Disusun oleh:
Ayu Suci Nurmalasari 1102015041
Narti Rajak 1102015228
Pembimbing:
dr. Werda Indriarti, Sp.N
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), Refleks cahaya
(+/menurun),
Pupil isokor
THT : Pembesaran KGB pre/retroauricular (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), tidak ada
peningkatan
JVP
Thorax
Jantung : Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat, sikatrik (-)
Palpasi : Iktus cordis teraba
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS V linea parasternal
dextra, batas jantung kiri pada ICS VI 2 cm lateral
linea midklavikula sinistra, batas pinggang jantung
pada linea sternalis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : Inspeksi : Gerakan dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Fremitus taktil (+/+), fremitus vokal (+/+)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang perifer paru kanan kiri
Auskultasi: Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi basah kasar (-/-),
wheezing (-)
Abdomen : Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) di seluruh kuadran abdomen
Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen, shifting dullness (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), batas hepar normal, massa
Ekstremitas : akral hangat, udem kaki (-/-)
Status Neurologis
GCS : E4M6V5 15 (Composmentis)
Pupil
Dextra Sinistra
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
Refleks cahaya langsung + menurun
Refleks cahaya tidak langsung + menurun
Cochlearis
Menggesekan jari Baik Baik
Garpu tala
Rinne + +
Webber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Swabach Sama dengan Sama dengan pemeriksa
pemeriksa
N. IX & N. X
Arkus Faring Simetris
Refleks muntah Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan
Pengecapan (1/3 posterior Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan
lidah)
N. XI
M. Sternocleidomastoideus Baik Baik
M. Trapezius Baik Baik
N. XII
Tremor lidah -
Atrofi lidah -
Deviasi lidah -
Fasikulasi -
Motorik
Dextra Sinistra
Kekuatan
Ekstremitas atas 3 5
Ekstremitas bawah 3 5
Tonus
Ekstremitas atas Normal Normal
Ekstremitas bawah Normal Normal
Trofi
Ekstremitas atas Normal Normal
Ekstremitas bawah Normal Normal
Refleks
Fisiologis
Biseps + +
Triseps + +
Patella + +
Achilles + +
Patologis
Hoffmann- Tromner - -
Babinski - -
Babinski Group
Oppenheim - -
Gordon - -
Chaddock - -
Gonda - -
Schaeffer - -
Sensorik
Dextra Sinistra
Raba halus
Ekstremitas atas Menurun Baik
Ekstremitas bawah Menurun Baik
Nyeri
Ekstremitas atas Menurun Baik
Ekstremitas bawah Menurun Baik
Suhu
Ekstremitas atas Menurun Baik
Ekstremitas bawah Menurun Baik
Getar
Ekstremitas atas Menurun Baik
Tremor - -
Athetose - -
Mioklonik - -
Chorea - -
Otonom
- Alvi : Baik
- Uri : Baik
- Hidrosis : Baik
1.5 Diagnosis
Diagnosis Klinis : Hemiparesis dekstra,
Parese N. III, N.VII dan N.XII dekstra central
Diagnosis Topis : Mesensefalon
Diagnosis Etiologi : Stroke infark
Diagnosis Patologis : Emboli
1.7 Tatalaksana
Medikamentosa
Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
Loading aspilet 160 mg
Pemberian neuroprotektor citicholin 2x1 gr IV
Clopidogrel 1 x 75 mg
Non Medikamentosa
Fisioterapi
Edukasi
Pemasangan kateter
Observasi tekanan darah
1.8 Prognosis
• Quo Ad Vitam: Bonam
• Quo Ad Sanactionam : Dubia ad Bonam
• Quo Ad Functionam : Dubia ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi otak akut
baik fokal maupun global yang mendadak, disebabkan oleh berkurangnya
atau hilangnya aliran darah pada parenkim otak, retina atau medulla spinalis,
yang dapat disebabkan oleh penyumbatan arteri maupun vena, yang
dibuktikan dengan pemeriksaan imaging dan/atau patologi. Terhentinya aliran
darah ke bagian otak akibat tersumbatnya pembuluh darah oleh trombus atau
emboli yang mengakibatkan sel otak mengalami gangguan metabolisme
karena tidak mendapat suplai darah, oksigen, dan energi. Bila proses ini
berlanjut, akan terjadi iskemia jaringan otak yang menyebabkan kerusakan
yang bersifat sementara atau menjadi permanen yang disebut infark (Rasyid
Al dkk, 2017).
