Anda di halaman 1dari 19

Aspek temuan dari suatu penelitian dalam bidang Ipteks secara umum dapat

dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu sebagai hasil ‘menemukan’ dan
‘mengembangkan’ (Mukhadis, 2013:70). Hasil penelitian dikelompokkan ke dalam
kategori menemukan apabila dari masalah, metode dan hasil penelitian tersebut
memenuhi indikator aspek kebaruan dan belum pernah diteliti oleh peneliti lain
sebelumnya. Sedangkan hasil penelitian dikatakan mengembangkan apabila
temuan tersebut berupa penyempurnaan atau modifikasi dari berbagai hasil
penelitian sebelumnya yang berorientasi menghasilkan produk, yang memiliki nilai
tambah yang dignifikan terhadap produk yang telah ada sebelumnya.
Kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar sebagai
penyempurnaan pengetahuan sebelumnya telah dilaksanakan oleh para peneliti
dan ilmuan dalam bidang ilmunya masing-masing. Pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi, dan teori-teori yang telah
dihasilkan dari berbagai penelitian itu merupakan sumbangan penting bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai bidang. Disamping
itu hasil penelitian juga telah memungkinkan manusia dapat lebih baik
memecahkan masalah-masalah praktis yang dihadapi dalam hidupnya.
Berikut akan dijabarkan secara kompleks tentang bentuk-bentuk konkret dari
penelitian –pengertian beserta contohnya- antara lain:
a. Eksperimen
Penelitian eksperimental merupakan bentuk penelitian percobaan yang berusaha
untuk mengisolasi dan melakukan kontrol setiap kondisi-kondisi yang relevan
dengan situasi yang diteliti kemudian melakukan pengamatan terhadap efek atau
pengaruh ketika kondisi-kondisi tersebut dimanipulasi. Dengan kata lain,
perubahan atau manipulasi dilakukan terhadap variabel bebas dan pengaruhnya
diamati pada variabel terikat. Menurut Emzir (2008:96-103) desain penelitian
ekperimen dibagi menjadi empat bentuk yakni, pre-experimental design, true
experimental design, quasy experimental design dan factorial design.
Contoh:
Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran TANDUR Berbantuan Web Interaktif
Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi Siswa Kelas VII SMPN 3
Malang. (Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Malang Tahun
Ajaran 2010/2011). (Sumber: perpustakaan Universitas Negeri Malang, skripsi
tidak diterbitkan).

b. Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat
yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada
variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.
Penggambaran kondisi bisa individual atau menggunakan angka-angka.
(Sukmadinata, 2006:5)
Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan suatu keadaan saja, tetapi bisa juga
mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya, penelitian
demikian disebut penelitan perkembangan (Developmental Studies). Dalam
penelitian perkembangan ini ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu
dan ada yang bersifat cross sectional atau dalam potongan waktu.
Contoh:
Manajemen Pengembagan Kinerja Guru SMK se-Kabupaten Kuningan: Studi
Tentang Kepemimpinan Entrepeuneur Dan Sistem kompensasi Kreativitas dan
Kinerja Inovatif. (Sumber: perpustakaan Universitas Negeri Malang, skripsi tidak
diterbitkan).

c. Korelasional
Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan
data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua
variabel atau lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel yang penting, karena
dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat
mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. (Sukardi, 2003:166)
Penelitian korelasi merupakan bentuk penelitian untuk memeriksa hubungan
diantara dua konsep. Secara umum ada dua jenis pernyataan yang menyatakan
hubungan, yaitu: (1) gabungan antara dua konsep, ada semacam pengaruh dari
suatu konsep terhadap konsep yang lain; (2) hubungan kausal, ada hubungan sebab
akibat. Pada hubungan kausal, penyebab diferensikan sebagai varibel bebas dan
akibat direferensikan sebagai variabel terikat. Pada penelitian korelasi tidak ada
kontrol atau manipulasi terhadap variabel.
Contoh:
Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Kompetensi Interpersonal Pada Remaja
(Studi korelasi pada remaja tunanetra yang mengalami ketunanetraan tidak sejak
dari lahir di PSBN Wyata Guna Bandung). (Sumber: repository.upi.edu).

d. Komparatif
Penelitian kausal komparatif atau penelitian ex post facto adalah penyelidikan
empiris yang sistematis dimana ilmuan tidak mengendalikan variabel bebas secara
langsung karena eksistensi variabel tersebut telah terjadi. Pendekatan dasar klausa
komparatif melibatkan kegiatan peneliti yang diawali dari mengidentifikasi
pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya kemudian dia berusaha mencari
kemungkinan variabel penyebabnya.
Penelitian komparatif membandingkan situasi masa lalu dan saat ini atau situasi-
situasi paralel yang berbeda, khusunya apabila peneliti tidak memiliki kontrol
terhadap situasi yang diteliti. Penelitian ini bisa memiliki perspektif makro (misal:
internasional,nasional) dan mikro (misal: komunitas, individu).
Contoh:
Studi Komparatif Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan
Model Problem Based Learning (PBL) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik dan Elektronika Di
SMKN 12 Bandung. (Sumber: repository.upi.edu).

