Anda di halaman 1dari 23

PENELITIAN KORELASIONAL

A. Pengetian Penelitian korelasi


Gall, Gall, and Borg (2003) menyatakan jenis penelitian untuk pendidikan dibagi menjadi tiga. Pertama
penelitian kuantitatif, yang terdiri dari penelitian eksperimen dan non eksperimen. Penelitian non
eksperimen terdiri dari penelitian deskriptif, kausal komperatif dan korelasional. Kedua adalah penelitian
kualitatif yang terdiri dari studi kasus, penelitian etnografi, fenomologi, dan sejarah. Ketiga adalah
penelitian terapan yang terdiri dari penelitian evaluasi dan penelitian tindakan.
Penelitian korelasi ini lebih tepat apabila dalam penelitian peneliti memfokuskan usahanya dalam
mencapai informasi yang dapat menerangkan adanya fenomena yang kompleks melalui hubungan antar
variabel.
Penelitian korelasi adalah merupakan suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data
guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penelitian ini dilakukan, ketika kita ingin mengetahui tentang ada tidaknya dan kuat lemahnya
hubungan variabel yang terkait dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Adanya hubungan dan
tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat
mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
Menurut Gay pengertian penelitian korelasional adalah merupakan salah satu bagian penelitian
expostfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung
mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefesien
korelasi.
Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan
tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel
tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya
hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti
akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi
(Mc Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:25). Penelitian korelasional
menggunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan antara dua
variabel atau lebih yang dapat dikuantitatifkan.
Selanjutnya, Fraenkel dan Wallen (2008:329) menyebutkan penelitian korelasi ke dalam penelitian
deskripsi karena penelitian tersebut merupakan usaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam
penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang
direfleksikan dalam variabel.

B. Karakteristik Penelitian Korelasional


Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya pendidikan, sosial, maupun
ekonomi. Penelitian ini hanya terbatas pada panafsiran hubungan antar variabel saja tidak sampai
pada hubungan kausalitas, tetapi penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk diajadi penelitian
selanjutnya seperti penelitian eksperimen (Emzir, 2009:38). Menurut Sukardi (2004:166) penelitian
korelasi mempunyai karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga
karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
1. Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan
mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen, jadi penelitian ini dilakukan bila variabel-
variabel yang diteliti rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat
dimanipulasi.
2. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata, dan
3. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.
4. Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara serentak
dalam keadaan realistiknya.
5. Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak
adanya saling hubungan tersebut.
6. Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas.

C. Tujuan Penelitian Korelasional


Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (dalam Abidin, 2010) adalah untuk mendeteksi
sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih
faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.
Sedangkan menurut Gay dalam Emzir (2009:38) Tujuan penelitian korelasional adalah untuk
menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk
membuat prediksi. Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya
berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar variabel yang ternyata tidak
mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya.
Penelitian korelasional memiliki tujuan untuk menentukan ada apa tidaknya hubungan antara dua
variabel atau lebih, kearah manakah hubungan tersebut positif atau negatif, dan seberapa jauh
hubungan yang ada antara dua variabel atau lebih yang dapat diukur. Misalkan saja sperti hubungan
antara kecerdasan dengan kreativitas, tinggi badan dengan umur, semangat dengan pencapaian, nilai bahasa
Inggris dengan nilai statistika, dan sebagainya. Tujuan dari penyelidikan korelasional adalah untuk
mengungkapkan atau menetapkan suatu hubungan atau menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat
prediksi atau prakiraan.
Pada penelitian korelasional, para peneliti umumnya hanya mendasarkan pada penampilan variabel
secara natural atau sebagaimana adanya, tanpa memanipulasi atau mengatur kondisi variabel tersebut. Oleh
karena itu, peneliti sebaiknya mengetahui cukup banyak alasan yang kuat untuk mempertahankan hasil
hubungan yang ditemukan dalam suatu penelitian.
Penelitian korelasi lebih tepat, bila dalam penelitian peneliti memfokuskan usahanya dalam memperoleh
informasi yang bisa menerangkan adanya fenomena atau kejadian yang kompleks melalui hubungan antar
variabel. Sehingga, peneliti juga mampu melakukan eksplorasi studi menggunakan teknik korelasi parsial,
yang mana peneliti mengeliminasi salah satu pengaruh variabel supaya bisa dilihat hubungan dua variabel
yang dianggap penting saja.
Penelitian korelasional menggambarkan suatu pendekatan umum untuk penelitian yang berfokus pada
penaksiran pada kovariasi di antara variabel yang muncul secara alami. Tujuan penelitian korelasional
adalah untuk mengidentifikasi hubungan prediktif dengan menggunakan teknik korelasi atau teknik statistik.
Hasil penelitian korelasional juga mempunyai implikasi untuk pengambilan keputusan (Zechmester, 2000).
Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan dengan suatu
variabel mayor, seperti hasil belajar sebagaimana dalam contoh di atas. Variabel yang ternyata tidak
mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya; variabel yang mempunyai
hubungan yang tinggi disarankan untuk diteliti lebih lanjut dengan metode kausal komparatit (expost facto)
atau metode eksperimental untuk menentukan jika hubungan tersebut adalah kausal.
Penelitian korelasi dapat dipahami dengan mudah kalau disandingkan dengan penelitian sebab (causal),
misalnya, penelitian eksperimen. Dalam penlelitian eksperimen, peneliti berusaha menetapkan bahwa suatu
variabel menyebabkan yang lain, sedangkan dalam korelasi, misalnya, peneliti mempertanyakan dalam
bentuk “apa hubungan antara kemampuan membaca dan penguasaan kosa kata? Bukan “apakah membaca
menyebabkan meningkatnya penguasaan kosa kata seseorang?”
Dalam bidang pendidikan, studi korelasi umumnya digunakan guna melakukan penelitian terhadap
sejumlah variabel yang diperkirakan memiliki peranan yang signifikan dalam mencapai proses
pembelajaran. Sebagai contoh, misalnya mengenai pencapaian hasil belajar dengan motivasi internal,
intensitas kehadiran mengikuti kuliah, belajar strategi, dan lain sebagainya.
Para peneliti akan tepat menggunakan penelitian korelasi saat peneliti memiliki beberapa alasan
penting, di antaranya yaitu sebagai berikut.
1. Adanya kebutuhan akan informasi bahwa ada hubungan antarvariabel yang mana koefisien korelasi
dapat mencapainya.
2. Penelitian korelasi harus memperhitungkan manfaatnya jika variabel yang muncul tersebut kompleks,
dan peneliti tidak mungkin bisa melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-variabel itu.
3. Apabila dalam penelitian memungkinkan untuk melakukan pengukuran beberapa variabel dan hubungan
yang ada dalam setting yang realistis. Dan alasan penting lain yaitu bahwa penelitian korelasi tepat
dilakukan, bila salah satu tujuan penelitian adalah untuk mencapai formula prediksi, yaitu keadaan yang
menunjukkan terdapatnya asumsi hubungan antar variabel.
Metode korelasional memungkinkan untuk para peneliti menganalisis hubungan antara sejumlah besar
variabel dalam suatu studi tunggal. Koefisien korelasi dapat memberikan ukuran tingkat dan arah
hubungan. Penggunaan metode korelasional dapat ditujukan
1. untuk mengungkapkan hubungan antarvariabel dan
2. untuk memprediksi skor subjek pada suatu variabel melalui skor pada variabel lain.

