Pembimbing :
dr. Perwitasari Bustomi, Sp.S
Disusun oleh :
Larasati Yofi Putri
1102015119
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan keluarga
pasien pada tanggal 01 Agustus 2019 pukul 16.00 WIB
Keluhan Utama
Lemah anggota gerak sisi sebelah kiri
Keluhan Tambahan
- Bicara pelo
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar keluarga ke Instalansi Gawat Darurat RS. dr. Dradjat
Prawiranegara Serang dengan keluhan anggota gerak sisi sebelah kiri lemah yaitu
tidak dapat diangkat dan hanya bisa bergeser sejak 3 hari SMRS. Keluhan tersebut
timbul secara mendadak dan timbul setelah pasien bangun tidur dan menyebabkan
pasien terjatuh. Keluarga pasien juga mengatakan pasien bicara pelo. Pasien
mengeluhkan rasa tidak nyaman di kepala. Keluhan lain seperti mual, muntah,
penurunan kesadaran disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi sejak ±10 tahun yang lalu, namun pasien selalu kontrol dengan
teratur. Menurut keluarga pasien tensi tertinggi pasien adalah 200/150.
2
Riwayat Penyakit Keluarga
-
1.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan tanggal 01/08/2019 (Perawatan hari ke 2)
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
- Tekanan darah : 140/90 mmHg
- Nadi : 94 x/menit
- Pernapasan : 20 x/menit
- Suhu : 37,5° C
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), Refleks cahaya
(+/+),
Pupil isokor
THT : Pembesaran KGB pre/retroauricular (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), tidak ada
peningkatan
JVP
Thorax
Jantung : Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat, sikatrik (-)
Palpasi : Iktus cordis teraba
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS V linea parasternal
dextra, batas jantung kiri pada ICS VI 2 cm lateral
linea midklavikula sinistra, batas pinggang jantung
pada linea sternalis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : Inspeksi : Gerakan dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Fremitus taktil (+/+), fremitus vokal (+/+)
3
Perkusi : Sonor pada kedua lapang perifer paru kanan kiri
Auskultasi: Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi basah kasar (-/-),
wheezing (-)
Abdomen : Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) di seluruh kuadran abdomen
Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen, batas atas
hepar setinggi ICS VI linea midklavikula kanan, batas bawah hepar
7 cm ke arah kaudal dari batas atas hepar, shifting dullness (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), batas hepar normal, massa
Ekstremitas : akral hangat, udem kaki (-/-)
Status Neurologis
(Pemeriksaaan dilakukan di hari ke-2 pasien dirawat)
4
Dextra Sinistra
5
N.I Baik Baik
N. II
Visus Baik Baik
Lapang Pandang Baik Baik
Warna Baik Baik
Funduskopi Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan
N.III. IV dan VI
M. Rektus Medius Baik Baik
M. Rektus Inferior Baik Baik
M. Rektus Superior Baik Baik
M. Rectus Lateralis Baik Baik
M. Obliqus Inferior Baik Baik
M. Obliqus Superior Baik Baik
M. Levator Palpebra Baik Baik
N. V
Sensorik Refleks Kornea + Refleks Kornea +
V1 Sensasi raba V1, V2 & Sensasi raba V1, V2 &
V2 V3 baik V3 baik
V3
Motorik Baik Baik
N. VII
Sensorik Baik Baik
Pengecapan (2/3 anterior
lidah)
Motorik:
Mengerutkan dahi + +
Mengangkat alis + +
Menutup mata + +
Lipatan nasolabial Baik Mendatar
Sudut mulut Baik Turun
