Anda di halaman 1dari 10

Individu, masyarakat & kebudayaan

http://bapelkescikarang.bppsdmk.kemkes.go.id/kamu/upload/SOSIOLOGI%20DAN%20ANTROPOLOGI
%20KESEHATAN.pdf

1. Individu

• Individuum : yang tak terbagi

• Individu memiliki jasmani - rohani / fisik-psikis yang menyatu/utuh

• Memiliki keunikan tdk ada orang yang persis sama

2. Manusia sebagai makhluk sosial

• Tunduk pada aturan / norma sosial

• Menampilkan perilaku yang mengharapkan penilaian org lain

• Memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dg orang lain

• Potensi akan berkembang bl hidup di tengah manusia

1. Masyarakat

 Masyarakat : suatu kelompok manusia di bawah tekanan kebutuhan dan pengaruh kepercayaan, ideal dan
tujuan,tersatukan dalam suatu rangkaian kesatuan kehidupan bersama

 Unsur dasar masyarakat :

– Interaksi antar individu tindakan yang saling berkaitan

– Hubungan antar-individu terbentuk dalam satukomunikasi yang saling ketergantungan (interdependensi)

– Menempati wilayah ukuran kecil maupun sangat luas

– Adaptasi budaya daya / kekuatan internal masyarakat untuk menyesuaikan diri dgn perubahan sosial

– Memiliki identitas

– Kelompok perkumpulan secara formal

 Kategori tingkah laku :

– Social episode : bereaksi thd seseorang dalam hubungannya dgn orang lain

– Potentially social episode : tidak bereaksi walaupun hanya terhadap satu orang saja yang dihadapinyasikap tidak
kooperatif

– Nonsocial episode : apatis, menyendiri atau egois

2. Masyarakat pedesaan

• Warga memiliki hubungan yang lebih erat

• Sistem kehidupan berkelompok atas dasar kekeluargaan

• Umumnya hidup dr pertanian

• Golongan orang tua memegang peranan penting

• Dr sudut pemerintah, hubungan antara penguasa & rakyat bersifat informal

• Perhatian masyarakat lebih pada keperluan utama kehidupan

• Kehidupan keagamaan lebih kental


• Banyak berurbanisasi ke kota

Community

• Masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (geografis ) dgn batas-batas tertentu, dimana faktor utama
yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih dibandingkan dg penduduk di luar batas wilayahnya

• Kriteria Klasifikasi masyarakat :

– Jumlah penduduk

– Luas, kekayaan & kepadatan penduduk

– Fungsi khusus thd seluruh masyarakat

– Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan

3. Masyarakat perkotaan

• Jumlah penduduknya tidak tentu

• Bersifat individualistis

• Pekerjaan lebih bervariasi, lebih tegas batasannya & lebih sulit mencari pekerjaan

• Perubahan sosial terjadi secara cepat, menimbulkan konflik antara golongan muda dg golongan orang tua

• Interaksi lebih disebabkan faktor kepentingan daripada faktor pribadi

• Perhatian lebih pada penggunaan kebutuhan hidup yang dikaitkan dgn masalah prestise

• Kehidupan keagamaan lebih longgar

• Banyak migran yang berasal dr daerah berakibat pengangguran, naiknya kriminalitas, dll

ANTROPOLOGI KESEHATAN

Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat
tentang penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono, 1993)

Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub
biologi dan kutub sosial budaya.

 Pokok perhatian Kutub Biologi :


 Pertumbuhan dan perkembangan manusia
 Peranan penyakit dalam evolusi manusia
 Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba)
 Pokok perhatian kutub sosial-budaya :
 Sistem medis tradisional (etnomedisin)
 Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka
 Tingkah laku sakit
 Hubungan antara dokter pasien
 Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat kepada masyarakat tradisional.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada
aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara
keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia
(Foster/Anderson, 1986; 1-3).
Antropologi kesehatan merupakan bagian dari antropologi sosial dan kebudayaan yang mempelajari bagaimana
kebudayaan dan masyarakat mempengaruhi masalah-masalah kesehatan, pemeliharaan kesehatan dan masalah
terkait lainnya.

Beberapa manfaat yang diperoleh dengan

dihubungkannya antropologi dengan ilmu kesehatan antara lain:

1. Antropologi sangat dibutuhkan dalam merancang sistem pelayanan kesehatan modern yang bisa diterima
masyarakat tradisional.

2. Dengan antropologi, petugas kesehatan bisa merumuskan program perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat.

