014).

2.2.2 Klasifikasi

Osteoarthtritis di klasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu tipe primer dan tipe

sekunder. Pada tipe primer ( idiopatik ), osteoarthtritis terjadi tanpa kejadian atau

penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan osteoarthtritis. Sedangkan pada

tipe sekunder osteoarthtritis terjadi akibat trauma, infeksi atau pernah fraktur.

2.1.3 Etiologi

Menurut Purwanto ( 2016 ), sering bertambahnya usia, terjadi penurunan

jumlah kolagen dan kadar air yang terjadi karena perubahan fisik dan biokimia

tubuh. Faktor kegemukan juga menjadi salah satu penyebab osteoarthtritis karena

11
akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebalikmya nyeri atau

cacat yang di sebabkan oleh osteoarthtritis mengakibatkan seseorang menjadi

tidak aktif dan menambah kegemukan.

Trauma fisik merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya

osteoarthtritis.Trauma fisik yang dapat menyebabkan osteoarthtritis adalah trauma

yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi

tersebut. Selain itu, faktor keturunan juga berperan dalam terjadinya

osteoarthtritis. Heberden node merupakan salah satubentuk osteoarthtritis yang

biasanya di temukan pada pria yang kedua orang tua nya terkena aosteoarthtritis,

sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tua nya yang terkena.

Faktor lain penyebab terjadinya osteoarthtritis adalah karena penyakit

endokrin. Pada hipertiriodisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan

yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat

fisikrawan sendi, ligament, tendon, sinovial, dan kulit. Sedangkan pada

penderitadiabetes mellitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan

menurun.

2.1.4 Patofisiologi

Penyakit sendi degenerative merupakan suatu penyakit kronik, yang

merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi

di sertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses

degenerasi ini di sebabkan oleh pemecahan kondrosit (sel pembentuk proteoglikan

dan kolagen pada rawan sendi) yang merupakan unsur penting rawan sendi.

12
Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan di pecahnya poliskarida protein

yang membentuk martiks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan

kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus

menanggung berat badan, seoerti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi

inferfalanga distal dan proksimasi.

Osteoarthtritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatas nya

gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang di alami atau di

akibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang di guanakan nya sendi tersebut.

Perubahan-perubahan degenerative yang mengakibatkan karena pristiwa-pristiwa

tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit

peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat

dan ekstrinsik sehingga meyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan

metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami

erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi

yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau

nodulus (Purwanto, 2016 dan Nurarif, 2015).

2.1.5 Manifestasi klinis

Tanda dan gejala osteoarthtritis sebagai berikut :

(1) Nyeri

Nyeri yang terjadi pada sendi lutut dapat bertambah buruk oleh gerakan,

weight bearing dan jalan (Abdurrahman et al, 2019) . Dan menurut The

International Association For The Study of pain (IASP). Nyeri merupakan

pengalaman sensorik dan emisonal yang tidak nyaman, yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan atau berpotensi merusak jaringan. Definisi tersebut merupakan

13
pengalaman subyektif dan bersifat individual. Dengan dasar ini dapat di pahami

bahwa kesamaan penyebab tidak secara otomatis menimbulkan perasaan nyeri

yang sama (Fernanda, 2018).

(2) Kaku Sendi

Gejala yang sering di jumpai pada osteoarthtritis, terjadi nya kesulitan atau

kekakuan pada saat akan melalui gerakan pada kapsul, ligamentum, otot dan

permukaan sendi (Abdurrahman et al, 2019).

(3) Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi

Diakibatkan oleh timbulnya osteofit dan penebalan kapsuler, muscle

spasme serta nyeri yang membuat pasien tidak mau melakukan gerakan secara

maksimal sampai batas normal, sehingga dalam waktu tertentu mengakibatkan

keterbatasan lingkup gerak sendi pada lutut.

(4) Kelemahan Otot

Kelemahan otot tidak bagian dari osteoarthtritis, tetapi peranan sebagai

salah satu dari faktor osteoarthtritis perlu di cermati kekuatan isometrik dari otot

merupakan faktor yang berperan pada osteoarthtritis. Otrofi otot dapat di

timbulkan bersama efusi sendi, sedangkan gangguan gait merupakan manifestasi

awal dari osteoarthtritis yang menyerang sendi penopang berat badan (Fernanda,

2018).

(5) Deformitas

Deformitas yang dapat terjadi pada osteoarthtritis yang paling berat akan

meyebabkan distruksi kartilago, tulang dan jaringan lunak sekitar sendi. Terjadi

14
deformitas varus bila terjadi kerusakan pada kopartemen medial dan kendornya

ligamentum (Fernanda, 2018).

(6) Instabil Sendi Lutut

Disebabkan oleh kurangnya kekuatan otot di sekitar sendi lutut yang

mencapai 1/3 dari kekuatan otot normal dan juga oleh kendornya ligamentum

sekitar sendi (Abdurrahman et al,2019).

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi akibat osteoarthtritis dapat terjadi apabila

osteoarthtritis tidak di tangani dengan serius. Terdapat dua macam komplikasi

yaitu:

(1) Komplikasi akut berupa, osteonecrosis, rupture baker cyst, bursitis

(2) Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang di signifikasi, yang

terparah adalah terjadi kelumpuhan (Azizah,2019)

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Oateoarthtritis

2.2.1 Pengkajian

(1) Identitas Klien

Mengetahui nama klien, umur yang memberikan petunjuk mengenai faktor

predisposisi penyakit. Osteoarthtritis sering muncul pada usia lanjut, dan hampir

tak pernah pad anak-anak. Osteoarthtritis jarang di jumpai pada usia di bawah 40

tahun dan sering pada 60 tahun. Selain itu mengetahui alamat dan pekerjaan yang

15
menentukan tingkat sosial, ekonomi dan tingkat kebersihan lingkungan

(Debora,2012).

(2) Riwayat Kesehatan

Menurut (Debora,2012)

(a) Keluhan utama

Klien dengan osteoarthtritis adalah nyeri pada sendi. Pada riwayat

kesehatan sekarang, pasien biasa nya mengeluh nyeri pada saat bergerak

dan merasa kaku pada persendian.

