MAKALAH
oleh
Kelompok 1
Kelas D
MAKALAH
oleh
Kelompok 1/kelas D
Husnita Faradiba 152310101106
Rohmatun Nazila 152310101111
Larasati Setyo Pawestri 152310101218
Siti Amaliatul Khoiroh 152310101349
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
mengenai “Asuhan Keperawatan Klien dengan Vesikolithiasis”.
Saat menyelesaikan tugas ini, kami banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan
saran dari berbagai pihak, oleh karena itu kami ingin menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Ns. Mulia Hakam, S.Kep., M.Kep. selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah
(PJMK) Keperawatan Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Jember;
2. Muhamad Zulfatul A’La, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Dosen Pembimbing
Mata Kuliah Keperawatan Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember;
3. Teman satu kelompok yang sudah bekerjasama dan berusaha semaksimal
mungkin sehingga makalah ini dapat terealisasi dengan baik;
4. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tugas ini.
Kami menyadari dalam menyelesaikan tugas ini banyak kekurangan dari teknik
penulisan dan kelengkapan materi yang jauh dari sempurna. Kami juga menerima
kritik dan saran yang membangun sebagai bentuk pembelajaran agar bisa
meminimalisir kesalahan dalam tugas berikutnya. Semoga dengan terselesaikan
tugas ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Larasati Setyo P.
M. Zulfatul A’La, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIM 152310101218
NIP. 198805102015041002
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul...............................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................iii
Prakata............................................................................................................iv
Lembar Konsul...............................................................................................v
Lembar Pengesahan.......................................................................................vi
1.4 Manfaat.........................................................................................
2.3 Etiologi...........................................................................................
2.5 Patofisiologi...................................................................................
3.1 Pengkajian......................................................................................
BAB 5. PENUTUP.......................................................................................
5.1 Kesimpulan.....................................................................................
5.2 Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami dengan baik dan menerapkan
di lapangan mengenai asuhan keperawatan klien dengan penyakit
vesikolithiasis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai konsep dasar mengenai
penyakit vesikolithiasis.
2. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit vesikolithiasis.
1.4 Manfaat
Dalam penyusunan makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak. Adapun manfaat penyusunan itu diantaranya :
1. Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang konsep penyakit
vesikolithiasis.
2. Sebagai literatur bagi mahasiswa yang ingin memperdalam wawasan
mengenai asuhan keperawatan penyakit vesikolithiasis.
3. Melatih mahasiswa menyusun makalah dalam upaya meningkatkan
pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa.
2.1 Definisi
2.3 Etiologi
1. Faktor Presipitasi
a. Hiperkalsiuria : dimana jumlah kalsium urine berlebihan
Hiperkalsiuria idiopatik (melalui hiperkalsiuria disebabkan masukan
tinggi natrium kalsium dan protein).
Kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium
b. Hiperoxaluria : produksi oksalat yang berlebihan dimana diantaranya
disebabkan oleh :
Hiperoxaluria primer
Oral dan inhalasi, pemakaian vitamin C yang berlebihan atau dosis
tinggi dalam waktu yang lama.
Mehaoxyflurane (obat bius).
Hyperoxaluria ruternik.
c. Hiperuritusuria : mempengaruhi pertumbuhan batu kalisum oksalat.
d. Penyebab terjadinya batu asam urat .
Asupan protein hewani meningkatkan ekskresi asam urat dan
kalsium.
Obat-obatan seperti : progenicid meningkatkan kadar dan ekskresi
asam urat.
e. Penyebab terjadinya batu sistin jarang terjadi, umumnya herediter, bila
terjadi menyebabkan dekstruksi progresif.
f. Penyebab terjadinya batu struvit.
Umumnya terjadi pada wanita, sebagai akibat innfeksi
mikroorganisme proteus dan klebsiela, yang mempoduksi amonium
konsentrasi tinggi dan akan memecah area batu ini khas membentuk
batu staghorn pada pelvis ginjal.