e. Evaluasi
Penelitian evaluasi merupakan bentuk penelitian yang bertujuan untuk memriksa
proses perjalanan suatu program sekaligus menguraikan fakta-fakta yang bersifat
kompleks dan terlibat di dalam program. Misalnya adalah keefektifan,
efisiensi dan kemenarikan suatu program (Mukhadis, 2013:61).
Contoh:
Evaluasi Proses Pembelajaran TIK SMA Negeri di Kota Malang Berdasarkan Pada
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
Tentang Standar Proses. (Deskriptif tentang kondisi proses pembelajaran mata
pelajaran TIK SMA di Kota Malang Tahun Ajaran 2010/2011 dengan jumlah populasi
10 SMA Negeri dan sampel penelitian sebanyak 5 SMA Negeri). (Sumber:
perpustakaan Universitas Negeri Malang, skripsi tidak diterbitkan).

f. Simulasi
Penelitian simulasi merupakan bentuk penelitian yang bertujuan untuk mencari
gambaran melalui sebuah sistem berskala kecil atau sederhana (model) dimana di
dalam model tersebut akan dilakukan manipulasi atau kontrol untuk melihat
pengaruhnya. Penelitian ini mirip dengan penelitian eksperimental, perbedaannya
adalah di dalam penelitian ini membutuhkan lingkungan yang benar-benar serupa
dengan keadaan atau sistem yang asli.
Contoh:
Penggunaan Simulasi Monte Carlo Untuk Menentukan Nilai Outcome Pada
Pengambilan Keputusan (Studi Kasus Pengambilan Keputusan pada Toko NAFC
Collection). (Sumber: repository.upi.edu)

g. Survey
Survey research designs are procedures in quantitative research in which
investigators administer a survey to a sample or to the entire population of
people to describe the attitudes, opinions, behaviors, or characteristics of the
population. (Creswell, 2012: 376)
Penelitian survey digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang
populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Populasi
tersebut bisa berkenaan dengan orang, instansi, lembaga, organisasi dan unit-unit
kemasyarakatan dan lain-lain, tetapi sumber utamanya adalah orang. Desain
survey tergantung pada penggunaan jenis kuisoner. Survey memerlukan populasi
yang besar jika peneliti menginginkan hasilnya mencerminkan kondisi nyata,
semakin besar sample survey semakin memberikan hasil akurat. Penelitian survei
memiliki tiga tujuan utama yaitu menggambarkan keadaan saat itu,
mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang untuk membandinkan,
menentukan hubungan kejadian yang spesifik.
Contoh:
Stress and Burnout in Rural and Urban Secondary School Teachers. Journal of
Educational Research. 1999. 92, pg. 287–293. (dalam Creswell, 2012:378)

h. Studi Kasus
Sebuah studi kasus adalah eksplorasi mendalam dari sistem terikat (misalnya,
kegiatan, acara, proses, atau individu) berdasarkan pengumpulan data yang luas.
Studi kasus melibatkan investigasi kasus, yang dapat didefinisikan sebagai suatu
entitas atau objek studi yang dibatasi, atau terpisah untuk penelitian dalam hal
waktu, tempat, atau batas-batas fisik. Penting untuk memahami bahwa kasus
dapat berupa individu, program, kegiatan, sekolah, ruang kelas, atau kelompok.
Setelah kasus didefinisikan dengan jelas, peneliti menyelidiki mereka secara
mendalam, biasanya menggunakan beberapa metode pengumpulan data, seperti
wawancara, observasi lapangan, dan dokumentasi.
Studi kasus kolektif; (a) melibatkan beberapa kasus, (b) dapat terjadi selama
bertahun situs, dan (c) menggunakan banyak individu. Kerangka konseptual untuk
studi kasus adalah bahwa dengan mengumpulkan informasi mendalam tentang
kasus, peneliti akan mencapai pemahaman mendalam tentang kasus ini, apakah
kasus itu adalah seorang individu, kelompok, kelas, atau sekolah.
Contoh:
Butera, G. 2005. Collaboration in the context of Appalachia: The case of Cassie.
The Journal of Special Education, 39(2): 106–116.
Butera (2005) menggunakan studi kasus dan data yang dikumpulkan melalui
wawancara, observasi, dan dokumen untuk menggambarkan kolaborasi tim dengan
anak 4 tahun di West Virginia. (Stoner, 2010: 21)

i. Teori Dasar (Grounded Theory)


