Anda di halaman 1dari 26

Penyakit Kuku pada Anak-anak

Michela Starace, Aurora Alessandrini, Bianca Maria Piraccini

Abstrak
Penyakit kuku pada anak-anak tidak dianggap sebagai penyakit yang
signifikan pada anak-anak, dan sering tidak teramati oleh klinisi dan sering
mengabaikannya. Pemeriksaan yang spesifik pada kuku sering tidak dilakukan,
padahal gangguan pada kuku dapat menjadi tanda awal sebuah sindrom atau
gangguan sistemik. Penyakit kuku pada populasi anak-anak berbeda dengan
kelainan kuku pada orang dewasa dalam hal pendekatan diagnosa dan
pengobatan; beberapa diantaranya hanya terdapat pada anak-anak. Pasien anak
yang memiliki kelainan sistemik cenderung memiliki gangguan pada kuku.
Meskipun jarang, penyakit kuku pada anak-anak merupakan keresahan bagi
orangtua. Pemeriksaan kuku merupakan bagian penting dalam pemeriksaan fisik
pada anak. Riwayat penyakit yang tepat dan pemeriksaan yang hati-hati dapat
membantu dokter membedakan kondisi penyakit dan membantu memutuskan
penatalaksanaan yang tepat untuk penyakit kuku pada anak-anak. Klasifikasi
distrofi pada kuku berdasarkan usia masih berubah-ubah dan secara khusus masih
belum ada. Penyakit kuku pada populasi anak-anak dapat dibedakan berdasarkan
kelompok usia yang predileksinya paling sering muncul pada setiap kasus.
Terlebih, kelainan tertentu dapat dialami seumur hidup, namun presentasinya
dapat berubah-ubah sering bertambahnya usia, dapat menjadi membaik maupun
memburuk. Jurnal ini akan menjelaskan bermacam kondisi kuku yang dapat
terlihat pada populasi anak dari mulai baru lahir hingga balita, dimulai dari aspek
psikologis untuk lebih mengenali kondisi patologisnya.

Pengantar
Kejadian penyakit kuku pada bayi dan anak-anak jarang terjadi. faktor
etnis, sosial ekonomi, dan lingkungan dapat berpengaruh. Sebagian jurnal hanya
merujuk tentang penyakit kuku yang langka saja. hanya beberapa jurnal yang
menjelaskan perubahan kuku pada anak, khususnya pada bayi baru lahir.

1
Memahami anatomi kuku merupakan kemampuan yang harus dimiliki dokter
untuk memahami tanda-tanda pada kuku dan dapat menangani penyakit pada
kuku. Terutama pada anak-anak, yang dimana ukuran kuku yang kecil
membuatnya sulit untuk mendiagnosa dan melalukakan penatalaksanaan. Kuku
bayi baru lahir (gambar 1) tipis dan lembut, laju pertumbuhan kuku pada bayi
mirip dengan pertumbuhan kuku pada dewasa muda, pertumbuhan kuku tercepat
sekitar (1,5 mm per hari) dialami saat usia 10 sampai 14 tahun (gambar 2).
Ketebalan dan luas lempeng kuku meningkat pesat dalam dua dekade pertama
kehidupan.

Gambar 1. A, B. kuku normal pada bayi usia 3


hari.

Gambar 2. A. Kuku jari tangan normal B. dan kuku jari kaki dari seorang
anak 5 tahun.
Pasien anak kerentanan yang unik terhadap penyakit kuku. Anak-anak
lebih rentan terhadap penyakit infeksi bakteri dan virus, namun, mereka lebih
jarang mengalami infeksi jamur pada kuku. Meskipun penyakit kuku yang

2
terdapat pada anak-anak mirip dengan orang dewasa, prevalensi beberapa
penyakit dapat beragam berdasarkan kelompok usianya. Penyakit infeksi dan
inflamasi merupakan kondisi yang paling sering dikeluhkan. namun, penyakit
herediter atau autoimun biasanya juga terdapat pada anak-anak.
Ulasan lengkap ini disusun berdasarkan kategori munculnya gejala
berdasarkan usia yang dimana pasien anak-anak paling sering memiliki gejala
yang khas untuk di setiap kelompok usia. Penulis juga akan menunjukkan
bagaimana kelainan pada kuku dapat menjadi penanda yang berguna untuk
beberapa penyakit sistemik.

Epidemiologi
Penyakit kuku dapat muncul sebagai penyakit kongenital atau bawaan, dan
gejalanya dapat muncul saat lahir atau baru didapat saat anak-anak. Abnormalitas
pada kuku dapat muncul dalam berbagai genodermatosis. Sebuah laporan
menunjukkan sekitar 75% sindrom kongenital berhubungan dengan abnormalitas
pada kuku.
Prevalensi yang pasti untuk kelainan kuku pada populasi anak masih
belum diketahui, tetapi liteatur memperkirakan sekitar 3 sampai 11%. Prevalensi
perubahan kuku pada dua studi adalah masing-masing 11 dan 6,8% dari 100 dan
250 anak di departemen kulit dan pediatri. Jumlah laporan tentang penyakit kuku
pada anak-anak relatif kecil, dan data epidemiologis dapat bervariasi, tetapi
peningkatan prevalensi dapat terjadi. namun, hanya sejumlah kecil data
epidemiologis dari beberapa penelitian yang saat ini tersedia untuk populasi anak-
anak.

Klasifikasi
Penyakit kuku kongenital dan herediter termasuk kedalam abnormalitas
kuku yang muncul saat lahir atau terbentuk saat kehamilan. Pada beberapa kasus,
abnormalitas kuku merupakan tanda utama untuk mendiagnosa penyakit atau
sindroma herediter.