3. Penanganan kebiasaan buruk yang menyebabkan sakit bisa dilakukan dengan lebih mudah dan tepat.

4. Pengetahuan dalam antropologi dapat memberikan masukan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menunjang
pembangunan kesehatan, mendukung perumusan kebijakan masalah kesehatan, dan mengatasi kendala dalam
pelaksanaan program kesehatan melalui pendekatan kebudayaan.

5. Antropologi memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan, termasuk individualnya
Dimana cara pandang yang tepat dapat meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap pula dengan
bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang terbangun.

6. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses sosial budaya di bidang
kesehatan.

7. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian, baik dalam merumuskan suatu pendekatan yang
tepat maupun membantu analisis dan interprestasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyatakat.

Dapat disimpulkan, manfaat antropologi bagi dunia kesehatan adalah sebagai sarana untuk berkomunikasi dan
berinteraksi. Interaksi bisa dilakukan antara petugas kesehatan dengan pasien, petugas kesehatan dengan keluarga
pasien, atau antarpetugas dengan sesama profesi kesehatan. Pengetahuan tentang budaya suatu penduduk penting
kaitannya dengan petugas kesehatan. Tujuannya, agar seorang petugas kesehatan selalu memperhatikan
budayasuatu penduduk dalam interaksi terapeutiknya dan dalam rangka menyukseskan program kesehatan.

Dengan pemahaman budaya, penyelesaian kasus kesehatan di masyarakat pun bisa dilakukan karena lebih banyak
dipengaruhi oleh budaya setempat. Selain bisa mempermudah penanganan kasus karena dapat diterima oleh klien
dengan baik, klien juga akan merasa lebih familier dengan petugas kesehatan. Pada masyarakat awam misalnya,
akan sangat senang bila dipanggil dengan sebutan yang biasa mereka gunakan keseharian, terutama untuk orang
tua.

Selain sebagai rasa menghormati, penggunaan panggilan seperti kebiasaan masyarakat juga akan terdengar lebih
akrab. Pembuka percakapan dengan sebutan yang akrab itulah yang dapat menjadikan interaksi selanjutnya menjadi
lebih lancar.

HEALTH INEQUITY DALAM PELAYANAN KESEHATAN (KETIMPANGAN DALAM PELAYANAN BAGI PASIEN KAYA DAN
MISKIN)

https://mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/article/1297

Dalam keseharian, ada banyak faktor sosial yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Faktor-faktor tersebut
dapat berkontribusi dalam terjadinya ketidakseimbangan kesehatan diantara kelompok sosial. Faktor-faktor tersebut
juga dapat mempengaruhi kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Semua faktor ini saling terkait
satu sama lain dan dapat berakumulasi sepanjang kehidupan manusia. Faktor-faktor sosial yang berpengaruh dalam
kesehatan ini disebut dengan istilah social determinants of health (SDH).

Social determinants of health, menurut WHO, adalah kondisi sosial yang mempengaruhi kesempatan seseorang
untuk memperoleh kesehatan. Faktor-faktor seperti :
 kemiskinan,
 kekurangan pangan,
 ketimpangan sosial dan diskriminasi,
 kondisi masa kanak-kanak yang tidak sehat,
 rendahnya status pekerjaan

Ini adalah penentu penting dari terjadinya penyakit, kematian, dan ketidakseimbangan kesehatan antar maupun
di dalam sebuah negara.

Dalam SDH, ada dua hal berbeda yang dapat menggambarkan ketimpangan sosial terkait derajat kesehatan
masyarakat yaitu inequality dan inequity. 

Inequality in health merupakan konsep normatif dan merujuk pada ketidakseimbangan yang dianggap tidak adil
sebagai hasil dari berbagai proses sosial. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap health inequalities adalah:

1) faktor sosial ekonomi atau faktor materi seperti anggaran belanja pemerintah dan distribusi pendapatan
serta sumber daya lain di masyarakat,

2) faktor psikologi seperti stres, keterasingan, hubungan sosial dan dukungan sosial, dan

3) faktor perilaku dan gaya hidup.

Inequity in health atau ketidakadilan dalam aspek kesehatan merupakan sebuah dugaan empiris dan merujuk pada
perbedaan status kesehatan antar kelompok yang berbeda.

Sedangkan, health equity berarti ketiadaan ketidakadilan dan pencegahan perbedaan status kesehatan diantara
kelompok sosial. Health equity juga terkait dengan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan. Dalam health equity,
kesehatan merupakan sumber daya yang penting dan bernilai untuk perkembangan manusia yang membantu
manusia untuk meraih potensi mereka dan berkontribusi secara positif untuk masyarakat.