Grounded Theory merupakan pendekatan yang memungkinkan peneliti untuk
mengembangkan atau menemukan teori yang didasarkan pada studi fenomena.
Dengan menggunakan grounded theory, peneliti sengaja (a) memilih peserta yang
mengalami fenomena yang sedang dipelajari, (b) menganalisis data (yaitu,
wawancara, dokumen, dan catatan), dan (c) mendekati fenomena yang diteliti
tanpa prasangka pengertian. Kerangka konseptual ini memungkinkan suara peserta
muncul , mensyaratkan bahwa peneliti mengidentifikasi tema utama atau konsep
dari data peserta , dan memberikan jalan untuk mengembangkan teori dari
perspektif peserta .
Most grounded theory researchers will begin with research questions but they do
not start with a hypothesis, nor do they begin their investigation with a thorough
review of the literature relating to their topic. They build up theory from their
data and they do not wait until all data are collected before they begin the
analysis stage. (Bell, 2005: 19)
Contoh:
Bays, D. A., & Crockett, J. B. 2007. Investigating Instructional Leadership For
Special Education. Exceptionality, 15(3): 143–161.
Pendekatan grounded theory digunakan oleh Bays dan Crockett (2007) untuk
menyelidiki kepemimpinan instruksional untuk pendidikan khusus di sekolah dasar.
(Stoner, 2010: 22)

j. Etnografi
Ethnographic researchers attempt to develop an understanding of how a culture
works and many methods and techniques are used in this such us: participant
observation, interview, mapping and charting, interaction analysis, study of
historical records and current public documents, the use of demographic data.
(Bell, 2005:16)
Etnografi adalah analisis mendalam dari kelompok sosial. Data biasanya
dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumen. Jenis penelitian ini
berfokus pada membangun catatan perilaku dan kepercayaan dari kelompok dari
waktu ke waktu. Etnografi mengharuskan peneliti berpartisipasi, baik sebagai
pengamat atau peserta aktif, waktu interaksi yang cukup lama dengan kelompok
yang diteliti. Kerangka konseptual etnografi adalah bahwa keterlibatan langsung ke
dalam budaya kelompok akan memungkinkan peneliti untuk melihat dunia dari
perspektif kelompok, dan melihat yang akan memberikan pemahaman tentang
perilaku dan keyakinan kelompok.
Contoh:
Harry, Klingner, & Hart. 2005. African American families under fire: Ethnographic
views of family strengths. Remedial and Special Education, 26(2): 101–112.
Harry, Klingner, dan Hart (2005) menerbitkan sebuah studi etnografi siswa Amerika
keturunan Afrika dalam pendidikan khusus di sebuah distrik sekolah beragam
budaya perkotaan. (Stoner, 2010: 22)

k. Kultural
Penelitian kultural (budaya) merupakan penelitian yang dilakukan atas objek
berupa unsur atau gejala budaya dengan menggunakan perangkat metodologis yang
tercakup di dalam ilmu pengetahuan budaya. Unsur atau gejala budaya adalah
unsur atau gejala yang terdapat di dalam suatu masyarakat yang berkaitan dengan
perangkat nilai-nilai, pemikiran, dan hasil budi daya dalam bentuk interaksi antara
masyarakat dengan lingkungannya atau segi hasil pemikiran atau kreasi anggotanya
yang terungkap dalam wujud tulisan atau benda-benda.
Contoh:
Identifikasi Ajen Budaya Sunda Dina Wawacan Jaka Bayawak.
(Sumber: repository.upi.edu).

l. Historis
Penelitian historikal merupakan bentuk penelitian yang memiliki tujuan untuk
menggambarkan fakta dan menarik kesimpulan atas kejadian masa lalu. Data
primer dari penelitian ini adalah data yang bersifat historis, misalnya para arkeolog
menggunakan sumber data berupa dokumentasi tentang masa lalu. Penelitian
historikal dapat digunakan untuk menemukan solusi sementara berdasarkan
kejadian masa lalu dan menggambarkan tren masa kini atau masa depan.
Kothari (2004) mengategorikan jenis penelitian histori ke dalam dua pendekatan,
yaitu pendekatan perspektif –mempelajari kegiatan/agenda masa lampau sampai
sekarang- dan pendekatan retroperpektif –mempelajari kegiatan/agenda saat ini
kemudian dihubungkan dengan hal serupa di masa lalu-.
Contoh:
Seni Tradisi Gembyung di Kampung Ganceuy Kabupaten Subang 1975-1999 (Suatu
Kajian Historis Terhadap Sosial Budaya Masyarakat). (Sumber: repository.upi.edu).

m. Etnologi
Penelitian etnologi merupakan penelitian yang fokus kepada perilaku manusia.
Peneliti lebih condong menggunakan interpretasi langsung dari perilaku subjek
yang diteliti daripada melakukan interpretasi dari segi teoritik. Peneliti harus
berusaha untuk tidak nampak sebagai peneliti, karena bila tidak demikian
interpretasi atas data yang didapat dari responden akan terpengaruh.
Contoh:
Eufemisme Dalam Bahasa Simalungun (Suatu Kajian Sosiolinguistik) (Sumber:
repository.usu.ac.id).

n. Penelitian Praktis (Penelitian Tindakan/Action Reasearch)