D. Desain Penelitian Korelasional menurut Creswell


Sementara Creswell (2008) menyatakan hanya ada dua desain utama penelitian korelasional yaitu
eksplanatori (explanatory) dan prediksi (prediction).
1. Explanatory Research Design (Rancangan Penelitian Penjelasan)
Adalah desain korelasional di mana peneliti tertarik dalam dua variabel (atau lebih) bervariasi,
yaitu di mana perubahan dalam satu variabel merefleksi perubahan variabel lain. Karakteristik desain
eksplanatori adalah:
a. Peneliti mengkorelasikan dua variabel atau lebih dan melaporkan uji statistik korelasi dan
menyebutkan penggunaan beberapa variabel. Variabel ini secara khusus disebutkan dalam
pernyataan tujuan, pertanyaan penelitian, atau tabel prosedur pelaporan statistik.
b. Peneliti mengumpulkan data pada satu titik waktu. Bukti untuk prosedur ini akan ditemukan dalam
administrasi instrumen "in one sitting" kepada siswa. Dalam penelitian explanatory, para peneliti
tidak tertarik baik di masa lalu atau kinerja peserta.
c. Peneliti menganalisis semua peserta sebagai satu kelompok. Dibandingkan dengan sebuah
eksperimen yang melibatkan kelompok-kelompok atau perlakuan beberapa kondisi, peneliti
mengumpulkan skor dari hanya satu kelompok dan tidak membagi kelompok menjadi kategori (atau
faktor).
d. Peneliti memperoleh setidaknya dua nilai untuk setiap individu dalam kelompok-satu untuk setiap
variabel. Dalam metode diskusi, peneliti korelasi akan menyebutkan berapa banyak skor yang
dikumpulkan dari masing-masing peserta.
e. Peneliti melaporkan penggunaan uji statistik korelasi (atau merupakan perpanjangan) dalam analisis
data. Ini adalah fitur dasar dari jenis penelitian ini.
f. Para peneliti membuat interpretasi atau menarik kesimpulan dari hasil uji statistik. Penting untuk
dicatat bahwa kesimpulan tidak menetapkan hubungan sebab-akibat (atau inferensi kausal) karena
peneliti hanya dapat menggunakan kontrol statistik (misalnya, kontrol atas variabel dengan
menggunakan prosedur statistik) daripada kontrol yang lebih ketat secara fisik mengubah kondisi
(yaitu, seperti dalam percobaan).
Desain penelitian eksplanatori adalah desain korelasional yang peneliti tertarik pada sejauh
mana dua variabel (atau lebih) bersama-bervariasi/co-vary, yaitu, bahwa perubahan dalam satu variabel
tercermin dalam perubahan yang lain. Desain penelitian eksplanatori terdiri dari asosiasi yang sederhana
antara dua variabel (misalnya, rasa humor dan kinerja dalam bidang drama) atau lebih dari dua
(misalnya, tekanan dari teman atau perasaan isolasi yang berkontribusi terhadap pesta).Apabila dua
variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel dapat digunakan untuk
memprediksi skor pada variabel yang lain. Variabel yang menjadi dasar pembuatan prediksi diacu
sebagai prediktor, dan variabel yang diprediksikan diacu sebagai kriteria. Studi prediksi sering dilakukan
untuk memudahkan pengambilan kesimpulan mengenai individu atau membantu pemilihan individu.
Studi prediksi juga dilakukan untuk menguji hipotesis teorietis menengenai variabel yang dipercaya
menjadi prediktor suatu kriteria, dan untuk menentukan validitas prediktif instrumen pengukuran
individual.
Penelitian ini dilakukan dalam suatu usaha memperoleh pemahaman faktor-faktor atau variabel
yang berhubungan dengan variabel yang kompleks. Variabel yang diketahui tidak berhubungan dapat
dieliminasi dari perhatian atau pertimbangan selanjutnya. Dengan kata lain, peneliti mencoba
mengidentifikasi variabel yang berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya
yang tidak akan bercampur dengan variabel bebas.
Penelitian hubungan, relasional, atau korelasi sederhana (seringkali hanya disebut korelasi saja)
digunakan untuk menyelidiki hubungan antara hasil pengukuran terhadap dua variabel yang berbeda
dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat atau derajat hubungan
antara sepasang variabel (bivariat).
Lebih lanjut, penelitian jenis ini seringkali menjadi bagian dari penelitian lain, yang dilakukan
sebagai awal untuk proses penelitian lain yang kompleks. Misalnya, dalam penelitian korelasi
multivariat yang meneliti hubungan beberapa variabel secara simultan pada umumnya selalu diawali
dengan penelitian hubungan sederhana untuk melihat bagaimana masing-masing variabel tersebut
berhubungan satu sama lain secara berpasangan.
Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai
koefisien korelasi. Nilai koofisien korelasi merupakn suatu alat statistik yang digunakan untuk
membantu peneliti dalam memahami tingkat hubungan tersebut. Nilai koefisien bervariasi dari -1,00
sampai +1,00 diperoleh dengan menggunakan teknik statistik tertentu sesuai dengan karakter dari data
masing-masing variabel.
Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni hanya dengan
mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang sama dan kemudian menghitung koefisien
korelasinya. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti menentukan
sepasang variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel tersebut harus
didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya
sangat mungkin berhubungan.
Studi hubungan biasanya dilakukan dalam usaha mendapatkan pemahaman faktor apa saja atau
variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks, misalnya seperti hasil belajar akademik,
konsep diri dan motivasi. Variabel yang diketahui tidak mempunyai hubungan dapat dieliminasi dari
perhatian atau pertimbangan yang selanjutnya. Identifikasi variabel yang berhubungan dapat membantu
beberapa tujuan utama. Pertama, studi hubungan dapat memberikan arah untuk melanjutkan studi
kausal-komparatif ataupun eksperimental.
Dalam studi kausal - komparatif dan eksperimental, peneliti juga berkonsentrasi terhadap
pengontrolan variabel selain variabel bebas, yang mungkin saja berhubungan dengan variabel terikat dan
menyingkirkan pengaruhnya agar tidak bercampur dengan pengaruh variabel bebas. Studi hubungan
dapat membantu peneliti mengidentifkasi variabel-variabel seperti itu, yang berguna untuk mengontrol,
dan selanjutnya menyelidiki pengaruh variabel bebas yang sesungguhnya.

2. The Prediction Design (Rancangan Penelitian Prediksi)


Prediktor adalah variabel yang digunakan untuk membuat prediksi tentang hasil dalam penelitian
korelasional. Hasil prediksinya itu disebut kriteria variabel. Berikut adalah struktur rancangan dari
penelitian prediksi, antara lain.
a. Para penulis biasanya memasukan kata ‘prediksi’ di dalam judul.\
b. Para peneliti biasanya mengukur variabel prediktor pada satu titik waktu dan variabel kriteria pada
suatu titik waktu selanjutnya.
c. Para peneliti memperkirakan kinerja masa depan.