(b) Pada riwayat kesehatan dahulu,

Data yang di dapatkan biasanya klienpernah menderita penyakit

akromegali dan inflamasi pada sendi seperti atropati.

(c) Riwayat penyakit

Keluarga biasanya di dapatkan data adanya keluarga yang menderita

osteoarthtritis sebelumnya.Penyakit osteoarthtritis bisa terjadi karena

faktor genetik,. Jika anggota keluarga mengalami penyakit ini maka akan

kemungkinan bisa menurun pada keluarga selanjut nya.

(d) Pola aktivitas & Istirahat

Pada pengkajian pola aktivitas sehari-hari, klien dengan osteoarthtritis

akan mengalami keterbatasan rentang gerak, kerusakan interaksi dalam

keluarga, kesulitan untuk tidur karena adanya nyeri, sering kesemutan

16
pada tangan dan kaki serta hilang nya sensasi pada jari tangan dan kaki.

Pada fase kronis dapat terjadi kekakuan dan kesulitan dalam menangani

tugas pemeliharaan rumah tangga (Purwanto,2016).

(e) Pemekrisaan fisik

Pada pemekrisaan fisik klien dengan osteoarthtritis dapat di peroleh data

adanya keluhan nyeri sendi yang merupakan keluhan utama yang

mendorong klien mencari pertolongan. Nyeri biasanya bertambah dengan

gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.

Berapa gerakan tertentu kadang menimbulkan nyeri yang lebih di

bandingkan dengan gerakan yang lain. Deformitas sendi terjadi dengan temuan

salah satu sendi pergelangan kaki secara perlahan membesar. Ada nyeri tekan

pada sendi kaki yang membengkak, serta hambtan gerak sendi biasa nya semakin

bertambah berat.

Pada pemeriksaan muskuloskletal, lakukan pemeriksaan ekstremitas atas

dengan cara inspeksi dan palpasi. Periksa kondisi sendi, tanda-tanda radang dan

deformitas, periksa apakah ada atrofi, hipertrofi, otot.

Periksa kemampuan ekstensi dan fleksi pada jari. Kontraktur fleksi jari di

jari kelingking, jari manis, jari tengah dapat menghambat ekstensi penuh jari-jari

tangan.

Kesadaran pada pasien osteoarthtritis adalah composmentis. Pada

pengkajian kardiovaskuler di temukan fenomena Raynaud dari tangan misal nya

pucat litermiten, sianosis kemudian kemnerahan pada jari sebelum warna kembali

normal. Biasa nya terjadi ketidakmampuan untuk mengkonsumsi makanna atau

cairan adekuat karena mual dan anoreksia. Kesulitan untuk mengunyah,

17
penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa,. Berbagai kesulitan

untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan pada orang lain

(Purwanto,2016).

(3) Pemeriksaan Diagnostik

Osteoarthtritis biasa nya di dasarkan pada gambaran klinis dan

radiografis. Gambaran radiografis sendi yang menyokong diagnosis OA adalah

penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pad bagian yang

menanggung beban). Menurut Purwanto (2016) pada pemekrisaan diagnostik OA

dapat di temukan reaksi aglutinasi positif, LED meningkat pesat, protein C reaktif

(positif pada masa inkubasi).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu,

keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan /proses kehidupan yang

aktual/potensial yang merupakan dasar untuk memilih intervensi keperawatan

untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat (Dermawan,

2012:58)

Masalah yang lazim muncul pada osteoarthtritis (Nanda,2015)

(1) Nyeri berhubungan dengan agen cidera

Tabel 2.1 Diagnosa Keperawatan

NO ANALISA DATA ETIOLOGI MASLAH

1. DS: Agen Cidera Mobilitas fisik

-Pasien mengatakan nyeri

DO:

-Pasien tampak gelisah

18
-Pasien tampak meringis

-Pasien mengalami gangguan tidur

(2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi, kerusakan

integritas struktur tulang

(3) Resiko cidera

(4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan fungsi tulang

(5) Defisensi pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi tentang

penyakit.

2.2.3 Perencanaan Keperawatan

Tabel 2.2 Perencanaan Keperawatan

N DIAGNOS SLKI SIKI


A
O SDKI

1 Gangguan Setelah di lakukan 1. Intervensi utama

moboilitas tindakan  Dukungan ambulasi

fisik keperawatan di  Dukungan mobilisai

berhubunga dapat kan kriteria 2. Intervensi pendukung

n dengan hasil :  Manajemen nyeri


nyeri 1. Pergerakan
 Mengatur posisi
ekstremitas
pasien
meningkat
 Teknik latihan
2. Kekuatan
penguatan sendi
otot
 Terapi relaksai otot
meningkat
progresif

19
3. Nyeri

menurun

4. Kaku sendi

menurun

2.2.3 Implementasi Keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuaan yang

spesifik. Tahap pelaksanaan di mulai setelah rencana tindakan di susun dan di

tunjukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang di

harapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik di laksanakan untuk

memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi maslah kesehatan klien. Tujuan

dari pelaksanaan adalah adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah

di tetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.

2.2.4 Evaluasi

Tindakan intelektualuntuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan,dan

pelaksanaan nyasudah berhasil di capai. Meskipun tahap evaliasi di letakkan pada

akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap

proses keperawatan

(1) Evaluasi Formatif

Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada

saat setelah dinlakukan tindakan keperawatan.

(2) Evaluasi sumatif SOAP

20
Rekapitulasi dan kesimpulan dan observasi dan analisa status kesehatan

sesuai waktu dan tujuan.

2.3 Fokus Masalah Nyeri

2.3.1 Masalah Nyeri

(1) Masalah Nyeri

Nyeri adalah pengalaman nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktualdan potensial yang tidak menyenangkan yang
terlokalisai pad suatu bagian tubuh atau sering di sebut dengan istilah distruktif dimana
jaringan rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, prasaan
takut dan mual ( Judha,2012)

(2) Tipe dan karakteristik Nyeri

Berdasrkan Nyeri

(a) Nyeri Akut

Nyeri akut adalahnyeri yang terjadi setelah cedera akut, atau intervensi

bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang

bervariasi ( ringan sampai berat), dan berlangsung unrtuk waktu yang

singkat.