Dalam menggali adanya inequity dan inequality in health, diperlukan sebuah riset terkait SDH. Ada 3 pendekatan dan
prinsip dalam riset SDH ini, yakni:

1) berfokus pada kelompok yang paling kurang beruntung.

Ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dari kelompok yang paling kurang beruntung. Pendekatan ini
juga dapat meningkatkan kesehatan bagi mereka yang kurang beruntung meskipun kesenjangan kesehatan
antara yang kaya dan miskin tidak berubah;

2) mempersempit kesenjangan kesehatan. Ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan mereka yang kurang
beruntung dengan meningkatkan keluaran kesehatan mereka agar setara dengan kelompok yang beruntung.
Ini memerlukan pengaturan target untuk mengurangi perbedaan dalam keluaran kesehatan;

3) mengurangi kesenjangan sosial. Ini termasuk menurunkan perbedaan dan membuat aspek kesehatan
menjadi lebih adil disemua jenjang.

Untuk mengukur SDH dan inequalities in health, diperlukan data yang memadai untuk dapat membantu kita
memahami inequalities in health dan untuk membantu kita mengidentifikasi target dan intervensi yang tepat untuk
mengatasinya. Data yang dimaksud adalah:

1) data mengenai kematian, kesakitan, kesehatan dan penggunaan layanan kesehatan, dan

2) informasi mengenai bagaimana indikator pelayanan tersebut dipolakan diseluruh kelompok demografis
dan sosioekonomi serta diseluruh area geografis yang berbeda.
Pertanyaan pemicu untuk Diskusi 1:

1. Diskusikan perbedaan dan persamaan kondisi yang dialami oleh Mbah Mardi dan Pak David dari sudut
pandang sosial, ekonomi, spiritual, antropologi

Persamaan : sama2 belum mempercayai tindakan medis sepenuhnya.

Perbedaan :

2. Refleksikan keputusan Mbah Mardi untuk menolak rujukan dan memilih sangkal putung, serta keputusan
keluarga Pak David untuk menolak transfusi dari sudut pandang dari masing-masing mahasiswa berdasarkan
pengalaman pribadi.

MBAH MARDI : file:///C:/Users/yehez/Downloads/10217-21748-1-SM.pdf

Karakteristik Masyarakat yang Datang pada Pengobatan Tradisional Sangkal Putung

Masyarakat yang datang berobat ke Sangkal Putung H. Atmo Saidi berasal dari berbagai daerah, tidak hanya berasal
dari Karanganyar tetapi dari luar Karanganyar juga banyak yang datang untuk berobat. Berdasarkan observasi dan
wawancara yang peneliti lakukan pada masyarakat yang memakai sangkal putung dan keluarga yang mengantar,
umumnya masyarakat yang datang pada pengobatan ini berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke
bawah.

Sedangkan tingkat pendidikan masyarakat yang datang pada pengobatan tradisional sangkal putung umumnya
memiliki tingkat pendidikan menengah atau rendah. Beberapa informan yang telah di wawancarai menunjukan
bahwa tingkat pendidikan informan masih rendah, dengan rata-rata yang datang pada pengobataan sangkal putung
memiliki tingkat pendidikan SD dan SMP.

Sangkal Putung dikenal oleh Mayarakat

Masyarakat mengetahui sangkal putung sebagai suatu terobosan atau alternatif baru selain pengobatan medis yang
menangani patah tulang atau cidera tulang. Sangkal Putung sendiri banyak digunakan masyarakat sebagai
pengobatan alternatif patah tulang.

Pengenalan masyarakat pada pengobatan tradisional sangkal putung melalui media mulut ke mulut atau biasa
masyarakat sebut “getok tular” antara lain melalui:

a) keluarga,

b) teman,

c) tetangga dan

d) lingkungan sekitar.

Sumber informasi “getok tular” dalam masyarakat jutru sangat cepat menyebarkan informasi dalam lingkungan
masyarakat.