Dalam sebuah desain prediksi, peneliti berusaha untuk mengantisipasi hasil-hasil dengan
menggunakan variabel-variabel tertentu sebagai alat prediksi, bukan hanya berkaitan dengan dua
variabel pada suatu waktu atau kompleks seperti dalam contoh terakhir. Sebagai contoh, pengawas dan
kepala sekolah perlu untuk mengidentifikasi guru yang akan berhasil di sekolah mereka. Untuk memilih
guru yang memiliki peluang bagus untuk sukses, para administrator dapat mengidentifikasi prediktor
keberhasilan dengan menggunakan penelitian korelasi. Desain prediksi, oleh karena itu, berguna karena
membantu mengantisipasi atau meramalkan perilaku masa depan.
Tujuan dari desain prediksi adalah untuk mengidentifikasi variabel yang akan memprediksi hasil
atau kriteria. Dalam bentuk penelitian, penyelidik mengidentifikasi satu atau lebih variabel prediktor dan
kriteria ( hasil) variabel. Sebuah variabel prediksi adalah variabel yang digunakan untuk membuat
ramalan tentang hasil penelitian pada penelitian korelasi. Dalam kasus memprediksikan keberhasilan
guru dalam sekolah, alat tes yang mungkin dipakai "mentoring" selama pelatihan guru atau "bertahun-
tahun dari pengalaman mengajar". Dalam banyak penelitian prediksi, para peneliti sering menggunakan
lebih dari satu variabel prediktor. Hasil yang diprediksikan dalam penelitian korelasi disebut variabel
kriteria. Sebagai contoh, keberhasilan guru adalah variabel kriteria.
Sebuah penelitian prediksi akan melaporkan analisa korelasi menggunakan uji statistik korelasi.
Sebagai contoh, penulis mungkin tertarik di beberapa prediktor yang membantu menjelaskan kriteria
dari setiap variabel.
Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yang menghendaki dilakukannya
prediksi atau peramalan. Pada awal tahun ajaran baru, misalnya, setiap sekolah karena keterbatasan
fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang akan diterima menjadi calon siswa baru.
Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel atau lebih
yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan datang atau variabel
lain (Borg & Gall dalam Abidin, 2010). Penelitian ini sebagaimana penelitian relasional, melibatkan
penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni variabel yang menjadi
sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan
berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor).
Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik
analisis regresi yang menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.
Perbedaan yang utama antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak pada asumsi
yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional, peneliti berasumsi
bahwa hubungan antara kedua variabel terjadi secara dua arah atau dengan kata lain, ia hanya ingin
menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hubungan, tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel
yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu
yang bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin menyelidiki hubungan antara dua
variabel, peneliti juga mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebih dahulu dari yang
lain, atau hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel diukur
dalam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel kriteria terjadi, dan tidak
dapat sebaliknya.
Bila variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel dapat dipakai untuk
memprediksikan skor pada variabel yang lainnya. Sebagai contoh, Peringkat SMA, dapat dipakai untuk
memprediksikan peringkat di perguruan tinggi. Variabel yang mendasar pembuatan diacu sebagai
kriteria.
Studi prediksi sering dilakukan guna memudahkan dalam pengambilan suatu kesimpulan
mengenai individu atau membantu dalam pemilihan individu. Studi prediksi juga dijalankan guna
menguji hipotesis teoretis tentang variabel yang dipercaya menjadi pediktor pad suatu kriteria, dan guna
menentukan validitas prediktif dari instrumen pengukuran individual. Sebagai contoh, hasil studi
prediksi digunakan untuk memprediksikan level keberhasilan yang kemungkinan diperoleh individu
pada mata pelajaran tertentu, mislanya aljabar pada tahun pertama untuk memprediksikan individu mana
yang kemungkinan sukses di perguruan tinggi atau untuk memprediksikan dalam bidang studi mana
seseorang individu mungkin yang paling sukses.
Bila beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan suatu variabel
kriteria, prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari beberapa variabel tersebut akan lebih akurat
daripada didasarkan hanya pada salah satu darinya. Sebagai contoh, prediksi kesuksesan di perguruan
tinggi umumnya didasarkan pada kombinasi beberapa faktor, seperti rangking dalam peringkat kelas,
peringkat SMA, dan skor pada ujian masuk perguruan tinggi. Meskipun terdapat beberapa perbedaan
utama antara studi prediksi dengan studi hubungan, keduanya melibatkan penentuan hubungan antara
sejumlah variabel yang diidentifikasi dan variabel kompleks.
Penelitian korelasional dapat digunakan untuk melakukan studi tentang prediksi dari hubungan
suatu variabel dengan variabel lainnya. Misalnya, apakah prestasi belajar di SD yang tinggi berkorelasi
dengan prestasi belajar di SMP, lalu dapatkah nantinya diprediksi jika seseorang berprestasi di SD akan
berprestasi di SMP?

3. Korelasi Multivariat
Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga variabel
atau lebih disebut teknik korelasi multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan, dua
diantaranya yang akan dibahas di sini adalah: regresi ganda atau multiple regresion dan korelasi
kanonik.
a. Regresi ganda.
Memprediksi suatu fenomena yang kompleks hanya dengan menggunakan satu faktor (variabel
prediktor) seringkali hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak hal, semakin
banyak informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat dibuat (Mc Millan &
Schumaker dalam Abidin, 2010), yakni dengan menggunakan kombinasi dua atau lebih variabel
prediktor, prediksi terhadap variabel kriteria akan lebih akurat dibanding dengan hanya
menggunakan masing-masing variabel prediktor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian,
penambahan jumlah prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.
b. Korelasi kanonik.
Pada dasarnya teknik ini sama dengan regresi ganda, dimana beberapa variabel dikombinasikan
untuk memprediksi variabel kriteria. Akan tetapi, tidak seperti regresi ganda yang hanya melibatkan
satu variabel kriteria, korelasi kanonik melibatkan lebih dari satu variabel kriteria. Korelasi ini
berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian variabel prediktor memprediksi
serangkai variabel kriteria? Dengan demikian, korelasi kanonik ini dapat dianggap sebagai perluasan
dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat dianggap sebagai bagian dari korelasi
kanonik (Pedhazur dalam Abidin, 2010). Seringkali korelasi ini digunakan dalam penelitian
eksplorasi yang bertujuan untuk meentukan apakah sejumlah variabel mempunyai hubungan satu
sama lain yang serupa atau berbeda.