3
Penyakit kuku pada anak-anak dapat dibagi kedalam kategori yang
berbeda. Cara untuk mengklasifikasikan gangguan kuku pada anak adalah
berdasarkan pada saat usia berapa gangguan kuku paling sering muncul, (tabel 1)
berfokus pada penyakit kuku yang terdapat bayi baru lahir sampai usia 5 tahun.
setiap kategori dibagi kedalam (1) perubahan fisiologis , mewakili perubahan
tertentu pada kuku yang khas pada anak-anak yang biasanya hilang dengan
bertambahnya usia dan tidak memerlukan perawatan apapun, dan (2) kondisi
patologis.

Tabel 1. Klasifikasi Penyakit kuku pada pasien anak dari lahir hingga usia 5
tahun

Kategori pertama terdiri dari bayi baru lahir, dengan perubahan yang
muncul saat lahir atau pada hari-hari pertama kehidupan. Kategori kedua diwakili
oleh bayi mulai 1 bulan hingga 1 tahun. anak-anak dengan usia 1 hingga 3 tahun
seperti balita masuk dalam kategori ketiga, dan kategori terakhir pada anak
dengan usia 3 hingga 5 tahun, contohnya anak usia prasekolah.

4
Perubahan fisiologis
Koilonikia
Koilonikia digambarkan sebagai kuku dengan distrofi cekung melintang
atau longtudinal pada kuku dengan depresi bagian sentral (gambar 3). Istilah
“kuku sendok” menjelaskan adanya pendataran pada bagian tengah dengan bagian
tepi yang meninggi. Koilonikia memiliki berbagai etiologi seperti : herediter,
didapat ataupun idiopatik. Idiopatik sering terdapat pada bayi baru lahir,
khususnya bayi dengan ibu jari kaki yang besar, yang dimana terjadi pada 33%
kasus sebagai keadaan normal dan mengalami perlambatan ketika lempeng kuku
menebal pada usia 9 tahun. koilonikia dapat juga sebagai manifestasi penyakit
inflamasi pada kulit seperti psoriasis atau lichen planus, atau gejala sekunder dari
gangguan sistemik seperti defisiensi zat besi, plummer-vinson syndrome,
gangguan penyimpanan nutrisi atau gangguan sistem endokrin.

Gambar 3. A. Koilonychia tampak anterior B. Koilonychia tampak


lateral

Transient Physiological Onychoschizia


Transient Physiological Onychoschizia sering terdapat pada ibu jari kaki
atau tangan yang besar, dengan kuku terbelah melintang pada bagian tepi kuku
pada awal kelahiran (gambar 4) terdapat pada 28.8% bayi baru lahir. Hipertrofi
kuku ini tidak membutuhkan pengobatan, karena akan mengalami perubahan
fisiologis.

5
Gambar 4. Gambaran klinis dan dermoskopi dari transient physiological
onychoschizia.

Traumatic Punctate Leukonychia


Karena permukaan lempeng kuku yang mulus pada bayi baru lahir, mudah
untuk melihat adanya punktata leukonikia pada kuku bayi. Leukonikia ini
disebabkan oleh perubahan atau tidak sempurnanya bagian proksimal dari matriks
kuku.

Apparent Hypertrophy of the Proximal and Lateral Nail Fold : “Pseudo-


Hypertrophy” of the Hallux
Keadaan ini terdapat pada 73,1% pada bayi baru lahir dan muncul dalam
bentuk koilonikia dan berbentuk segitiga pada lempemg kuku. Bentuk lempeng
kuku yang tipis mendorong kedalam kebagian lateral, yang membuat gambaran
tumpang tindih tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda peradangan.

Kondisi Patologis
Clubbing
Biasanya, sudut antara lipatan proksimal dan lempeng kuku disebut
sebagai sudut Lovibond’s dan biasanya sudutnya lebih dari 1800. Jika terjadi
perubahan pada sudut tersebut, maka kuku akan mengalami clubbing, yang

6
dimana kuku menyerupai kaca jam dengan kelelengkungan pada sumbu
transversal dan longitudinal.
Clubbing dapat bersifat kongenital ataupun didapat. Clubbing yang
didapat jarang terjadi, dan 8% biasanya berhubungan dengan penyakit paru.
Clubbing kongenital dapat berkaitan dengan gangguan pada jantung, atau yang
lebih sering pada penyakit paru ataupun saluran pencernaan. Terkadang, saat lahir,
kuku mengalami kelengkungan pada bagian ujung sampai pulpa; clubbing
fisiologis dapat dijumpai pada usia ini.

Nail-Patella Syndrome
Nail-Patella Syndrome adalah kelainan autosomal dominan yang langka
dengan berbagai ekspersifitas yang beragam yang disebabkan oleh mutasi pada
gen LMX1B, yang terdapat pada kromosom 9p34, diperkiran terjadi pada
1:50.000, dengan mutasi de novo menyumbang 12,5% kasus. Perubahan klinis
pada kuku, lutut, siku dan juga iliac horns juga terjadi.
Anomali kuku pada pasien nail-patella syndrome dapat terlihat pada saat
kelahiran pada 95,1% kasus, dan digambarkan sebagai mikronikia atau anonikia,
dengan lempeng kuku yang tipis hingga tidak memiliki lempeng kuku, sehingga
menjadi rapuh, munculnya beau’s line, kerutan longitudinal, dan segitiga lunula,
merupakan temuan patognomonik yang paling sering muncul. Tingkat
keparahannya dapat bervariasi dan berbagai fenotipik. Diagnosa awal penting
dilakukan untuk dapat menentukan penatalaksanaan penyakit tersebut.
Temuan khas lunulae ditandai dengan bentuk segitiganya, dengan dasar
horizontal pada segitiganya dengan bagian tepi proksimal dan ujung dari
segitiganya mengarah ke bagian tepi distal. Perubahan kuu dapat dilihat pada
kuku jari, dan biasanya bersifat bilateral dan simetris, dengan tingkat keparahan
yang meningkat dari jari pertama hingga jari kelingking.
Iliac horns, adalah protuberansia yang menonjol dari bagian tengah dari
fossa iliaka eksterna, merupakan temuan patognomonik radiologis dan dapat juga
dijumpai pada USG prenatal. Kerusakan ginjal ditandai dengan adanya

7
proteinuria, hematuria, hipertensi, dan sindroma nefrotik merupakai komplikasi
yang paling berat.