(b) Nyeri Kronik

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

Duval dan Logen (1986) menunjukan dalam Setyowati dan Murwani (1018)

bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang memiliki hubungan perkawinan,

kelahiran dan adopsi, bertujuan untuk menciptakan, memelihara budaya dan

21
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, emosional dan sosialnya dalam

setiap anggota keluarga.

Menurut Efendy (dalam Bangga D.F., 2015), keluarga adalah unit terkecil

dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan berapa orang yang

berkumpul dan tinggal disuatu atap dalam keadaan saling berketergantungan.

2.2.2 Tipe Keluarga

Dalam Setyowati dan Murwani (2018) Keluarga membutuhkan pelayanan

kesehatan untuk berbagai gaya hidup dengan perkembangan masyarakat, jenis

keluarga juga akan berkembang. Untuk melibatkan keluarga dalam meningkatkan

kesehatan, maka kita perlu memahami semua tipe dalam keluarga.

2.2.2.1 Tradisional

(1) Keluarga inti mengacu pada keluarga (biologis atau adopsi) yang terdiri

dari suami, istri dan anak.

(2) Keluarga besar mengacu pada keluarga inti dan keluarga lain yang

berhubungan dengan kerabat dengan sedarah, seperi kakek nenek, keponakan,

paman dan bibi.

(3) Keluarga Dayt adalah terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak.

(4) Single Parent keluarga yang terdiri dari orang tua (ayah/ibu) dan anak.

Orang tua tunggal.

(5) Single Adult adalah orang dewasa lajang.

22
2.2.2.2 Non tradisional

(1) The unmariedteenege mother (Remaja yang belum menikah)

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dan anak-anak dari

hubungan tanpa menikah.

(2) The stepparent family

Keluarga dengan orang tus iri.

(3) Commune family (keluarga komunal)

Bebrapa pasangan keluarga yang tidak terkait dan anak-anak mereka.

(4) The nonmarital heterosexual chabiting family

Keluarga yang tinggal bersama namun bisa saja berganti pasangan

tanpa adanya menikah.

(5) Gay and lesbian families

Orang dengan jenis kelamin yang sama hidup dengan “pasangan nikah”

(6) Cohabitating family

Orang dewasa yang tinggal satu rumah tetapi tidak ada ikatan pernikahan.

(7) Group marriage-family

Mereka merasa bahwa hubungan romantis yang mereka jalani adalah pernikahan

(8) Group network family

Kelompok jaringan keluarga dimana keluarga inti meiliki ikatan yang

sama dan mereka hidup bersama untuk berbagi kebutuhan sehari-hari dan

memberikan layanan dan tanggung jawab untuk mengasuh anak.

(9) Foster family

23
Keluarga angakat ketika orang tua membutuhkan bantuan untuk

mneyatukan kembali keluarga aslinya, keluarga akan menerima sementara anak

yang tidak ada hubunganya dengan keluarga/saudara kandung.

(10)Homeslees family

Keluarga tunawisma karena ksiris pribadi yang berkaitan dengan

kondisi ekonomi dan masalah kesehatan mental.

(11) Gang

Bentuk keluarga yang merusak, dalam arti mereka mencari ikatan

emosional dan merawat keluarga, tetapi tumbuh dalam lingkungan yang penuh

kekerasan dan kejahatan dalam hidup mereka.

2.2.3 Struktur Keluarga

Menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) Salah satu pendekatan

dalam keluarga adalah pendekatan struktural fungsional, struktur keluarga

menyatakan bagaimana keluarga disusun atau bagaimana unit-unit ditata dan

saling terkait satu sama lain. Struktur dalam keluarga terbagi menjadi 4 yaitu :

2.1.3.1 Pola Komunikasi Keluarga

Komunikasi sangatlah penting dalam suatu hubungan namun tidak hanya

untuk keluarga, tetapi juga untuk semua jenis hubungan.Tanpa komunikasi, tidak

aka nada hubungan yang dekat dan intim, atau bahkan saling pengertian.Dalam

keluarga ada beberapa interaksi yang efektif dan beberapa tidak.

Mode interaktif yang berfungsi dalam keluarga memiliki karakteristik

sebagai berikut:

24
(1)Terbuka, jujur, berpikiran positif, dan selalu berusaha menyelesaikan

konflik keluarga.

(2)Komunikasi berkualitas tinggi antara pembicara dan audiens

Dalam pola komunikasi ini biasanya disebut stimulus respons, komunikasi

semacam ini kadang terjadi ketika orang tua mengasuh bayi ataupun

sebaliknya.Orang tua lebih aktif dan kreatif dalam merespon (stimulus). Melalui

model komunikasi yang berfungsi dengan baik ini, penyampaian pesan

(pembicara) akan mengungkapkan pendapat, meminta dan menerima umpan

balik. Di sisi lain, penerima pesan selalu siap mendengarkan, memberikan umpan

balik, dan verifikasi.

Pada saat yang sama, keluarga dengan metode komunikasi yang buruk

dapat menimbulkan berbagai masalah, terutama beban psikologis anggota

keluarga. Struktur Peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi

tertentu. Ayah berperan sebagai kepala keluarga, ibu berperan sebagai daerah

domestik keluarga, dan anak memiliki perannya masing-masing dan berharap

dapat saling memahami dan mendukung. Selain peran utama terdapat peran

informal, peran tersebut dilakukan dalam kondisi tertentu atau sudah menjadi

kesepakatan antar anggota keluarga.

2.1.3.2 Struktur Kekuatan

Kondisi struktur keluarga yang menggambarkan adanya kekuasaan yang

digunakan untuk mengontrol dan mempengaruhi anggota keluarga lainnya dalam

sebuah keluarga, setiap individu dalam keluarga memiliki kekuatan untuk

25
mengubah perilaku anggotanya kea rah yang lebih positif dalam hal perilaku dan

kesehatan.Ketika seseorang memiliki kekuatan sebenarnya dia dapat mengontrol

interaksi. Dimana kekuatan ini dapat dibangun dengan berbagai cara. Selain itu,

terdapat banyak faktor dalam struktur kekuatan keluarga, diantaranya:

2.1.3.2.1 Kekuatan hukum (kekuatan/kewenangan hokum)

Dalam korteks kekeluargaan, kekuatan ini sebenarnya tumbuh secara

mandiri, karena adanya hirarki (pemimpin) yang merupakan struktur masyarakat

kita.Kepala keluarga merupakan pemegang kemampuan interaktif dalam

keluarga.Ia berhak mengontrol tingkah laku anggota keluarga lainnya, terutama

pada anak-anak.