E. Desain Penelitian Korelasional menurut Shaughnessy dan Zechmeinter


Meskipun para ahli mengelompokkan rancangan penelitian korelasional agak berbeda, namun pada
prinsipnya pengklasifikasian tersebut hanya berpijak pada pandangan yang berbeda dan penamaan yang
berbeda. Terlebih lagi isu yang dibahas pada umumnya sama atau hampir sama.
Penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan. Shaughnessy dan Zechmeinter (dalam Emzir,
2009:48-51), yaitu:
1. Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan
tersebut mempunyai tingkatan dan arah. Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya
diungkapkan dalam angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan koefisien korelasi. Korelasi zero (0)
mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00,
merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem (Emzir, 2009:48).
Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa
semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya.
Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula
skor pada variabel lain atau sebaliknya (Emzir, 2009:48).
Rancangan penelitian korelasi bivariat merupakan suatu rancangan penelitian yang memiliki
tujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara 2 variabel tersebut
diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.
Tingkat hubungan menunjukkan bagaimana atau seberapa kuatnya hubungan tersebut, umumnya
diungkapkan dalam angka antara -1 dan +1, tingkatan hubungan itu dinamakan koefisien korelasi.
Korelai zero (0) mengindikasikan tidak adaanya hubungan antarvariabel. Koefisiensi korelasi yang
bergerak ke arah -1 atau +1, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem. Arah hubungan
diindikasikan dengan semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel
lain dan begitu pula sebaliknya. Hubungan antara prestasi dan motivasi belajar merupakan contoh
korelasi positif. Sedangkan, hubungan antara sehat dan sres merupakan contoh korelasi negatif.
2. Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor
pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat
prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat
lebih baik.
Bila terdapat korelasi antara 2 variabel, dan peneliti mengetahui skor pada salah satu variabel,
peneliti dapat meprediksikan skor pada variabel kedua. Regresi merujuk pada seberapa baik peneliti bisa
membuat prediksi semacam ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik yang bernilai -1
maupun +1, prediksi peneliti dapat lebih baik. Sebagai contoh, terdapat hubungan antara kesehatan dan
stres. Jika peneliti mengetahui skor stres seseorang, maka peneliti mampu memprediksikan skor
kesehatan seseorang tersebut dimasa yang akan datang.
3. Regresi Jamak (Multiple Regresion)
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan
beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita
untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion
variable). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui
disebut variabel prediktor (predictor variables).
Regresi jamak adalah perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan menambahkan beberapa
variabel. Kombinasi beberapa variabel ini dapat memberikan lebih banyak kekuatan kepada peneliti
untuk membuat prediksi yang lebih akurat. Apa yang peneliti prediksikan disebut variabel kriteria
(criterion variabel). Apa yang peneliti gunakan untuk membuat prediksi, sedangkan variabel-variabel
yang telah diketahui, disebut variabel prediktor (predictor variables).
Jika peneliti tidak hanya mengetahui skor stres, akan tetapi juga mengetahui skor perilaku
kesehatan atau seberapa baik seseorang memperhatikan dirinya sendiri, dan bagaimana kesehatan
seseorang selama ini secara umum sehat atau sakit, maka peneliti akan lebih dapat memprediksikan
secara lebih tepat status kesehatan seseorang tersebut. Dengan demikian, terdapat tiga variabel prediktor
stres, perilaku kesehatan, dan status kesehatan sebelumnya, dan satu variabel kriteria, yaitu kesehatan di
masa akan datang.

4. Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel
dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang
umum.
Sebagai contoh, peneliti dapat mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik, mental, emosi,
dan spiritual. Setiap pertanyaan akan memberikan kepada peneliti suatu skor. Korelasi yang tinggi baik
positif itu maupun negatif antara beberapa skor ini akan mengindikasikan faktor penting yang bersifat
umum. Banyak pertanyaan berbeda yang dapat diberikan, yang kemungkinan dapat mengukur faktor
kesehatan emosional. Dalam kasus ini akan terdapat korelasi yang tinggi antara pertanyaan tentang
marah, depresi, cemas, dan seterusnya. Atau di lain pihak, bila masing-masing pertanyaan merupakan
faktor terpisah, akan terdapat korelasi yang kecil antara pertanyaan yang berhubungan dengan marah,
depresi, cemas, dan seterusnya.
5. Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang
sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur
(path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design)
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu
variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada dua
titik sekaligus.
Sebagai contoh, peneliti mengetahui adanya suatu hubungan antara kesehatan dan stres. Analsis
jalur digunakan untuk memperlihatkan bahwa terdapat jalur kecil melalui psikologi, jalur utama yang
berhubungan dengan kesehatan dan stres melalui perilaku sehat. Artinya kita mengetahui bahwa stres
memengaruhi faktor-faktor psikologi seperti coronary dan fungsi-fungsi kekebalan. Kita juga
mengetahui bahwa kita stres, kita menghentikan kehati-hatian terhadap diri kita, kita kurang tidur,
makan kurang baik, gagal memperoleh latihan-latihan yang layak, dan seterusnya. Penelitian
memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang lebih kuat antara stres, perilaku sehat, dan kesehatan
daripada antara stres, psikologi, dan kesehatan. Penelitian ini menggunakan statistik korelasi untuk
menggambarkan kesimpulan ini.
6. Analisis sistem (System Analysis)
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk menentukan
proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran hubungan.
Analisis sistem melibatkan penggunaan prosedur matemetik yang kompleks atau rumit guna
menentukan proses dinamik, mislanya seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik, serta
aliran dan unsur hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis digunakan untuk menggambarkan atau
membuat diagram perbedaan antara SMP yang berhasil dan SMP yang gagal. Beberapa unsur dari
sistem ini adalah harapan guru terhadap usaha pengajaran, performasi siswa, dan performasi siswa.
Masing-masing unsur ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu.

F. Langkah Penelitian Korelasional


Pada dasarnya penelitian korelasioanal melibatkan perhitungan korelasi antara variabel yang komplek
(variabel kriteria) dengan variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan (variabel prediktor). Langkah-
langkah tesebut penelitian ini antara lain secara umum menurut Mc Milan dan Schumaker (2003), yaitu
penentuan masalah, peninjauan masalah atau studi pustaka, pertanyaan penelitian atau hipotesis, rancangan
penelitian dan metodologi penelitian, pengumpulan data, dan analisis data, simpulan.
1. Penentuan masalah
Dewey (dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:42) menyatakan masalah dalam penelitian
merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada atau sesuatu yang dijadikan
target yang telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi target tersebut tidak tercapai. Disetiap penelitian
langkah awal yang harus dilakukan peneliti adalah menentukan masalah penelitian yang akan menjadi
fokus studinya.
Studi korelasional bisa dirancang untuk menentukan variabel manakah dari suatu daftar variabel
yang mungkin berhubungan, maupun untuk menguji hipotesis mengenai suatu hubungan yang
diharapkan. Variabel yang dilibatkan dalam penelitian harus dilakukan seleksi berdasarkan penalaran
induktif dan penalaran deduktif. Dengan kata lain, hubungan yang akan diteliti dan diselidiki haruslah
didukung oleh teori atau diturunkan berdasarkan dari pengalaman.
Ciri-ciri permasalahan yang layak diteliti adalah yang dapat diteliti (researchable), mempunyai
kontribusi atau kebermanafaatan bagi banyak pihak, dapat didukung oleh data empiris serta sesuai
kemampuan dan keinginan peneliti (Sukardi, 2004:27-28). Dalam penelitian korelasional, masalah yang
dipilih harus mempunyai nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang kompleks yang
memerlukan pemahaman. Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam penelitian harus didasarkan
pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun nalar, bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan
tertentu. Hal ini biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.
2. Peninjauan Masalah atau Studi Kepustakaan
Setelah penentuan masalah, kegiatan penelitian yang penting adalah studi kepustakaan yang
menjadi dasar pijakan untuk memperoleh landasan teori, kerangka pikir dan penentuan dugaan
sementara sehingga peneliti dapat mengerti, mengalokasikan, mengorganisasikan, dan menggunakan
variasi pustaka dalam bidangnya. Macam-macam sumber untuk memperoleh teori yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti adalah dari jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surat kabar,
buku yang relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah dan narasumber.

