A. Pengantar
Penelitian korelasi dalam bidang pendidikan,sosial maupun ekonomi banyak
dilakukan oleh peneliti. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang paling banyak
digunakan dan telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi perkembangan
pengetahuan di bidang pendidikan (Cornell dalam Hadjar, 1999:277). Dalam penelitian jenis
ini, peneliti berusaha menghubungkan suatu variabel dengan variabel yang lain untuk
memahami suatu fenomena dengan cara menentukan tingkat atau derajat hubungan di antara
variabel-variabel tersebut. Tingkat hubungan tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien
korelasi yang berfungsi sebagai alat untuk membandingkan variabilitas hasil pengukuran
terhadap variabel-variabel tersebut.
Teknik korelasi merupakan teknik analisis yang melihat kecenderungan pola dalam
satu variabel berdasarkan kecenderungan pola dalam variabel yang lain. Maksudnya, ketika
satu variabel memiliki kecenderungan untuk naik maka kita melihat kecenderungan dalam
variabel yang lain apakah juga naik atau turun atau tidak menentu. Jika kecenderungan dalam
satu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam variabel lain, kita dapat mengatakan
bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan atau korelasi.
Pengetahuan tentang tingkat hubungan tersebut diharapkan dapat menambah
pemahaman tentang faktor-faktor dalam karakteristik yang kompleks dari suatu fenomena,
misalnya prestasi belajar.
pada umumnya selalu diawali dengan penelitian hbungan sederhana untuk melihat bagaimana
masing-masing variabel tersebut berhubungan satu sama lain secara berpasangan.
Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan
oleh nilai koefisien korelasi, suatu alat statistik yang digunakan untuk membantu peneliti
dalam memahami tingkat hubungan tersebut. Nilai koefisien tersebut, bervariasi dari -1,00
sampai +1,00 diperoleh dengan menggunakan teknik statistik tertentu sesuai dengan karakter
dari data masing-masing variabel.
Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni hanya dengan
mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang sama dan kemudian
menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini, pertamatama peneliti menentukan sepasang variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya.
Pemilihan kedua variabel tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang
mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin berhubungan.
2. Penelitian Prediktif
Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yang menghendaki
dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal tahun ajaran baru, misalnya, setiap sekolah
karena keterbatasan fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang akan diterima
menjadi calon siswa baru.
Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel
atau lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan
datang atau variabel lain (Borg & Gall dalam Hadjar; 1999:285). Penelitian ini sebagaimana
penelitian relasional, melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang
kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya
(disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni
variabel yang dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk
mengetahui tingkat prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang
menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.
Perbedaan yang uama antara penelitian relasional dan penelitian jenis in terletak pada
asumsi yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional,
peneliti berasumsi bahwa hubungan an tar kedua variabel terjadi secara dua arah atau dengan
kata lain, ia hanya ingi menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hbungan, tanpa
mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh karena
itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang bersamaan. Sedang dalam penelitian
prediktif, disamping ingin menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga
mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebh dahulu dari yang lain, atau
hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel diukur
dalkam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel kriteria
terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.
3. Korelasi Multivariat
Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga
variabel atau lebih disebut teknik korelasi multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat
digunakan, dua diantaranya yang akan dibahas di sini adalah regresi ganda atau multiple
Jika kenaikan kuantitas dari suatu variabel diikuti dengan penurunan kuantitas
dari variabel lain, maka dapat kita katakan kedua variabel ini memiliki korelasi yang
negatif. Jika kenaikan kuantitas dari suatu variabel sama besar atau mendekati besarnya
penurunan kuantitas dari variabel lain, korelasi kedua variabel akan mendekati -1.
Jika kenaikan kuantitas dari suatu variabel diikuti oleh kenaikan dan penurunan
kuantitas secara random dari variabel lain atau jika kenaikan suatu variabel tidak diikuti
oleh kenaikan atau penurunan kuantitas variabel lain (nilai dari variabel lain stabil), maka
dapat dikatakan kedua variabel itu tidak berkorelasi atau memiliki korelasi yang
mendekati nol.