2.1.3.2.2 Referent power

Dalam masyarakat orang tua merupakan contoh teladan dalam

keluarga, terutama kedudukan sang ayah sebagai kepala keluarga. Apa yang

dilakukan sang ayah akan menjadi teladan bagi pasangan dan anak-anaknya.

2.1.3.2.3 Reward power/Kemampuan menghargai

Imbalan penting untuk memiliki dampak yang mendalam didalam

keluarga.

Hal ini tentunya sering terjadi di masyarakat kita, jika anak-anak

mereka mencapai nilai terbaik di sekolah, mereka akan diberikan hadiah.

Cara ini memang bisa secara efektif menstimulasi semangat si anak, tapi jika si

anak tidak berhasil, maka itu tidak akan menghadiahinya. Cara yang lebih baik

adalah bahwa anak tetap akan diberikan penghargaan, tetapi jika berhasil, itu akan

lebih rendah dari standar yang dijanjikan. Namun, meskipun orang tua tidak

berhasil, usaha anak-anaknya akan tetap dihargai oleh orangtuanya.

26
2.1.3.2.4 Coercive power

Dalam memperkuat hubungan disebuah rumah tangga peraturan sangat

penting untuk diterapkan. Konsekuensinya apabila melakukan pelanggaran atau

tidak mematuhi peraturan yang ada maka ancaman atau berupa hukum akan

diterima.

2.1.3.3 Nilai-Nilai Dalam Kehidupan Keluarga

Di dalam kehidupan keluarga sikap maupun kepercayaan sangat penting

dimana didalamnya tedapat nilai yang merupakan sistematis. Nilai-nilai

kekeluargaan juga dapat digunakan sebagai pedoman dalam menetapkan norma

dan aturan. Norma merupakan perilaku social yang baik berdasarkan sistem nilai

keluarga.

Nilai-nilai dalam keluarga tidak hanya dibentuk oleh keluarga itu sendiri,

tetapi juga turunkan oleh keluarga istri atau suami. Perpaduan dua nilai dengan

nilai berbeda akan menciptakan nilai baru bagi sebuah keluarga

2.2.4 Fungsi Keluarga

Struktur dan fungsi sangat erat kaitannya, dan ada interaksi yang

berkelanjutan antara satu sama lain. Strukturnya didasarkan pada model organisasi

atau keanggotaan dan hubungan yang berkelanjutan.

Menurut Friedman (1986) dalam Setyowati dan Murwani (2018)

mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, diantaranya:

2.1.4.1 Fungsi afektif

Fungsi afektif yaitu dimana dalam suatu rumah tangga saling mengasuh

dan memberikan cinta, fungsi emosional sangat berguna untuk pemenuhan

27
kebutuhan psikososial.Dari kebahagiaan dan kegembiraan semua anggota

keluarga itu dapat dilihat bahwa terwujudnya fungsi emosional yang berhasil pada

setiap anggota keluarga mempertahankan suasana yang positif.Ini dapat dipelajari

dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Oleh karena

itu, dalam keluarga yang berhasil menjalankan fungsi emosional, semua anggota

keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif serta saling menerima

dan mendukung satu sama yang lain.

Ada beberapa komponen yang perlu untuk dipenuhi oleh keluarga dalam

melaksanakan fungsi afektif, sebagai berikut:

(1)Saling peduli, cinta, kehangatan, saling menerima, saling mendukung

antar anggota keluarga, mendapatkan cinta dan dukungan dari anggota lainnya.

Kemudian kemampuannya untuk memberikan cinta akan meningkat, yang pada

gilirannya menjalin hubungan yang hangat dan suportif. Keintiman dalam

keluarga merupakan modal dasar untuk membangun relasi dengan orang lain

diluar keluarga/komunitas.

(2)Saling menghormati. Jika anggota keluarga saling menghormati,

mengakui keberadaan dan hak masing-masing anggota keluarga, serta senantiasa

menjaga suasana positif, maka fungsi emosional akan terwujud.

(3)Ketika suami dan istri sepakat untuk memulai hidup baru, mereka

mulai menjalin hubungan intim dan menentukan hubungan keluarga mereka.

Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses mengidentifikasi dan

menyesuaikan semua aspek kehidupan anggota keluarga. Para orang tua

hendaknya membentuk proses identifikasi positif agar anak dapat mencontoh

perilaku positif kedua orang tua.

28
Fungsi emosional adalah kebahagiaan yang ditentukan dari sumber energy

atau kekuatan sebaliknya adanya kerusakan dalam keluarga itu disebabkan karena

ketidakmampuan dalam mewujudkan fungsi emosional didalam keluarga itu

sendiri.

2.1.4.2 Fungsi sosialisasi

Menurut Friedman (1986) dalam Setyowati dan Murwani (2018)

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan pengalaman pribadi, yang

mengarah pada interaksi social dan pembelajaran berperan dalam lingkungan

social.

Sosialisasi dimulai dengan kelahiran manusia, keluarga merupakan tempat dimana

individu belajar bersosialisasi, misalnya seorang anak yang baru lahir akan

melihat ayahnya, ibunya dan orang-orang disekitarnya.

Kemudian ketika masih balita, ia mulai belajar bersosialisasi dengan

lingkungannya, meskipun keluarga tetap memegang peranan penting dalam

interaksi social. Keberhasilan perkembangan pribadi dan keluarga dicapai melalui

interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang ditunjukkan dalam proses

sosialisasi. Anggota keluarga mempelajari disiplin, norma, budaya, dan perilaku

melalui hubungan dan interaksi keluarga.

2.1.4.3 Fungsi reproduksi

Setiap keluarga setelah melangsungkan pernikahan adalah memiliki anak,

dimana fungsi reproduksi utamanya ialah sebagai sarana melanjutkan generasi

penerus serta secara tidak langsung meneruskan kelangsungan keturunan sumber

daya manusia.Oleh sebab itu dengan adanya hubungan pernikahan yang sah,

selain untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani pasangan, tujuan

29
didirikannya sebuah keluarga adalah untuk mempunyai keturunan yang bertujuan

untuk memperpanjang garis keturunan atau sebagai penerus.

