SOL INTRAKRANIAL
Pembimbing :
dr. Perwitasari Bustomi, Sp.S
Disusun oleh :
ABYAN FAJRI RAMADHAN
1102015003
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan pasien dan keluarga
pasien pada tanggal 24 Juni 2019 pukul 15.00 WIB
Keluhan Utama
Sakit Kepala
Keluhan Tambahan
Lemah anggota gerak sebelah kanan
Pandangan buram sebelah kanan
Bicara Pelo
1
mata kanan sedikit terganggu. Berat badan pasien menurun drastic semenjak 6 bulan
kebelakang.
.
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi
Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), Refleks cahaya (+/+),
Pupil isokor
THT : Pembesaran KGB pre/retroauricular (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), tidak ada peningkatan
JVP
Thorax
Jantung : Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat, sikatrik (-)
Palpasi : Iktus cordis teraba
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS V linea parasternal
dextra, batas jantung kiri pada ICS VI 2 cm lateral
linea midklavikula sinistra, batas pinggang jantung
pada linea sternalis sinistra
2
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : Inspeksi : Gerakan dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Fremitus taktil (+/+), fremitus vokal (+/+)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang perifer paru kanan kiri
Auskultas : Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi basah kasar (-/-),
wheezing (-)
Abdomen : Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) di seluruh kuadran abdomen
Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen, batas atas
hepar setinggi ICS VI linea midklavikula kanan,
batas bawah hepar 7 cm ke arah kaudal dari batas atas
hepar, shifting dullness (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), batas hepar normal, massa (-)
Status Neurologis
(Pemeriksaaan dilakukan di hari ke-5 pasien dirawat)
GCS : E4M6V515 (Composmentis)
Pupil
Dextra Sinistra
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 2 mm 2 mm
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tidak langsung + +
3
Tanda Rangsang Meningeal
Dextra Sinistra
Kaku kuduk -
Brudzinski I - -
Laseque > 70° > 70°
Kernig > 135° > 135°
Brudzinski II - -
Brudzinski III - -
Brudzinski IV - -
4
N. VII
Sensorik
Pengecapan (2/3 anterior + +
lidah)
Motorik:
Mengerutkan dahi + +
Mengangkat alis + +
Menutup mata + +
Lipatan nasolabial Mendatar Baik
Sudut mulut Baik Baik
N. VIII
Vestibularis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Cochlearis
Menggesekan jari Baik Baik
Garpu tala
Rinne + +
Webber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Swabach Sama dengan Sama dengan
pemeriksa pemeriksa
N. IX & N. X
Arkus Faring Simetris
Refleks muntah + +
Pengecapan (1/3 posterior + +
lidah)
N. XI
M. Sternocleidomastoideus Baik Baik
M. Trapezius Baik Baik
N. XII
Tremor lidah -
Atrofi lidah -
Deviasi lidah Deviasi ke kanan
5
Fasikulasi -
Motorik
Dextra Sinistra
Kekuatan
Ekstremitas atas 3 5
Ekstremitas bawah 3 5
Tonus
Ekstremitas atas Normal Normal
Ekstremitas bawah Normal Normal
Trofi
Ekstremitas atas Normal Normal
Ekstremitas bawah Normal Normal
Refleks
Fisiologis
+ +
Biseps
+ +
Triseps
+ +
Patella + +
Achilles
Patologis
Hoffmann- Tromner - -
Babinski - -
Babinski Group
Oppenheim - -
Gordon - -
Chaddock - -
Gonda - -
Schaeffer - -
6
0 = Sama sekali tidak dapat bergerak
1 = Hanya mengahasilkan sedikit sekali gerakan
2 = Tidak dapat melawan gaya berat ekstremitas hanya bisa digeser
3 = Masih dapat melawan gaya berat
4 = Dapat melawan tahanan
5 = Normal
Sensorik
Dextra Sinistra
Raba halus
Ekstremitas atas Menurun Baik
Ekstremitas bawah Menurun Baik
