Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M.

S DENGAN DIAGNOSA
MEDIS POST OP FRAKTUR FIBULA TERBUKA DIRUANGAN IRINA A
ATASA RSUP.PROF.DR.R.D.KANDOUW

CT: Johana tuegeh,S.Pd.S.Si.T,M.Kes

CI : Ns. Meylan Moko,S.Kep

Di Susun :

Fajrini Julianti Mokoagow

NIM : 711440118032

POLITENIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MANADO


TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

A. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang
rawan epifisis dan atau tulang rawan sendi. Fraktur dapat terjadi akibat
peristiwa trauma tunggal, tekanan yang berulang-ulang, atau kelemahan
abnormal pada tulang (fraktur patologik). Sebagian besar fraktur
disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat
berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau
penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau tidak
langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan
mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik
tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
Tekanan yang berulang-ulang dapat menyebabkan keretakan
pada tulang. Keadaan ini paling sering ditemui pada tibia, fibula, atau
metatarsal. Fraktur dapat pula terjadi oleh tekanan yang normal kalau
tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh
(misalnya pada penyakit paget).

B. JENIS FRAKTUR

a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara


fragmen tulang dengan dunia luar.

b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara


fragemen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukan di
kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat,yaitu:
1. Derajat I
 Luka kurang dari 1 cm
 kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.
 fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.
 Kontaminasi ringan.
2. Derajat II
 Leserasi lebih dari 1cm
 Kerusakan jaringan lunak,tidak luas,avulse.
 Fraktur komuniti sedang.
3. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit,
otot dan

neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.

c. Fraktur complete

Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami


pergerseran bergeser dari posisi normal.

d. Fraktur incomplete

Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.

e. Jenis khusus fraktur


4. Bentuk garis patah
 Garis patah melintang
 Garis patah obliq

 Garis patah spiral


 Fraktur kompresi
 Fraktur avulasi
5. Jumlah garis patah
 Fraktur komunitif, garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
 Fraktur segmental, garis patah lebih dari satu tetapi saling
berhubungan.
 Fraktur multiple, garis patah lebih dari satu tetapi pada
pada tulang yang

berlainan.
6. Bergeser-tidak bergeser
 Fraktur undisplaced, garis fraktur komplit tetapi kedua
fragmen tidak

bergeser
 Fraktur displaced, terjadi pergeseran fragmen-fragmen
fraktur

D. ETIOLOGI

Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai


kekuatan dan daya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat :

a. Peristiwa trauma tunggal


Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba – tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran,
penekukan atau terjatuh dengan
posisi miring, pemuntiran, atau penarikan.
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang
terkena; jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara)
biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit
diatasnya; penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur
komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.

Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur


pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan
jaringan lunak di tempat fraktur
mungkin
tidak ada.
Kekuatan
dapat
berupa :
1. Pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral
2. Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang menyebabkan
fraktur

melintang
3. Penekukan dan Penekanan, yang mengakibatkan fraktur
sebagian melintang

tetapi disertai fragmen kupu – kupu berbentuk segitiga yang


terpisah
4. Kombinasi dari pemuntiran, penekukan dan penekanan yang
menyebabkan

fraktur obliq pendek


5. Penatikan dimana tendon atau ligamen benar – benar menarik
tulang sampai

terpisah
b. Tekanan yang berulang – ulang
Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda
lain, akibat tekanan berulang – ulang.
c. Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik)

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh.