Multiple Ingrown Fingernails in Newborns


Multiple Ingrown Fingernails in Newborns dapat terjadi pada hari ke-enam
setelah kelahiran akibat refleks menggenggam, serta penempelan kuku jari kaki
bagian distal ke arah yang normal akibat lempeng kuku yang pendek dan tipis.
Saat masa bayi, falang distal belum mengeras, dan tekanan terhadap lempeng
kuku dapat menyebabkan tertanamnya kuku ke jaringan lunak disekitarnya.
Ketika sistem imunitas mengenali kuku yang tertanam sebagai benda asing, dapat
menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi, refleks menggenggam pada bayi dapat
menyebabkan penekanan pada lempeng kuku yang dapat menyebabkan kondisi
ini.
Keadaan ini merupakan kondisi yang ringan dengan penyembuhan yang
spontan bersamaan hilangnya refleks pada 4 bulan kehidupan dan kondisi ini tidak
dapat berulang. Kondisi ini bersifat sementara kecuali terdapatnya kelainan
kongenital.

Bayi: Usia 1 bulan hingga 1 tahun

Perubahan fisiologis
Transient Light-brown or Ochre Pigmentation of the Proximal Nail Fold
Perubahan sementara warna coklat tua atau pigmentasi ochre pada lipatan
kuku proksimal dan dorsal jari sampai ke sendi interfalangeal sering terjadi pada
bayi berkulit gelap. Keadaan ini merupakan keadaan pigmentasi melanin
fisiologis yang muncul pada 6 bulan pertama kehidupan dan dapat bertahan
selama beberapa bulan, memiliki karakteristik pola retikular yang hanya terdapat
pada jaringan periungual tanpa melibatkan kutikula atau kuku. Kondisi ini bersifat
jinak dan sementara, dan tidak memiliki gejala yang berhubungan dengannya.

8
Beau’s Lines of the Fingernails
Garis Beau pada kuku jari muncul pada minggu ke-4 kehidupan pada 92%
bayi baru lahir dan menghilang sebelum usia 14 minggu. Fenomena digambarkan
sebagai suatu depresi transversal tunggal pada jari kuku (gambar 5). Garis Beau
merupakan hasil dari tekanan intrauterin atau perubahan fisiologis selama
kelahiran. Keadaan ini merupakan depresi permukaan lempeng kuku yang
melintang akibat trauma ringan pada matriks kuku proksimal, mengakibatkan
pertumbuhan kuku yang berkurang untuk sementara.

Gambar 5. Gambaran klinis dan dermoskopi dari Beau’s line pada bayi
baru lahir.

Kondisi patologis
Ectodermal Dysplasias
Displasia ektodermal adalah kelompok penyakit kongenital yang
kompleks yang mencakup 170 – 200 kondisi berbeda, ditandai dengan
perkembangan abnormal pada dua atau lebih struktur ektodermal (rambut, kuku,
gigi, dan kelenjar keringat).
Menurut Visinoni et al., basis molekuler hanya teridentifikasi sebanyak
30% kasus. Perubahan pada kuku tidak spefisik, dan kebanyakan kasus terdapat
hypoplasia dengan hiperkeratosis subungual (gambar 6), atau anonychia atau
micronychia, penipisan atau onycholysis.

9
Gambar 6. Ectodermal
Dysplasia.

Balita : Usia 1 hingga 3 tahun


Perubahan fisiologis
Perubahan fisiologis pada balita biasanya disebabkan oleh traumata
sederhana yang memicu terjadinya peradangan pada matriks kuku, dan keadaan
ini mencerminkan perubahan permukaan lempeng kuku. Keadaan ini sering
terjadi pada kelompok usia ini, karena balita sering bermain dengan tangannya.

Punctate Leukonychia
Anak-anak biasanya mengalami leukonikia sejati yang muncul akibat
trauma pada distal matriks. Pada leukonikia sejati, perubahan menjadi warna putih
susu terjadi didalam lempeng kuku, dan diakibatkan adanya fokus sel
parakeratotik didalam lempeng kuku. Keadaan ini merusak tranparansi dari
lempeng kuku dalam memantulkan cahaya, mengakibatkan munculnya warna
keputihan pada kuku. Tergantung pada bentuknya, leukonikia dapat berupa seperti
punktata atau melintang. Leukonikia punktata sering terjadi pada beberapa kuku
jari tangan (gambar 7).

Gambar 7. Punctate
Leukonychia pada
kuku jari tangan

10
Leukonikia transversal jarang terjadi paa anak-anak, dan biasanya terbatas
pada kuku jari pertama saja. variasi leukonikia sejati ini disebabkan oleh trauma
dari sepatu pada lempeng kuku, yang mengakibatkan trauma pada matriks distal
kuku, sehingga terjadi kerusakan keratinisasi yang terjadi secara berkala yang
menghasilkan produksi satu atau lebih pita transversal putih yang bergerak kearah
distal seiiring pertumbuhan kuku.