2.1.4.4 Fungsi ekonomi

Dalam hal ini fungsi ekonomi pada keluarga yaitu untuk memenuhi segala

kebutuhan finansial seluruh anggota keluarga misalnya untuk pemenuhan

kebutuhan pangan, sandang, dan papan.Seperti saat ini, yang terjadi adalah

banyaknya pasangan yang melihat masalah yang berujung pada perceraian karena

hal pendapatan yang sedikit atau tidak sesuai dengan kebutuhan sehari-hari antara

suami dengan istri.

Isi yang akan dipelajari tentang fungsi ekonomi keluarga adalah:

(1) Fungsi pendidikan

Jelaskan upaya yang diperoleh dari sekolah atau masyarakat sekitar dan upaya

pendidikan yang dilakukan oleh keluarga

(2) Fungsi religious

Jelaskan penelitian keluarga yang berhubungan dengan kesehatan dan

kegiatan keagamaan

(3) Fungsi waktu luang

Jelaskan kemampuan keluarga untuk menghibur bersama didalam dan

diluar rumah serta kegiatan keluarga, dan jumlah yang diselesaikan.

2.1.4.5 Fungsi perawatan kesehatan

30
Keluarga juga memegang peranan penting dalam pelaksanaan praktik

kesehatan, yaitu dengan mengurus masalah kesehatan dan/atau anggota keluarga,

pada saat sakit maka kemampuan keluarga dalam memberikan pelayanan

kesehatan akan mempengaruhi kesehatan keluarga. Dari kinerja tugas kesehatan

keluarga dapat dilihat kemampuan medis dan kesehatan keluarga.Keluarga yang

dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti dapat menyelesaikan masalah

kesehatan.

Adapun fungsi keluarga menurut Allender & Spardley (2001) dalam

Nadirawati (2018), sebagai berikut:

2.1.4.5.1 Affection

(1) Untuk menciptakan persaudaraan atau memelihara kasih sayang

(2) Perkembangan kehidupan seksual dan kebutuhan seksual

(3) Menambah anggota baru (anak)

2.2.4.5.1 Security and acceptance

(1) Memenuhi kebutuhan fisik

(2) Menerima individu sebagai anggota

2.3.4.5.1 Identity and satisfaction

(1) Tetap atau mempertahankan motivasi

(2) Kembangkan peran dan citra diri

(3)Tentukan tingkat social dan kepuasan aktivitas

2.4.4.5.1 Affiliation and companionship

(1) Kembangkan metode komunikasi

(2) Pertahankan hubungan yang harmonis

2.5.4.5.1 Socialization

31
(1) Memahami budaya (nilai dan perilaku)

(2) Aturan atau pedoman untuk hubungan internal dan eksternal,

membebaskan anggota

2.6.4.5.1 Control

(1) Pertahankan kontrol social

(2) Pembagian kerja

(3) Penempatan dan penggunaan sumber daya yang ada

2.2.1 Karakteristik Keluarga

Menurut Nadirawati (2018), karakteristik keluarga adalah :

2.1.5.1 Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan

atau adopsi.

2.1.5.2 Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap

memperhatikan satu sama lain.

2.1.5.3 Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing

mempunyai peran social suami, istri, anak, kakak atau adik.

2.1.5.4 Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya,

meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan social anggota.

2.2.2 Tahap Perkembangan Keluarga

Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) mengemukakan bahwa dalam

siklus kehidupan keluarga, ada tahapan yang dapat yang dapat diperkirakan,

seperti hak individu untuk tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.

Layaknya keluarga, perkembangan keluarga merupakan proses perubahan dalam

32
sistem keluarga, termasuk perubahan pola interaksi dan hubungan antar

anggotanya dari waktu ke waktu. Tahap-tahap perkembangan keluarga dibagi

menurut kurun waktu ke waktu.Tahap-tahap perkembangan keluarga dibagi

menurut kurun waktu yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak

pertama berbeda dengan keluarga yang beranjak remaja.

2.1.6.1 Tahap I : Pasangan baru (Beginning Family)

Tahap perkembangan keluarga dari pasangan yang baru menikah yang

dimulai dengan pernikahan seorang anak adam dan menandai dimulainya sebuah

keluarga baru, keluarga atau suami istri yang bertujuan untuk menghasilkan

keturunan sudah menikah, perpindahan dari keluarga asli atau lajang ke hubungan

dekat yang baru. Tugas perkembangan tahap ini, sebagai berikut:

2.1.6.1.1 Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan

2.1.6.1.2 Hubungkan secara harmonis jaringan saudara

2.1.6.1.3 Mendiskusikan rencana memiliki anak (menjadi orang tua)

2.1.6.2 Tahap II : Keluarga “Child-Bearing” (Kelahiran anak pertama)

Tahap kedua dimulai dari kelahiran anak pertama dan berlangsung hingga

anak pertama berusia 30 bulan kedatangan bayi membawa perubahan

transformative bagi anggota keluarga dan setiap kelompok kerabat.Pasangan yang

sudah menikah perlu mempersiapkan kehamilan dan persalinan mulai beberapa

tugas perkembangan yang penting. Tugas perkembangannya yaitu:

2.1.6.2.1 Siap menjadi orang tua

33
2.1.6.2.2 Beradaptasi dengan anggota keluarga yang berubah: peran, interaksi,

hubungan dan aktivitas seksual

2.1.6.2.3 Menjaga hubungan yang memuaskan dengan pasangan

2.1.6.3 Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah

Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama pada usia 2,5 tahun dan

berakhir pada usia 5 tahun, pada tahap ini fungsi keluarga dan jumlah serta

kompleksitas masalah telah berkembang dengan baik. Tugas perkembangan

keluarga dengan Anak Prasekolah:

2.1.6.3.1 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan perumahan,

privasi dan keamanan

2.1.6.3.2 Bantu anak-anak bersosialisasi

2.1.6.3.3 Beradaptasi dengan bayi yang baru lahir sekaligus harus memenuhi

kebutuhan anak lainnya

2.1.6.3.4 Menjaga hubungan yang sehat baik di dalam maupun diluar keluarga

(keluarga lain dan lingkungan)

