Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

SOL INTRAKRANIAL

Pembimbing :
dr. Perwitasari Bustomi, Sp.S

dr. Eny Waeningsih, Sp.S, M.Kes

Disusun oleh :
ABYAN FAJRI RAMADHAN
1102015003

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


KEPANITERAAN DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SYARAF
RSUD DR DRADJAT PRAWIRANEGARA
2019
LAPORAN PRESENTASI KASUS

2.1 Identitas Pasien


 Nama : Ny. M
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Usia : 69
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Agama : Islam
 Alamat : Kp. Kragilan
 Tanggal Masuk RS : 23 Juni 2019
 Tanggal Pemeriksaan : 24 Juni 2019

2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan pasien dan keluarga
pasien pada tanggal 24 Juni 2019 pukul 15.00 WIB

 Keluhan Utama
Sakit Kepala

 Keluhan Tambahan
Lemah anggota gerak sebelah kanan
Pandangan buram sebelah kanan
Bicara Pelo

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang diantar keluarga ke Instalansi Gawat Darurat RSUD Serang dengan keluhan
sakit kepala yang tidak tertahankan sehingga terjatuh dari tempat tidur. Sakit kepala sudah
dirasakan sejak 5 bulan yang lalu namun tidak dihiraukan oleh pasien. Pasien sering
minum obat sakit kepala dari warung seperti Panadol atau paramex, namun beberapa hari
kebelakang obat tersebut tidak mempunyai efek pada sakit kepala yang diderita pasien.
Pasien juga mengeluh tangan kanan terasa nyeri dan kesemutan, serta pandangan pada

1
mata kanan sedikit terganggu. Berat badan pasien menurun drastic semenjak 6 bulan
kebelakang.
.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi
 Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi

2.3 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan dilakukan tanggal 24/6/2019 ( Perawatan hari ke 6)

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 88 x/menit
- Pernapasan : 22 x/menit
- Suhu : 37,3° C

Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), Refleks cahaya (+/+),
Pupil isokor
THT : Pembesaran KGB pre/retroauricular (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), tidak ada peningkatan
JVP
Thorax
Jantung : Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat, sikatrik (-)
Palpasi : Iktus cordis teraba
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS V linea parasternal
dextra, batas jantung kiri pada ICS VI 2 cm lateral
linea midklavikula sinistra, batas pinggang jantung
pada linea sternalis sinistra
2
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : Inspeksi : Gerakan dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Fremitus taktil (+/+), fremitus vokal (+/+)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang perifer paru kanan kiri
Auskultas : Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi basah kasar (-/-),
wheezing (-)
Abdomen : Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) di seluruh kuadran abdomen
Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen, batas atas
hepar setinggi ICS VI linea midklavikula kanan,
batas bawah hepar 7 cm ke arah kaudal dari batas atas
hepar, shifting dullness (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), batas hepar normal, massa (-)

Ekstremitas : akral hangat, udem kaki (-/-)

Status Neurologis
(Pemeriksaaan dilakukan di hari ke-5 pasien dirawat)
 GCS : E4M6V515 (Composmentis)
 Pupil
Dextra Sinistra
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 2 mm 2 mm
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tidak langsung + +

3
 Tanda Rangsang Meningeal
Dextra Sinistra
Kaku kuduk -
Brudzinski I - -
Laseque > 70° > 70°
Kernig > 135° > 135°
Brudzinski II - -
Brudzinski III - -
Brudzinski IV - -

 Pemeriksaan Saraf Kranial


Dextra Sinistra
N.I Baik Baik
N. II
Visus 20/100 Baik
Lapang Pandang Berkurang Baik
Warna Baik Baik
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.III. IV dan VI
M. Rektus Medius Baik Baik
M. Rektus Inferior Baik Baik
M. Rektus Superior Baik Baik
M. Rectus Lateralis Baik Baik
M. Obliqus Inferior Baik Baik
M. Obliqus Superior Baik Baik
M. Levator Palpebra Baik Baik
N. V
Sensorik Refleks Kornea + Refleks Kornea +
V1 Sensasi raba V1, V2 Sensasi raba V1, V2
V2 & V3 Baik & V3 Baik
V3
Motorik Baik Baik