Action research designs often utilize both quantitative and qualitative data, but
they focus more on procedures useful in addressing practical problems in schools
and the classrooms. Action research designs are systematic procedures used by
teachers (or other individuals in an educational setting) to gather quantitative
and qualitative data to address improvements in their educational setting, their
teaching, and the learning of their students (Creswell, 2012:577).
Penelitian tindakan merupakan bentuk penelitian yang berisi berbagai macam
prosedur untuk menguraikan kasus-kasus yang bersifat mikro atau khusus. Simpulan
dari penelitian tindakan langsung diberlakukan hanya untuk kasus yang diteliti dan
tidak bisa digeneralisasikan. Penelitian tindakan lebih condok ke metode kualitatif
yang sangat bergantung pada data penagamatan yang bersifat behavioralistik.
Contoh:
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Tentang Pemecahan Masalah
Yang Melibatkan Uang Melalui Metode Simulasi (Penelitian Tindakan Kelas pada
Siswa Kelas III B SDN Cicadas 03 Gunung Putri Bogor). (Sumber:
repository.upi.edu).
Langkah-Langkah Penelitian Ilmiah

Proses pelaksanaan penelitian ilmiah terdiri dari langkah-langkah yang juga menerapkan
prinsip metode ilmiah. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan selama melakukan
penelitian ilmiah adalah sebagai berikut:

1. mengidentifikasi dan merumuskan masalah


2. melakukan studi pendahuluan
3. merumuskan hipotesis
4. mengidentifikasi variabel dan definisi operasional variabel
5. menentukan rancangan dan desain penelitian
6. menentukan dan mengembangkan instrumen penelitian
7. menentukan subjek penelitian
8. melaksanakan penelitian
9. melakukan analisis data
10. merumuskan hasil penelitian dan pembahasan
11. menyusun laporan penelitian dan melakukan desiminasi.
12. Berikut kita bahas setiap langkah-langkah penelitian ilmiah (scientific research) itu, berikut
ini.

13. Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah


14. Sebagaimana halnya dalam metode ilmiah, pada penelitian ilmiah juga harus berangkat dari
adanya permasalahan yang ingin pecahkan. Sebelum melaksanakan penelitian ilmiah perlu
dilakukan identifikasi masalah. Proses identifikasi masalah penting dilakukan agar rumusan
masalah menjadi tajam dan sebagai bentuk data awal bahwa dalam penelitian ilmiah
tersebut memang dibutuhkan pemecahan masalah melalui penelitian. Identifikasi masalah
dirumuskan bersesuaian sebagaimana latar belakang masalah, berdasarkan fakta dan data
yang ada di lapangan. Identifikasi masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat
deklaratif, sementara rumusan masalah ditulis dalam bentuk kalimat tanya (berbentuk
pertanyaan).

15. Melakukan Studi Pendahuluan


16. Di dalam penelitian ilmiah, perlu dilakukan sebuah studi pendahuluan. Peneliti dapat
melakukannya dengan menelusuri dan memahami kajian pustaka untuk bahan penyusun
landasan teori yang dibutuhkan untuk menyusun hipotesis maupun pembahasan hasil
penelitian nantinya. Sebuah penelitian dikatakan bagus apabila didasarkan pada landasan
teori yang kukuh dan relevan. Banyak teori yang bersesuaian dengan penelitian, namun
ternyata kurang relevan. Oleh karenanya, perlu dilakukan usaha memilah-milah teori yang
sesuai. Selain itu studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui pengkajian kepustakaan
akan dapat membuat penelitian lebih fokus pada masalah yang diteliti sehingga dapat
memudahkan penentuan data apa yang nantinya akan dibutuhkan.

17. Merumuskan Hipotesis


18. Hipotesis perlu dirumuskan dalam sebuah penelitian ilmiah, lebih-lebih penelitian
kuantitatif. Dengan menyatakan hipotesis, maka penelitian ilmiah yang dilakukan peneliti
akan lebih fokus terhadap masalah yang diangkat. Selain itu dengan rumusan hipotesis,
seorang peneliti tidak perlu lagi direpotkan dengan data-data yang seharusnya tidak
dibutuhkannya, karena data yang diambilnya melalui instrumen penelitian hanyalah data-
data yang berkaitan langsung dengan hipotesis. Data-data ini sajalah yang nantinya akan
dianalisis. Hipotesis erat kaitannya dengan anggapan dasar. Anggapan dasar merupakan
kesimpulan yang kebenarannya mutlak sehingga ketika seseorang membaca suatu anggapan
dasar, tidak lagi meragukan kebenarannya.

19. Mengidentifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel


20. Sebuah variabel dalam penelitian ilmiah adalah fenomena yang akan atau tidak akan terjadi
sebagai akibat adanya fenomena lain. Variabel penelitian sangat perlu ditentukan agar
masalah yang diangkat dalam sebuah penelitian ilmiah menjadi jelas dan terukur. Dalam
tahap selanjutnya, setelah variabel penelitian ditentukan, maka peneliti perlu membuat
definisi operasional variabel itu sesuai dengan maksud atau tujuan penelitian. Definisi
operasional variabel adalah definisi khusus yang dirumuskan sendiri oleh peneliti. Definisi
operasional tidak sama dengan definisi konseptual yang didasarkan pada teori tertentu.