2.1.6.3.5 Alokasikan waktu untuk individu, pasangan dan anak-anak

2.1.6.3.6 Bagikan tanggung jawab anggota keluarga

2.1.6.3.7 Kegiatan dan waktu untuk merangsang tumbuh kembang anak

2.1.6.4 Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir

pada usia 12 tahun, pada tahap ini biasanya anggota keluarga paling banyak, jadi

keluarga sangat sibuk, selain aktivitas sekolah, setiap anak memiliki aktivitas dan

34
minatnya masing-masing. Demikian pula orang tua melakukan kegiatan yang

berbeda dengan anak-anaknya. Tugas perkembangan keluarga dengan Anak

Sekolah

2.1.6.4.1 Membantu anak-anak dengan kegiatan penjangkauan, tetangga,

sekolah dan lingkungan, termasuk meningkatkan kinerja sekolah dan

mengembangkan hubungan teman sebaya yang sehat

2.1.6.4.2 Jaga hubungan intim dengan pasangan anda

2.1.6.4.3 Memenuhi kebutuhan hidup dan biaya hidup yang terus meningkat,

termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.

2.1.6.5 Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja

Masa remaja dianggap penting karena adanya perubahan tubuh dan

perkembangan kecerdasan yang pesat, selama masa transisi dari masa kanak-

kanak hingga dewasa, perkembangan psikologis remaja biasanya tidak berdampak

negative pada tahap psikologis remaja, oleh karena itu diperlukan penyesuaian

psikologis dan pembentukan sikap, nilai, dan minat baru. Tahap ini dimulai saat

anak pertama berusia 13 tahun dan meninggalkan rumah orang tuanya setelah 6-7

tahun. Adapun tahap perkembangan keluarga dengan Anak Remaja

2.1.6.5.1 Mempertimbangkan bertambahnya usia dan kemandirian kaum muda,

berikan kebebasan untuk menyeimbangkan tanggung jawab

2.1.6.5.2 Menjaga hubungan dekat dengan keluarga

2.1.6.5.3 Menjaga komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari

perdebatan, permusuhan dan keraguan

2.1.6.5.4 Mengubah peran dan aturan tumbuh kembang keluarga

35
Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit karena orang tua

menyerahkan kewenangannya dan mengarahkan anaknya untuk bertanggung

jawab dengan kewenangan atas diri sendiri dalam peran dan fungsinya, konflik

sering terjadi antara orang tua dan remaja karena anak ingin bebas melakukan

aktivitas, dan orang tua berhak mengontrol aktivitas anaknya.

2.1.6.6 Tahap VI : Keluarga dengan Anak Dewasa (Pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat terakhir kali meninggalkan rumah dan

berakhir pada saat anak terakhir kali meninggalkan rumah.Lamanya tahap ini

bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum

berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tugas perkembangan pada saat

ini antara lain:

2.1.6.6.1 Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2.1.6.6.2 Mempertahankan keintiman pasangan

2.1.6.6.3 Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa

tua.

2.1.6.6.4 Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat

2.1.6.6.5 Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

2.1.6.7 Tahap VII : Keluarga Usia Pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat seorang anak terakhir kali meninggalkan

rumah dan berakhir pada saat pension atau salah satu pasangan meninggal. Pada

beberapa pasangan fase ini dirasakan sulit karena masalah lanjut usia, perpisahan

36
dengan anak, dan perasaan gagal sebagai orang tua. Tugas perkembangan pada

saat ini antara lain:

2.1.6.7.1 Mempertahankan kesehatan

2.1.6.7.2 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya

dan anak-anak

2.1.6.7.3 Meningkatkan keakraban pasangan.

2.1.6.8 Tahap VIII : Keluarga Usia Lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga inti ini dimulai saat salah satu

pasangan pension, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya

meninggal. Proses lanjut usia dan pension merupakan realitas yang tidak dapat

dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga.

Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan

social, kehilangan pekerjaan, serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi

kesehatan. Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:

2.1.6.8.1 Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

2.1.6.8.2 Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan

fisik, dan pendapatan

2.1.6.8.3 Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

2.1.6.8.4 Mempertahankan hubungan dengan anak dan masyarakat social

2.1.6.8.5 Melakukan life revie.

37
2.3 Asuhan Keperawatan Osteoarhtritis

2.3.1 Pengkajian

2.1.1.1 Analisa Data

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:

2.3.1.1.1 Nama kepala keluarga (KK)

Identifikasi siapa nama KK sebagai penanggung jawab penuh terhadap

keberlangsungan keluarga.

2.1.1.1.2 Alamat dan Telepon

Identifikasi alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi sehingga

mempermudah dalam pemberian Asuhan Keperawatan.

2.1.1.1.3 Pekerjaan dan Pendidikan KK

Identifikasi pekerjaan dan latar belakang pendidikan kepala keluarga

dan anggota keluarga yang lainnya sebagai dasar dalam menentukan tindakan

keperawatan selanjutnya.

2.1.1.1.4 Komposisi Keluarga

Komposisi keluarga menyatakan anggota keluarga yang di identifikasi

sebagai bagian dari keluarga mereka.

2.1.1.1.5 Genogram

Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan

konstelasi keluarga atau pohon keluarga dan genogram merupakan alat pengkajian

informative yang digunakan untuk mengetahui keluarga, dan riwayat, serta

sumber-sumber keluarga.

38
2.1.1.1.6 Tipe Keluarga

Menjelaskan mengenai tipe keluarga beserta kendala atau

permasalahan.

2.1.1.1.7 Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.

2.1.1.1.8 Agama

Mengkaji agama yang dianut keluarga serta kepercayaan yang dapat

mempengaruhi kesehatan.

2.1.1.1.9 Status Sosial Ekonomi Keluarga

Status sosial keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala

keluarga maupun anggota keluarga lainnya.Selain itu status social ekonomi

keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh

keluarga serta barang-barang yang dimiliki keluarga.

2.1.1.1.10 Rekreasi Keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan

menonton Tv dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.