4
N. VII
Sensorik
Pengecapan (2/3 anterior + +
lidah)
Motorik:
Mengerutkan dahi + +
Mengangkat alis + +
Menutup mata + +
Lipatan nasolabial Mendatar Baik
Sudut mulut Baik Baik
N. VIII
Vestibularis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Cochlearis
Menggesekan jari Baik Baik
Garpu tala
Rinne + +
Webber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Swabach Sama dengan Sama dengan
pemeriksa pemeriksa
N. IX & N. X
Arkus Faring Simetris
Refleks muntah + +
Pengecapan (1/3 posterior + +
lidah)
N. XI
M. Sternocleidomastoideus Baik Baik
M. Trapezius Baik Baik
N. XII
Tremor lidah -
Atrofi lidah -
Deviasi lidah Deviasi ke kanan

5
Fasikulasi -

Motorik
Dextra Sinistra
Kekuatan
Ekstremitas atas 3 5
Ekstremitas bawah 3 5
Tonus
Ekstremitas atas Normal Normal
Ekstremitas bawah Normal Normal
Trofi
Ekstremitas atas Normal Normal
Ekstremitas bawah Normal Normal
Refleks
Fisiologis
+ +
Biseps
+ +
Triseps
+ +
Patella + +
Achilles
Patologis
Hoffmann- Tromner - -
Babinski - -
Babinski Group
Oppenheim - -
Gordon - -
Chaddock - -
Gonda - -
Schaeffer - -

6
0 = Sama sekali tidak dapat bergerak
1 = Hanya mengahasilkan sedikit sekali gerakan
2 = Tidak dapat melawan gaya berat ekstremitas hanya bisa digeser
3 = Masih dapat melawan gaya berat
4 = Dapat melawan tahanan
5 = Normal

Sensorik
Dextra Sinistra
Raba halus
Ekstremitas atas Menurun Baik
Ekstremitas bawah Menurun Baik
Nyeri
Ekstremitas atas Menurun Baik
Ekstremitas bawah Menurun Baik
Suhu
Ekstremitas atas Menurun Baik
Ekstremitas bawah Menurun Baik
Getar Menurun
Ekstremitas atas Menurun Baik

Ekstremitas bawah Menurun Baik

Otonom
- Alvi : Baik
- Uri : Baik
- Hidrosis : Baik

7
2.4 Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan laboraturium
- Darah Lengkap : Hemoglobin, leukosit, hematokrit, trombosit
- Elektrolit : Natrium, Kalium, klorida
- SGOT, SGPT
- Ureum/Creatinin
 CT scan kepala dengan kontras
 EEG

2.5 Diagnosis
 Diagnosis Klinis : Sakit kepala kronis, Hemiparese dextra, parese NVII dextra,
Parese NXII dextra, Hemiapnosia dextra
 Diagnosis Topis : Lobus Occipital Sinistra
 Diagnosis etiologi : Space Occupying Lesion ec Meningioma

2.6 Tatalaksana
Medikamentosa
 Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
 Posisikan pasien dengan posisi kepala ditinggikan 30o
 Pasang infus NaCl 0,9 %
 Pemberian neuroprotektor citicholin 2x1 gr IV
 Mecobalamin 2 x 1 amp
 Betahistin 3x1 tab
 Flunarizin 2x1 tab

Non Medikamentosa
 Fisioterapi pasif
 Rujukan bedah

2.7 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad malam

8
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
SOL (space occupying lesion) atau lesi desak ruang merupakan generalisasi
masalah tentang adanya lesi pada ruang intrakranial khususnya yang mengenai otak.
Penyebabnya meliputi hematoma, abses otak dan tumor otak.1
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak merupakan
penyakit yang menyerang otak manusia, yang merupakan pusat kendali dari tubuh
manusia, sehingga tumor otak pada umum nya dapat mengganggu fungsi organ tubuh lain
bahkan dapat menyebabkan kematian. Tumor otak dapat bersifat benigna dan maligna.2,3
Peninggian tekanan intrakranial terjadi karena hal-hal ini dapat menempati ruang
intrakranial, menimbulkan edema serebri, membendung sirkulasi dan absorpsi cairan
serebro spinal , meningkatkan aliran darah otak, dan menyumbat pembuluh darah balik
vena.1