2.2 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementrian
Kesehatan tahun 2013, prevalensi stroke di Indonesia meningkat dari 8,3%
pada tahun 2007 menjadi 12,1% pada tahun 2013. Presentase stroke iskemik
lebih tinggi dibandingkan stroke hemoragik. Menurut American Heart
Association (AHA) didapatkan stroke iskemik mencapai 87% serta sisanya
adalah perdarahan intraserebral dan subarachnoid. Hal ini sesuai dengan data
Stroke Registry tahun 2012-2014 terhadap 5.411 pasien stroke di Indonesia,
mayoritas adalah stroke iskemik (67%). Demikian pula dari 384 pasien stroke
yang menjalani rawat inap di RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada
tahun 2014 sebanyak 71,4% adalah stroke iskemik (Rasyid Al dkk, 2017).
2.3 ETIOLOGI
1. Thrombosis
a. Arterosklerosis
b. Arteritis : Arteritis temporal, arteritis granolumatosa, polyarteritis,
granulomatosis wegener, arteritis granulomatosa pembuluh darah
besar
c. Deseksi : Arteri intracranial, vertebral atau karotis pada basis otak
(spontan atau traumatik)
d. Gangguan hemologik : Polistemia derajat pertama atau derajat
kedua
e. Efek masa serebral yang menekan arteri intrakranial : Herniasi
tentorial arteri post-cerebral; aneurisma raksasa-kompresi arteri
serebral tengah
f. Lain-lain : Penyakit meyoma, displasisa fibromuscular
2. Vasokontriksi
a. Vasospasme serebral setelah perdarahaan subaraknoid
b. Vasokontriksi serebral reversibel : Etiologi tidak diketahui, setelah
migrein. Trauma, kehamilan eklamsia.
3. Embolisme
a. Sumber arterial aterotrombotik : Bifukasio arteri karotis komunis,
sifon karotis, dsb
b. Sumber jantung : Penyakit jantung struktural, distrimia, infeksi
c. Sumber tidak diketahui
Anak atau dewasa sehat
Yang berhubungan : keadaan dapat mengalami hiperkoaguasi
sekunder terhadap penyakit sitemik, kkarsinoma (trauma pankreatik),
eklamsia kehamilan, kontrasepsi oral, lupus, antikoagulasi, defisiensi
faktor C, dll (Rasyid Al dkk, 2017).
2.5 PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya, proses terjadinya stroke iskemik diawali oleh adanya
sumbatan pembuluh darah oleh trombus atau emboli yang mengakibatkan sel
otak mengalami gangguan metabolisme, karena tidak mendapat suplai darah,
oksigen, dan energi. Trombus terbentuk oleh adanya proses aterosklerosis
pada arkus aorta, arteri karotis, maupun pembuluh darah serebral. Proses ini
diawali oleh cedera endotel dan inflamasi yang mengakibatkan terbentuknya
plak pada dinding pembuluh darah. Plak akan berkembang semakin lama
semakin tebal dan sklerotik. Trombosit kemudian akan melekat pada plak
serta melepaskan faktor-faktor yang menginisiasi kaskade koagulasi dan
pembentukan thrombus.
Trombus dapat lepas dan menjadi embolus atau tetap pada lokasi asal
dan menyebabkan oklusi dalam pembuluh darah tersebut. Emboli merupakan
bagian dari trombus yang terlepas dan menyumbat pembuluh darah di bagian
yang lebih distal. Emboli ini dapat berasal dari trombus di pembuluh darah,
tetapi sebagian besar berasal dari trombus di jantung yang terbentuk pada
keadaan tertentu, seperti atrial fibrilasi dan riwayat infark miokard. Bila
proses ini berlanjut, akan terjadi iskemia jaringan otak yang menyebabkan
kerusakan yang bersifat sementara atau menjadi permanen yang disebut
infark.
Di sekeliling area sel otak yang mengalami infark biasanya hanya
mengalami gangguan metabolisme dan gangguan perfusi yang bersifat
sementara yang disebut daerah penumbra. Daerah ini masih bisa diselamatkan
jika dilakukan perbaikan aliran darah kembali (reperfusi) segera, sehingga
mencegah kerusakan sel yang lebih luas, yang berarti mencegah kecacatan
dan kematian. Namun jika penumbra tidak dapat diselamatkan, maka akan
menjadi daerah infark. Infark tersebut bukan saja disebabkan oleh sumbatan,
tetapi juga akibat proses inflamasi, gangguan sawar darah otak (SDO) atau
(blood brain barrier/BBB), zat neurotoksik akibat hipoksia, menurunnya
aliran darah mikrosirkulasi kolateral dan tata laksana untuk reperfusi.
Pada daerah di sekitar penumbra, terdapat berbagai tingkatan
kecepatan aliran darah serebral atau cerebral blood flow (CBF). Aliran pada
jaringan otak normal adalah 40-50cc/100g otak/menit, namun pada daerah
infark, tidak ada aliran sama sekali (CBF 0mL/100g otak/menit).