2.1.1.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

2.1.1.2.1 Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari

keluarga inti

39
2.1.1.2.2 Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjalankan tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga

serta kendala mengapa tugas perkembangan keluarga tersebut belum terpenuhi

2.1.1.2.3 Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,

dijelaskan mulai lahir hingga saat ini yang meliputi riwayat penyakit turunan,

riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap

pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga

serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan, termasuk juga

dalam hal ini riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian dan pengalaman

kesehatan yang unik yang berkaitan dengan kesehatan (perceraian, kematian,

hilang, dll) yang terjadi dalam kehidupan keluarga.

2.1.1.2.4 Riwayat keluarga sebelumnya

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak

suami dan istri/keluarga asal kedua orang tua seperti apa kehidupan keluarga

asalnya, hubungan masa silam dan dengan orang tua dari kedua orang tua.

2.1.1.3 Data Lingkungan

Meliputi seluruh alam kehidupan keluarga mulai dari pertimbangan

bidang-bidang yang paling sederhana seperti aspek dalam rumah hingga

komunitas yang lebih luas dan kompleks dimana keluarga tersebut berada.

40
2.1.1.4 Struktur Keluarga

(1) Pola komunitas keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota

keluarga.

(2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain

untuk mengubah perilaku.

(3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal

maupun informal.

2.1.1.4.4 Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga

yang berhubungan dengan kesehatan.

2.1.1.4.5 Fungsi keluarga

(1) Fungsi Afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota

keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan

bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

(2)Fungsi Sosialisasi

41
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,

sejauh mana anggota keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

(3) Fungsi Perawatan Kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.Sejauh mana

pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga di dalam

melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga

melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal

masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,

melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan

lingkungan yang dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terhadap

dilakukan setempat.

(4) Fungsi Reproduksi

(a) Berapa jumlah anak

(b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak

(c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah anak

(5) Fungsi Perawat Keluarga

Fungsi ini penting untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota

keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

(6) Stress dan Koping Keluarga

Stress jangka panjang dan jangka pendek

(a) Sebutkan stressor jangka pendek (<6 bulan) dan stressor jangka panjang

(>6 bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga. Apakah keluarga dapat

mengetahui stressor biasa dan ketegangan sehari-hari?

42
(b) Bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut?

Strategi koping apa yang digunakan oleh keluarga untuk menghadapi

masalah-masalah? (koping apa yang dibuat).

(7) Pemeriksaan Fisik (head to toe)

Data selanjutnya yang harus dikumpulkan oleh perawat adalah data tentang

kesehatan fisik anggota keluarga.Tidak hanya kondisi pasien, melainkan kondisi

kesehatan seluruh anggota keluarga.

(8) Harapan Keluarga

(a) Terhadap masalah kesehatan keluarga

(b) Terhadap pertugas kesehatan yang ada

2.3.2 Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan keluarga adalah Diagnosa keperawatan adalah

pernyataan yang menjelaskan status kesehatan atau masalah actual dan potensial.

Perawat memakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mensintesis

data klinis dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi,

mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada

pada tanggung jawabnya.

Secara teoritis masalah keperawatan yang dapat muncul pada pasien Hipertensi

adalah sebagai berikut:

2.3.2.1 Defisit pengetahuan ditandai dengan ketidaktahuan menemukan sumber

informasi (SDKI,2017).

Tabel 2.1Proritas Masalah Keperawatan Keluarga

43
Table Perioritas masalah keperawatan keluarga dapat dilihat sebagai berikut:

No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat maslah
Skala: Wellness 3
Aktual 3
Resiko 2 1
Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala:
Mudah 2 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
Skala:
Tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala:
Segera 2 1
Tidak perlu 1
Tidak dirasakan 0

Skor (total nilai kriteria) x bobot = Nilai

Angka tertinggi

Cara melakukan Skoring adalah:

(a)Tentukan skor untuk setiap kriteria

(b)Skor dibagi dengan angkaa tertinggi dan kalikan dengan bobot

(c)Jumlah skor untuk semua kriteria

(d)Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnose keperawatan

keluarga.

44
2.3.3 Perencanaan Keperawatan Keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penepatan tujuan, yang

mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan

standar.Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang

diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang

ditetapkan (Friedman, 2017).

1.3.4 Pelaksanaan Keperawatan Keluarga

Pelaksanaan merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada

keluarga berdasarkan perencanaan mengenai diagnosis yang telah dibuat

sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup lima tugas

kesehatan keluarga (Friedman, 2017), yaitu:

2.3.4.1Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah

dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi

kebutuhan dan harapan tentang kesehatan dan mendorong sikap emosi yang

sehat terhadap masalah.

2.3.4.2Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan,

45
mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, mendiskusikan

tentang konsekuwensi tiap tindakan.

2.3.4.3 Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan

falistilas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan.

1.3.4.4 Membantu keluarga untuk menentukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara menentukan sumber-sumber yang dapat

digunakan keluarga, dan membantu keluarga menggunakan dengan seoptimal

mungkin.

1.3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan komponen akhir dari proses

keperawatan. Evaluasi merupakan upaya untuk menentukan apakah seluruh proses

sudah berjalan BAB 3

METODOLOGI ILMIAH

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dalam bentuk studi kasus untuk

mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan klien dengan hipertensi dengan

masalah defisit pengetahuan.Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

46
3.2 Batasan Istilah

Untuk menghadiri kesalahan dalam memahami judul penelitian, maka

peneliti sangat perlu memberikan batasan istilah yang digunakan dalam penelitian

ini sebagai berikut:

1.2.1 Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan

terorganisasasi dalam pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan pada

reaksi dan respon unik individu pada suatu kelompok dan perorangan

terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik aktual maupun potensial.

1.2.2 Pasien adalah individu yang mencari atau menerima perawatan medis.

Pasien dalam studi kasus ini adalah 2 pasien dengan diagnosa medis dan

masalah keperawatan yang sama.

1.2.3 Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam


38
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya

masing-masing serta pempertahankan kebudayaan.

1.2.4 Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif

yang berkaitan dengan topik penyebab

1.2.5 Hipertensi adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan tekanan

darah tinggi dimana diastoliknya lebih dari 140 mmHg dan sistoliknya

lebih dari 90 mmHg.