2. Faktor predisposisi
a. Faktor endogen yaitu factor genetic familial, misalnya pada :
Hiperkalsiura primer : kelainan metabolik dini dapat berupa
hiperabsorbsi kalsium dalam pencernaan atau penurunan reabsorbsi
kalsium dalam tubuli ginjal sehingga terjadi hiperkalsiuria. Batu
karena hiperkalsiura primer ini biasanya didapatkan pada penderita
dengan sosial ekonomi yang baik, diet protein hewani yang tinggi.
Hiperoxaluria : suatu kelainan herediter yang diturunkan secara
resersif.
Faktor keturunan : anggota keluarga penderita batu urine lebih banyak
kemungkinan menderita penyakit yang sama dibanding dengan
keluarga bukan penderita batu urine.
Jenis kelamin : pria lebih banyak menderita batu kandung kemih
dibanding dengan wanita.
Ras : batu kandung kemih lebih sering dijumpai di Asia dan Afrika,
sedangkan di Amerika (baik kulit putih dan kulit hitam) dan Eropa
jarang.
b. Faktor eksogen
Pekerjaan : pegawai kantor dan penduduk kota yang lebih banyak
duduk di waktu bekerja ternyata lebih banyak menderita.
Air : banyak minum dapat menyebabkan diuresis sehingga mencegah
pembentukan batu, kurang minum mengurangi diuresis sehingga
kadar substansi dalam urine meningkat, mempermudah pembentukan
batu.
Diet : konsumsi tinggi kadar kalsium dalam makanan mempunyai
risiko terjadinya batu.
Keadaan sosial ekonomi : di negara maju/industri atau golongan sosial
ekonomi yang tinggi lebih banyak makan protein, terutama protein
hewani, juga karbohidrat dan gula, ini lebih sering menderita batu
urine bagian atas. Sedangkan pada negara berkembang atau orang
yang sering makan vegetarian dan kurang protein hewani sering
menderita batu urine bagian bawah.
2.4 Klasifikasi
Komposisi kimia yang terkandung dalam batu saluran kemih dapat
diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya
kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat, dan sistin.
a. Batu Kalsium
Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan batu saluran
kemih yaitu sekitar 70-80% dari seluruh kasus batu saluran kemih. Batu ini
kadang-kadang dijumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk
campuran dari kedua unsur tersebut. Terbentuknya batu tersebut diperkirakan
terkait dengan kadar kalsium yang tinggi di dalam urine atau darah dan akibat dari
dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari dua tipe yang berbeda, yaitu :
1. Whewellite (monohidrat) yaitu, batu terbentuk padat, warna
coklat/hitam dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air
kemih.
2. Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu
batu berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite.
b. Batu asam urat
Lebih kurang 5-10% penderita batu saluran kencing dengan komposisi
asam urat. Pasien biasanya berusia >60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya
oleh asam urat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein
mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit batu saluran kemih, karena
keadaan tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih
menjadi rendah. Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai
ukuran besar sehingga membentuk staghorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini
adalah tipe batu yang dapat di pecah dengan obat-obatan sebanyak 90% akan
berhasil dengan terapi kemolisis.
c. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini
adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan
enzim urease dan merubah urine menjadi bersifat basa melalui hidrolisis urea
menjadi amoniak. Kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya : Proteus
spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki, infeksi
saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air kemih
>7. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat penting untuk
membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat.
d. Batu sistin
Batu sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan
ginjal. Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi kejadian 1-
2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin dan ornithine berkurang,
pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor keturunan dan pH urin
yang asam. Selain karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu dapat juga
terjadi pada individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu
yang statis karena imobilitas. Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet
mungkin menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah
dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam air
kemih.
2.5 Patofisiologi
Kelainan bawaan atau cidera, keadaan patologis disebabkan karena
infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadaan tersebut sering
menyebabkan bendungan. Hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih
baik itu yang disebabkan karena infeksi, trauma dan tumor serta kelainan
metabolisme dapat menyebabkan penyempitan atau struktur uretra sehingga
terjadi bendungan dan statis urin.
Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, baik parsial
maupun lengkap. Obstruksi yang lengkap dapat berakibat menjadi hidronefrosis.
Batu saluran kemih merupakan kristalasi dari mineral dari matriks seputar, seperti
pus, darah, tumor atau urat. Komposisi mineral dari batu bervariasi, kira-kira ¾
bagian dari batu adalah kalsium fosfat, asam/urine dan custine.
Penyebab spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari batu kalsium
oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa prommotor ( reaktan)
dapat memicu pembentukan batu kemih seperti asam sitrat memacu batu kalsium
oksalat, kalsium fosfat dan asam urat meningkat akan terjadinya batu disaluran
kemih. Adapun faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu kandung
kemih, mencakup infeksi saluran ureter atau vesika urinaria, stasis urine, priode
imobilitas dan perubahan metabolisme kalsium. Telah diketahui sejak waktu yang
lalu, bahwa batu kendung kemih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan poada
wanita, terutama pada usia 60th keatas serta klien yang menderita infeksi saluran
kemih. (Brunner and Suddarth. 2001)
Faktor-faktor resiko mencakup :
a. Riwayat pribadi tentang batu kandung kemih dan saluran kemih
b. Usia dan jenis kelamin
c. Kelainan morfologi
d. Pernah mengalami infeksi saluran kemih
e. Makanan yang dapat meningkatkan kalsium dan asam urat
f. Adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
g. Masukan cairan kurang dari pengeluaran
h. Profesi sebagai pekerja keras
i. Penggunaan obat antasid, aspirin dosis tinggi dan vitamin D terlalu lama
(Brunner and Suddarth. 2001)
Tanda dan gejala Vesikolithiasis menurut Brunner & Sudarth (2002 : 1460)
dan Soeparman (1999 : 337) adalah :
1. Kencing kurang lancar tiba-tiba terhenti sakit yang menjalar ke penis bila
pasien merubah posisi kencing lama, pada anak-anak mereka akan berguling-
guling dan menarik penis.
2. Kalau terjadi infeksi ditemukan tanda : sistitis, kadang-kadang terjadi
hematuria.
3. Adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi/ teraba adanya urine yang
banyak (retensi).
4. Hanya pada batu besar yang dapat diraba secara bimanual.
5. Pada pria diatas 50 tahun biasanya ditemukan pembesaran prostat.
6. Demam akibat obstruksi saluran kemih memerlukan dekompensasi segera.
7. Koliks.
8. Rasa terbakar pada saat ingin kencing dan setelah kencing.
urin terlihat (skala 1-5 : bakteri, saline steril, atau air steril, sesuai kebijakan lembaga
Masukkan dengan lurus atau retensi kateter ke dalam kandung
berat – tidak ada).
kemih
f. Darah terlihat Gunakan ukuran kateter terkecil yang sesuai
dalam urin. Pastikan bahwa kateter yang dimasukkan cukup jauh kedalam
g. Nyeri saat kencing. kanding kemih untuk mencegah trauma pada jaringan uretra
h. Rasa terbakar saat dengan inflasi balon
Isi bola kateter untuk menetapkan kateter, berdasarkan usia dan
berkemih.
ukuran tubuh sesuai rekomendasi pabrik
i. Ragu Hubungkan retensi kateter kekantong sisi tempat tidur drainase
untukberkemih.
j. Frekuensi atau kantung kaki
Amankan kateter pada kulit dengan plaster yang sesuai
berkemih.