Nyeri
Ekstremitas atas Menurun Baik
Ekstremitas bawah Menurun Baik
Suhu
Ekstremitas atas Menurun Baik
Ekstremitas bawah Menurun Baik
Getar Menurun
Ekstremitas atas Menurun Baik
Otonom
- Alvi : Baik
- Uri : Baik
- Hidrosis : Baik
7
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboraturium
- Darah Lengkap : Hemoglobin, leukosit, hematokrit, trombosit
- Elektrolit : Natrium, Kalium, klorida
- SGOT, SGPT
- Ureum/Creatinin
CT scan kepala dengan kontras
EEG
2.5 Diagnosis
Diagnosis Klinis : Sakit kepala kronis, Hemiparese dextra, parese NVII dextra,
Parese NXII dextra, Hemiapnosia dextra
Diagnosis Topis : Lobus Occipital Sinistra
Diagnosis etiologi : Space Occupying Lesion ec Meningioma
2.6 Tatalaksana
Medikamentosa
Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
Posisikan pasien dengan posisi kepala ditinggikan 30o
Pasang infus NaCl 0,9 %
Pemberian neuroprotektor citicholin 2x1 gr IV
Mecobalamin 2 x 1 amp
Betahistin 3x1 tab
Flunarizin 2x1 tab
Non Medikamentosa
Fisioterapi pasif
Rujukan bedah
2.7 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad malam
8
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
SOL (space occupying lesion) atau lesi desak ruang merupakan generalisasi
masalah tentang adanya lesi pada ruang intrakranial khususnya yang mengenai otak.
Penyebabnya meliputi hematoma, abses otak dan tumor otak.1
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak merupakan
penyakit yang menyerang otak manusia, yang merupakan pusat kendali dari tubuh
manusia, sehingga tumor otak pada umum nya dapat mengganggu fungsi organ tubuh lain
bahkan dapat menyebabkan kematian. Tumor otak dapat bersifat benigna dan maligna.2,3
Peninggian tekanan intrakranial terjadi karena hal-hal ini dapat menempati ruang
intrakranial, menimbulkan edema serebri, membendung sirkulasi dan absorpsi cairan
serebro spinal , meningkatkan aliran darah otak, dan menyumbat pembuluh darah balik
vena.1
II. EPIDEMIOLOGI
Tumor otak merupakan penyebab sebagian besar dari space occupying lesion. Di
Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut
Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit
neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum.4
Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Insiden
tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70
dengan pundak usia 40-65 tahun.4
Menurut penilitian yang dilakukan oleh Rumah Sakit Lahore, Pakistan, periode
September 1999 hingga April 2000, dalam 100 kasus space occupying lesion intrakranial,
54 kasus terjadi pada pria dan 46 kasus pada wanita. Selain itu, 18 kasus ditemukan pada
usia dibawah 12 tahun. 28 kasus terjadi pada rentan usia 20-29 tahun, 13 kasus pada usia
30-39, dan 14 kasus pada usia 40-49.4
III. ANATOMI 5
Otak, merupakan merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang terletak di
cavum cranii. Berat otak saat lahir 350 gram, dan berkembang hingga saat dewasa seberat
1400-1500 gram.
9
Gambar 1: Anatomi Otak
Otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Cerebrum (Otak Besar)
2. Cerebellum (Otak Kecil)
3. Brainstem (Batang Otak)
4. Limbic System (Sistem Limbik)
• Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar.
Mulai dari sulcus sentralis sampai kapolus centralis, terdiri dari gyrus precentralis, girus
frontalis superior, girus frontalis media, girus frontalis inferior,girus recrus, dirus orbitalis,
dan lobulus paracentralis superior. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat
alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi
penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual.