E. PATOFISIOLOGI
Trauma langsung dan trauma tidak langsung serta kondisi patologis pada
tulang dapat menyebabkan fraktur pada tulang. Fraktur merupakan
diskontinuitas tulang atau pemisahan tulang. Pemisahan tulang ke dalam
beberapa fragmen tulang menyebabkan perubahan pada jaringan sekitar fraktur
meliputi laserasi kulit akibat perlukaan dari fragmen tulang tersebut, perlukaan
jaringan kulit ini memunculkan masalah keperawatan berupa kerusakan
integritas kulit. Perlukaan kulit oleh fragmen tulang dapat menyebabkan
terputusnya pembuluh darah vena dan arteri di area fraktur sehingga
menimbulkan perdarahan. Perdarahan pada vena dan arteri yang berlangsung
dalam jangka waktu tertentu dan cukup lama dapat menimbulkan penurunan
volume darah serta cairan yang mengalir pada pembuluh darah sehingga akan
muncul komplikasi berupa syok hipovolemik jika perdarahan tidak segera
dihentikan.
Perubahan jaringan sekitar akibat fragmen tulang dapat menimbulkan
deformitas pada area fraktur karena pergerakan dari fragmen tulang itu sendiri.
Deformitas pada area ekstremitas maupun bagian tubuh yang lain menyebabkan
seseorang memiliki keterbatasan untuk beraktivitas akibat perubahan dan
gangguan fungsi pada area deformitas tersebut sehingga muncul masalah
keperawatan berupa gangguan mobilitas fisik. Pergeseran fragmen
tulang sendiri memunculkan masalah keperawatan berupa nyeri.
Beberapa waktu setelah fraktur terjadi, otot-otot pada area fraktur akan
melakukan mekanisme perlindungan pada area fraktur dengan melakukan
spasme otot. Spasme otot merupakan bidai alamiah yang mencegah pergeseran
fragmen tulang ke tingkat yang lebih parah. Spasme otot menyebabkan
peningkatan tekanan pembuluh darah kapiler dan merangsang tubuh untuk
melepaskan histamin yang mampu meningkatkan permeabilitas pembuluh darah
sehingga muncul perpindahan cairan intravaskuler ke interstitial. Perpindahan
cairan intravaskuler ke interstitial turut membawa protein plasma. Perpindahan
cairan intravaskuler ke interstitial yang berlangsung dalam beberapa waktu akan
menimbulkan edema pada jaringan sekitar atau interstitial oleh karena
penumpukan cairan sehingga menimbulkan kompresi atau penekanan pada
pembuluh darah sekitar dan perfusi sekitar jaringan tersebut mengalami
penurunan. Penurunan perfusi jaringan akibat edema
memunculkan masalah keperawatan berupa gangguan perfusi jaringan.
Masalah gangguan perfusi jaringan juga bisa disebabkan oleh kerusakan
fragmen tulang itu sendiri. Diskontinuitas tulang yang merupakan kerusakan
fragmen tulang meningkatkan tekanan sistem tulang yang melebihi tekanan
kapiler dan tubuh melepaskan katekolamin sebagai mekanisme kompensasi
stress. Katekolamin berperan dalam memobilisasi asam lemak dalam pembuluh
darah sehingga asam-asam lemak tersebut bergabung dengan trombosit dan
membentuk emboli dalam pembuluh darah sehingga menyumbat pembuluh
darah dan mengganggu perfusi jaringan.
F. PATHWAY
G. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri dan terus-menerus dan bertambah beratnya sampai
fragmen tulang dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai
fraktur yang merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen.
b. Setelah terjadi fraktur, bagian yang fraktur tidak dapat
digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah
(gerakan luar biasa) bukannya tetap regid seperti normalnya.
Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai
menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas
yang dapat diketahui dengan membandingkan ekstremitas
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melekatnya otot.
c. Pada fraktur tulang panjang, terjadinya pemendekan tulang yang
sebenarnya terjadi karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur
d. Saat tempat fraktur di periksa teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit yang
terjadi sebagai akibat trauma dan pendarahan yang mengikuti
fraktur. Tanda ini bisa terjadi setelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cidera.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis pemeriksaan yang dapat
dilakukan adalah:

a. Pemeriksaan rotgen (sinar X) untuk menentukan lokasi atau luasnya


fraktur/trauma.
b. Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI untuk memperlihatkan fraktur.
Pemeriksaan penunjang ini juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram, dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler.
d. Hitung darah lengkap
Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multipel). Peningkatan jumlah
sel darah putih adalah respons stress normal setelah trauma.
e. Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
f. Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multipel, atau
cedera hati