3. Sampel dan Pemilihan Instrumen


Sampel untuk studi korelasional dapat dipilih dengan memakai metode sampling yang bisa
diterima, dan 30 subjek dirasa sebagai ukuran sampel minimal yang bisa diterima. Dalam suatu
penilitian, merupakan hal penting untuk memilih dan mengembangkan pengukuran yang reliabel dan
valid terhadap suatu variabel yang hendak diteliti. Bila variabel tidak memadai dikumpulkan, maka
koefisien korelasi yang diperoleh akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang kurang bahkan tidak
akurat. Kemudian bila pengukuran yang dilakukan tidak secara nyata benar-benar mengukur variabel
yang diinginkan, maka koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang
diinginkan.
Sebagai contoh, peniliti hendak menentukan hubungan antara hasil belajar matematika dengan
hasil belajar kimia. Bila penrliti memilih dan memakai tes keterampilan berhitung yang valid dan
reliabel, koefisien korelasi yang diperoleh tidak akan menjadi perkiraan yang akurat dari hubungan yang
diinginkan. Keterampilan berhitung siswa hanya merupakan satu jenis ketrampilan hasil belajar
matematika; koefisien korelasi yang diperoleh akan mengindikasikan hubungan antara hasil belajar
kimia dan satu jenis dari hasil belajar matematika yaitu keterampilan berhitung. Oleh sebab itu, peneliti
haruslah berhati-hati dalam memilih dan memakai instrumen yang valid dan reliabel bagi tujuan
penelitian.
4. Desain dan Prosedur
Desain korelasional dasar sangatlah sederhana; 2 atau lebih skor yang didapatkan dari setiap
jumlah sampel yang dipilih, 1 skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian
dikorelasikan. Koefisien korelasi yang diperoleh mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan
antara kedua variabel tersebut. Penelitian yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa
penggunaan prosedur statistik yang kompleks, namun desain dasar tetaplah sama dalam semua
penelitian korelasional
Pada tahap ini peneliti menentukan subjek penelitian yang akan dipilih dan menentukan cara
pengolahan datanya. Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam variabel-
variabel yang menjadi fokus penelitian. Subyek tersebut harus relatif homogen dalam faktor-faktor di
luar variabel yang diteliti yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat. Bila subyek yang
dilibatkan mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi antar variabel yang
diteliti menjadi kabur. Untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti dapat mengklasifikasikan
subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat faktor tertentu kemudian menguji hubungan
antar variabel penelitian untuk masing-masing kelompok.
5. Pengumpulan data
Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data masing-
masing variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan
dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan instrumen-instrumen tersebut harus dalam bentuk
angka. Dalam penelitian korelasional, pengukuran variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif
sama. Sedang dalam penelitian prediktif, variabel prediktor harus diukur selang beberapa waktu sebelum
variabel kriteria terjadi. Jika tidak demikian, maka prediksi terhadap kriteria tersebut tidak ada artinya.
6. Analisis data
Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara mengkorelasikan
hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran variabel lain. Dalam penelitian korelasional,
teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat hubungan
antara variabel yang satu dengan yang lain. Sedang dalam penelitian prediktif, teknik yang digunakan
adalah analisis regresi untuk mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel prediktor terhadap
variabel kriteria. Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan
dua variabel. Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk menentukan apakah dua variabel
prediktor atau lebih dapat digunakan untuk memprediksi variabel kriteria lebih baik dari bila digunakan
secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau analisis kanonik dapat
digunakan. Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau
koefisien regresi serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh
variabel bebas terhadap variabel terikat.
Jika 2 variabel dikorelasikan maka hasilnya yaitu koefisien korelasi. Suatu koefisien korelasi
dalam bentuk angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00, atau 0,00 dan – 1,00, yang mengindikasikan
tingkat atau derajat hubungan antara 2 variabel. Bila koefisien mendekati + 1,00; maka kedua variabel
tersebut memiliki hubungan yang positif. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang yang mempunyai skor
yang tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang tinggi pula pada variabel yang lain.
Dapat juga diartikan suatu peningkatan pada suatu variabel berhubungan atau diasosiasikan dengan
peningkatan juga pada variabel lain.
Apabila koefisien korelasi mendekati 0,00 kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan.
Hal ini dapat diartikan bahwa skor seseorang pada suatu variabel tertentu tidak mengindikasikan skor
orang tersebut pada variabel yang lain. Bila koefisien tersebut mendekati -1,00, maka diartikan kedua
variabel memiliki hubungan yang berkebalikan atau negatif. Hal ini diartikan bahwa seseorang dengan
skor tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang rendah pada variabel yang lain, atau
peningkatan pada suatu variabel akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan begitu
juga sebaliknya.
Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana koefisien tersebut akan
digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar koefisien tersebut diperlukan supaya bermanfaat tergantung
pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang dirancang guna menyelidiki atau hubungan yang
dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterprestasikan pada suatu istilah signifikansi statistiknya.
Dalam penelitian prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam
memudahkan prediksi yang tepat dan akurat. Signifikansi statistik mengacu kepada, apakah koefisiensi
yang didapatkan berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan hubungan yang benar, bukan
suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik dihasilkan pada suatu level
kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan pada ukuran sampel yang
diberikan, peneliti tidak bisa menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar
antara dua variabel, tetapi peneliti bisa mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan.
Untuk menentukan signifikansi statistik, peneliti hanya mengonsultasikanya pada sebuah tabel
yang mampu mengatakan pada peneliti seberapa besar koefisiensi diperlukan untuk menjadi signifikan
pada level probabilitas yang diberikan. Untuk suatu level probabillitas yang sama, atau level signifikansi
yang sama, koefisien yang besar diperlukan jika sampel yang lebih kecil dilibatkan. Kita secara umum
memiliki lebih banyak bukti dalam koefisien yang berdasarkan pada 100 subjek dari pada 10 subjek.
Dengan demikian, sebagai contoh, pada level bukti 95% dengan 10 kasus, Peneliti akan membutuhkan
sekurangnya koefisien 0,6319 supaya bisa menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; pada pihak lain,
dengan 102 kasus peneliti hanya memerlukan koefisiensi 0,1946. Konsep seperti ini berarti bahwa
peneliti memerhatikan kasus tersebut, saat peneliti akan mengumpulkan data pada setiap anggota
populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa
memerhatikan seberapa kecil koefisiensi korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat korelasi yang
benar antara variabel untuk populasi tersebut.
Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, peneliti harus selalu ingat bahwa peneliti
hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat. Koefisiensi korelasi yang
signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab-akibat akan tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada 1
cara untuk menetapkan hubungan sebab-akibat, yaitu penelitian eksperimen. Jika seseorang menemukan
hubungan yang dekat antara 2 variabel, hal tersebut sering kali menggoda untuk menyimpulkan bahwa 1
variabel menyebabkan variabel yang lain. Pada kenyataannya, hal itu mungkin tidak saling
mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang mempengaruhi kedua variabel tersebut.
Interpretasi data pada penelitian korelasional adalah bila dua variabel hubungkan maka akan
menghasil koefisen korelasi dengan simbol (r). Hubungan variabel tersebut dinyatakan dengan nilai dari
-1 samapai +1. Nilai (-) menunjukan korelasi negatif yang variabelnya saling bertolak belakang dan
nilai (+) menunjukkan korelasi positif yang variabelnya saling mendekati ke arah yang sama
(Syamsudin dan Vismaia, 2009:25).