Pitting
pitting adalah depresi kecil pada permukaan lempengan kuku. Bergantung pada
ukuran dan distribusinya, pitting dapat menjadi diagnosa pada penyaki tertentu
(gambar 8a). dermoskopi pada pitting dapat membantu membedakan penyakit
yang muncul dengan pitting, khususnya pada kasus yang dimana pitting
merupakan satu-satunya tanda (gambar 8b). pitting biasanya terlihat pada
psoriasis kuku dan pada kuku pasien yang mengalami alopesia areata. Pitting pada
psoriasis dapat lebar, dalam, dan bentuk, ukuran dan distribusinya ireguler,
sedangkan pitting pada alopesia areata, bentuk, ukuran dan distribusinya reguler.

Gambar 8. Gambaran klinis dan dermoskopi dari pitting

11
Kondisi patologis
Dyskeratosis Congenita
Diskeratosis kongenita dari kelainan herediter yang sangat langka yang
terjadi pada telomere yang menyebabkan pemendekan telomere dan menunjukkan
pola pewarisan yang berbeda. Distrofi pada kuku, leukokeratosis pada mukosa
mulut, dan pigmentasi seperti jaring yang meluas pada kulit, merupakan trias
gejala pada penyakit ini. Perubahan kuku merupakan gejala awal, muncul pada
masa awal kanak-kanak, terkadang dapat muncul lebih cepat pada tahun pertama
kehidupan yang mengakibatkan terjadinya terpisahnya kuku, distrofi ataupun
pelepasan kuku.
Keterlibatan multisistemik (gigi, gastrointestinal, genito-urinari, neurologi,
oftalmologi, sistem pernapasan dan skeletal) telah dijelaskan, dan kegagalan sum-
sum tulang dapat terjadi padan 50-90% kasus.

Epidermolysis Bullosa
Epidermolisis bullosa (EB) adalah sekelompok kelainan genetik dengan
autosomal dominant atau ressesif dan lebih dari 300 mutasi pada gen dengan
protein yang berbeda-beda yang terutama terlibat dalam struktur dan fungsi dari
dermal-epidermal junction.
Kerentanan mekanis dari jaringan epitel merupakan ciri yang paling
penting, dengan munculnya bula dan erosi setelah adanya trauma kecil akibat
rusaknya batas antara epidermis dan dermis, dan penyakit ini memiliki berbagai
macam fenotipe. Variasi ekpresi fenotipe bergantung pada keterlibatan protein
struktural yang memediasi ikatan sel disetiap lapisan kulit.
EB diklasifikasikan berdasarkan tingkat lapisan kulit (dari atas ke bawah)
menjadi empat kelompok : (1) EB simpleks, (2) EB fungsional, (3) EB distrofi,
dan (4) Sindrom Kindler. Penyakit ini dapat melibatkan mata, hidung, telinga,
saluran nafas bagian atas, saluran genito-urinari, dan saluran pencernaan.
Fenotipe dari setiap rentang subtipe dari mulai lepuhan ringan pada kuku
jari tangan dan kaki hingga lepuhan yang lebih meluas. Abnormalitas kuku
biasanya lebih dulu muncul dari pada kulit. Lepuhan jarang terlihta atau sedikit

12
saat kelahiran, dan dapat muncul pada usia 18 bulan; beberapa individu
menunjukkan gejala penyakit pada masa anak-anak atau dewasa muda.
Distrofi pada kuku dapat bersifat permanen, dengan anonikia,
hiperkeratosis yang progresif dengan onychogryphosis, penebalan kuku, dan
deformitas pada kuku orang dewasa seperti paruh burung beo.

Congenital Malalignment of the Hallux


Ketidakselarasan pada ibu jari kaki yang bersifat kongenital, matriks pada
bagian lateral mengalami deviasi dan tidak paralel pada sudut seharusnya di distal
falang, yang dimana mengakibatkan terjadi distrofi pendek pada kuku (gambar 9).
Pergeseran ini sering menyebabkan terjadinya peradangan pada periungual,
onychogryphosis, dan perubahan pada lempeng kuku, dengan munculnya kerutan
akibat trauma pada ibu jari kaki. Penyembuhan secara spontan dapat terjadi
dengan dasar kuku yang menancap dengan baik. jika tidak ada penyembuhan
sampai usia 2 tahun, kuku tetap menjdi tebal, berbentuk segitiga, bengkok pada
sisi medial, mengalami perubahan warna seperti cangkang tiram dengan onikolisis
yang parah. Pembedahan dibutuhkan pada kasus yang berat.

Gambar 9. Congenital Malalignment of the great toenails

13
Congenital Hypertrophy of the Lateral Nail Folds
Lipatan kuku bagian medial dan/ lateral menjadi hipertrofi dan menutupi
kuku secara parsial ataupun utuh (gambar 10). Hipertrofi kongenital pada bagian
lipatan kuku lateral terjadi pada saat kelahiran akibat ketidaksikronisan antara
pertumbuhan lempeng kuku dan jaringan lunak disekitarnya. Komplikasi yang
dapat terjadi adalah paronikia, koilonikia, dan ketidakselaran pada kuku.
Penyembuhan spontan dapat terjadi pada tahun pertama kehidupan. Jika tidak
menunjukkan tanda penyembuhan, tindakan pembedahan merupakan salah satu
opsi yang harus dilakukan.

Gambar 10. hipertrofi kongenital pada lipatan kuku lateral

Vertical Implantation of the Nail of the 5th Toe


Implantasi vertikal pada kuku jari kaki ke 5 adalah sebuah kelainan yang
jarang terjadi akibat terjadinya implantasi di bagian lateral matrix pada kuku jari
ke 5. Awalnya kuku tumbuh ke arah vertikal dan melengkung ke belakang yang
menyebabkan rasa tidak nyaman khususnya ketika saat melepaskan kaos kaki.
Selain itu, juga membuat ketidaknyamanan secara estetika. Menjaga kuku tetap
pendek cukup untuk mengatasi rasa tidaknyaman pada kondisi ini, tetapi dapat
juga dilakukan pemotongan kuku dengan fenolisasi.