Tempatkan kantong drainase dibawah permukaan kantong kemih
k. Keinginan Pertahankan sistem drainase kemih tertutup dan terhalang
mendesak untuk Monitor intake dan output
Lakukan atau ajarkan pasien untuk membersihkan selang kateter
berkemih.
diwaktu yang tepat
l. Retensi urin. Lakukan pengosongan kantong kateter jika diperlukan
m. Nokturia. Dokumentasikan perawatan termasuk ukuran kateter, jenis, dan
n. Inkontinensia urin. jumlah pengisian bola kateter
Pastikan pencabutan kateter seperti ditunjukkan oleh kondisi
o. Stres inkontinensia.
pasien
p. Inkontinensia
Ajarkan pasien dan keluarga mengenai perawatan kateter yang
berkemih.
tepat
q. Inkontinensia
fungsional.
2. Penuaan fisik (definisi:
perubahan fisiologi normal
yg terjadi dalam proses
penuaan yg alami)
a. Memori (skala 1-5 :
deviasi berat – tidak
ada deviasi)
b. Status koknitif
c. Rata-rata masa
tubuh
d. Densitas tulang
e. Kardiak output
f. Kapasitas vital
g. Tekanan darah
h. Elastisitas kulit
i. Kekuatan
ototPergerakan sendi
j. Ketajaman indra
k. Tonus otot kandung
kemih
l. Kontrol buang air
besar
m. Resistensi terhadap
infeksi
n. Ketajaman
pendengaran
o. Ketajaman
pengeliatan
p. Ketajaman
penciuman
q. Ketajaman rasa
r. Tingkat metabolism
basa
s. Pola distribusi
lemak
t. Pola distribusi
rambut
u. Pola menstruasi
v. Fungsi seksual
2. Retensi Urin Setelah dilakukan asuhan irigasi kandung kemih (definisi: pengisian sejenis cairan ke dalam
berhubungan keperawatan selama 3x24 kandung kemih untuk membersihkan atau sebagai prosedur
dengan jam diharapkan kandung pengobatan)
penyumbatan kemih klien mengalami
Tentukan apakah akan melakukan irigasiterus menerus atau
saluran kemih pengosongan secara berkala
komplet dengan kriteria Observasi tindakan-tindakan pencegahan umum (universal
hasil : precautions)
Eliminasi urin (Definisi : Jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
pengumpulan dan
Siapkan peralatan irigasi yang steril, dan pertahankan teknik
pembuangan urin)
steril setiap kali tindakan (dilakukan)
a. Pola eliminasi klien
normal (skala 1-5 : Siapkan peralatan irigasi yang steril dan jaga teknik secara steril
sangat terganggu - sesuai protokol
tidak terganggu).
Bersihkan sambungan kateter atau ujung-Y dengan kapas
b. Bau urin, jumlah urin,
alkohol
warna urin, serta
kejernihan urin yang monitor dan pertahankan kecepatan aliran yang tepat
dikeluarkan klien sama
dengan jumlah cairan catat jumlah cairan yang digunakan, karakteristik cairan, jumlah
yang dikonsumsi klien. cairan yang keluar, dan respon pasien sesuai dengan prosedur
mengosongkan kantong
manajemen cairan (definisi: meningkatkan keseimbangan cairan
kemih sepenuhnya.
dan pencegahan komplikasi yang dihasilkan dari tingkat cairan tidak
d. Klien mampu
normal/tidak diinginkan)
mengenali keinginan
untuk berkemih.
timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
e. Partikel-partikel urin
jaga intake asupan yang akurat dan catat output (pasien)
terlihat (skala 1-5 :
berat – tidak ada). masukkan kateter urin
f. Darah terlihat dalam
monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan
urin.
(misalnya, peningkatan berat jenis, peningkatan BUN,
g. Nyeri saat kencing.
penurunan hematokrit, dan peningkatan kadar osmilolitas urin)
h. Rasa trbakar saat
berkemih. Monitor tanda-tanda vital pasien
i. Ragu untukberkemih.