Ada 3 unsur yang digunakan untuk menentukan koefisien korelasi ini, yaitu:
Dari ketiga rumus diatas akan didapat koefisien korelasi (r) lalu diinterpretasikan.
2. Korelasi Tata Jenjang
Korelasi tata jenjang digunakan untuk menentukan hubungan atau dua gejala yang
kedua-duanya merupakan gejala ordinal atau tata jenjang. Rumus yang dikemukakan:
5. Korelasi Tetrachoric
7
kelompok yaitu subjek yang menguasai materi dan yang tidak menguasai materi.
Phi Coeficient
Koefisien Phi () digunakan untuk mencari hubungan dua variabel diskrit dan
diutamakan diskrit murni bila variabel deskrit dan merupakan variabel diskrit, diubah
dulu menjadi variabel diskrit. Korelasi Phi sering digunakan untuk menentukan validitas
item variabel pertama adalah benar atau salahnya subjek dalam menjawab item,
sedangkan variabel kedua adalah skor total yang dibuat dikotomi. Cara mengubah skor
total menjadi dikatomi dapat menggunakan mean atau median. Jika menggunakan mean
sebagai nilai pemisah subjek, ada kemungkinan banyaknya subjek pada dua kelompok
bisa tidak sama. Bila menggunakan mean sebagai nilai pemisah subjek, banyak subjek
untuk kedua kelompok sama.
c. Kelompok yang tidak sama jumlah subjeknya
phi atau tetra korik. Bila variabelnya diklasifikasikan menjadi lebih dari dua, koefisient
phi atau tetra korik tidak dapat digunakan.
Contingency (C) sangat erat kaitannya dengan Ch kuadrat dan dihitung
dengan Chi kuadrat, C dapat dengan mudah diketahui. Rumus menghitung Chi kuadrat
adalah:
Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam variabelvariabel yang menjadi fokus penelitian. Subyek tersebut harus relatif homogen dalam
faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin dapat mempengaruhi variabel
terikat. Bila subyek yang dilibatkan mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktorfaktor tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti menjadi kabur.
Untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti dapat mengklasifikasikan
subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat faktor tertentu dan, kemudian
menguji hubungan antar variabel penelitian untuk masing-masing kelompok.
3. Pengumpulan data
Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan
data masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan pedoman
observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan
instrumen-instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian relasional,
pengukuran variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif sama.
4. Analisis data
Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara
mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran variabel lain.
Dalam penelitian relasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya,
digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara vaiabel yang satu dngan yang lain.
Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya
melibatkan dua variabel. Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk
menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk
memprediksi variabel kriteria lebih baik daripada bila digunakan secara sendiri-sendiri,
teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau analisis kanonik dapat digunakan.
Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau
koefisien regresi serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang
disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.
10
11
12
Sumber :
Fitriani Nur. 2011. Penelitian Korelasi dalam Bidang Pendidikan. Diunduh pada 27 Maret 2012
dari http://amanahtp.wordpress.com/2011/12/14/penelitian-korelasi-dalam-bidang-pendidikan/
NN. 2011. Apa itu Korelasi? Diunduh pada 28 Maret 2012 dari http://www.infoskripsi.com/
Theory/Apa-itu-Korelasi.html
Azuar Juliandi. 2010. Korelasi & Regresi. Diunduh pada 26 Maret 2012 dari Diunduh pada 28
Maret 2012 dari http://azuarjuliandi.com/openarticles/korelasiregresi.pdf
Witri Annisa. 2010. Metode Penelitian Korelasional. Diunduh pada 26 Maret 2012 dari
http://bintangkecilungu.wordpress.com/2010/10/31/metode-penelitian-korelasional-2/
NN. 2010. Penelitian Korelasi. Diunduh pada 26 Maret 2012 dari http://www.4skripsi.com/
metodologi-penelitian/penelitian-korelasi.html#axzz1qJlpB0W1
13