G. Kesalahan dalam Penelitian Korelasional


Kesalahan-kesalahan yang sering kali dilakukan oleh peneliti dalam penelitian korelasional yaitusebagai
berikut.
1. Peneliti memilih statistik yang tidak tepat
2. Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
3. Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
4. Peneliti tidak melakukan studi validitas silang
5. Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
6. Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.
7. Peneliti menggunakan analisis jalur atau LISER tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
8. Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu analisis jalur
9. Melakukan kesalahan penafsiran hasil statistik

H. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional


Penelitian korelasional mempunyai kelebihan antara lain yaitu: kemampuannya untuk menyelidiki
hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan); dan penelitian korelasional juga
mampu memberikan informasi tentang derajat kekuatan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.
Selanjutnya, penelitian ini bermanfaat untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan,
sosial, ekonomi. Penelitian korelasional ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel yang
diselidiki secara intensif dan penelitian ini bisa melakukan analisis prediksi tanpa membutuhkan sampel
yang besar.
Sedangkan, untuk kelemahan penelitian korelasional diantaranya: hasilnya hanya mengidentifikasi
sesuatu sejalan dengan sesuatu, tidak harus menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; bila
dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional ini kurang tertib dan ketat, karena
kurang melakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel bebasnya; pola saling berhubungan itu sering
tidak menentu dan kabur atau kurang jelas; sering merangsang penggunanya sebagai semacam short-gun
approach, yaitu memasukan berbagai data tanpa melakukan pemilihan dan menggunakan setiap interpretasi
yang berguna atau bermakna.
I. CONTOH PENELITIAN

PENELITIAN KAUSAL KOMPARATIF


A. Pengertian Penelitian Kausal Komparatif
Studi kausal-komperatif adalah suatau penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan skema
hubungan dan pengaruh yang lebih dalam dari dua tau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti.
Penelitian ini ditujukan untuk menentukan penyebab atau alasan adanya perbedaan prilaku atau status
kelompok indifidual. Studi kausal-komperatif ini merupakan tindak lanjut dari studi korelasional. Jika studi
korelasional menggambarkan derajat hubungan antara dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang
diteliti, maka studi kausal-komperatif menggambarkan sedemikian rupa hubungan sebab akibat ( sumanto,
1995:107)
Penelitian kausal komparatif adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan suatu variabel
(objek penelitian), antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda dan menemukan hubungan sebab-
akibatnya (Marzuki, 1999:122). Sementara itu, menurut Kerlinger (dikutip Emzir, 2010:119) penelitian
kausal komparatif (causal comparative research) yang disebut juga penelitian ex post facto adalah
penyelidikan empiris yang sistematis di mana peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung
karena keberadaan dari variabel tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat
dimanipulasi.
Kemudian, Gay (dikutip Emzir, 2010:119) mengemukakan bahwa studi kausal komparatif atau ex post
facto adalah penelitian yang berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan
dalam perilaku atau status dalam kelompok individu. Dengan kata lain, penelitian kausal komparatif adalah
penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat berdasarkan pengamatan terhadap
akibat yang terjadi dan mencari faktor yang menjadi penyebab melalui data yang dikumpulkan. Dalam
penelitian ini pendekatan dasarnya adalah memulai dengan adanya perbedaan dua kelompok dan kemudian
mencari faktor yang mungkin menjadi penyebab atau akibat dari perbedaan tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas, sebagian ahli menyebutkan ex post facto (bahasa latin ‘setelah fakta’)
karena peneliti tidak memulai prosesnya dari awal, melainkan langsung melihat hasilnya. Dari hasil yang
diperoleh tersebut peneliti mencoba mencari sebab-sebab terjadinya peristiwa itu (Subana dan Sudrajat,
2009:42).
Dalam bidang pendidikan penelitian kausal komparatif ini tepat digunakan apabila penelitian ditujukan
untuk mengetahui hubungan sebab akibat dan pengaruh antara dua variable. Nilai penelitian kausal
komparatif terletak pada upaya menggambarkan hubungan sebab akibat dan pengaruh tertentu berdasarkan
kerangka teori pendidikan tertentu. Contohnya penelitian pengaruh tingkat sosial ekonomi orang tua
terhadap prestasi belajar siswa dapat menggunakan metode ini.
Menurut Kerlinger (dikutip Emzir, 2010:119) penelitian kausal komparatif (causal comparative
research) yang disebut juga penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis di mana
peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena keberadaan dari variabel tersebut telah
terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat dimanipulasi.
Menurut Gay (Emzir, 2010:119) mengemukakan bahwa studi kausal komparatif atau ex post facto
(bahasa latin ‘setelah fakta’) adalah penelitian yang berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk
keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu. Dengan kata lain, penelitian
kausal komparatif adalah penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat berdasarkan
pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor yang menjadi penyebab melalui data yang
dikumpulkan.
Sedangkan menurut Hamid Darmani (2011;171), penelitian kausal komparatif adalah penelitian pada
mana penelitian berusaha untuk menemukan penyebab atau alasan dari perbedaan yang ada dari tingkah
laku atau status kelompok atau individual. Dalam penelitian ini pendekatan dasarnya adalah memulai
dengan adanya perbedaan dua kelompok dan kemudian mencari faktor yang mungkin menjadi penyebab
atau akibat dari perbedaan tersebut. Peneliti tidak memulai prosesnya dari awal, melainkan langsung melihat
hasilnya.

B. Tujuan Penelitian Kausal Komparatif


Tujuan penelitian kausal-komperatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat
dengan cara : berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari kembali faktor yang mungkin
terjadi penyebab melalui data tertentu. Hal ini berlainan degan metode eksperimental yang mengumpulkan
datanya pada waktu kini dalam kondisi yang dikontrol.