II. EPIDEMIOLOGI
Tumor otak merupakan penyebab sebagian besar dari space occupying lesion. Di
Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut
Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit
neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum.4
Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Insiden
tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70
dengan pundak usia 40-65 tahun.4
Menurut penilitian yang dilakukan oleh Rumah Sakit Lahore, Pakistan, periode
September 1999 hingga April 2000, dalam 100 kasus space occupying lesion intrakranial,
54 kasus terjadi pada pria dan 46 kasus pada wanita. Selain itu, 18 kasus ditemukan pada
usia dibawah 12 tahun. 28 kasus terjadi pada rentan usia 20-29 tahun, 13 kasus pada usia
30-39, dan 14 kasus pada usia 40-49.4
III. ANATOMI 5
Otak, merupakan merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang terletak di
cavum cranii. Berat otak saat lahir 350 gram, dan berkembang hingga saat dewasa seberat
1400-1500 gram.
9
Gambar 1: Anatomi Otak
Otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Cerebrum (Otak Besar)
2. Cerebellum (Otak Kecil)
3. Brainstem (Batang Otak)
4. Limbic System (Sistem Limbik)

1. Cerebrum (Otak Besar)


Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan
nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak
yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki
kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan
kemampuan visual.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian
lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut
sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal,
10
Lobus Occipital dan Lobus Temporal.

Gambar 2: Anatomi lobus

• Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar.
Mulai dari sulcus sentralis sampai kapolus centralis, terdiri dari gyrus precentralis, girus
frontalis superior, girus frontalis media, girus frontalis inferior,girus recrus, dirus orbitalis,
dan lobulus paracentralis superior. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat
alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi
penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual.

• Lobus Parietal berada di tengah, mulai dari sulcus centralis menuju lobus occipitalis
dan cranialis dari lobus temporalis, terdiri dari girus post centralis, lobulus parietalis
superior,dan lobulus parietalis inferior-inferior-posterior. berhubungan dengan proses
sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.

• Lobus Temporal berada di bagian bawah terletak antara polus temporalis dan polus

11
occipitalis dibawah sulcus lateralis berhubungan dengan kemampuan pendengaran,
pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.

• Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, terletak antara sulcus parieto occipital
dengan sulcus preoccipitalis, memiliki dua bangunan, cuneus dan girus lingualis,
berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
Area Broca yang betanggungjawab untuk kemampuan berbicara, terletak di
lobus frontalis kiri dan berkaitan erat dengan daerah motorik korteks yang mengontrol
otot-otot penting untuk artikulasi.
Daerah Wernicke yang terletak di korteks kiri pada pertemuan lobus-lobus
parietalis, temporalis, dan oksipitalis berhubungan dengan pemahaman bahasa. Daerah ini
berperan penting dalam pemahaman bahasa baik tertulis maupun lisan. Selain itu, daerah
ini bertanggung jawab untuk memformulasikan pola pembicaraan koheren yang
disalurkan melalui seberkas saraf ke daerah Broca, kemudian mengontrol artikulasi
pembicaraan.
Daerah motorik, sensorik, dan bahasa menyusun hanya sekitar separuh dari luas
korteks serebrum keseluruhan. Daerah sisanya, yang disebut daerah asosiasi berperan
dalam fungsi yang lebih tinggi (fungsi luhur).
Korteks asosiasi prafrontalis adalah bagian depan dari lobus frontalis tepat di
anterior korteks motorik. Peran sebagai: (1) perencanaan aktivitas volunteer
(2) pertimbangan konsekuensi-konsekuensi tindakan mendatang dan penentuan pilihan
(3) sifat-sifat kepribadian.
Korteks asosiasi parietalis-temporalis-oksipitalis dijumpai pada peetemuan
ketiga lobus. Di lokasi ini dikumpulkan dan diintegrasikan sensasi-sensasi somatic,
auditorik, dan visual yang berasal dari ketiga lobus untuk pengolahan persepsi yang
kompleks.
Korteks asosiasi limbic di bawah dan dalam antara kedua lobus temporal. Daerah
ini berkaitan dengan motivasi dan emosi.