I. PENATALAKSANAAN
Ada empat konsep dasar yang harus dipertimbangkan untuk menangani fraktur,
yaitu:

a. Rekoknisi, yaitu menyangkut diagnosis fraktur pada tempat


kecelakaan dan selanjutnya di rumah sakit dengan melakukan
pengkajian terhadap riwayat kecelakaan, derajat keparahan,
jenis kekuatan yang berperan pada pristiwa yang terjadi serta
menentukan kemungkinan adanya fraktur melalui pemeriksaan
dan keluhan dari klien
b. Reduksi fraktur (pengembalian posisi tulang ke posisi anatomis)
1. Reduksi terbuka. Dengan pembedahan, memasang alat fiksasi
interna (missal pen, kawat, sekrup, plat, paku dan batang logam)

2. Reduksi tertutup. Ekstremitas dipertahankan dengan gip, traksi,


brace, bidai dan fiksator eksterna
c. Imobilisasi. Setelah direduksi, fragmen tulang harus
diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran
yang benar hingga terjadi penyatuan. Metode imobilisasi
dilakukan dengan fiksasi eksterna dan interna
d. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi:
1. Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
2. Meninggikan daerah fraktur untuk meminimalkan pembengkakan
3. Memantau status neuromuskuler
4. Mengontrol kecemasan dan nyeri
5. Latihan isometric dan setting otot
6. Kembali ke aktivitas semula secara bertahap

J. KOMPLIKASI

a. Komplikasi awal:
1. Syok : dapat terjadi berakibat fatal dalam beberapa jam setelah edema.
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya
oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur
2. Emboli lemak : dapat terjadi 24-72 jam. Fat Embolism Syndrom
(FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur
tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone
marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat
oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan
pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea,demam
3. Sindrom kompartemen : perfusi jaringan dalam otot kurang dari
kebutuhan. Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius
yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh
darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau
perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu
karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
Gejala klinis yang terjadi pada sindrom kompartemen dikenal dengan
5P, yaitu:
 Pain (nyeri)
Nyeri yang hebat saat peregangan pasif pada otot-otot yang
terkena, ketika ada trauma langsung. Nyeri merupakan gejala
dini yang paling penting. Terutama jika munculnya nyeri tidak
sebanding dengan keadaan klinik (pada anak-anak tampak
semakin gelisah atau memerlukan analgesia lebih banyak dari
biasanya). Otot yang tegang pada kompartemen merupakan
gejala yang spesifik dan sering.
 Pallor (pucat)
Diakibatkan oleh menurunnya perfusi ke daerah tersebut.
 Pulselessness (berkurang atau hilangnya denyut nadi)
 Parestesia (rasa kesemutan)
 Paralysis: Merupakan tanda lambat akibat menurunnya sensasi
saraf yang berlanjut dengan hilangnya fungsi bagian yang
terkena sindrom kompartemen.
4. Infeksi dan tromboemboli : System pertahanan tubuh rusak bila ada
trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada
kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada
kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain
dalam pembedahan seperti pin dan plat
5. Koagulopati intravaskuler diseminata
b. Komplikasi lanjut
1. Malunion : tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak
seharusnya.

2. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi


dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali
4. Nekrosis avaskular tulang: Avaskuler Nekrosis (AVN)
terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan
diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia
5. Reaksi terhadap alat fiksasi interna
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M.S DENGAN DIAGNOSA
MEDIS POST OP FRAKTUR FIBULA TERBUKA DIRUANGAN IRINA A
ATASA RSUP.PROF.DR.R.D.KANDOUW
A. DATA DEMOGRAFI
A. Biodata
1. Nama :Tn.M.S.
2. Usia / tanggal lahir : 23/19-08-1997
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Silian Utara
5. Suku / bangsa : Minahasa/Indonesia
6. Status pernikahan : Belum menikah
7. Agama / keyakinan : Kristen Protestan
8. Pekerjaan : Supir
9. Diagnosa medik : Fraktur fibula dextra terbuka
10. No. medical record : 739259
11. Tanggal masuk : 6 april 2021
12. Tanggal pengkajian : 19 april 2021
B. Penanggung jawab
1. Nama : Ny.M.L.
2. Usia : 57
3. Jenis ke lamin : Perempuan
4. Pekerjaan : IRT
5. Hubungan dengan klien : Ibu