Curved Nail of the 4th Toe


Kuku yang melengkung pada jari kaki ke 4 biasanya terjadi pada anak di
jepang, yang dimana terjadi secara bilateral, dan kelengkungannya terjadi tanpa

14
adanya perubahan pada tulang atau jaringan lunak disekitarnya. Ini adalah kondisi
kongenital yang didapat dengan cara autosomal resesif. Belum ada dapat
menjelaskan kondisi ini. Keadaan ini tidak menunjukkan gejala klinis yang
signifikan dan tidak ada hubungan dengan suatu sindroma. Meskipun bersifat
kongenital, biasanya keadaan ini baru terlihat pada saat kelahiran karena adanya
deformitas pada distal falang yang mengalami hipoplasia.

Anonychia and Micronychia


Anonika dan mikronikia dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian
sindrom kompleks seperti Iso-kikuchi syndrome, ectodermal dysplasia dan nail-
patella syndrome atau in utero exposure to toxins. Istilah anonikia digambarkan
sebagai tidak adanya kuku baik secara parsial maupun komplit (gambar 11).
Keadaan ini dapat bersifat kongenital dan berhubungan dengan keadaan
autosomal resesif lainnya. namun, dapat juga diperoleh akibat epidermolisis
bulosa atau malformasi pada lichen planus kuku. Isitilah mikronikia merupakan
malformasi kongenital dengan terjadinya hipoplasia pada lempeng kuku.
Mikronikia dapat terjadi akibat kejadian sekunder akibat obat teratogenik pada
masa awal kehamilan atau menjadi bagian dari suatu sindrome.

Gambar 11. Congenital anonychia pada bayi usia 1 tahun

Beau’s lines dan Onychomadesis


Trauma mapun infeksi, inflamasi atau kerusakan pada matriks,
menghasilkan kuku yang bergelombang dalam bentuk alur yang melintang

15
(beau’s lines). Pada keadaan umum, seperti penyakit sistemik, alur” dapat
terbentuk pada beberapa jari.
Ketika terdapat penyakit penyerta yang berat, pelepasan lempeng kuku
dari lipatan kuku proksimal menghasilkan gangguan ketebalan dari lempeng kuku,
diikuti peluruhan dari kuku yang dikenal sebagai onychomadesis.
Erupsi obat dan infeksi sistemik dapat menjadi faktor pencetus pada
onychomadesis.

Finger sucking
Bayi sering menghisap jempol. Menghisap jempol merupakan kebiasaan
pada masa anak-anak dan dan kebiasaan ini dapat meningkatkan resiko terjadi
infeksi. 31% anak-anak sering menghisap jempol pada usia diatas 1 tahun.
paparan terus-menerus antara kulit jari tangan dengan air liur akan menyebabkan
maserasi dan iritasi, dan dapat menyebabkan dermatitis kontak pada jaringan
periungual yang menyebabkan kerusakan pada kutikula dan paronikia.
Peradangan pada kulit periungual menunjukkan gejala maserasi krusta, dan dapat
menyebakan terjadinya kerusakan pada matrix yang pada akhirnya muncul beau’s
lines. Kemungkinan lainnya adalah terdorongnya kutikula, yang menyebabkan
abnormalitas pada permukaannya.
Satu atau lebih pita melanonychia longitudinal dapat muncul akibat
aktivasi melanosit setelah terjadinya trauma pada matriks kuku. Kutil periungual
dan paronikia bakterial adalah komplikasi sering terjadi yang membutuhkan terapi
topikal tertentu.

Hand, foot, and mouth disease


Penelitian tentang Hand, foot, and mouth disease merupakan penelitian
yang paling banyak, dan hubungannya dengan onychomadesis sangat jelas.
Onychomadesis pada beberapa atau semua kuku dapat muncul setelah 1-2 bulan
setelah infeksi akut (gambar 12). Penyakit ini merupakan salah satu penyakit
infeksi virus yang sering terjadi pada anak-anak dengan gejala munculnya vesikel
pada telapak tangan, telapak kaki dan rongga mulut. Kerontokan kuku dapat

16
muncul tanpa nyeri ataupun inflamasi sampai akhirnya terjadi pelepasan kuku
yang sempurna. Kondisi ini bersifat reversibel dan sembuh sendiri, tetapi
mekanisme pasti tentang pemicu kerusakan pada matrix masih belum diketahui.
Tidak ada terapi spesifik untuk penyakit ini.

Gambar 12. Onychomadesis pada kuku jari tangan akibat


hand, foot, and mouth disease.

Prasekolah : usia 3 – 5 tahun


Perubahan fisiologis

Chevron or Herringbone nails


Pada Chevron or Herringbone nails , lapisan lempeng kuku menujukkan
bentuk oblik dan longitudinal dengan tonjolan yang berjalan dari tepi ke tengah
secara longtudinal seperti tulang belakang dengan bentuk V atau chevron.
Keadaan ini dapat muncul pada usia 5 hingga 7 tahun dan menghilang pada masa
dewasa awal. Keadaan ini menyerang beberapa hingga semua kuku, dengan
etiologi yang masih belum diketahui.