3.3 Lokasi dan Waktu

3.3.1 Lokasi: Studi kasus dilakukan pada keluarga dan lien yang menderita

penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pekan Heran tepatnya di

47
Desa Rantau bakung.

3.3.2 Waktu:Studi kasus ini dilakukan pada tanggal 04-23 April 2022 Lama waktu

3 s/d 4 minggu (dengan mengunjungi 3x dalam seminggu).

3.4 Pengumpulan Data

Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam

penelitian ini, sangatlah diperlukan teknik pengumpulan data. Adapun teknik

tersebut adalah:

3.4.1 Wawancara

Hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang-dahulu-keluarga dll.

3.4.2 Observasi dan pemeriksaan fisik

Dengan pendekatan IPPA: ispeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.

3.4.3 Studi dokumentasi

Hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan.

3.5 Uji Keabsahan Data

Keabsahan data dimaksudkan untuk membuktikan kualitas data atau

informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validasi tinggi.Pada

karya tulis ilmiah ini uji keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu

pengamatan atau tindakan, sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi

dari tiga sumber data utama yaitu klien, perawat dan kekuarga klien yang

berkaitan dengan masalah yang ditulis.

48
3.6 Analisi Data

Analisis data dilakukan sejak penulisan di lapangan, sewaktu pengumpulan

data sampai dengan semua data terkumpul.Dalam tahap ini data diolah dan

dianalisis dengan teknik-teknik tertentu (Notoadmojo, 2010).

Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya dengan

membandingkan fakta, selanjutnya membandingkan teori yang ada dan

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahsan (Alimul Aziz, 2011).

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban

dari penelitian yang diperoleh dari hasil implementasi wawancara mendalam yang

dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisi digunakan

dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan

data untuk selanjutnya untuk diinterprestasikan oleh peneliti dibandingkan teori

yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi

tersebut.

3.8 Etika Penulisan

Pada penelitian ini penulis memperhatikan kode etik penelitian dengan cara

pemberian inform consen yang dinarasikan untuk mendapat persetujuan

responden. Menggunakan nama inisial pada keluarga/ responden dan menjaga

kerahasiaan data yang diberikan keluarga/responden.

49
dengan baik atau belum. Apabila hasil tidak mencapai tujuan maka

pelaksanaan tindakan diulang kembali dengan melakukan berbagai perbaikan.

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat

keberhasilanya.Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung dalam rencana

perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan prilaku yang nspesifik

maka hal tersebut berfungsi sebagai kriteria bagi tingkat aktivitas yang telah

dicapai evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional.

Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dikaukan selama proses

asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.

(Friedman, 2017).

Evaluasi disusun menggunakan SOAP , (Suprajitno, 2018).

S: Ungkapkan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh

keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

50
O: Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan

pengamatan yang obyektif.

A: Merupakan analisis perawat setekah mengetahui respon subyektif

danobyektif

P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

BAB 3

METODOLOGI ILMIAH

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dalam bentuk studi kasus untuk

mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan klien dengan hipertensi dengan

masalah defisit pengetahuan.Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

3.2 Batasan Istilah

Untuk menghadiri kesalahan dalam memahami judul penelitian, maka

peneliti sangat perlu memberikan batasan istilah yang digunakan dalam penelitian

ini sebagai berikut:

1.2.6 Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan

terorganisasasi dalam pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan pada

reaksi dan respon unik individu pada suatu kelompok dan perorangan

terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik aktual maupun potensial.

51
1.2.7 Pasien adalah individu yang mencari atau menerima perawatan medis.

Pasien dalam studi kasus ini adalah 2 pasien dengan diagnosa medis dan

masalah keperawatan yang sama.

1.2.8 Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam


38
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya

masing-masing serta pempertahankan kebudayaan.

1.2.9 Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif

yang berkaitan dengan topik penyebab

1.2.10 Hipertensi adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan tekanan

darah tinggi dimana diastoliknya lebih dari 140 mmHg dan sistoliknya

lebih dari 90 mmHg.

3.3 Lokasi dan Waktu

3.3.1 Lokasi: Studi kasus dilakukan pada keluarga dan lien yang menderita

penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pekan Heran tepatnya di

Desa Rantau bakung.

3.3.2 Waktu:Studi kasus ini dilakukan pada tanggal 04-23 April 2022 Lama waktu

3 s/d 4 minggu (dengan mengunjungi 3x dalam seminggu).

3.4 Pengumpulan Data

Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam

penelitian ini, sangatlah diperlukan teknik pengumpulan data. Adapun teknik

tersebut adalah:

52
3.4.1 Wawancara

Hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang-dahulu-keluarga dll.

3.4.3 Observasi dan pemeriksaan fisik

Dengan pendekatan IPPA: ispeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.

3.4.3 Studi dokumentasi

Hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan.

3.5 Uji Keabsahan Data

Keabsahan data dimaksudkan untuk membuktikan kualitas data atau

informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validasi tinggi.Pada

karya tulis ilmiah ini uji keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu

pengamatan atau tindakan, sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi

dari tiga sumber data utama yaitu klien, perawat dan kekuarga klien yang

berkaitan dengan masalah yang ditulis.

3.6 Analisi Data

Analisis data dilakukan sejak penulisan di lapangan, sewaktu pengumpulan

data sampai dengan semua data terkumpul.Dalam tahap ini data diolah dan

dianalisis dengan teknik-teknik tertentu (Notoadmojo, 2010).

Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya dengan

membandingkan fakta, selanjutnya membandingkan teori yang ada dan

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahsan (Alimul Aziz, 2011).

53
Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban

dari penelitian yang diperoleh dari hasil implementasi wawancara mendalam yang

dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisi digunakan

dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan

data untuk selanjutnya untuk diinterprestasikan oleh peneliti dibandingkan teori

yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi

tersebut.

3.8 Etika Penulisan

Pada penelitian ini penulis memperhatikan kode etik penelitian dengan cara

pemberian inform consen yang dinarasikan untuk mendapat persetujuan

responden. Menggunakan nama inisial pada keluarga/ responden dan menjaga

kerahasiaan data yang diberikan keluarga/responden.

54
55

Anda mungkin juga menyukai