Anda di halaman 1dari 9

NAMA : DEVI YULIA PRAMAE SELLA

NPM : 19.0601.0030
PRODI : D3 KEPERAWATAN

Peneliti Judul Sampel Metode Hasil Penelitian


Laila Maharani HUBUNGAN 120 kuantitatif menujukan
dan Meri SELF korelasional bahwa peserta
Mustika AWARENESS didik yang
Dosen DENGAN tergolong
KEDISIPLINAN memiliki
PESERTA DIDIK kesadaran diri
KELAS VIII DI (self awareness)
SMP WIYATAMA tertutup
BANDAR memiliki
LAMPUNG persentase
sebesar 41,7%
dan yang
terbuka sebesar
58,3%. Lalu
peserta didik
yang disiplin
memiliki
persentase
78,3% dan yang
tidak disiplin
21,7% yang
membuktikan
kedisipinan pada
peserta didik
kelas VIII di
SMP Wiyatama
Bandar
Lampung.(p-
value = 0,001
yang berarti
p<α).
Agoes Dariyo PERAN SELF- 223 kuosioner ada pengaruh
AWARENESS Self-awareness
DAN EGO terhadap
SUPPORT kepuasan hidup
TERHADAP (r2 = 0, .052, t
KEPUASAN =, 3.467 , p =
HIDUP REMAJA 0,001 < 0,01 );
TIONGHOA ada pengaruh
ego support
terhadap
kepuasan hidup
(r2 = 0,219, t =
7.877, p = 0,000
< 0,01), dan ada
pengaruh Self-
awareness dan
Ego Support
terhadap
kepuasan hidup
(r2 = 0,.243, F =
35.307, p =0, .
000 < 0,01).
Selanjutnya
Agus Riyadi PENGARUH 187 analisis regresi (1) Kesadaran
dan Hasyim KESADARAN simple diri berpengaruh
Hasanah DIRI DAN positif dan
UIN KEMATANGAN signifikan
BERAGAMA terhadap
TERHADAP Komitmen
KOMITMEN Organisasi (2)
ORGANISASI Kematangan
KARYAWAN Beragama
RSUD TUGUREJO berpengaruh
SEMARANG positif dan
signifikan
terhadap
Komitmen
Organisasi (3)
Kesadaran diri
dan kematangan
beragama
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
komitmen
organisasi.
Kesimpulannya
Greg C. Ashley Self-Awareness and 54 Metode Studi 1 dan 2
Dan Roni the Evolution of empirical membantu untuk
Reiter-Palmon Leaders: lebih teliti
The Need for a menentukan
Better Measure of dimensi teoritis
Self-Awareness kesadaran diri
dalam konteks
kepemimpinan
dengan
menyediakan tes
model fit. Studi
3 menunjukan
dukungan
parsial untuk
gagasan bahwa
kesadaran diri
terkait dengan
hasil yang
terkait dengan
pemimpin.
Kurang dari
model optimal
cocok dari CFA.
Bersama dengan
hasil campuran
untuk tes
validitas
predektif dalam
studi
menyarankan
bahwa pekerjaan
tambahan yang
diperlukan.
PAUL J. SELF- 297 Analisis Rollo Penelitian
SILVIA AND AWARENESS May social-klinis
MAUREEN E. AND pada kesadaran
O’BRIEN CONSTRUCTIVE diri telah
FUNCTIONING: menekankan
REVISITING disfungsional
“THE HUMAN dan aspek
DILEMMA” maladaptive dari
perhatian yang
berfokus pada
diri sendiri.
Analisis rollo
may tentang
kesadaran diri
sebagai
“dilemma
manusia”
menyoroti sifat
dialektis
kesadaran diri.
Dalam
pandangan may
hidup yang
konstruktif
membutuhkan
sintesis
kesadaran diri
Nyoman Oka PENERAPAN 28 siswa, alat menunjukkan
Mudana, Ketut KONSELING teknik non pengumpulan adanya
Dharsana, GESTALT probability data berupa peningkatan
Kadek Suranata DENGAN TEKNIK sampling yaitu kuesioner kesadaran diri
REFRAMING teknik kesadaran diri dalam belajar
UNTUK purposive dalam belajar, pada siswa dari
MENINGKATKAN sampling observasi, skor data awal
KESADARAN wawancara, dan dengan rata-rata
DIRI DALAM buku harian. 58,93%
BELAJAR SISWA (kesadaran diri
KELAS VIII A1 dalam belajar
SMP NEGERI 4 rendah) menjadi
SINGARAJA 81,73%
TAHUN AJARAN (kesadaran diri
2013/2014 dalam belajar
tinggi) pada
siklus I, dan
peningkatan dari
81,73%
(kesadaran diri
dalam belajar
tinggi) menjadi
88,33%
(kesadaran diri
dalam belajar
tinggi) pada
siklus II.
Berdasarkan
pada hasil
tersebut, dapat
disimpulkan
bahwa
penerapan
konseling gestalt
dengan teknik
reframing dapat
meningkatkan
kesadaran diri
dalam belajar
siswa kelas VIII
A1 SMP Negeri
4 Singaraja