2. Cerebellum (Otak Kecil)


Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung
leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya:
12
mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan
gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan
otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis,
gerakan mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan
koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak
mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan
baju

3. Brainstem (Batang Otak)


Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang.
Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung,
mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar
manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena itu,
batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur “perasaan
teritorial” sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak nyaman atau
terancam ketika orang yang tidak kita kenal terlalu dekat
Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
• Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas
dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah
berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil
mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
• Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan
menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi
otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
• Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama
dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.
4. Limbic System (Sistem Limbik)

13
Gambar 3: Anatomi sistim limbik
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat
kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama
dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia.
Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks
limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon,
memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang,
metabolisme dan juga memori jangka panjang.
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu
fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana
yang tidak. Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera.
Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya rasa cinta dan
kejujuran. Carl Gustav Jung menyebutnya sebagai "Alam Bawah Sadar" atau
ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang
dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat
duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran.5

IV. ETIOLOGI
3.1 Abses Otak6
Abses otak dapat terjadi pada semua usia, namun yang paling lazim dalam usia 4
samapi 8 tahun. Abses otak disebabkan oleh embolisasi karena penyakit jantung
kongenital dengan shunt dari kanan ke kiri., meningitis, otitis media kronis, mastoiditis,
selulitis orbita, infesi gigi, dan status imunodefisiensi. Gejalan awal yang terjadi adalah
gejala non spesifik seperti demam, sakit kepala, dan lesu. Gejala ketika proses radang
telah dimulai adalah muntah, sakit kepala hebat, kejang, papil edema.

14
3.4 Tumor Intrakranial6
Tumor otak merupakan pertumbuhan jaringan abnormal yang berasal dari sel-sel
otak atau dari struktur di sekelilingnya. Sama seperti tumor lainnya tumor otak dapat
dibagi menjadi tumor otak jinak (benigna) dan ganas (maligna). Tumor otak benigna
adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas. Tumor otak
maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan
jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh
lainnya melalui aliran darah.
Terdapat 2 kategori tumor otak, yaitu :
1. Tumor otak primer - tumor ini berasal dari otak itu sendiri.
2. Tumor otak sekunder (dikenali sebagai metastatik) – tumor ini berasal atau penyebaran
dari organ tubuh yang lain seperti paru-paru, ginjal, payudara, tulang, kulit dan organ
tubuh lainnya.
Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :7
a. Genetik
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai
manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-
jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya
faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Bagian embrional yang tersisa.
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian
dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya seperti meningioma, astrositoma, raniofaringioma, teratoma intrakranial,
kordoma
c. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan
terbentuknya neoplasma setelah dewasa. Radiasi dengan dosis terapeutik dapat
merangsang sel-sel mesenkhimal. Beberapa laporan bahwa radiasi berperan timbulnya
meningioma.

15
d. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput
otak). Pengaruh trauma pada neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.
e. Kimia dan Virus
Zat-zat karsinogenik “methylcholanthrone” dan “nitro-ethyl-urea” dapat
menyebabkan tumor otak primer. Sedangkan virus (virus Epstein Barr) disangka berperan
dalam genesisnya “Burkitt’s lymphoma” juga karsinoma 16amper16tic nasofaring.Pada
binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan terbentuknya
neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor pada manusia
masih belum jelas.
f. Metastase
Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma
metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi utama dari tumor otak
metastase berasal dari paru-paru dan payudara.

V. PATOFISIOLOGI
Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral
- Aktivitas kejang dan tanda – tanda neurologis fokal
- Hidrosefalus
- Gangguan fungsi hipofisis
Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia, infiltrasi leukosit
/ melunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa hari atau minggu dari fase
awal terjadi proses uque fraction ataudinding kista berisi pus. Kemudian rupture maka
infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis.
Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis. Gejala-gejala terjadi berurutan Hal ini
menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala neurologic pada
tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan
vocal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi
16
perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompersi invasi dan perubahan suplai
darah ke jaringan otak.
Peningkatan intracranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor : bertambahnya masa
dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi
serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan menyebabkan bertambahnya massa karena tumor
akan mengambilkan ruang yang relative dari ruang tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak. Mekanisme belum sepenuhnya
dipahami namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan pendarahan.
Obstruksi vena oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak semuanya
menimbulkan kenaikan volume inntrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebro spinal
dari vantrikel laseral keruang sub arachnoid menimbulkan hidrosephalus.
Peningkatan intracranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibat
salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memrlukan waktu berhari-hari / berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu
tidak bergun apabila tekanan intracranial timbulcepat.
Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume
cairan cerborspinal, kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-selparenkim.
Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasiulkus/ serebulum.herniasi
timbul bila girus medalis lobus temporalis bergeser ke interior melalui insisuratentorial
oleh massa dalam hemisterotak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan kehilangan
kesadaran da nmenekan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum tonsil sebelum bergeser
kebawah melalui foramen magnum oleh suatu massa poterior.