21. Menentukan Rancangan atau Desain Penelitian


22. Rancangan penelitian sering pula disebut sebagai desain penelitian. Rancangan penelitian
merupakan prosedur atau langkah-langkah aplikatif penelitian yang berguna sebagai
pedoman dalam melaksanakan penelitian ilmiah bagi si peneliti yang bersangkutan.
Rancangan penelitian harus ditetapkan secara terbuka sehingga orang lain dapat mengulang
prosedur yang dilakukan untuk membuktikan kebenaran penelitian ilmiah yang telah
dilakukan peneliti.

23. Menentukan dan Mengembangkan Instrumen Penelitian


24. Apakah yang dimaksud dengan instrumen penelitian? Instrumen penelitian merupakan alat
yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya. Beragam alat
dan teknik pengumpulan data yang dapat dipilih sesuai dengan tujuan dan jenis penelitian
ilmiah yang dilakukan. Setiap bentuk dan jenis instrumen penelitian memiliki kelebihan dan
kelemahannya masing-masing. Karena itu sebelum menentukan dan mengembangkan
instrumen penelitian, perlu dilakukan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Salah satu
kriteria pertimbangan yang dapat dipakai untuk menentukan instrumen penelitian adalah
kesesuaiannya dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Tidak semua alat atau
instrumen pengumpul data cocok digunakan untuk penelitian-penelitian tertentu.

25. Menentukan Subjek Penelitian


26. Orang yang terlibat dalam penelitian ilmiah dan berperan sebagai sumber data disebut
subjek penelitian. Seringkali subjek penelitian berkaitan dengan populasi dan sampel
penelitian. Apabila penelitian ilmiah yang dilakukan menggunakan sampel penelitian dalam
sebuah populasi penelitian, maka peneliti harus berhati-hati dalam menentukannya. Hal ini
dikarenakan, penelitian yang menggunakan sampel sebagai subjek penelitian akan
menyimpulkan hasil penelitian yang berlaku umum terhadap seluruh populasi, walaupun
data yang diambil hanya merupakan sampel yang jumlah jauh lebih kecil dari populasi
penelitian. Pengambilan sampel penelitian yang salah akan mengarahkan peneliti kepada
kesimpulan yang salah pula.Sampel yang dipilih harus merepsentasikan populasi penelitian.

27. Melaksanakan Penelitian


28. Pelaksanaan penelitian adalah proses pengumpulan data sesuai dengan desain atau
rancangan penelitian yang telah dibuat. Pelaksanaan penelitian harus dilakukan secara
cermat dan hati-hati karena kan berhubungan dengan data yang dikumpulkan, keabsahan
dan kebenaran data penelitian tentu saja akan menentukan kualitas penelitian yang
dilakukan.Seringkali peneliti saat berada di lapangan dalam melaksanakan penelitiannya
terkecoh oleh beragam data yang sekilas semuanya tampak penting dan berharga. Peneliti
harus fokus pada pemecahan masalah yang telah dirumuskannya dengan mengacu
pengambilan data berdasarkan instrumen penelitian yang telah dibuatnya secara ketat.
Berdasarkan cara pengambilan data terhadap subjek penelitian, data dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu data langsung dan data tidak langsung. Data langsung adalah data
yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari sumber data (subjek penelitian),
sementara data tidak langsung adalah data yang diperoleh peneliti tanpa berhubungan
secara langsung dengan subjek penelitian yaitu melalui penggunaan media tertentu
misalnya wawancara menggunakan telepon, dan sebagainya.

29. Melakukan Analisis Data


30. Beragam data yang terkumpul saat peneliti melaksanakan penelitian ilmiahnya tidak akan
mempunyai kana apapun sebelum dilakukan analisis. Ada beragam alat yang dapat
digunakan untuk melakukan analisis data, bergantung pada jenis data itu sendiri. Bila
penelitian ilmiah yang dilakukan bersifat kuantitatif, maka jenis data akan bersifat kuantitatif
juga. Bila penelitian bersifat kualitatif, maka data yang diperoleh akan bersifat kualitatif dan
selanjutnya perlu diolah menjadi data kuantitatif. Untuk itu perlu digunakan statistik dalam
pengolahan dan analisis data.

31. Merumuskan Hasil Penelitian dan Pembahasan


32. Pada hakekatnya merumuskan hasil penelitian dan melakukan pembahasan adalah kegiatan
menjawab pertanyaan atau rumusan masalah penelitian, sesuai dengan hasil analisis data
yang telah dilakukan. Pada saat melakukan pembahasan, berarti peneliti melakukan
interpretasi dan diskusi hasil penelitian.Hasil penelitian dan pemabahasannya merupakan
inti dari sebuah penelitian ilmiah.Pada penelitian ilmiah dengan pengajuan hipotesis, maka
pada langkah inilah hipotesis itu dinyatakan diterima atau ditolak dan dibahas mengapa
diterima atau ditolak. Bila hasil penelitian mendukung atau menolak suatu prinsip atau teori,
maka dibahas pula mengapa demikian. Pembahasan penelitian harus dikembalikan kepada
teori yang menjadi sandaran penelitian ilmiah yang telah dilakukan.