Monitor status gizi
j. Frekuensi berkemih.
k. Keinginan mendesak Berikan cairan, dengan tepat
untuk berkemih.
l. Retensi urin. Distribusikan asupan cairan selama 24 jam
Kontinensia Urin kateterisasi urin (Definisi: insersi kateter ke dalam k. Kemih untuk
(definisi: mengendalikan drainase urin sementara/permanen)
eliminasi urin dari kandung
kemih) Jelaskan prosedur dan rasionalisasi kateterisasi
Pasang alat dengan tepat
a. Mengenali keinginan
untuk berkemih Berikan privasi dan tutupi pasien dengan baik untuk kesopanan
yang teratur Pastikan pencahayaan yang tepat untuk visualisasi anatomi yang
yang tepat
e. Menuju toilet diantara Pertahankan teknik aseptik yang ketat
waktu ingin berkemih
Pertahankan kebersihan tanganyang baik sebelum, selama, dan
dan benar-benar ingin
setelah insersi atau saat memanipulais kateter
segera berkemih
Posisikan pasien dengan tepat (misalnya, perempuan terlentang
f. Berkemih lebih dari
dengan kedua kaki direnggangkan atau fleksi pada bagian
150 mililiter tiap
panggul dan lutut; laki-laki dengan posisi terlentang)
kalinya
h. Mengosongkan kemih
Tingkat Nyeri(definisi: (misalnya, depresi pernafasan, mual dan muntah, mulut kering
e. Pasien sering
menunjukkan
kemampuan
mengontrol nyeri.
f. Pasien sering
menunjukkan laporan
nyeri yang terkontrol.
h. dalam memantau
tingkat nyeri secara
regular.
3.4. Implementasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap intervensi yang dilakukan.Apakah mencapai criteria hasil atau tidak.Apabila
setelah dilakukan intervensi tidak mencapai criteria hasil yang diharapkan maka masalah tidak teratasi dan dilanjutkan intervensi
atau dan memodifikasi intervensi.Apabila setelah dilakukan intervensi berhasil mencapai sebagian dari criteria hasil maka analisa
dapat ditulis masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan atau memodifikasi intervensi. Apabila intervensi mencapai
semua criteria hasil maka pada analisa masalah teratasi, dan intervensi dihentikan.Pada evaluasi, format yang umum digunakan
adalah SOAP.
Tabel evaluasi berisi:
a. Hari dan tanggal dilakukannya proses evaluasi terhadap kondisi pasien saat itu
b. Jam dilakukannya evaluasi pada pasien
c. Evaluasi yang dilakukan umumnya bersifat SOAP
S : data subjektif yang didapatkan dari pernyataan pasien atau keluarga pasien. Pada pasien dengan vesikolithiasis atau
batu saluran kemih data subjektif dapat berupa misalnya, pasien mengatakan sudah tidak nyeri lagi.
O : data objekti yang didapatkan dari hasil pengamatan atau pemeriksaan terhadap kondisi pasien. Pada pasien dengan
vesikolithiasis atau batu saluran kemih data objektif dapat berupa misalnya, Intake cairan dalam rentang normal
A : analisis, merupakan perbandingan dari kriteria hasil yang telah disusun di intervensi dengan kondisi pasien setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
P : rencana tindakan keperawatan selanjutnya (intervensi dilanjutkan atau intervensi dihentikan.
3.6. Pohon Masalah Terkait Patofisiologis Penyakit
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Morhead, S., M. Johnson. M.L. Maas. dan E. Swanson. 2013. Nursing Outcome
Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh I.
Nurjannah. dan R.D. Tumanggor. 2016. Nursing Outcome Classification
(NOC). Edisi Indonesia. Yogyakarta: CV. Mocomedia.
Imna, mahda fauzia. (2013). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Tn. M
Dengan Post Operasi Transurethral Reseksi Prostatectomy (Turp) Dan
Vesicolithotomy Hari Ke Nol Di Ruang Mawar Ii Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Care,Pharmaceutecal, 1–38.
http://stikeskusumahusada.ac.id/digilib/files/disk1/4/01-gdl-mahdafimna-
156-1-kti_mahd-i.pdf