17
PATHWAY

Idiopatik

Tumor otak

Penekanan jaringan otak Bertambahnya massa

Invasi jaringan otak Nekrosis jar. otak Penyerapan cairan otak

Kerusakan jar. Neuron Gang.Suplai Hipoksia Obstruksi vena di otak


( Nyeri ) darah jaringan

Kejang Gang.Neurolog Gang.Fungs Gang.Perf Oedema


is fokal iotak usijaringan

Defisit Disorientasi Peningkatan Hidrosefalus


neurologis TIK

 Aspirasise Resti.Cidera Perubanah


kresi proses pikir
 Obs.
Jlnnafas
 Dispnea Bradikardi progresif, Bicara terganggu, Hernialisulk
hiperten sisitemik, afasia us
 Hentinafas
gang.pernafasan
 Perubahan
polanafas
Ancamankema Gang.Komunikasi Menisefalontek
tia verbal anan
Gang.Pertuka
ran gas
Cemas Mual, muntah, Gang.ke
papileodema, pandangan sadaran
kabur, penurunan fungsi
( Suddart, Brunner. 2001 ) Gang. Rasa pendengaran, nyeri
nyaman kepala

18
VI. GEJALA KLINIS
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi berurutan.
Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya
sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu. Tumor otak menunjukkan gejala
klinis yang tersebar bila tumor ini menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan
gejala lokal sebagai akibat dari tumor yang mengganggu bagian spesifik dari otak.3

a) Gejala peningkatan tekanan intrakranial


Gejala – gejala peningkatan tekanan intracranial disebabkan oleh tekanan yang
berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah
gangguan keseimbangan yang nyata antara otak, cairan serebrospinal dan darah
serebral. Semua terletak di tengkorak.3
 Sakit kepala
 Muntah
 Papiledema (edema pada saraf optic)
 Perubahan kepribadian dan perubahan mental (iritabilitas, mudah lelah,
perubahan perilaku), dementia, apatia, gangguan watak dan intelegensia,
bahkan psikosis tidak peduli lokasinya
 Kejang lokal. Dapat merupakan manifestasi pertama tumor intrakranial
pada 15% penderita. Kejang umum dapat timbul sebagai manifestasi
tekanan intrakranial yang melonjak secara cepat terutama bagi manifestasi
glioblastoma multiform. Kejang tonik yang sesuai dengan serangan
rigiditas deserebrasi biasanya timbul pada tumor fossa franii posterior dan
secara tidak tepat dinamakan cereberal fits.
 Adanya variasi penurunan focal motorik,sensor dan disfungsi saraf cranial
b) Gejala terlokalisasi
Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang
terkena, menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan, seperti pada ketidaknormalan
sensori perubahan penglihatan dan kejang.5
 Tumor korteks; gerakan seperti kejang kejang yang terletak pada
satu sisi tubuh ( kejang jacksonian )
 Tumor lobus oksipital ; hemianopsia homonimus kontralateral
(hilang penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi yang

19
berlawanan dengan tumor) dan halusinasi penglihatan.
 Tumor serebelum ; pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan
dengan kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot otot tidak
terkoordinasi dan nistagmus ( gerakan mata berirama dan tidak
disengaja )
 Tumor lobus frontal ; gangguan kepribadia, perubahan status
emosional dan tingkah laku, disintegrasi perilaku mental, pasien
sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri
 Tumor sudut serebelopontin ; kelihatan vertigo, tuli (gangguan saraf
kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf
kelima), kelemahan atau paralisis (saraf kranial keketujuh).
 Tumor intracerebral bisa menimbulkan gangguan kepribadian,
konfusi, gangguan bicara dan gangguan gaya berjalan terutam pada
lansia.
Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma, glioblastoma, dan metastase
serebral dari bagian lain. Beberapa tumor tidak selalu mudah ditemukan, karena tumor-
tumor tersebut berada pada daerah tersembunyi dari otak (daerah yang fungsinya tidak
dapat ditentukan dgn pasti). Perkembangan dan gejala menentukan apakah tumor tersebut
berkembang atau menyebar.7

VII. DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak
yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti, adapun pemeriksaan penunjang
yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI. Dari anamnesis kita dapat mengetahui
gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala
yang telah diuraikan diatas. Misalnya ada tidaknya nyeri kepala progresif, muntah dan
kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik mungkin ditemukan adanya gejala seperti
edema papil dan deficit lapangan pandang.4

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan yang dilakukuan untuk mengobservasi tumor


otak adalah:2

20
 Observasi saraf pergerakan mata Penglihatan : penurunan lapang pandang,
penglihatan kabur

 Pendengaran : penurunan pendengaran, halusinasi

 Reflek Keseimbangan dan koordinasi

 Penciuman dan sentuhan

 Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi Jantung : bradikardi, hipertensi.


Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, potensial obstruksi jalan nafas,
disfungsi neuromuskuler Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok,
diabetes mellitus

Untuk membantu menentukkan lokasi tumor yang tepat, dilakukan beberapa


pemeriksaan tambahan, yaitu: 4

 CT- Scan : Memberikan info spesifik mengenai jumlah, ukuran dan


kepadatan jejas tumor serta meluasnya edema serebral sekunder

 MRI : Membantu mendiagnosis tumor otak dengan cara mendeteksi jejas


tumor yang kecil dan tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.

 Angiografi : Serebral memberikan gambaran tentang pembuluh darah


serebral dan letak tumor serebral. Walau angiografi bisa menampilkan blush
tumor atau pergeseran pembuluh, hanya kadang-kadang diperlukan untuk
melengkapi hasil CT scan. Pada beberapa kasus diperlukan untuk informasi
prabedah seperti mengetahui pembuluh pencatu tumor, atau terkenanya atau
konstriksi pembuluh utama oleh tumor.
 EEG (Elektroensefalografi) : Dapat mendeteksi gelombang otak abnormal
pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk
mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang. Penelitian pada cairan
serebrospinal (CHF) dapat dilakukan untuk mendeteksi sel-sel ganas, karena
tumor-tumor pada system saraf pusat mampu menggeser sel-sel kedalam
cairan serebrospinal

 Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan


untuk memberi dasar pengobatan seta informasi prognosis

21
 Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal
dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak
yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif

 Rontgen foto X-ray tengkorak. Erosi posterior atau adanya kalsifikasi


intracranial dan X-ray dada untuk mendeteksi tumor paru primer atau penyakit
metastase.

VII. TATALAKSANA

Tindakan terhadap tumor otak adalah paliatip dan melibatkan penghilangan atau
mengurangi simtomatologi serius. Pendekatan ter apeutik ini mencakup radiasi, yang
menjadi dasar pengobatan, pembedahan (biasanya pada metastase intrakranial tunggal),
kemoterapi.4
Pemilihan jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara
lain:4
 Kondisi umum penderita
 Tersedianya alat yang lengkap
 Pengertian penderita dan keluarganya
 Luasnya metastasis.
Penatalaksanaan Menurut Brunner dan Suddarth 1987 : 7
1. Pembedahan
Merupakan pilihan pertama bagi pasien dengan tumor otak. Tujuan
diagnosis definitive dan memperkecil tumor tersebut. Pengangkatan dari semua
tumor menimbulkan neurologis yang berat. Banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan suatu pembedahan tumor otak yakni: diagnosisyang tepat, rinci dan
seksama, perencanaan dan persiapan pra bedah yang lengkap, teknik neuroanastesi
yang baik, kecermatan dan keterampilan dalam pengangkatan tumor, serta perawatan
pasca bedah yang baik, berbagai cara dan teknik operasi dengan menggunakan
kemajuan teknologi seperti mikroskop, sinar laser, ultrasound aspirator, bipolar
coagulator, realtime ultrasound yang membantu ahli bedah saraf mengeluarkan
massa tumor otak dengan aman.

22
2. Radiotherapi

 Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang


pula merupakan therapy tunggal. Indikasi radioterapi Glioma maligna,
Oligodendroglioma, Dysgerminoma, Limfoma SSP primer, Meduloblastoma,
Ependimoma, Meningioma (maligna, inoperable), Adenoma hipofise (sesudah
pembedahan sebagain dan sesudah pengobatan yang gagal), Kordoma basis kranii,
sedagkan Radioterapi (sesudah komfirmasi) pada profilaksis iradiasi dan corpus
vertebralis. Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri
karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.7