• Lobus Parietal berada di tengah, mulai dari sulcus centralis menuju lobus occipitalis
dan cranialis dari lobus temporalis, terdiri dari girus post centralis, lobulus parietalis
superior,dan lobulus parietalis inferior-inferior-posterior. berhubungan dengan proses
sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
• Lobus Temporal berada di bagian bawah terletak antara polus temporalis dan polus
11
occipitalis dibawah sulcus lateralis berhubungan dengan kemampuan pendengaran,
pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
• Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, terletak antara sulcus parieto occipital
dengan sulcus preoccipitalis, memiliki dua bangunan, cuneus dan girus lingualis,
berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
Area Broca yang betanggungjawab untuk kemampuan berbicara, terletak di
lobus frontalis kiri dan berkaitan erat dengan daerah motorik korteks yang mengontrol
otot-otot penting untuk artikulasi.
Daerah Wernicke yang terletak di korteks kiri pada pertemuan lobus-lobus
parietalis, temporalis, dan oksipitalis berhubungan dengan pemahaman bahasa. Daerah ini
berperan penting dalam pemahaman bahasa baik tertulis maupun lisan. Selain itu, daerah
ini bertanggung jawab untuk memformulasikan pola pembicaraan koheren yang
disalurkan melalui seberkas saraf ke daerah Broca, kemudian mengontrol artikulasi
pembicaraan.
Daerah motorik, sensorik, dan bahasa menyusun hanya sekitar separuh dari luas
korteks serebrum keseluruhan. Daerah sisanya, yang disebut daerah asosiasi berperan
dalam fungsi yang lebih tinggi (fungsi luhur).
Korteks asosiasi prafrontalis adalah bagian depan dari lobus frontalis tepat di
anterior korteks motorik. Peran sebagai: (1) perencanaan aktivitas volunteer
(2) pertimbangan konsekuensi-konsekuensi tindakan mendatang dan penentuan pilihan
(3) sifat-sifat kepribadian.
Korteks asosiasi parietalis-temporalis-oksipitalis dijumpai pada peetemuan
ketiga lobus. Di lokasi ini dikumpulkan dan diintegrasikan sensasi-sensasi somatic,
auditorik, dan visual yang berasal dari ketiga lobus untuk pengolahan persepsi yang
kompleks.
Korteks asosiasi limbic di bawah dan dalam antara kedua lobus temporal. Daerah
ini berkaitan dengan motivasi dan emosi.
13
Gambar 3: Anatomi sistim limbik
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat
kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama
dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia.
Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks
limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon,
memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang,
metabolisme dan juga memori jangka panjang.
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu
fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana
yang tidak. Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera.
Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya rasa cinta dan
kejujuran. Carl Gustav Jung menyebutnya sebagai "Alam Bawah Sadar" atau
ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang
dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat
duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran.5
IV. ETIOLOGI
3.1 Abses Otak6
Abses otak dapat terjadi pada semua usia, namun yang paling lazim dalam usia 4
samapi 8 tahun. Abses otak disebabkan oleh embolisasi karena penyakit jantung
kongenital dengan shunt dari kanan ke kiri., meningitis, otitis media kronis, mastoiditis,
selulitis orbita, infesi gigi, dan status imunodefisiensi. Gejalan awal yang terjadi adalah
gejala non spesifik seperti demam, sakit kepala, dan lesu. Gejala ketika proses radang
telah dimulai adalah muntah, sakit kepala hebat, kejang, papil edema.
14
3.4 Tumor Intrakranial6
Tumor otak merupakan pertumbuhan jaringan abnormal yang berasal dari sel-sel
otak atau dari struktur di sekelilingnya. Sama seperti tumor lainnya tumor otak dapat
dibagi menjadi tumor otak jinak (benigna) dan ganas (maligna). Tumor otak benigna
adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas. Tumor otak
maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan
jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh
lainnya melalui aliran darah.
Terdapat 2 kategori tumor otak, yaitu :
1. Tumor otak primer - tumor ini berasal dari otak itu sendiri.
2. Tumor otak sekunder (dikenali sebagai metastatik) – tumor ini berasal atau penyebaran
dari organ tubuh yang lain seperti paru-paru, ginjal, payudara, tulang, kulit dan organ
tubuh lainnya.
Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :7
a. Genetik
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai
manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-
jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya
faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Bagian embrional yang tersisa.
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian
dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya seperti meningioma, astrositoma, raniofaringioma, teratoma intrakranial,
kordoma
c. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan
terbentuknya neoplasma setelah dewasa. Radiasi dengan dosis terapeutik dapat
merangsang sel-sel mesenkhimal. Beberapa laporan bahwa radiasi berperan timbulnya
meningioma.
15
d. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput
otak). Pengaruh trauma pada neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.
e. Kimia dan Virus
Zat-zat karsinogenik “methylcholanthrone” dan “nitro-ethyl-urea” dapat
menyebabkan tumor otak primer. Sedangkan virus (virus Epstein Barr) disangka berperan
dalam genesisnya “Burkitt’s lymphoma” juga karsinoma 16amper16tic nasofaring.Pada
binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan terbentuknya
neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor pada manusia
masih belum jelas.
f. Metastase
Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma
metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi utama dari tumor otak
metastase berasal dari paru-paru dan payudara.
V. PATOFISIOLOGI
Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral
- Aktivitas kejang dan tanda – tanda neurologis fokal
- Hidrosefalus
- Gangguan fungsi hipofisis
Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia, infiltrasi leukosit
/ melunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa hari atau minggu dari fase
awal terjadi proses uque fraction ataudinding kista berisi pus. Kemudian rupture maka
infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis.
Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis. Gejala-gejala terjadi berurutan Hal ini
menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala neurologic pada
tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan
vocal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi
16
perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompersi invasi dan perubahan suplai
darah ke jaringan otak.
Peningkatan intracranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor : bertambahnya masa
dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi
serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan menyebabkan bertambahnya massa karena tumor
akan mengambilkan ruang yang relative dari ruang tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak. Mekanisme belum sepenuhnya
dipahami namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan pendarahan.
Obstruksi vena oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak semuanya
menimbulkan kenaikan volume inntrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebro spinal
dari vantrikel laseral keruang sub arachnoid menimbulkan hidrosephalus.
Peningkatan intracranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibat
salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memrlukan waktu berhari-hari / berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu
tidak bergun apabila tekanan intracranial timbulcepat.
Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume
cairan cerborspinal, kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-selparenkim.
Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasiulkus/ serebulum.herniasi
timbul bila girus medalis lobus temporalis bergeser ke interior melalui insisuratentorial
oleh massa dalam hemisterotak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan kehilangan
kesadaran da nmenekan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum tonsil sebelum bergeser
kebawah melalui foramen magnum oleh suatu massa poterior.
17
PATHWAY
Idiopatik
Tumor otak
18
VI. GEJALA KLINIS
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi berurutan.
Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya
sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu. Tumor otak menunjukkan gejala
klinis yang tersebar bila tumor ini menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan
gejala lokal sebagai akibat dari tumor yang mengganggu bagian spesifik dari otak.3
19
berlawanan dengan tumor) dan halusinasi penglihatan.
Tumor serebelum ; pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan
dengan kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot otot tidak
terkoordinasi dan nistagmus ( gerakan mata berirama dan tidak
disengaja )
Tumor lobus frontal ; gangguan kepribadia, perubahan status
emosional dan tingkah laku, disintegrasi perilaku mental, pasien
sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri
Tumor sudut serebelopontin ; kelihatan vertigo, tuli (gangguan saraf
kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf
kelima), kelemahan atau paralisis (saraf kranial keketujuh).
Tumor intracerebral bisa menimbulkan gangguan kepribadian,
konfusi, gangguan bicara dan gangguan gaya berjalan terutam pada
lansia.
Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma, glioblastoma, dan metastase
serebral dari bagian lain. Beberapa tumor tidak selalu mudah ditemukan, karena tumor-
tumor tersebut berada pada daerah tersembunyi dari otak (daerah yang fungsinya tidak
dapat ditentukan dgn pasti). Perkembangan dan gejala menentukan apakah tumor tersebut
berkembang atau menyebar.7
20
Observasi saraf pergerakan mata Penglihatan : penurunan lapang pandang,
penglihatan kabur
21
Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal
dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak
yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif
VII. TATALAKSANA
Tindakan terhadap tumor otak adalah paliatip dan melibatkan penghilangan atau
mengurangi simtomatologi serius. Pendekatan ter apeutik ini mencakup radiasi, yang
menjadi dasar pengobatan, pembedahan (biasanya pada metastase intrakranial tunggal),
kemoterapi.4
Pemilihan jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara
lain:4
Kondisi umum penderita
Tersedianya alat yang lengkap
Pengertian penderita dan keluarganya
Luasnya metastasis.
Penatalaksanaan Menurut Brunner dan Suddarth 1987 : 7
1. Pembedahan
Merupakan pilihan pertama bagi pasien dengan tumor otak. Tujuan
diagnosis definitive dan memperkecil tumor tersebut. Pengangkatan dari semua
tumor menimbulkan neurologis yang berat. Banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan suatu pembedahan tumor otak yakni: diagnosisyang tepat, rinci dan
seksama, perencanaan dan persiapan pra bedah yang lengkap, teknik neuroanastesi
yang baik, kecermatan dan keterampilan dalam pengangkatan tumor, serta perawatan
pasca bedah yang baik, berbagai cara dan teknik operasi dengan menggunakan
kemajuan teknologi seperti mikroskop, sinar laser, ultrasound aspirator, bipolar
coagulator, realtime ultrasound yang membantu ahli bedah saraf mengeluarkan
massa tumor otak dengan aman.
22
2. Radiotherapi
3. Kemotherapy
23
primer ginjal dan melanoma, akan tetapi kemanjurannya masih perlu dibuktikan.7
5. Terapi Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit kepala dan perubahan
kesadaran. Hal ini dianggap bahwa kortikosteroid (deksametason, prednison)
menurunkan radang sekitar pusat metastase dan menurunkan edema sekitarnya.
Obat-obat lain mencakup agen-agen osmotic (manitol, gliserol) untuk menurunkan
cairan pada otak, yang ditunjukkan dengan penurunan TIK. Obat-obat anti kejang
(penitoin) digunakan untuk mencegah dan mengobati kejang. Bila pasien
mempunyai nyeri hebat, morfin dapat diinfuskan kedalam ruang epidural atau
subaraknoid melalui jarum spinal dan kateter sedekat mungkin ke segmen spinal
dimana nyeri dirasakan. Morfin disis kecil diberikan pada interval yang ditentukan.7
Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekananl, kejang dan
tanda deficit fokal yang progresif. Setiap proses desak ruang di otak dapat menimbulkan
gejala diatas, sehingga agak sukar membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut
:10
Abses intraserebral
Epidural hematom
Meningitis kronik.
IX. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak
ialah
Gangguan fisik neurologist disebabkan peningkatan TIK dari tumor dalam ruang
yang terbatas sehingga mengganggu fungsi normal yang dikontrol oleh bagian
otak tersebut.
Gangguan kognitif disebabkan pertumbuhan tumor yang semakin mendesak
bagian otak disekitarnya
Gangguan tidur dan mood.
Disfungsi seksual
24
X. PROGNOSIS
25
DAFTAR PUSAKA
1. Ismael, Sofyan. Peninggian Tekanan Intrakranial. Dalam: Buku Ajar Neurologi Anak.
2. Harsono, Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada
3. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar
4. Japardi, I. 2002. Gambaran Ct-Scan Pada Tumor Otak Benigna. Fakultas Kedokteran
5. Snell, Richard S. Kepala dan Leher. Dalam: Anatomi Klinik untuk Mahasiswa
6. Haslam, Robert H.A. Sistim saraf. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 3. Ed
Adults,” http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0004485/
survival-rate.html
26
27
28