Pada daerah yang dekat dengan infark CBF adalah sekitar 10cc/100g
otak/menit. Daerah ini disebut juga daerah dengan ambang kematian sel
(threshold of neuronal death), oleh karena sel otak tidak dapat hidup bila
CBF di bawah 5cc/100g otak/menit.
Pada daerah yang lebih jauh dari infark, didapatkan CBF sekitar
20cc/100g otak/menit. Pada daerah ini aktivits listrik neuronal terhenti dan
struktur intrasel tidak terintegrasi dengan baik. Sel di daerah tersebut
memberikan kontribusi pada terjadinya defisit neurologis, namun
memberikan respons yang baik jika dilakukan terapi optimal.
Bagian yang lebih luar mendapatkan CBF 30-40cc/100g otak/menit,
yang disebut dengan daerah oligemia. Bagian terluar adalah bagian otak yang
normal. Bagian ini mendapatkan CBF 40-50cc/100g otak/menit. Bila kondisi
penumbra tidak ditolong secepatnya maka tidak menutup kemungkinan
daerah yang mendapat aliran darah dengan kecepatan kurang tadi akan
berubah menjadi daerah yang infark dan infark yang terjadi akan semakin
luas.
Pada daerah yang mengalami iskemia, terjadi penurunan kadar
adenosine triphosphate (ATP), sehingga terjadi kegagalan pompa kalium dan
natrium serta peningkatan kadar laktat intraselular. Kegagalan pompa kalium
dan natrium menyebabkan depolarisasi dan peningkatan pelepasan
neurotransmiter glutamat.
Depolarisasi meningkatan kadar kalsium intraselular, sedangkan
glutamat yang dilepaskan akan berikatan dengan reseptot glutamate, yakni N-
metil-D-aspartat (NMDA) dan -amino-4-hydroxy-5-methyl-4-
isonazolipropionid-acid (AMPA), yang selanjutnya akan menyebabkan
masuknya kalsium intraselular. Dengan demikian, hal tersebut semakin
meningkatkan kadar kalsium intraselular. Kalsium intraselular memicu
terbentuknya radikal bebas, nitrit oksida (NO), inflamasi, dan kerusakan
DNA melalui jalur enzimatik seperti Ca2+ ATPase, calcium-dependent
phospholipase, protease, endonuklease, dan kaspase yang keseluruhannya
berkontribusi terhadap kematian sel.
2.8 TATALAKSANA
A. Penatalaksanaan Prahospital
1. Deteksi
Pengenalan cepat dan reaksi terhadap tanda-tanda stroke dan TIA.
Konsep Time is brain berarti pengobatan stroke merupakan keadaan
gawat darurat. Jadi, keterlambatan pertolongan pada fase prahospital
harus dihindari dengan pengenalan keluhan dan gejala stroke bagi
pasien dan orang terdekat. Pada setiap kesempatan, pengetahuan
mengenai keluhan stroke, terutama pada kelompok risiko tinggi
(hipertensi, atrial fibrilasi, kejadian vaskuler lain dan diabetes) perlu
disebarluaskan. Beberapa gejala atau tanda yang mengarah kepada
diagnosis stroke antara lain hemiparesis, gangguan sensorik satu sisi
tubuh, hemianopia atau buta mendadak, diplopia, vertigo, afasia,
disfagia, disatria, ataksia, kejang atau penurunan kesadaran yang
kesemuanya terjadi secara rnendadak.
2. Pengiriman Pasien
Bila seseorang dicurigai terkena serangan stroke, maka segera
panggil ambulans gawat darurat. Ambulans gawat darurat sangat
berperan penting dalam pengiriman pasien ke fasilitas yang tepat
untuk penanganan stroke.
3. Transportasi/Ambulans
Fasilitas ideal yang harus ada dalam ambulans sebagai berikut:
a. Personil yang terlatih
b. Mesin EKG
c. Peralatan dan obat-obatan resusitasi dan gawat darurat
d. Obat-obat neuroprotektan
e. Telemedisin
f. Ambulans yang dilengkapi dengan peralatan gawat darurat,
antara lain, pemeriksaan glukosa (glucometer), kadar saturasi 02
(pulse oximeter)
2.9 KOMPLIKASI
2.10 PROGNOSIS
Prognosis stroke secara umum adalah ad vitam. Tergatung berat
stroke dan komplikasi yang timbul (Madiyono dan Suherman, 2003).