Cochlearis
6
Menggesekan jari Baik Baik
Garpu tala
Rinne + +
Webber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Swabach Sama dengan Sama dengan pemeriksa
pemeriksa
N. IX & N. X
Arkus Faring Simetris
Refleks muntah Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan
Pengecapan (1/3 posterior Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan
lidah)
N. XI
M. Sternocleidomastoideus Baik Baik
M. Trapezius Baik Baik
N. XII
Tremor lidah -
Atrofi lidah -
Deviasi lidah Deviasi ke kiri
Fasikulasi -
Motorik
Dextra Sinistra
Kekuatan
Ekstremitas atas 5 2
Ekstremitas bawah 5 2
Tonus
Ekstremitas atas Normal Meningkat
Ekstremitas bawah Normal Meningkat
Trofi
Ekstremitas atas Normal Normal
Ekstremitas bawah Normal Normal
Refleks
Fisiologis
Biseps + +
7
Triseps + +
Patella + +
Achilles + +
Patologis
Hoffmann- Tromner - -
Babinski - -
Babinski Group
Oppenheim - -
Gordon - -
Chaddock - -
Gonda - -
Schaeffer - -
Sensorik
Dextra Sinistra
Raba halus
Ekstremitas atas Baik Menurun
Ekstremitas bawah Baik Menurun
Nyeri
Ekstremitas atas Baik Menurun
Ekstremitas bawah Baik Menurun
Suhu
Ekstremitas atas Baik Menurun
Ekstremitas bawah Baik Menurun
Getar
Ekstremitas atas Baik Menurun
8
Ekstremitas bawah Baik Menurun
Cara berjalan :
Tes Romberg :
Disdiadokinesis :
Ataksia :
Rebound phenomenon :
Dismetri :
Gerak abnormal
Tremor - -
- -
Athetose
- -
Mioklonik
- -
Chorea
Otonom
- Alvi : Baik
- Uri : Baik
- Hidrosis : Baik
Siriraj Score
(2,5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah)+ (2 x sakit kepala)+ (0,1 x
tekanan darah diastolik)+ (3xatheroma markers) -12
Keterangan:
- Derajat kesadaran : sadar penuh (0), somnolen (1), koma (2)
- Vomitus : tidak ada (0), ada (1)
- Nyeri kepala : tidak ada (0), ada (1)
- Atheroma : Tidak ada penyakit jantung, DM (-0), ada 1 atau
lebih (-1)
Hasil:
- SS > 1 : Stroke hemoragik
9
-1 > SS > 1 : Perlu CT-Scan
- SS < -1 : Stroke non hemoragik
Perhitungan Siriraj Score pada pasien yaitu :
(2,5 x 0) + (2 x 0)+ (2 x 1)+ (0,1 x 70)+ (3x0) -12 = -3
Pada pasien ini didapatkan Siriraj score -3 Klinis Stroke Non Hemoragik
1.5 Diagnosis
Diagnosis Klinis : Hemiparesis sinistra + Parese N.VII dan N.XII
sinistra central + Hipertensi grade I
1.6 Tatalaksana
Medikamentosa
Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
Pasang infus NaCl 0,9 %
Pemberian neuroprotektor citicholin 2x1 gr IV
Pemberian antiplatelet Aspilet 1 x 80 mg PO
Non Medikamentosa
Fisioterapi
Edukasi
1.7 Prognosis
10
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad malam
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko
1. Stroke kardioemboli
Bertanggung jawab atas 20% dari semua stroke iskemik. Stroke yang disebabkan
oleh penyakit jantung disebabkan oleh emboli dari bahan trombotik yang
terbentuk pada dinding atrium dan ventrikel atau pada katup jantung kiri. Emboli
pada jantung akan menyebabkan gejala defisit neurologis yang mendadak dan
parah. Emboli dari paru paling sering menyumbat di arteri karotis intrakranial
internal, arteri serebri media serta arteri serebri posterior. Penyebab utama stroke
kardioemboli adalah non reumatik atrial fibrilasi, infark miokard, katup jantung
prostetik, penyakit jantung rematik, dan kariomiopati iskemik. Secara
keseluruhan atrial fibrilasi non reumatik merupakan penyebab yang paling sering
dari emboli pada serebri.