B. KELUHAN UTAMA
Ds = Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi
P = disaat menggerakkan sedikit kaki yang terdapat fraktur
Q = seperti ditusuk-tusuk
R = dibagian luka fraktur
S = dengan skala 7
T = disaat nyeri muncul secara tiba tiba
D0= klien tampak meringis kesakitan

C. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat kesehatan sekarang
klien mengatakan klien di rujuk ke RSUP Prof Kandow dari Rumah sakit
noongan dikarenakan klien kena musibah KLL dan mengakibatkan kaki
kanan nyeri dan setelah diperiksa terjadi patah tulang kaki bagian kanan
dan pada saat ini telah di operasi.
B. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak mempunyai penyakit turunan
C. Genogram

x x x
x

x x x

Keterangan :
Laki-laki : Garis penghubung :

Perempuan : Tinggal Serumah :

Meninggal : x x Pasien :

D. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum klien : sedang
B. Kesadaran : Compos Mentis
C. Tanda-tanda vital
1. Suhu : 36,4
2. Nadi : 88
3. Pernafasan : 20
4. Tekanan darah : 120/82
C. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
1. Kepala
Rambut hitam tebal tidak berkutu dan bersih
2. Mata
konjungtiva anemis,mata tidak simetris,sclera ikterik,mata kabur
3. Hidung
Simetris, tidak ada sumbatan
4. Gigi dan Mulut
Gigi rapihdan bersih, mulut bersih mukosa bibir lembab
5. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar typoid
6. Dada
Inspeksi : pengembangan dada kanan dan kiri simetris
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor kedua lapang dada
Auskultasi : nafas terdengar gargling
7. Abdomen
Inspeksi :simetris , tida ada luka
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
Auskultasi : terdengar peristaltic (+) 30x/menit
8. Genetalia
Bersih tidak ada lesih, terpasang kateter
9. Ekstremitas : -Atas : IVFD Nacl 0,9%
- Bawah : kaki kanan terdapat luka fraktur fibula dextra
terbuka dan dibalut dengan kain kasa.

E. AKTIVITAS SEHARI-HARI
1. Pola Persepsi dan Manajamen Kesehatan
Keluarga dan klien Jika ada anggota yang sakit selalu periksa ke rumah sakit
2. Pola Nutrisi Metabolik
Klien makan, makanan dari rumah sakit selalu dihabiskan, pemberian
makanan dilakukan oleh keluarga