Alasan Masyarakat Menerima dan Memakai Pengobatan Tradisional Sangkal Putung

1. Kepercayaan dan Sugesti


Faktor kepercayaan atau sugesti dalam hal ini dapat mempengaruhi seseorang untuk memilih pengobatan
tradisional sangkal putung. Adanya kepercayaan yang kuat pada diri seseorang dan sugesti dari pihak luar
meyakinkan pandangannya dan anggapan yang positif serta menambah keyakinannya terhadap pengobatan
tradisional sangkal putung sehingga mempengaruhi seseorang untuk memakai pengobatan sangkal putung.
2. Tingkat Kesembuhan
Keberhasilan atau tingkah kesembuhan yang cepat pada pengobatan tradisional sangkal putung menjadi
alasan masyarakat untuk memilih pengobatan sangkal putung yang dianggap sebagai terobosan baru pada
pengobatan tulang.
3. Biaya Pengobatan Murah
Pengobatan tradisional Sangkal Putung H. Atmo Saidi yang tidak pernah mematok harga/ tarif dalam biaya
pengobatan yang diberikan oleh juru sembuh menjadi alasan masyarakat maemakai pengobatan sangkal
putung.
4. Rasa Takut Terhadap Pengobatan Medis Banyak hal yang sering masyarakat pertimbangkan dalam memilih
cara untuk menyembuhkan sakit tulang yang dideritanya atau yang sedang diderita anggota keluarganya.
Adanya pengobatan tradisional sangkal putung ini merupakan suatu inovasi bagi masyarakat yang takut
dengan berbagai pengobatan medis sehingga sangkal putung di jadikan inovasi untuk dipakai karena tidak
malalui proses operasi.

Alasan Masyarakat Mereject dan Tidak Memakai Pengobatan Tradisional Sangkal Putung

1. Kepercayaan dan Keyakinan (Sugesti) dengan Pengobatan Medis


Beberapa orang menyatakan bahwa dirinya lebih percaya pada pengobatan medis dan memilih datang pada
pengobatan medis bukan pada pengobatan sangkal putung. Kepercayaan memang timbul dari diri sendiri
dan sugesti dari orang lain, pengetahuan dari diri seseorang tentang bahaya pengobatan tradisional san
sugesti dari teman atau lingkungan sekitar akan mensugesti seseorang untuk tidak memakai pengobatan
tersebut.

2. Pemanfaatan Fasilitas BPJS dan Asuransi Kesehatan (Biaya)


Masyarakat sebagian menolak dengan pengobatan alternatif sangkal putung yang dijadikan sebagai inovasi
untuk pengobatan cidera tulang. Mereka lebih memanfaatkan fasilitas kesehatan yang telah diberikan
pemerintah dengan dibuatnya beberapa kartu diantaranya BPJS, Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan lain
sebagainya yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk berobat dengan biaya yang lebih murah atau
bahkan dicover total oleh pemerintah dengan BPJS yang artinya masyarakat tidak perlu membayar biaya
pengobatan.

3. Tingkat Kesembuhan
Tingkat kesembuhan pada pengobatan medis yang lebih terjamin dan melalui pengawasan dokter yang
membuat masyarakat menolak pengobatan tradisional sangkal putung walupun dari segi kesmbuhan lebih
cepat tetapi resiko yang ditimbulkan akan lebih besar bila terjadi kesalahan penanganan.

4. Lokasi Pengobatan
Dekatnya fasilitas kesehatan dengan rumah, tempat tinggal atau lokasi terjadinya kecelakaan menjadi alasan
masyarakat untuk memilih suatu pengobatan.

Perilaku masyarakat sekarang ini menunjukan bahwa


tidak semua masyarakat memakai inovasi
pengobatan tradisional sangkal putung. Proses
pengambilan keputusan masyarakat pada
pengobatan tradisional sangkal putung diawali dari:
pertama masyarakat mengenal pengobatan
tradisional sangkal putung sebagai pengobatan
alternatif untuk menangani cidera tulang, dimana
masyarakat menegatahui pengobatan tersebut dari
“getok tular”. Kemudian masyarakat memberikan
respon positif dan negatif setelah mengetahui
adanya pengobatan tradisional sangkal putung.
Setelah itu masyarakat mencari informasi dan
melakukan berbagai pertimbangan sebelum akhirnya
memutuskan untuk memakai atau bahkan menolak
pengobatan tradisional sangkal putung. Masyarakat
yang memutuskan untuk menerima pengobatan tradisional sangkal putung akan datang dan memakai pengobatan
tersebut, sebaliknya sebagian masyarakat memutuskan untuk tetap datang pada pengobatan medis. Sampai pada
proses terakhir masyarakat memberikan konfirmasi dari pelaksanaan memakai pengobatan tradisional sangkal
putung.

PAK DAVID :

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17113/1/AYUDA%20BERLIANA-FUF.pdf

Anda mungkin juga menyukai