33. Menyusun Laporan Penelitian dan Melakukan Desiminasi


34. Seorang peneliti yang telah melakukan penelitian ilmiah wajib menyusun laporan hasil
penelitiannya. Penyusunan laporan dan desiminasi hasil penelitian merupakan langkah
terakhir dalam pelaksanaan penelitian ilmiah. Format laporan ilmiah seringkali telah
dibakukan berdasarkan institusi atau pemberi sponsor di mana penelitia itu melakukannya.
Desiminasi dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau menuliskannya dalam jurnal-jurnal
penelitian. Ini penting dilakukan agar hasil penelitian diketahui oleh masyarakat luas
(masyarakat ilmiah) dan dapat dipergunakan bila diperlukan
Salah satu langkah paling penting dalam penelitian adalah penentuan permasalahan.
Pemecahan (problematic) adalah suatu penelitian lebih dititik beratkan pada sesuatu yang
dipermasalahkan sehingga harus dibedakan dengan permasalahan (subjec). Pada waktu
berbicara tentang “Kinerja Polisi” berarti berbicara tentang suatu permasalahan, tetapi
berbicara tentang “mengapa terjadi kemerosotan Kinerja Polisi” adalah sesuatu permasalahan
yang memerlukan pemecahan. Satu hal yang harus disadari ialah bahwa pada hakikatnya
suatu permasalahan tidak pernah berdiri sendiri dan terpisah dari faktor-faktor lain.
Permasalahan dapat merupakan variabel yang menjadi tema pokok penelitian, dapat pula
berupa kasus yang menjadi fokus suatu penelitian. Suatu variabel atau suatu kasus akan
diangkat menjadi permasalahan penelitian jika terjadi kesenjangan antara kenyataan dan
seharusnya dari variabel atau kasus tersebut.

Banyak peneliti menemukan kesulitan dalam menentukan permasalahan penelitian sehingga


menghambat perkembangan kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Pada umumnya
keadaan berikut ini bisa menjadi penuntun mewujudkan permasalahan:

(1) Bila ada informasi yang mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam pengetahuan kita.

(2) Bila ada hasil-hasil penelitian atau kajian yang bertentangan.

(3) Bila ada suatu kenyataan dan kita bermaksud menjelaskan melalui penelitian.

Peneliti pemula seringkali mengalami kesulitan menentukan permasalahan yang baik. Berikut
ini dikemukakan beberapa karakteristik permasalahan yang baik (tepat) dijadikan
permasalahan penelitian sebagai berikut:

a. Topik atau judul yang dipilih adalah sangat menarik.

b. Pemecahan permasalahan harus bermanfaat bagi orang yang berkepentingan dalam bidang
tertentu.

c. Permasalahan yang dipilih merupakan sesuatu yang baru.

d. Mengundang rancangan yang lebih kompleks.

e. Dapat diselesaikan sesuai waktu yang diinginkan.

f. Tidak bertentangan dengan moral.

Peneliti perlu berlatih agar terampil mengidentifikasi permasalahan. Kegiatan berikut ini
membantu peneliti untuk mengidentifikasi permasalahan.

(1) Membaca sebanyak-banyaknya literatur yang berhubungan dengan bidang permasalahan


yang akan diteliti dan bersikap kritis terhadap apa yang dibacanya;

(2) Menghadiri kuliah atau ceramah-ceramah profesional;

(3) Melakukan pengamatan pengamatan terhadap situasi atau kejadian-kejadian di


lingkungan profesinya;
(4) Memikirkan kemungkinan ditemukannya permasalahan-permasalahan dari materi kuliah;

(5) Melakukan penelitian-penelitian kecil dan mencatat hasil atau temuan yang diperoleh;

(6) Menghadiri seminar-seminar hasil penelitian;

(7) Mengungjungi berbagai perpustakaan untuk mencari topik yang dapat diteliti;

(8) Berlangganan jurnal atau majalah yang berhubungan dengan bidang permasalahan yang
akan diteliti; dan

(9) Mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan bidang permasalahan yang akan


diteliti.[1]

Dalam sebuah penelitian, menentukan masalah penelitian merupakan suatu hal yang penting,
karena sebuah penelitian akan dilakukan apabila sudah diketahui masalahnya. Artinyaa,
masalah menuntun peneliti melakukan penelitian. Oleh karena tujuan dari pemilihan dan
menentukan masalah penelitian adalah untuk :

1. Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan akademik seseorang

2. Merumuskan perhatian dan keinginan seseorang akan hal-hal yang baru

3. Meletakkan dasar untuk memecahkan penemuan-penemuan sebelumnya atau dasar untuk


peneliti selanjutnya

4. Memenuhi keinginan sosial; dan

5. Menyediakan sesuatu yang bermanfaat.[2]

Kriteria atau ciri dalam memilih dan menentukan masalah penelitian adalah[3]

1. Masalah yang dipilih harus dirumuskan dengan ccara tertentu yang menyiratkan adanya
kemungkinan pengujian empiris suatu masalah yang tidak memuat implikasi pengujian
hubungan atau hubungan—hubungan yang dinyatakannya.