3. Pola Eliminasi
BAB : 3 hari 1x
BAK : 500 cc /hari

4. Pola Aktivitas
Ds=Keluarga klien mengatakan Sebagian aktivitas dibantu oleh keluarga
Do= Klien tampak dibantu sebagian dan klien duduk dan tidur ditempat tidur.
5. Pola Istirahat dan Tidur
Ds: Klien mengatakan tidurnya tidak memiliki gangguan
Do: Klien hanya duduk dan tidur biasa tanpa ada gangguan
6. Pola Kognitif Perseptual
Klien dapat berkomunikasi dengan baik,klien menjawab pertanyaan dari
perawat dengan baik, dan keluarga klien mengerti tentang penyakit yang
diderita
7. Pola Konsep Diri
- Identitas diri = klien mampu mengenali dirinya sebagai anak
ke 3 dari ke-3 bersaudaranya yaitu anak laki-laki ke 3/bungsu
- Gambaran diri = klien merasa dirinya sakit dan memerlukan
pertolongan
- Harga diri = klien merasa tidk minder denga sakitnya dan
tampak selalu koperatif terhadap perawat yang merawatnya
- Peran diri = selama ini berperan sebagai anak ke tiga dan
adik dari 3 bersaudara
8. Pola Peran-Hubungan
klien mengatakan klien mampu berinteraksi dan mengenal lingkungan
dengan baik
9. Pola Seksualitas-Reproduksi
Klien belum menikah
10. Pola Koping-Toleransi Stress
Klien mengatakan klien kalau ada masalah selalu mebicarakan dengan
keluarganya
11. Pola Keyakinan dan Kepercayaan
Klien beragama Kristen protestan dan keluarga klien selalu menuntun klien
beserta keluarganya untuk berdoa
F. TEST DIAGNOSTIK
-Laboratorium tanggal 20 april 2021
Parameter Hasil Nilai Rujukan
-Hematologi
Leukosit 13.9 4.0-10.0
Eritrosit 4,64 4.70-6.10
Hemogoblin 12.7 12.0-16.0
Hemtokrit 39.4 37.0-35.0
Trombosi 487 150-450
MCH 27.4 27.0-35.0
MCHC 32.2 30.0-40.0
001 Eosinofil 2 1-5
002 Basofil 0 0-1
003 Netrofil Batang 7 2-8
004 Netrofil Segmen 63 50-70
005 Limfosit 19 20-40
006 Monosit 9 2-8
MCV 84.9 80.0-100.0
-kimia klinik
Gula darah sewaktu 112 70-140
G. THERAPY SAAT INI
Nacl 0,9%, Ketarolac
J. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 Ds = Klien mengatakan nyeri pada Agen pencedera Nyeri Akut
luka post operasi fisik
P = disaat menggerakkan
sedikit kaki yang terdapat
fraktur
Q = seperti ditusuk-tusuk
R = dibagian luka fraktur
S = dengan skala 7
T = disaat nyeri muncul secara
tiba tiba
D0= klien tampak meringis kesakitan

2 Ds=Keluarga klien mengatakan Nyeri Gangguan


sebagian aktivitas dibantu mobilitas fisik
Do=
- Klien tampak dibantu
sebagian aktivias
- Gerakan terbatas

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisik d.d


Ds = Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi
P = disaat menggerakkan sedikit kaki yang terdapat fraktur
Q = seperti ditusuk-tusuk
R = dibagian luka fraktur
S = dengan skala 7
T = disaat nyeri muncul secara tiba tiba
D0= klien tampak meringis kesakitan

2) Gangguan mobilitas fisik b.d Nyeri d.d


- Ds=Keluarga klien mengatakan semua aktivitas dibantu
- Do=
-Klien tampak dibantu sebagian aktivitas
-Gerakan terbatas

L. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi


1 Nyeri Akut b.d Agen pencedera Setelah dilakukan tindakan Pemantauan nyeri (I.08242)
fisik d.d keperawatan 3x8 jam - Identifikasi faktor
- Ds = Klien mengatakan diharapkan tingkat nyeri pencetus dan pereda
nyeri pada luka post menurun dengan KH : nyeri
operasi - Keluhan nyeri - Monitor kualitas nyeri
P = disaat menggerakkan menurun - Monitor lokasi dan
sedikit kaki yang terdapat - Meringis menurun penyebaran nyeri
fraktur - Terapi relaksasi
Q = seperti ditusuk-tusuk - Kolaborasi dengan
R = dibagian luka fraktur apoteker dan dokter
S = dengan skala 7
T = disaat nyeri muncul secara
tiba tiba
- D0= klien tampak
meringis kesakitan
2 Gangguan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan tindakan Dukungan
Nyeri d.d keperawatan 3x8 jam Mobilisasi(I.05173)
Ds=Keluarga klien mengatakan diharapkan mobilitasi fisik - Identifikasi danya
sebagian aktivitas dibantu meningkat nyeri atau keluhan fisik
Do= Dengan KH= lainnya
- Klien tampak dibantu - Nyeri menurun - Identifikasi toleransi
sebagian aktivitas - Gerakan terbatas fisik melakukan
- Gerakan terbatas menurun pergerakan
- - Monitor ttv
- Jelaskan tujuan dan
prosedur tindakan pada
keluarga

M. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari
Implementasi Evaluasi
Dx tanggal/jam
1 Selasa/21 S=
- Mengidentifikasi april 2021 - Klien melakukan
faktor pencetus dan 09.00 teknik relaksasi
pereda nyeri 09.10 setiap merasakan
- Mwmonitor kualitas 09.20 nyeri
nyeri 09.40 - Klien menjelaskan
- Mwmonitor lokasi kembali tujuan
dan penyebaran nyeri dan prosedur yang
- Menjelaskan untuk sudah dijelaskan
- Memonitor TTv - P = disaat
menggerakkan
sedikit kaki yang
terdapat fraktur
Q = seperti
ditusuk-tusuk
R = dibagian luka
fraktur
S = dengan skala 7
- Terapi relaksasi
T = disaat nyeri
- Menjelaskan tujuan
muncul secara tiba
dan prosedur
tiba
pemantauan
O=
- Kolaborasi dengan
- Ttv=
apoteker dan dokter
Suhu : 36,4
Nadi : 88
Pernafasan : 20
Tekanan darah :
120/80
A= Masalah belum teratasi
P= intervensi dilanjutkan

2 - Mengidentifikasi 09.50 S= keluarga klien mengatakan


keluhan fisik lainnya 10.00 mengert iyang dijelaskan
- Mengidentifikasi 11.00 O= KU baik
toleransi fisik Klien tampak meringis
melakukan 11.00 A=Masalah teratasi sebagian
pergerakan P=intervensi di lanjutkan
- Menjelaskan tujuan
dan prosedur
tindakan pada
keluarga
1 Rabu/22 april S=
2021 - Klien melakukan
- Mengidentifikasi teknik relaksasi
faktor pencetus dan 09.00 setiap merasakan
pereda nyeri 09.10 nyeri
- Mwmonitor kualitas 09.20 - Klien menjelaskan
nyeri 10.40 kembali tujuan
- Mwmonitor lokasi 10.41 dan prosedur yang
dan penyebaran nyeri sudah dijelaskan
- Memonitor TTV - P = disaat
- Terapi relaksasi menggerakkan
- Menjelaskan tujuan sedikit kaki yang
dan prosedur terdapat fraktur
pemantauan Q = seperti
ditusuk-tusuk
R = dibagian luka
fraktur
S = dengan skala 7
T = disaat nyeri
muncul secara tiba
tiba
O=
- Ttv=
Suhu : 36,4
Nadi : 88
Pernafasan : 20
Tekanan darah :
120/80
A= Masalah belum teratasi
P= intervensi dilanjutkan

2 - Mengidentifikasi S=-
keluhan fisik lainnya 10.50 O= KU baik
- Mengidentifikasi 11.00 Klien tampak meringis
toleransi fisik A=Masalah belum teratasi
melakukan P=intervensi di lanjutkan
pergerakan

1 Kamis/23 S=
april 2021 - Klien melakukan
- Mengidentifikasi teknik relaksasi
faktor pencetus dan 15.00 setiap merasakan
pereda nyeri 15.10 nyeri
- Memonitor kualitas 15.20 - Klien menjelaskan
nyeri 15.40 kembali tujuan
- Memonitor lokasi 15.41 dan prosedur yang
dan penyebaran nyeri sudah dijelaskan
- Memonitor TTV - P = disaat
- Terapi relaksasi menggerakkan
- Menjelaskan tujuan sedikit kaki yang
dan prosedur terdapat fraktur
pemantauan Q = seperti
ditusuk-tusuk
R = dibagian luka
fraktur
S = dengan skala 5
T = disaat nyeri
muncul secara tiba
tiba
O=
- Ttv=
Suhu : 36,2
Nadi : 80
Pernafasan : 18
Tekanan darah :
110/80
A= Masalah belum teratasi
P= intervensi dilanjutkan

2 - Mengidentifikasi S=-
keluhan fisik lainnya 15.50 O= KU baik
- Mengidentifikasi 16.00 Klien tampak meringis
toleransi fisik A=Masalah belum teratasi
melakukan P=intervensi di lanjutkan
pergerakan

Anda mungkin juga menyukai