Kondisi patologis
Pachyonychia Congenita
Pachyonychia Congenita merupakan genodermatosis yang jarang terjadi
memiliki karakteristik kerusakan proses keratinisasi. Gejala klinis seperti distrofi
kuku hipertrofik, bula nyeri pada palmoplantar, kista, hiperkeratosis folikular dan

17
leukokeratosis oral. The International Pachyonychia Congenita Research Registry
(IPCRR) menemukan lebih dari 100 jenis mutasi. Diturunkan melalui autosomal
dominan, namun kasus dengan autosomal resesif pernah dilaporkan terjadi.
terdapat dua jenis pachyonychia congenita : tipe 1, yang dikenal sebagai
Jadassohn-Lewandowsky syndrome dan tipe 2, yang dikenal sebagai Jackson-
Lawyer syndrome; kedua penyakit ini berhubungan pada pengkodean mutasi gen
dengan 5 jenis difrensiasi keratin spesifik : 6A, 6B, 6C, 16 dan 17.
Fase awal terbentuknya penebalan pada kuku menyebabkan meningkatnya
curvatura akibat hiperkeratosis nail bed, yang berhubungan dengan keratoderma
palmoplantar yang merupakan gejala klinisnya. Perubahan pada kuku dan kulit
terjadi saat kelahiran sebanyak 50% kasus, tetapi setelah usia 5 tahun kejadiannya
meningkat menjadi 75% pada anak-anak. Pada usia 10 tahun, nyeri dapat muncul
sebagai gejala, yang dapat menggangu kualitas hidup.

Paronikia Akut
Kehilangan kutikula menyebabkan kesulitannya lipatan kuku bagian
proksimal memainkan perannya sebagai pelindung karena lapisan pertama sudah
mengalami kerusakan. Paronikia akut merupakan infeksi bakteri maupun virus
yang sangat nyeri, terjadi akibat kerusakan pada kulit, tusukan duri atau serpihan
(gambar 13). Patogen tersering adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus
β-hemoliticus. Setelah mengalami infeksi, muncul respon inflamasi yang jari
dengan gejala pembengkakan, eritema, kaku, dan terbentuknya pus sekunder.
Karena matrix kuku pada anak sangat rentan, paronikia akut ringan dapat
menyebabjan distrofi permanen pada kuku.
Manipulasi kronis, inflamasi atau infeksi dapat disebabkan tidak adanya
kutikula, contohnya pada kakus paronikia akut, sering dengan kekambuhan akut
untuk waktu yang lama. Pengobatan yang dapat diberikan seperti kompresi
sebagai terapi primer dan pemberian krim antibiotik sebagai terapi sekunder. dala
hal reaksi yang kuat, drainase dan terapi antibiotik atau antivirus sistemik spesifik
harus dimulai.

18
Gambar 13. Paronikia akut akibat infeksi bakteri

Penyakit Infeksi Bakteri


Blistering Distal Dactylitis
Blistering Distal Dactylitis merupakan kondisi yang jarang, infeksi lokal
yang disebabkan bakteri gram positif yang sering menyerang anak-anak. Dengan
gejala terbentuk bulla yang berisi cairan, dengan diameter 10-30 mm. kelompok
usia yang sering terjadi pada usia 2 sampai 16 tahun. bulla dapat berubah menjadi
erosi dalam beberapa hari. Organisme penyebab merupakan streptococcus β-
hemoliticus , Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermis. diagnosa
bandingnya adalah herpetic withlow, Epidermolisis bulosa, impetigo bulosa, dan
lecet. Kultur dibutuhkan untuk menentukan diagnosa banding dan
mengidentifikasi organisme untuk memilih opsi terapi. Terapi yang optimal
adalah dengan melakukan insisi dan drainase, kompres hangat dan antibiotik oral.

Penyakit Virus
Herpes Simplex
Infeksi herpes simplex, baik secara primer maupun sekunder dapat terjadi
pada 1 jari. Infeksi herpes simplex virus yang terjadi secara sekunder
menunjukkan gejal paronikia rekuren pada jari yang sama, dengan karakteristik
vesikel berkelompok yang terletak pada lipatan kuku proksimal yang disertai
dengan nyeri, pembengkakan, dan eritema. Walaupun jarang, lesi pada nail bed
dapat terjadi, dengan onycholysis lateral yang sangat nyeri dan perdarahan

19
subungual. Diagnosis ditegakkan dengan hapusan Tzanck atau kultur virus, dan
terapi antivirus spesifik direkomendasikan, biasanya diberikan secara topikal.

Kutil kuku
Kutil kuku merupakan infeksi jinak akibat humanpapiloma virus (HPV).
Penyakit ini sering terjadi pada anak usia 6 tahun, yang disebabkan akibat
kebiasaan mengigit kuku. Secara klinis, kutil muncul sebagai massa hiperkeratosis
bulat dengan permukaan kasar; dan bertumbuh hingga mencapai ukuran 10 – 20
mm dan memicu terbentuknya fissura yang nyeri. Penyakit ini biasanya terdapa
pada lipatan kuku proksimal tetapi juga dapat muncul dibawah lempeng kuku
dengan onikolisis. Di sarankan untuk memotong bagian yang mengalami
onikolitik dan kutil dapat diobati dengan menggunakan krim keratolitik seperti
urea atau asam salisilat.

Trachyonychia
Trachyonychia atau twenty-nail dystrophy (TND), yang artinya kuku
mengeras. Keadaan ini merupakan kondisi inflamasi ringan pada matrix kuku
proksimal. Dapat muncul pada usia berapa saja, dengan rerata usia 2,7 tahun.
kejadian pada populasi anak-anak masih belum diketahui. Secara klinis, keadaan
ini dibagi kedalam dua kelompok : TND idiopatik dan TND yang berhubungan
dengan penyakit kulit lainnya seperti alopecia areata, lichen planus, eczema, dan
psoriasis. Trachyonychia bukanlah penyakit khas tetapi merupakan gejala klinis
dari kelainan yang melibatkan matrix kuku. Biopsi kuku tidak direkomendasikan
pada kasus ini, karena penyakit ini masih bersifat ringan dan memiliki prognosis
yang baik. TND dapat menyerang 1 kuku ataupun semuanya (gambar 14). Kuku
yang terkena akan menunjukkan kekasaran yang difus dengan retakan memanjang
dan teratur dengan tampilan opak dengan sandpaper appearance. Penipisan kuku
dengan koilonikia dan hiperkeratosis kutikula dapat terjadi. TND akan
menunjukkan perkembangan penyembuhan dari waktu ke waktu.