2. Aterosklerosis
13
Aterosklerosis pada arteri karotis terjadi paling sering pada arteri karotis internal
bagian proksimal, diatas bifurkasio dan diantara sinus cavernosus. Faktor risiko
utama terjadinya aterosklerosis adalah hipertensi, peningkatan kadar LDL serum,
kolesterol, dan diabetes mellitus.
3. Penggunaan Obat
Penggunaan kokain hidroklorida, kokain alkaloidal, amfetamin dan stimulant
lainnya atau heroin merupakan faktor risiko dari stroke. Amfetamin paling sering
menyebabkan perdarahan intraserebral, sedangkan stroke akibat kokain alkaloidal
paling sering menyebabkan stroke iskemik.
4. Polisitemia
Polisitemia dengan hematokrit diatas 45% dapat dihubungkan dengan terjadinya
penurunan aliran darah cerebri dan peningkatan risiko dari stroke.
5. Leukositosis
Stroke iskemik dapat terjadi pada pasien dengan leukemia, namun peran dari
leukositosis itu sendiri masih kurang jelas. Leukositosis ringan sekalipun
dihubungkan dengan peningkatan insiden trombosis pada pasien dengan
polisitemia vera.
6. Keadaan Hiperkoagulasi
Penyebab dari keadaan hiperkoagulasi yang dapat menyebabkan stroke dapat
berupa paraproteinemia, terapi estrogen, kontrasepsi oral, keadaan postpartum dan
postoperasi, kanker, antibodi antifosfolipid, homositeinemia serta koagulopati
herediter.
7. Trombositosis
Faktor risiko terjadinya trombosis pada arteri termasuk umur yang melebihi 60
tahun, riwayat penyakit trombotik, faktor risiko kardiovaskular (hipertensi,
diabetes serta merokok), leukositosis dan mutasi JAK2V617F.
14
FAKTOR RISIKO
15
2. Alkohol
Peningkatan konsumsi alkohol akan meningkatkan risiko terjadinya
perdarahan otak, selain itu alkohol juga dapat mengganggu metabolism tubuh,
sehingga terjadi dislipidemia, diabetes mellitus, mempengaruhi berat badan
dan tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan lainnya.
3. Merokok
Merokok dapat meningkatkan risiko stroke hingga 50%. Semakin banyak
konsumsi rokok dalam sehari akan meningkatkan risiko terjadinya stroke
iskemik.
4. Hipertensi
Hipertensi berperanan penting dalam proses terjadinya infark dan perdarahan
otak yang terjadi pada pembuluh darah kecil. Hipertensi mempercepat
arterioskleosis sehingga mudah terjadi oklusi atau emboli pada/dari pembuluh
darah besar.
5. Hiperlipidemia
Tingginya kadar kolesterol dalam darah dapat merusak dinding pembuluh
darah dan juga menyebabkan penyakit jantung coroner. LDL yang tinggai
dapat mengakibatkan penimbunan kolesterol di dalam sel yang dapat memicu
terjadinya pengerasan dinding pembuluh darah arteri yang disebut
aterosklereosis
6. Diabetes
Diabetes Mellitus merupakan faktor risiko dalam proses terjadinya stroke
iskemik. Pada penderita diabetes mellitus, terjadi hiperviskositas darah,
kerusakan kronik aliran serta autoregulasi darah otak, disfungsi sel endotel,
hiperkoagulabilitas, terganggunya sintesa prostasiklin yang menyebabkan
meningkatnya agregasi trombosit, serta kemungkinan disfungsi otot polos
arterioler kortikal dan endotelium yang penting untuk kolateral.
16
7. Penyakit kardiovaskular
Berbagai penyakit kardiovaskular dapat meningkatkan risiko stroke. Yang
paling sering adalah atrial fibrilasi (AF), Hampir setengah dari stroke
kardioemboli adalah disebabkan oleh AF, karena memudahkan terdinya
penggumplana darah di jantung dan dapat lepas hingga menyumbat pembuluh
darah di otak. Selain AF, penyakit katup jantung juga cukup berperan seperti
stenosis mitral. Left atrial enlargement juga merupakan faktor risiko pada
stroke.