2. Masalah yang dipilih harus harus mempunyai nilai penelitian : (a). mempunyai keaslian,
(b). merupakan hal yang penting, (c). dapat diuji, (d). mengungkapkan suatu hubunngan
antara 2 atau lebih variabel, dan (e). jelas dan tidak ambigu dalam bentuk kalimat pertanyaan.

3. Masalah yang dipilih harus fleksibel yakni masalah tersebut dapat dipecahkan. Artinya
bahwa : (a). data dan metode untuk memecahkan masalah harus tersedia, (b). biaya untuk
memecahkan masalah relative harus dalam batas-batas kemampuan, (c). waktu untuk
memecahkan masalah harus wajar, (d). biaya dan hasil harus seimbang, (e). administrasi dan
sponsor harus kuat, dan (f). tidak bertentangan dengan hukum dan adat.

4. Masalah yang dipilih harus sesuai dengan klasifikasi peneliti, paling tidak masalah yang
dipilih sekurang-kurangnya : (a). menarik bagi si peneliti ; dan (b). cocok dengan kualifikasi
ilmiah si peneliti.
Kemudian, yang menjadi kendala untuk memperoleh masalah adalah kesanggupan peneliti
menggali dan mengidentifikasi masalah seta mengetahui sumber-sumber dari masalah
tersebut. Masalah penelitian dapat diperoleh anatar lain dengan melakukan :[4]

1. Pengamatan terhadap kegiatan manusia

2. Bacaan-bacaan

3. Analisa bidang pengetahuan

4. Ulangan dan perluasan penelitian

5. Cabang studi yang sedang dikembangkan

6. Pengetahuan dan catatan pribadi, praktek, dan keinginan masyarakat

7. Bidang spesialisasi pelajaran yang diikuti

8. Pengamatan terhadap alam sekeliling, dan

9. Diskusi-diskusi ilmiah

Dalam menentukan masalah penelitian maka kita tidak akan terlepas di dalamnya dari
berbagai permasalahan di dalamnya diantaranya yaitu latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah. Yang kemudian akan penulis
jelaskan dibawah ini.

B. Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah adalah deskripsi singkat peneliti tentang obyek penelitian yang
memuat :

1. Penalaran pentingnya pembahasan masalah atau alas an yang mendorong pemilihan


masalah.

2. Telaah pustaka atau komentar mengenai tulisan yang telah ada yang berhubungan deengan
masalah yang dibahas.

3. Manfaat praktis hasil pembahasan di dalam skripsi, serta

4. Perumusan masalah pokok (grand problem) yang akan dibahas secara jelas dan eksplisit
dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan yang dapat membangkitkan perhatian membaca.

Inti dari latar belakang masalah adalah upaya peneliti untuk menggambarkan ada tidaknya
masalah penelitian (scientific research problem) yakni penyimpangan antara yang seharusnya
dengan apa yang benar-benar terjadi atau kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan
kenyataan (das sain).

Masalah ilmiah memiliki ciri-ciri minimal sebagai berikut:


1. Masalah harus feasible, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicarikan jawabannya
melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga, dan waktu.

2. Masalah harus jelas yaitu semua orang yang memberikan persepsi yang sama terhadap
masalah tersebut.

3. Masalah harus memiliki batas/ ruang lingkup tertentu.

4. Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban masalah yang diberikan harus memberikan
kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia.[5]

C. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah upaya peneliti untukk mengeksplorasi berbagai kemungkinan


pertanyaan yang dapat diajukan dan relevan berkaitan dengan variable penelitian yang
dipilih. Jumlah butir pertanyaan tidak dibatasi, sepanjang memiliki relevansi dengan variabel
penelitian tersebut.[6]

Identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting
diantara proses lain. Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan
juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah
penelitian secara umum bisa kita temukan lewat studi literatur atau lewat pengamatan
lapangan (observasi, survey, dsb). Skripsi untuk level S1 seharusnya didesain untuk
memecahkan masalah yang lebih riil dan sifatnya applied. Mahasiswa cukup fokus ke
masalah yang ada di sekitarnya. Kalau jurusan kita di computing, kita lakukan saja observasi
di lingkungan kita. Misalnya universitas, dosen, dan mahasiswa itu punya masalah apa yang
kira-kira bisa kita pecahkan dengan teknologi informasi dan aplikasinya. Intinya kita harus
kejar terus masalah penelitian ini, dan jangan lupa bahwa masalah yang kita identifikasi
tersebut benar-benar menjadi masalah yang harus dipecahkan, bukan masalah yang kita ada-
adakan.

Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu


variabel atau hubungan antara variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel itu sendiri
dapat didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan yang lain. Ketika kita mengambil
topik penelitian untuk membedakan raut muka mahasiswa yang sedang tidak punya uang dan
mahasiswa yang lagi banyak uang, kita punya variabel “raut muka” dan variabel “keadaan
keuangan”. Nah kita ingin tahu hubungan dua variabel ini, jadilah itu sebuah masalah
penelitian.