20
Gambar 14. Trachyonychia pada
semua kuku jari kaki ( Twenty-
nail dystrophy).

Nail Lichen Striatus


Nail Lichen Striatus merupakan kondisi yang jarang dan hanya terdapat
pada anak-anak. Secara klinis, hanya terjadi pada 1 kuku, dengan gambaran
abnormalitas lichenoid dengan tonjolan yang berjalan secara longitudinal dari
medial atau lateral (gambar 15). Penyakit ini biasanya berlanjut dengan
munculnya lesi linier pada kulit yang memiliki karakteristik papul atau verukosa
sepanjang blaschko’s lines. Keterlibatan kuku muncul beberapa minggu setelah
lesi kulit. perubahan pada kuku hanya bersifat secara lokal, dan biasanya hanya
terkena pada 1 bagian kuku dan disertai dengan adanya fissura longitudinal,
onycholysis, dan distal splitting. Kondisi ini bersifat simptomatik dan dapat
sembuh sendiri dan harus dicurigai ketika pada anak muncul abnormalitas lichen
planus pada salah satu kuku jari. Pemberian steroid topikal disarankan untuk
penyakit ini.

Gambar 15. Gambaran


klinis dan dermoskop
dari nail lichen striatus
pada ibu jari tangan

21
Longitudinal Melanonychia
Longitudinal Melanonychia merupakan pita pigmentasi berwarna coklat-
kehitaman dari lempeng kuku proksimal ke bagian distal akibat adanya melanin
pada lempeng kuku. Pigmentasi dihasilkan akibat aktivasi atau proliferasi
melanosit. Berbeda dengan orang dewasa, penyebab longtudinal melanonychia
pada anak-anak adalah matrix nevi, dan dapat terlihat saat kelahiran dan terbentuk
pada usia 2 sampai 4 tahun (gambar 16a). pada anak-anak, 75% kasus longtudinal
melanonychia akibat benign melanocytic hyperplasia, khsusnya pada junctional
nevi dan 25% akibat aktivasi melanositt. Gejala klinis dan parameter dermoskopi
yang digunakan pada orang dewasa tidak cocok pada anak (gambar 16b).
melanoma kuku pada anak merupakan kasus langka, kecuali pada ras kaukasia.
Gejala klinis dan dermoskop yang menandakan terjadinya melanoma pada anak-
anak adalah pertumbuhan dan perubahan warna yang cepat pada kuku, dan harus
dilakukan insisi.

Gambar 16. Gambaran klinis dan dermoskop dari longitudinal melanonychia


pada matrix nevus.

22
Kesimpulan
Kuku pada bayi baru lahir tipis dan lembut, biasanya sering terjadi
perubahan fisiologis yang semuanya tidak harus diobati melainnkan dengan
pendekatan tunggu dan amati dan meyakinkan orang tua. Follow-up pada pasien
penting untuk dilakukan untuk memastikan kondisi fisiologis tidak berubah
menjadi patologis yang dimana membutuhkan terapi. Terlebih, beberapa kondisi
yang menyebabkan terjadi distrofi pada kuku, termasuk kondisi yang didapat
seperti asma, trachyonychia atau lichen striatus dan gangguan genital. Kondisi
herediter dan autoimun sering terjadi dan terdiagnosis pada anak-anak. Walaupun
jarang, gejala pada kuku merupakan manifestasi pertama pada penyakit genetik
dan pada kasus ini berhubungan dengan penyakit kulit atau mukosa lainnya.
penting untuk melakukan pemeriksaan kuku pada anak-anak sebagai deteksi dini
dan untuk mengidentifikasi dan mengobati komplikasi. Riwayat klinis yang tepat
dan pemeriksaan yang hati-hati dapat membantu dokter dalam membedakan
penyakit lain dan memutuskan penatalaksaan yang tepat. Perubahan dapat
dipengaruhi oleh kebiasaan dan faktor lingkungan, yang juga bergantung pada
usia pasien. Jurnal ini memberikan ulasan komprehensif tentang penyakit kuku
yang sering pada anak-anak, khususnya dari lahir hingga usia pra-sekolah.

23
DAFTAR PUSTAKA
1. Chinazzo M, Lorette G, Baran R, Finon A, Saliba É, Maruani A: Nail features
in healthy term newborns: a single-centre observational study of 52 cases. J
Eur Acad Dermatol Venereol 2017; 31: 371–375.
2. de Berker D: Nail anatomy. Clin Dermatol 2013; 31: 509–515.
3. Seaborg B, Bordurtha J: Nail size in normal infants. Establishing standards for
healthy term infants. Clin Pediatr (Phila) 1989; 28: 142–145.
4. Wulkan AJ, Tosti A: Pediatric nail condition. Clin Dermatol 2013; 31: 564-
572.
5. WHO: Department of Child and Adolescent Health and Development.
Epidemiology and management of common skin diseases in children in
developing countries. Geneva, WHO/CAH, 2005.
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/692291/WHO_FCH_CAH_05.12_eng
.pdf (accessed April 17, 2017).
6. Walker J, Baran R, Vélez N, Jellinek N: Koilonychia: an update on
pathophysiology, differential diagnosis and clinical relevance. J Eur Acad
Dermatol Venereol 2016; 30: 1985–1991.
7. Richert B, André J: Nail disorders in children. Am J Clin Dermatol 2011; 12:
101–112.
8. Lembach L: Pediatric nail disorders. Clin Podiatr Med Surg 2004; 21: 641–
650.
9. Daniel CR 3rd, Sams WM, Scher RK: Nails in systemic disease; in Scher RK,
Daniel CR 3rd (eds): Nails: Therapy, Diagnosis, Surgery, ed 2. Philadelphia,
WB Saunders, 1997, pp 219–250.
10. Figueroa-Silva O, Vicente A, Agudo A, BaliuPiqué C, Gómez-Armayones S,
Aldunce-Soto MJ, Inarejos Clemente EJ, Navallas Irujo M, Gutiérrez de la
Iglesia D, González-Enseñat MA: Nail-patella syndrome: report of 11
pediatric cases. J Eur Acad Dermatol Venereol 2016; 30: 1614–1617.
11. Pinette MG, Ukleja M, Blackstone J: Early prenatal diagnosis of nail-patella
syndrome by ultrasonography. J Ultrasound Med 1999;18: 387–389.