Kesadaran Diri Kesadaran Akal/Rasio Konsep Ide/Gagasan

Keyakinan Kemauan/Kehendak Tekad

Tindakan Kebiasaan Karakter


1. Pengertian self awareness
Self – awareness atau kesadaran diri adalah wawasan kedalam atau wawasan
mengenai alasan-alasan dari tingkah laku sendiri atau pemahaman diri sendiri. Self –
awareness atau kesadaran diri adalah bahan baku yang penting untuk menunjukkan
kejelasan dan pemahaman tentang perilaku seseorang. Kesadaran diri juga merupakan
suatu yang bisa memungkinkan orang lain mampu mengamati dirinya sendiri maupun
membedakan dirinya dari dunia (orang lain), serta yang memungkinkan orang lain
mampu menempatkan diri dari suatu waktu dan keadaan. Self-awareness merupakan
salah satu bentuk bimbingan yang dilakukan melalui media kelompok dimana metode
yang dibahas penyelesaian ditentukan atas kesepakatan seluruh anggota kelompok.
(Maharani & Mustika, 2016)
Bagi seorang individu, kesadaran diri berfungsi untuk mengendalikan seluruh
emosi agar dapat dimanfaatkan dalam menjalin relasi sosial dengan orang lain, Ia harus
mampu mengendalikan diri dari sifat-sifat emosi negatif, dan lebih menonjolkan hal-hal
yang positif, sehingga sehingga tidak menganggu hubungan sosial dengan orang lain.
Selain itu, kesadaran diri juga berfungsi untuk mengendalikan diri dalam upaya
memenuhi kebutuhan hidupnya, agar ia berhasil mengatasi masalah (Dariyo, 2017)
Dalam salah satu upaya pertama untuk mengembangkan skala untuk mengukur
kesadaran diri, Fenigstein, Scheier, dan Buss (1975) menyarankan sebagai berikut
(Ashley & Reiter-Palmon, 2012)
a. keasyikan dengan perilaku masa lalu, sekarang, dan masa depan;
b. sensitivitas terhadap perasaan batin;
c. pengakuan atribut positif dan negatif seseorang;
d. introspektif tingkah laku;
e. kecenderungan untuk membayangkan atau membayangkan diri sendiri;
f. kesadaran akan penampilan fisik dan presentasi; dan
g. keprihatinan atas penilaian orang lain.

Tanpa kesadaran diri, orang tidak bisa mengenali perspektif mereka mungkin
berbeda dari perspektif orang lain. Seseorang tidak dapat memahami bahwa diri dan
orang lain berbeda, yang mungkin dimiliki orang lain kebutuhan, pikiran, dan sifat yang
berbeda, tanpa pemahaman terlebih dahulu bahwa diri ada sebagai entitas yang terikat
(Silvia & O’Brien, 2004)
BPKP mengemukakkan ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan
adanya kesadaran diri, antara lain: (Mudana, Dharsana, & Suranata, 2014)
1. Memahami diri kita dalam berhubungan dengan orang lain
2. Mengembangkan dan mengimplementasikan kemampuan diri
3. Menetapkan pilihan hidup dan karir yang akan dicapai
4. Mengembangkan hubungan kerja dengan orang lain
5. Memahami nilai diversity
6. Menigkatkan produktivitas
7. Meningkatkan kemampuan peran serta kita pada organisasi, lingkungan, dan
keluarga

2. Bentuk-Bentuk Self Awareness


Menurut Baron dan Byrne tokoh psikologi sosial, mengatakan bahwaself
awarenessmemiliki beberapa bentuk diantaranya: (Maharani & Mustika, 2016)
a. Self awarenesssubjektif adalah kemampuan orgasme untuk membedakan dirinya
dari lingkungan fisik dan sosialnya.Dalam hal ini serang siswa di sadarkan
tentang siapa dirinya dan statusnya yang membedakan dirinya dengan orang lain.
Ia harus sadar bahwa siapa dia dimata orang-orang di sekitarnya. Dan bagaimana
ia harus bersikap yang membuat orang bisa menilai siswa tersebut bisa berbeda
dengan yang lainnya.
b. Self awarenessobjektif adalah kapasitas orgasme untuk menjadi objek
perhatiannya sendiri, kesadaran akan keadaan pikirannya dan mengetahui bahwa
bahwa ia tahu dan mengingat bahwa ia ingat.Hal ini berkaitan dengan identitas
siswa sendiri sebgai seorang pelajar. Kalau siswa ingat bahwa ia adalah seorang
murid, ia akan memfokuskan dirinya dan menempatkan dirinya pula sebagai
siswa. Dan mengingat berbagai bentuk hak dan kewajiban yang menjadi tangung
jawabnya.
c. Self awarenesssimbolik adalah kemampuan organisme untuk membentuk sebuah
konsep abstrak dari diri melalui bahasa kemampuan ini membuat organisme
mampu untuk berkomunikas, menjalin hubungan, menentukan tujuan
mengevaluasi hasil dan membangun sikap yang berhubungan dengan diri dan
membelanya terhadap komunikasi yang mengancam.