C. Karakteristik Penelitian Kausal Komparatif


Penelitian kausal komparatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian
yang dipersoalkan berlangsung (lewat). Peneliti mengambil satu atau lebih akibat (sebagai “dependent
variable”) dan menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab,
saling hubungan, dan maknanya dan cenderung mengandalkan data kuantitatif.
D. Langkah langkah Metode Penelitian Kausal Komparatif
Menurur Emzir (2010:125) penelitian kausal komparatif dilakukan dalam lima tahap yakni, (1)
merumuskan masalah, (2) menentukan kelompok yang memiliki karakteristik yang ingin diteliti, (3)
pemilihan kelompok pembanding, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.
Sementara itu, terdapat pula langkah-langkah pokok dalam studi kausal komparatif sebagai berikut.
1. Definisikan masalah.
2. Lakukan penelaahan keperpustakaan.
3. Rumuskan hipotesis-hipotesis.
4. Rumuskan asumsi-asumsi yang mendasari hipotesis-hipotesis itu serta prosedur-prosedur yang akan
digunakan.
5. Rancang cara pendekatannya:
a. Pilihlah subjek-subjek yang akan digunakan serta sumber-sumber yang relevan;
b. Pilihlah atau susunlah teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data;
c. Tentukan kategori-kategori untuk mengklasifikasi data yang jelas, sesuai dengan tujuan studi, dan
dapat menunjukkan kesamaan atau saling berhubungan.
6. Validasikan teknik untuk mengumpulkan data itu, dan interpretasikan hasilnya dalam cara yang jelas
dan cermat.
7. Kumpulkan dan analisis data.
8. Susun laporannya.

Sedangkan menurut Hamid Hamdani (2011: 172-174), langkah-langkah melakukan penelitian kausal
komparatif adalah :
1. Desain dan prosedur
Desain pokok penelitian kausal komparatif mencakup pemilihan data kelompok yang berbeda,
yaitu kelompok variabel bebas dan pembanding. Hal-hal yang erlu diperhatikan adalah memilih sampel
yang representative dari masing-masing populasi dan sampel yang sama, tujuannya agar kelompok-
kelompok tersebut mempunyai kemiripan pada semua variabel selain variabel bebas. Untuk menentukan
persamaan-persamaan kelompok tersebut dapat dilihat dari latar belakang dan status variabel-variabel
sekarang.
2. Prosedur pengontrolan
Prosedur pengontrolan ini berfungsi agar meminimalisir perbedaan-perbedaan kelompok selain
perbedaan pada variabel bebas. Prosedur ini dilakukan karena sulitnya randomnisasi, manipulasi, dan
control yang dilakukan pada saat penelitian.
3. Matching
Apabila peneliti telah mengidentifikasikan suatu variabel yang ia percaya ada hubungannya
dengan penampilan pada variabel yang ia percaya ada hubungannya dengan penampilan pada variabel
tidak bebas, ia bisa mengontrol variabel itu dengan “pair wise matching” subjek. Untuk masing-masing
subjek pada suatu kelompok , peneliti mendapatkan subjek pada kelompok kedua dengan suatu variabel
yang sama pada variabel control. Apabila subjek salah satu tidak mempunyai jodoh yang cocok , subjek
itu harus dihilangkan dari penyelidikan. Jadi, hasil dari kelompok-kelompok yang dijodohkan adalah
serupa atau sangat mendekati sehubungan dengan variabel asing yang diidentifikasikan.
Masalah pokok pada matching “pair wise” adalah bahwa ada subjek yang tidak bisa dirubah
yang tidak mempunyai kecocokan dan oleh karena itu harus dihilangkan dari penyelidikan. Masalah itu
menjadi lebih serius apabila peneliti bersama-sama menjodohkan lebih dari dua variabel.
4. Membandingkan kelompok-kelompok homogen.
Cara lain untuk mengontrol variabel asing adalah dengan membandingkan kelompok-kelompok
yang homogeny sehubungan dengan variabel itu. Suatu pendekatan yang serupa tetapi lebih memuaskan
adalah penyusun sub-sub kelompok di dalam tiap-tiap kelompok yang mewakili semua tingkat dari
variabel control. Selain mengontrol variabel, teknik ini juga mempunyai keuntungan tambahan yakni
memungkinkan peneliti untuk melihat apakah variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas,
berbeda pada variabel pada tiap-tiap control. Untuk itu pendekatan terbaik adalah tidak bekerja dengan
beberapa analisis terpisah, tetepi membuat variabel control seperti desain tersebut dan menganalisis hasil
dengan teknik statistic yang disebut analisis variabel factorial.
Analisis variabel factorial memungkinkan peneliti menetapkan efek variabel bebas dan variabel
control, keduanya secara terpisah atau kombinasi. Dengan kata lain, memungkinkan peneliti menetapkan
apakah ada interaksi antara varianel bebas dan variabel terkontrol seperti bahwa variabel bebas bekerja
pada tingkat-tingkat variabel control yang berbeda.Contohnya IQ bisa merupakan variabel control pada
penelitian kausal komparatif pada efek dari bermacam-macam “metode pamhaman” tentang pecahan.
5. Analisis Kovarians
Analisis kovarians adalah suatu metode statistika yang digunakan untuk menyamakan kelompok-
kelompok pada satu variabel atau lebih. Analisis kovarians mengatur nilai-nilai pada suatu variabel tidak
bebas pada perbedaan awal terhadap variabel-variabel yang lain. Misalnya pada studi yang
membandingkan efektivitas dua metode mengajar tentang pecahan, kita bisa meng-“covary” pada IQ,
jadi menyeragamkan nilai pada suatu ukuran pencapaian (achievement) tentang berhitung pecahan.
6. Analisis Data dan Interpretasi
Statistika deskriptif yang paling banyak digunakan dalam penelitian kausal komparatif adalah
mean dan standar deviasi. Mean menunjukkan rata-rata perbuatan atau prestasi suatu kelompok dalam
suatu ukuran dari beberapa variabel. Sedangkan standar deviasi menunjukan penyebaran sekumpulan
nilai.
Statistika inferensial yang paling banyak digunakan dalam penelitian ini adalah test yang
digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara mean-mean dari dua kelompok.
Selain itu juga digunakan analisis varians dan chi kuadrat. Analisis varians digunakan untuk melihat
apakah ada perbedaan signifikan antara mean-mean dari tiga kelompok atau lebih, sedangkan chi
kuadrat digunakan untuk emmbandingkan frekuensi-frekuensi kelompok, yaitu apakah suatu kejadian
lebih sering pada suatu kelompok yang satu terhadap yang lain atau sebaliknya.
Interpretasi dari perolehan pada penelitian kausal komparatif memerlukan pertimbangan yang
hati-hati. Hubungan sebab akibat yang dicurigai dalam kenyataan bisa menjadi kebalikan dari hipotesis,
Kemungkinan ada factor ketiga yang benar-benar penyebab yang dicurigai dari variabel bebas dan efek
(variabel terkontrol).
Cara untuk menentukan urutan yang benar dari hubungan sebab akibat, variabel yang mana
disebabkan yang mana, adalah dengan menentukan hal man ayang lebih dahulu terjadi. Cara mengontrol
untuk penyebab untuk yang potensial adalah mempersamakan kelompok-kelompok terhadap variabel
yang dicurigai.
Contoh skripsi yang menggunakan kausal komparatif di UIN Sunan Gunung Djati Bandung
adalah skripsi dengan judul Perbedaan Perolehan IPK Semester 1 sampai Semester 5 Pada Mahasiswa
Pendidikan Matematika Berdasarkan Asal Sekolah dan Jalur Masuk. Pada penelitian ini yang menjadi
variable bebasnya adalah perolehan IPK. Perolehan IPK adalah variable yang tidak dapat dimanipulasi,
karena datanya sudah sangat jelas berdasarkan nilai yang ia dapat pada mata kuliah semester 1 sampai
semester 5. Sedangkan variable terkontrolnya adalah asal sekolah dan jalur masuk. Asal sekolah dalam
penelitian ini dibagi menjadi 3, yaitu mahasiswa yang berasal dari SMA, Ma, dan SMK, sedangkan jalur
masuk ke UIN untuk Pendidikan Matematika ada 3 jalur, yaitu SNMPTN, ujian tulis, dan PPA.
Barangkali kita berpikir IQ, rajin belajaran atau tidaknya, dan banyak hal lain juga
mempengaruhi perolah IPK, namun peneliti telah melakukan prosedur pengontrolan dan matching,
sehingga tingkat IQ dianggap sama karena telah berhasil lolos saringan masuk PTN. Semua saringan
masuk punya batas minimalnya, sehingga dianggap IQ-nya setara. Sedangkan tingkat rajin belajar,
karena melihat budaya dan lingkungan dari universitasnya sendiri, peneliti menyimpulkan hampir sama,
sehingga tidak terdapat perbedaan signifikan karena hal rajin.
Dari penelitian kausal komparatif ini disimpulkan bahwa terdapat perbedaan IPK antara yang
sekolah asalnya dari SMA dengan yang sekolah asalnya dari MA atau SMK. Sedangkan berdasarkan
jalur masuk, lewat SNMPTN lebih bagus IPK nya disbanding jalur lainnya. Hal ini barangkali
disebabkan karena di SMA, mereka mendapatkan dasar yang kuat untuk mata pelajaran matematika dan
yang masuk UIN lewat jalur SNMPTN seleksi dan saringannya lebih ketat, sehingga menimbulkan
perolehan IPK yang lebih besar. Antara jalur masuk dan sekolah asal tidak ada hubungannya. Hubungan
sebab akibat terlihat jelas, antara yang asal sekolah dengan perolehan IPK ataupun antara jalur masuk
dengan perolahan IPK.