8. Infeksi
Penyakit infeksi seperti SLE dan meningitis dapat menjadi faktor risiko
terjadinya stroke trombotik oleh karena terbentuknya eksudat yang berujung
pada pembentukan plak pada sirkulasi darah sistemik.
9. Pemakaian obat-obatan
Konsumsi berlebihan dari obat-obatan seperti kokain dapat menjadi faktor risiko
terjadinya stroke. Obat-obatan lain yang juga berperan adalah heroin,
amphetamine, LSD, PCP dan marijuana.
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan gejala klinis yang tampak stroke non hemoragik terbagi menjadi:
Transient Ischemic Attack (TIA)
Defisit neurologi yang bersifat akut yang terjadi kurang dari 24 jam, dapat
hanya beberapa menit saja. Terjadi perbaikan yang reversibel dan penderita
pulih seperti semula dalam waktu kurang dari 24 jam. Etiologi TIA adalah
emboli atau trombosis dan plak pada arteria karotis interna dan arteria
vertebrabasalis.
Stroke In Evolution (SIE)
Stroke dimana defisit neurologinya terus bertambah berat.
Reversibel Ischemic Neurology Deficit (RIND)
17
Gejala yang muncul bertahap, akan hilang dalam waktu lebih dari 24 jam tetapi
tidak lebih dari 3 minggu, tetapi pasien dapat mengalami pemulihan sempurna.
Complete Stroke Ischemic
Stroke yang defisit neurologinya sudah menetap.
Berdasarkan penyebab:
Trombosis serebri
Stroke trombotik yaitu stroke yang disebabkan karena adanya penyumbatan lumen
pembuluh darah otak karena trombus yang makin lama makin menebal, sehingga
aliran darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliran darah ini menyebabkan
iskemia. Trombosis serebri adalah obstruksi aliran darah yang terjadi pada proses
oklusi satu atau lebih pembuluh darah lokal.
Emboli serebri
Infark iskemik dapat diakibatkan oleh emboli yang timbul dari lesi ateromatus yang
terletak pada pembuluh yang lebih distal. Gumpalan-gumpalan kecil dapat terlepas
dari trombus yang lebih besar dan dibawa ke tempat-tempat lain dalam aliran
darah. Bila embolus mencapai arteri yang terlalu sempit untuk dilewati dan
menjadi tersumbat, aliran darah fragmen distal akan terhenti, mengakibatkan
infark jaringan otak distal karena kurangnya nutrisi dan oksigen. Emboli
merupakan 32% dari penyebab stroke non hemoragik.
Lakunar
Stroke lakunar adalah stroke yang terjadi pada pembuluh-pembuluh darah kecil yang
ada di otak. Terjadi pada sekitar 20% kasus dari seluruh stroke. Stroke lakunar ini
disebabkan oleh adanya sebuah lesi/luka yang kecil, berbatas jelas berukuran
kurang lebih 1,5 cm yang biasanya terletak di daerah subkortikal, kapsula interna,
batang otak, dan serebelum. Stroke lakunar ini berkaitan kuat dengan hipertensi
dan juga dihubungkan dengan perubahan mikrovaskular yang timbul karena
hipertensi kronis dan diabetes mellitus. Penyumbatan pada pembuluh darah kecil
ini biasanya tidak memberikan dampak stroke yang parah.