3. Karakteristik Dalam Pembentukan Self Awareness


Menurut Charles dalam membentuk self- awareness dalam diri seseorang dibutuhkan
sebuah kerangka kerjayang terdiri dari lima elemen primer, diantaranya: (Riyadi &
Hasanah, 2016)
a. Attention (atensiperhatian) adalah pemusatan sumber daya mental ke hal- hal
eksternal maupun ienternal. Kita dapat mengarahkan atensi kita ke peristiwa-
peristiwa eksteral maupun internal, dan oleh sebab itu, kesadaran pun dapat kita
arahkan ke peristiwa eksternal dan internal.
b. Wakefulness (kesiagaan/kesadaran) adalah kontinum dari tidur hingga terjaga.
Kesadaran, sebagai suatau kondisi kesiagaan memiliki komponen arousal. Dalam
bagiankerangka kerja awareness ini, kesadaran adalah suatu kondisi mental yang
dialami seseorang sepanjang kehidupnya. Kesadaran terdiri berbagai level
awareness dan esksetasi yang berbeda, dan kita bisa mengubah kondisi kesadaran
kita mengunakan berbagai hal.
c. Architecture (Arsitektur) adalah lokasi fisik struktur fisiologis dan proses- proses
yang berhubungan dengan struktur tersebut yang menyongkong kesadaran.
Sebuah konsep dari definitive dari kesadaran adalah bahwa kesadaran memiliki
sejumlah struktur fisiologis (suatu struktur arsitektural). Diasumsikan bahwa
kesadaran berpusat di otak dan dapat di definisikan melalui penyelidikan terhadap
korelasi naural kesadaran di otak dan dapat diidentifikasikan melalui penyelidikan
terhadap korelasi neural kesadaran.
d. Recall of knowledge (mengingat pengetahuan) Adalah proses pengambilan
informasi tentang pribadi yang bersangkutan dengan dunia sekelilingnya.
e. Self knowledge (pengetahuan diri) adalah pemahaman tentang informasi jati diri
pribadi seseorang. Pertama, terdapat pengetahuan fundamental bahwa anda adalah
anda.
DAFTAR PUSTAKA
Ashley, G., & Reiter-Palmon, R. (2012). Self-awareness and the evolution of leaders: The need
for a better measure of self-awareness Team Creativity Model View project. Journal of
Behavioral and Applied Management, (May 2014), 1–17. https://doi.org/10.1037/t29152-
000
Dariyo, A. (2017). Peran Self-Awareness Dan Ego Support Terhadap Kepuasan Hidup Remaja
Tionghoa. Psikodimensia, 15(2), 254. https://doi.org/10.24167/psiko.v15i2.991
Maharani, L., & Mustika, M. (2016). Hubungan Self Awareness dengan Kedisiplinan Peserta
Didik Kelas VIII di SMP Wiyatama Bandar Lampung (Penelitian Korelasional Bidang Bk
Pribadi). KONSELI: Jurnal Bimbingan Dan Konseling (E-Journal), 3(1), 57–62.
Mudana, I. N. O., Dharsana, I. K., & Suranata, K. (2014). Penerapan Konseling Gestalt Dengan
Teknik Reframing Untuk Meningkatkan Kesadaran Diri Dalam Belajar Siswa Kelas VIII
A1 SMP Negeri 4 Singaraja. E-Journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling, 2(1).
Riyadi, A., & Hasanah, H. (2016). Pengaruh Kesadaran Diri Dan Kematangan Beragama
Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan Rsud Tugurejo Semarang. Psympathic : Jurnal
Ilmiah Psikologi, 2(1), 102–112. https://doi.org/10.15575/psy.v2i1.451
Silvia, P. J., & O’Brien, M. E. (2004). Self-awareness and constructive functioning: Revisiting
“the human dilemma.” Journal of Social and Clinical Psychology, 23(4), 475–489.
https://doi.org/10.1521/jscp.23.4.475.40307

Anda mungkin juga menyukai