24
12. Albishri EM: Arthropathy and proteinuria: nail-patella syndrome revisited.
Nephrology 2014; 12: 1–5.
13. Matsui T, Kidou M, Ono T: Infantile multiple ingrowing nails of the fingers
induced by grasp reflex: a new entity. Dermatology 2002; 205: 25–27.
14. Visinoni AF, Lisboa-Costa T, Pagnan NA, Chautard-Freire-Maia EA:
Ectodermal dysplasias: clinical and molecular review. Am J Med Genet A
2009; 149A:1980–2002.
15. Baran R, Perrin C: Transverse leukonychia of toenails due to repeated
microtrauma. Br J Dermatol 1995; 133: 267–269.
16. de Farias DC, Tosti A, Di Chiacchio N, Hirata SH: Dermoscopy in nail
psoriasis (in Portuguese). An Bras Dermatol 2010; 85: 101–103.
17. Kelmenson DA, Hanley M: Dyskeratosis congenita. N Engl J Med 2017; 376:
1460.
18. Chiaverini C, Bourrat E, Mazereeuw-Hautier J, Hadj-Rabia S, Bodemer C,
Lacour JP: Hereditary epidermolysis bullosa: French national guidelines
(PNDS) for diagnosis and treatment (in French). Ann Dermatol Venereol
2017; 144: 6–35.
19. Tosti A, de Farias DC, Murrell DF: Nail involvement in epidermolysis
bullosa. Dermatol Clin 2010; 28: 153–157.
20. Lipner SR, Scher RK: Congenital malalignment of the great toenails with
acute paronychia. Pediatr Dermatol 2016; 33:e288–e289.
21. Haneke E: Nail surgery. Clin Dermatol 2013; 31: 516–525.
22. Chu DH, Rubin AI: Diagnosis and management of nail disorders in children.
Pediatric Clin 2014; 61: 293–308.
23. Lynch SJ, Sears MR, Hancox RJ: Thumbsucking, nail-biting, and atopic
sensitization, asthma, and hay fever. Pediatrics 2016; 138:e20160443.
24. Long DL, Zhu S, Li C, Chen CY, Du WT, Wang X: Late-onset nail changes
associated with hand, foot, and mouth disease: a clinical analysis of 56 cases.
Pediatr Dermatol 2016; 33: 424–428.
25. Shuster S: The significance of chevron nails. Br J Dermatol 1996; 135: 151–
152.

25
26. O’Toole ED, Kaspar RL, Sprecher E, Schwartz ME, Rittié L: Pachyonychia
congenita cornered: report on the 11th Annual International Pachyonychia
Congenita Consortium Meeting. Br J Dermatol 2014; 171: 974–977.
27. Forrest CE, Casey G, Mordaunt DA, Thompson EM, Gordon L: Pachyonychia
congenita: a spectrum of KRT6amutations in Australian patients. Pediatr
Dermatol 2016; 33: 337–342.
28. Piraccini BM, Starace M: Nail disorders in infant and children. Curr Opin
Pediatr 2014; 26: 440–445.
29. Rigopoulos D, Larios G, Gregoriou S, Alevizos A: Acute and chronic
paronychia. Am Fam Physician 2008; 77: 339–346.
30. Tosti A, Peluso AM, Piraccini BM: Nail diseases in children. Adv Dermatol
1997; 13: 353–373.
31. Cohen R, Levy C, Cohen J, Corrard F, Deberdt P, Béchet S, Bonacorsi S,
Bidet P: Diagnostic of group A streptococcal blistering distal dactylitis (in
French). Arch Pediatr 2014; 21(suppl 2):S93–S96.
32. Kumar MG, Ciliberto H, Bayliss SJ: Longterm follow up of pediatric
trachyonychia. Pediatr Dermatol 2015; 32: 198–200.
33. Kim M, Jung HJ, Eun YS, Cho BK, Park HJ: Nail lichen striatus: report of
seven cases and review of the literature. Int J Dermatol 2015; 54: 1255–1260.
34. Goettmann-Bonvallott S, André J, Belaich S: Longitudinal melanonychia in
children: a clinical and histopathologic study of 40 cases. J Am Acad
Dermatol 1999; 41: 17–22.
35. Tosti A, Baran R, Piraccini BM, Cameli N, Fanti PA: Nail matrix nevi: a
clinical and histopathologic study of twenty-two patients. J Am Acad
Dermatol 1996; 34(pt 1):765–771.
36. Tosti A, Piraccini BM, Cagalli A, Haneke E: In situ melanoma of the nail unit
in children: report of two cases in fair-skinned Caucasian children. Pediatr
37. Dermatol 2012; 29: 79–83.

26

Anda mungkin juga menyukai