Sepertiga penderita dengan infark otak akan mengalami
kemunduran status neurologik setelah dirawat. Sebagian disebabkan
edema otak dan iskemi otak. Sekitar 10% pasien dengan stroke iskemik
akan membaik dengan fungsi normal. Prognosis lebh buruk pada pasien
dengan kegagalan jantung kongestif dan penyakit jantung koroner (Gilory,
2000).
2.11 PENCEGAHAN
a. Mengatur Pola Makan yang Sehat
Konsumsi Makanan tinggi lemak dan kolesterol dapat meningkatkan
risiko terkena serangan stroke, sebaliknya risiko konsumsi makanan
rendah lemak dan kolesterol dapat mencegah terjadinya stroke.
Beberapa jenis makan yang dianjurkan untuk pencegahan primer
terhadap stroke adalah :
1. Makanan kolesterol yang membantu menurunkan kadar
kolesterol
a. Serat larut yang terdapat dalam biji-bijian seperti beras
merah, bulgur, jagung dan gandum.
b. Oat (beta glucan) akan menurunkan kadar kolesterol total
dan LDL, menurunkan tekanan darah, dan menekan nafsu
makan bila dimakan dipagi hari (memperlambat
pengosongan usus).
c. Kacang kedelai beserta produk olahannya dapat
menurunkan lipid serum, menurunkan kolesterol total,
kolesterol LDL dan trigliserida tetapi tidak mempengaruhi
kadar kolesterol HDL.
d. Kacang-kacangan termasuk biji kenari dan kacang mede
menurunkan kolesterol LDL dan mencegah arterrosklerosis.
Mekanisme kerja: menambah sekresi asam empedu,
meningkatkan aktifitas estrogen dan isoflavon, memperbaiki
elastisitas arteri dan meningkatkan aktifitas antioksidan yang
menghalangi oksidasi LDL.
2. Makanan lain yang berpengaruh terhadap prevensi stroke
a. Makanan/zat yang membantu mencegah peningkatan
homosistein seperti asam folat, vitamin B6, B12, dan
riboflavin.
b. Susu yang mengandung protein, kalsium, seng(Zn), dan
B12, mempunyai efek proteksi terhadap stroke
c. Beberapa jenis seperti ikan tuna dan ikan salmon
mengandung omega-3, eicosapperitenoic acid (EPA) dan
docosahexonoic acid (DHA) yang merupakan pelindung
jantung mencegah risiko kematian mendadak, mengurangi
risiko aritmia, menurunkan kadar trigliserida, menurunkan
kecenderungan adhesi platelet, sebagai precursor
prostaglandin, inhibisi sitokin, antiinflamasi dan stimulasi
Nitric oxide (NO) endothelial. Makanan jenis ini sebaiknya
dikonsumsi dua kali seminggu.
d. Makanan yang kaya vitamin dan antioksidan (vitamin C,E,
dan betakaroten) seperti yang banyak terdapat pada sayur-
sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.
e. Buah-buahan dan sayur-sayuran
f. Teh hitam dan teh hijau yang mengandung antioksidan.
3. Anjuran lain tentang makanan :
a. Menambah asupan kalium dan mengurangi asupan antrium
(<6 gram/hari). Bahan-bahan yang mengandung natrium
seperti monosodium glutamate dan sodium nitrat, sebaiknya
dikurangi. Makanan sebaiknya harus segar. Pada penderita
hipertensi, asupan natrium yang dianjurkan ≤2,3 gram/hari
dan asupan kalium ≥4,7 gram/hari.
b. Meminimalkan makanan tinggi lemak jenuh dan
mengurangi asupan trans fatty acid seperti kue-kue,
crackers, telur, makanan yang digoreng, dan mentega.
c. Mengutamakan makanan yang mengandung
polyunsaturated fatty acid, monounsaturated fatty acid,
makanan berserat dan protein nabati.
d. Nutrient harus diperoleh dari makanan bukan suplemen.
e. Jangan makan berlebihan dan perhatikan menu makanan
seimbang
f. Makanan sebaiknya bervariasi dan tidak tunggal
g. Hindari makanan dengan densitas kalori tinggi dan kualitas
nutrisi rendah
h. Sumber lemak sebaiknya berasal dari sayuran, ikan, dan
kacang-kacangan
i. Utamakan makanan yang mengandung polisakarida seperti
roti, nasi, pasta, sereal dan kentang. Hindari makanan yang
megandung gula (monosakarida dan disakarida)
DAFTAR PUSTAKA
Rasyid Al, Rahmat H dan Salim H. 2017. Buku Ajar Neurologi Edisi Pertama.
Jakarta: Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Madiyono B dan Suherman SK. 2003. Pencegahan Stroke dan Serangan Jantung
pada Usia Muda. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Rasyid Al, dkk. 2014. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.