3. Kemotherapy

 Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan,


kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang
beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma
stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan berupa kemoterapi dan
regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif. Pemberian obat-obatan
anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah. Obat-obatan yang digunakan :
Nitroseurea, BCNU dan CCNU karena obat ini mampu melewati sawar darah / otak.
Selama pemberian obat-obatan ini pasien harus menghindari makanan yang tinggi
tiramin (misalnya anggur, yogurt, keju, hatiayam, pisang) dan alcohol, karena
pokorbazine menghambat dan melemahkan aktivitas inhibitor monoamine oksidase
(MAO). Prokabazine dikaitkan dengan mual dan muntah yang mungkin hilang atau
berkurang saat pertama kali atau saat pengobatan sedang dilakukan. Efek samping :
lelah, mual,muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang
penyakit.7

4. Manipulasi hormonal dan imunoterapi


Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah
bermetastase. Sedangkan untuk imunoterapi dengan menggunakan antibody
monoclonal yang diciptakan secara khusus untukmenyerang dan menghancurkan sel
tumor. Interleukin-2 digunakan untuk mengganti lesi-lesi metastatic dari kanker

23
primer ginjal dan melanoma, akan tetapi kemanjurannya masih perlu dibuktikan.7
5. Terapi Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit kepala dan perubahan
kesadaran. Hal ini dianggap bahwa kortikosteroid (deksametason, prednison)
menurunkan radang sekitar pusat metastase dan menurunkan edema sekitarnya.
Obat-obat lain mencakup agen-agen osmotic (manitol, gliserol) untuk menurunkan
cairan pada otak, yang ditunjukkan dengan penurunan TIK. Obat-obat anti kejang
(penitoin) digunakan untuk mencegah dan mengobati kejang. Bila pasien
mempunyai nyeri hebat, morfin dapat diinfuskan kedalam ruang epidural atau
subaraknoid melalui jarum spinal dan kateter sedekat mungkin ke segmen spinal
dimana nyeri dirasakan. Morfin disis kecil diberikan pada interval yang ditentukan.7

VIII. DIAGNOSIS BANDING

Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekananl, kejang dan
tanda deficit fokal yang progresif. Setiap proses desak ruang di otak dapat menimbulkan
gejala diatas, sehingga agak sukar membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut
:10
 Abses intraserebral
 Epidural hematom
 Meningitis kronik.
IX. KOMPLIKASI

 Komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak
ialah

 Gangguan fisik neurologist disebabkan peningkatan TIK dari tumor dalam ruang
yang terbatas sehingga mengganggu fungsi normal yang dikontrol oleh bagian
otak tersebut.
 Gangguan kognitif disebabkan pertumbuhan tumor yang semakin mendesak
bagian otak disekitarnya
 Gangguan tidur dan mood.
 Disfungsi seksual

24
X. PROGNOSIS

 Berdasarkan data di Negara-negara maju, dengandiagnosis dini dan juga


penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka
ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup
10 tahun (10 years survival) berkisar 30-40%.8
 Terapi tumor otak di Indonesia secara umum prognosisnya masih buruk,
berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada beberapa rumah sakit di Jakarta.
Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup setelah
2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma,
dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan. Sekitar
50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun.
Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:8

 Penderita yang berusia dibawah 45 tahun.


 Penderita astrositoma
 Penderita yang sebagian atau seluruh tumornya telah diangkat melalui
pembedahan.

25
DAFTAR PUSAKA

1. Ismael, Sofyan. Peninggian Tekanan Intrakranial. Dalam: Buku Ajar Neurologi Anak.

Jakarta: IDAI, 1999: hlm 60-77.

2. Harsono, Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada

University Press, Yogyakarta, 1999 : 201 – 207

3. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar

edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 – 402

4. Japardi, I. 2002. Gambaran Ct-Scan Pada Tumor Otak Benigna. Fakultas Kedokteran

Bagian Bedah. Universita Sumatera Utara.

5. Snell, Richard S. Kepala dan Leher. Dalam: Anatomi Klinik untuk Mahasiswa

Kedokteran. Ed 6. Jakarta: EGC, 2006: hlm 740-766

6. Haslam, Robert H.A. Sistim saraf. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 3. Ed

15. Jakarta: EGC, 2000: hlm 2106-2115

7. National Center for Biotechnology Information, “Brain Tumor – Primary –

Adults,” http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0004485/

8. S.C., “Brain Tumor Survival Rate,” http://www.buzzle.com/articles/brain-tumor-

survival-rate.html

26
27
28

Anda mungkin juga menyukai