18
2.5 Patofisiologi
Proses terjadinya stroke iskemik diawali oleh adanya sumbatan pembuluh darah
oleh thrombus atau emboli yang mengakibatkan sel otak mengalami gangguan
metabolisme, karena tidak mendapat suplai darah, oksigen, dan nutrisi. Trombus
terbentuk oleh adanya proses aterosklerosis pada arkus aorta, arteri karotis maupun
pembuluh darah serebral. Proses ini diawali oleh adanya cedera endotel dan inflamasi
yang mengakibatkan terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah. Plak akan
berkembang semakin lama semakin tebal dan sklerotik. Trombosit kemudian akan
melekat pada plak serta melepaskan faktor yang menginisiasi kaskade koagulasi dan
pembentukan thrombus. Trombus dapat lepas dan menjadi embolus atau tetap pada
lokasi asal dan menyebabkan oklusi dalam pembuluh darah tersebut. Emboli ini dapat
berasal dari trombus di pembuluh darah, tetapi sebagian besar berasal dari trombus di
jantung yang terbentuk pada keadaan tertentu, seperti atrial fibrilasi dan riwayat
infark miokard. Bila proses ini berlanjut maka akan terjadi iskemia jaringan otak
yang menyebabkan kerusakan yang bersifat sementara ataupun permanen yang
disebut infark. Di area sel otak yang mengalami gangguan metabolisme dan perfusi
yang bersifat sementara saja disebut dengan penumbra. Daerah ini masih bisa
diselamatan jika dilakukan perbaikan aliran darah (perfusi) segera. Namun jika
penumbra tidak dapat diselamatkan, maka akan menjadi daerah infark.
19
2. Gangguan fungsi keseimbangan
a. Gangguan atensi
b. Gangguan memori
Pemeriksaan sederhana untuk mengenali gejala dan tanda stroke yang disusun
oleh Cincinnati menggunakan singkatan FAST, mencakup F yaitu facial drop (mulut
mencong/tidak simetris), A yaitu arm weakness (kelemahan pada tangan), S yaitu
speech difficulties (kesulitan berbicara), serta T yaitu time to seek medical help (waktu
tiba di RS secepat mungkin). FAST memiliki sensitivitass 85% dan spesifisitas 68%
untuk menegakkan stroke.
Gejala stroke yang sering dikeluhkan pasien adalah onset yang mendadak
atau tiba-tiba, nyeri kepala, kelemahan setengah badan (hemiparesis), gangguan
penglihatan atau pendengaran, perasaan lemas, ataupun penurunan kesadaran. Bila
suspek diagnosa sudah mengarah ke serangan stroke, maka langkah berikutnya adalah
dengan menetapkan jenis dari stroke tersebut; stroke hemoragik atau stroke non
hemoragik.
Melalui anamnesis juga dapat diketahui lokasi lesi yang terjadi pada stroke
yang bersangkutan. Gejala klinis yang timbul pada stroke berbeda-beda sesuai dengan
pembuluh darah yang terkena. Berikut manifestasi klinis sesuai dengan lokasi
pembuluh darah yang tersumbat.
1. Arteri serebri anterior
a. Hemiparesis dan hemihipestesi kontralateral, terutama pada tungkai
b. Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air
2. Arteri serebri media
a. Hemiparesis dan hemihipestesi kontralateral
b. Afasia ( bila mengenai area otak dominan)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada pasien stroke untuk membantu
penegakkan diagnosis antara lain adalah
1. Pemeriksaan Tanda Vital
Pada serangan akut stroke, seringkali ditemukan peristiwa penurunan kesadaran
yang mengakibatkan penurunan GCS. Selain itu, tekanan darah juga penting untuk
diperiksa dikarenakan hipertensi merupakan salah satu faktor predisposisi
terjadinya serangan stroke.
2. Pemeriksaan Rangsang Meningeal
Rangsang meningeal diperiksa untuk menghilangkan dugaan diagnosis banding
lainnya seperti dugaan meningitis, ensefalitis, ataupun meningoensefalitis. Pada
kasus stroke, rangsang meningeal tidak ditemukan.
3. Pemeriksaan 12 Saraf Kranial
Perhatikan apakah terdapat respon patologis dari saraf kranial I sampai dengan
XII. Adanya respon patologis pada saraf kranial tertentu dapat menunjukkan letak
serta luas lesi yang terjadi.
4. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Motorik
Pada kasus stroke yang merupakan lesi UMN, akan ditemukan kondisi hiperrefleks
disertai dengan peningkatan tonus pada tungkai; namun pada fase akut dapat
ditemukan gejala klinis menyerupai lesi LMN yaitu hiporefleks yang disertai
penurunan tonus. Kekuatan Motorik pada kasus stroke tipikal juga akan
mengalami penurunan pada tungkai sisi kontralateral lesi, baik sebagai paresis
ataupun plegia.
Sistem Skoring
Skor Siriraj
No. Gejala/Tanda Penilaian Indek Skor
1 Kesadaran (1) Kompos Mentis
(2) Mengantuk x 2,5 +
(3) Semi koma/koma
2 Muntah (1) Tidak
x2 +
(2) Ya
3 Nyeri Kepala (1) Tidak
x2 +
(2) Ya
4 Tekanan Darah Diastolik x 10% +
5 Ateroma:
DM (1) Tidak
x (-3) -
Angina Pektoris (2) Ya
Klaudikasio Intermiten
6 Konstanta -12 -12
Hasil SSS
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
23
seperti activated partial thrombin time (APTT), prothrombin time (PT), dan
international normalize ratio (INR), enzim jantung (troponin, creatine kinase
MB/CKMB), fungsi hati, tes uji fungsi trombosit (uji resistensi aspirin dan
klopidogrel), serta elektrolit dilakukan atas indikasi.
b. CT Scan
c. EKG
Untuk melihat adanya iskemia, aritmia jantung dan penyakit jantung lainnya, sebagai
penyebab stroke.
2.8 Tatalaksana
Tatalaksana Umum
b. Bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan cairan sudah mencukupi,
maka obat-obat vasopressor dapat diberikan secara titrasi seperti
dopamin dosis sedang/ tinggi, norepinefrin atau epinefrin dengan
target tekanan darah sistolik berkisar 140 mmHg.
c. Pemantauan jantung (cardiac monitoring) dilakukan selama 24 jam
pertama setelah awitan serangan stroke iskemik.
d. Bila terdapat penyakit jantung kongestif, segera atasi (konsul
kardiologi
3) Tatalaksana Cairan
a. Pemberian cairan isotonis seperti NaCl 0,9%, ringer laktat, dan ringer
asetat, dengan tujuan menjaga euvolemi.
4) Nutrisi
25
ii. Lemak 20-35% (pada gangguan nafas bisa lebih tinggi 35-
55%)
Tatalaksana Spesifik
1) Trombolisis Intravena
2) Terapi Neurointervensi/Endovaskular
26
menggunakan alat stent retriever diakui sebagai salah satu tindakan definitive
stroke iskemik akut dengan thrombus.
Rehabilitasi
27
kelumpuhan. Hal ini dapat dilakukan sejak dini untuk membantu pemulihan
dan menghindari komplikasi
b. Terapi bicara
2.9 Prognosis
Sebanyak 75% penderita stroke tidak dapat bekerja kembali akibat
ketidakmampuan tubuhnya. 30-50% penderita stoke mengalami depresi post-stroke yang
ditandai oleh letargi, sulit tidur, rendah diri, dan menarik diri dari masyarakat. Emosi yang
labil dapat terjadi sebanyak 20% pada penderita stroke.
28
29
DAFTAR PUSTAKA
Aminoff M.J, Greenberg D.A and Simon R. Clinical Neurology: 9th Edition. 2015.
New York: McGraw-Hill Education.
Broderick J.P, Caplan L.R, and Sacco R.L. An Update Definiton of Stroke for the
21st Century: A Statement for Healthcare Professionals From the American
Heart Association/American Stroke Association. American Heart Association.
2014; 44: 2064-2089.
Hanifati S, Liwang F, dan Tanto C. Kapita Selekta Kedokteran: Edisi IV. 2014.
Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hauser S.L, Jameson J.L, and Kasper D.L. Harrison’s Principles of Internal
Medicine: 19th Edition. 2015. New York: McGraw-Hill Education
PERDOSSI. 2018. Guideline Stroke. Pekanbaru : RSUD Arifin.
30