E. Contoh-contoh Metode Penelitian Kausal Komparatif


1. Penelitian mengenai faktor-faktor yang menjadi ciri-ciri pribadi yang gampang dan tidak gampang
mendapat kecelakaan dengan menggunakan data yang berwujud catatan –catatan yang ada pada
perusahaan asuransi.
2. Mencari pola tingkah laku dan prestasi belajar yang berkaitan dengan perbedaan umur pada waktu
masuk sekolah, dengan cara menggunakan data deskriptif mengenai tingkah laku dan skor test prestasi
belajar yang terkumpul sampai anak-anak yang bersangkutan kelas VI SD.
3. Penelitian untuk menentukan ciri-ciri guru yang efektif dengan mempergunakan data yang berupa
catatan mengenai sejarah pekerjaan selengkap mungkin.
4. Misalnya seorang dosen mata kuliah berbicara mewajibkan mahasiswa tingkat I jurusan bahasa
Indonesia dihadapan teman-temannya. Diketahui ternyata ada lancar dan ada yang tidak, khususnya
dalam menggunakan bahasa Indonesia, padahal mereka padahal mahasiswa jurusan bahasa Indonesia.
Dapat digunakan judul “Pengaruh Bahasa Ibu, Lingkungan di Luar Rumah, dan Pelajaran Bahasa
Indonesia di SMA terhadap Kemahiran Berpidato Mahasiswa Tingkat I Jurusan Bahasa Indonesia”.

Identifikasi masalah:
1. Penelitian beranggapan bahwa ada hubungan kausal antara ketiga faktor pada judul diatas terhadap
kemahiran berpidato. Pelajaran bahasa Indonesia di SMA berpengaruh terhadap kemahiran.
2. Variabel bebas :
a. Bahasa ibu
b. Lingkungan di luar rumah
c. Pelajaran bahasa indonesia di SMA
3. Variabel terikat : Kemahiran berpidato
4. Rumusan Masalah: “Apakah faktor-faktor bahasa ibu, lingkungan di luar rumah, dan pelajaran bahasa
indonesia di SMA berpengaruh terhadap kemahiran berpidato”.
5. Hipotesis : “faktor-faktor bahasa ibu, lingkungan di luar rumah, dan pelajaran bahasa indonesia di SMA
berpengaruh secara signifikan terhadap kemahiran berpidato mahasiswa jurusan bahasa indonesia.

F. Keunggulan-keunggulan Metode Penelitian Kausal Komparatif


1. Metode kausal-komperatif adalah baik untuk keadaan kalau metode yang lebih kuat, yaitu
eksperimental, tak dapat digunakan:
a. Apabila tidak selalu mengkin untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor-faktor yang
perlu untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat secara langsung.
b. Apabila pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan
dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh.
c. Apabila kontrol di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian dalah tidak praktis, terlalu mahal,
atau dipandang dari segi etika diragukan/dipertanyakan.
2. Studi kausal-komperatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang
dipersoalkan: apa yang sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana,
dan sejanis dengan itu.
3. Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan ddengan kontrol parsial, pada
akhir-akhir ini telah membuat studi kausal-komperatif itu lebih dapat dipertanggung jawabkan.
4.
G. Kelemahan-kelemahan Metode Penelitian Kausal Komparatif
1. Kelemahan utama setiap rancangan ex post facto adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas.
Dalam batas-batas pemilihan yang dapat dilakukan, penelitian harus mengambil fakta-fakta yang
dijumpainya tanpa kesempatan untuk mengatur kondisi-kondisinya atau memanipulasikan variabel-
variabel yang mempengaruhi fakta-fakta yang dijumpainya itu. Untuk dapat mencapai kesimpulan yang
sehat, peneliti harus mempertimbangkan segala alasan yang mungkin ada atau hipotesis-hipotesis
saingan yang mungkin diajukan yang mungkin mempengaruhi hasil-hasil yang dicapai. Sejauh peneliti
dapat dengan sukses membuat justifikasi kesimpilannya terhadap alternatif-alternatif lain itu, dia ada
dalam posisi yang secara relatif kuat.
2. Adalah sukar untuk memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah benar-
benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki.
3. Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi antara
berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek nyang disaksikan, menyebabkan
soalnya sangat kompleks.
4. Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat pula
disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian lain.
5. Apabila saling hubungan antara dua variabel telah diketemukan, mungkin sukar untuk menentukan
mana yang sebab dan mana yang akibat.
6. Kenyataan bahwa dua, atau lebih, faktor saling berhungan tidaklaj mesti memberi implikasi adanya
hubungan sebab-akibat. Kenyataan itu mungkin hanyalah karena faktor-faktor tersebut berkaitan dengan
faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terobservasi.
7. Menggolong-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi (misalnya golongan pandai dan golongan
bodoh) untuk tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena kategori-kategori
semacam itu sifatnya kabur, bervariasi, dan tidak mantap. Seringkali penelitian yang demikian itu tidak
menghasilkan penemuan yang berguna.
8. Studi komperatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subjek secara terkontrol.
Menempatkan kelompok yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam berbagai hal kecuali dalam
hal dihadapkannya kepada variabel bebas adalah sangat sukar.

Anda mungkin juga menyukai