Kemudian sumber masalah tersebut dari mana datangnya? Sumber masalah penelitian bisa
muncul dari tiga hal:

Masalah Yang Ada di Manusianya Sendiri (People and Problem)


Kita harus hati-hati supaya tidak terjebak ke masalah di sekitar manusia yang bukan
penelitian. Tapi juga jangan “saklek”, karena masalah manusia yang tadinya bukan masalah
penelitian bisa kita “goyang sedikit” menjadi masalah penelitian. Contoh, mahasiswa punya
masalah pokok yaitu “kekurangan uang”. Ini bisa kita “konversi” menjadi masalah penelitian
misalnya menjadi :
Mendeteksi raut muka mahasiswa tidak punya uang dengan face recognition system
Model bisnis di Internet dengan modal kecil untuk mahasiswa
Masalah di Cara, Teknik dan Struktur Kerja (Program)
Teknik dan struktur kerja yang bermasalah tentu juga bisa menjadi masalah penelitian.
Contoh, dosen-dosen yang sangat sibuk ternyata kesulitan menemukan satu waktu yang pas
untuk meeting bulanan di universitas. Nah ini jadi masalah penelitian, pendekatannyanya
nanti kita bisa kembangkan satu aplikasi scheduling dengan sedikit sistem pakar didalamnya
yang secara otomatis memberikan beberapa alternatif waktu meeting yang pas untuk semua.
Fenomena yang Terjadi (Phenomenon)
Fenomena yang ada di sekitar kita juga bisa menjadi masalah penelitian yang menarik.
Contoh, fenomena bahwa situs portal yang dikembangkan di perusahaan-perusahaan ternyata
sepi pengunjung. Nah ini adalah sebuah fenomena, untuk meningkatkan traffic, misalnya bisa
dengan memainkan bebrapa teknik supaya search engine mau menengok situs kita, ini sering
disebut dengan Search Engine Optimization. Nah dari sini kita sudah dapat judul:
“Mengembangkan situs portal traffic tinggi dengan teknik Search Engine Optimization
(SEO)”. Fenomena lain lagi, proses pendeteksian golongan darah untuk skala besar (massal)
misalnya untuk seluruh mahasiswa universitas yang mencapai 5000 orang ternyata memakan
waktu yang sangat lama. Ini sebuah fenomena, kita beri solusi dengan software sistem yang
menggunakan beberapa teknik artificial intelligence yang memungkinkan pendeteksian
golongan darah ini. Sehingga 5000 orang bisa kita proses dalam beberapa jam misalnya.

Supaya masalah penelitian yang kita pilih benar-benar tepat, biasanya masalah perlu
dievaluasi. Evaluasi masalah penelitian biasanya berdasarkan beberapa parameter dibawah
ini:

Menarik.
Masalah yang menarik membuat kita termotivasi untuk melakukan penelitian dengan serius.
Bermanfaat.
Penelitian harus membawa manfaat baik untuk ilmu pengetahuan maupun peningkatan
kesejahteraan dan kualitas kehidupan manusia. Penelitian juga diharapakan membawa
manfaat bagi masyarakat dalam skala besar (secara nasional maupun internasional), maupun
secara khusus di komunitas kita (kampus, sekolah, kelurahan, dsb). Hindari penelitian yang
tidak membawa manfaat kepada masyarakat.
Hal Yang Baru.
Ini hal yang cukup penting dalam penelitian, bahwa penelitian yang kita lakukan adalah hal
baru, solusi yang kita berikan adalah solusi baru yang apabila kita komparasi dengan solusi
lain, bisa dikatakan lebih efektif, murah, cepat, dsb. Bisa juga pembaharuan ini diwujudkan
dengan perbaikan dari sistem dan mekanisme kerja yang sudah ada. Hindari redundant
research, meneliti hal yang sama persis dengan yang dilakukan oleh orang lain. Karena hal
tersebut termasuk plagiasi skripsi.

Dapat Diuji (Diukur).


Ini biasanya hal yang terlupakan, supaya proses penelitian kita sempurna, masalah penelitian
beserta variabel-variablenya harus merupakan sesuatu yang bisa diuji dan diukur secara
empiris. Kalau kita melakukan penelitian korelasi, maka korelasi antara beberapa variabel
yang kita teliti juga harus diuji secara ilmiah dengan beberapa parameter.

Dapat Dilaksanakan.
Hal ini juga merupakan faktor penting. Masalah yang bagus dan berkualitas,menjadi lucu dan
naif kalau akhirnya secara teknik penelitian tidak bisa dilakukan. Dapat dilakukan ini
berkaitan erat dengan keahlian, ketersediaan data, kecukupan waktu dan dana.
Merupakan Masalah Yang Penting.
Hal ini sedikit sulit mengukurnya, tapi paling tidak ada gambaran di kita bahwa jangan
sampai melakukan penelitian terhadap suatu masalah yang tidak penting.

Tidak Melanggar Etika.


Yang terakhir adalah masalah etika. Penelitian harus dilakukan dengan kejujuran metodologi,
prosedur harus dijelaskan kepada obyek penelitian, tidak melanggar privacy, publikasi harus
dengan persetujuan obyek penelitian, tidak boleh melakukan penipuan dalam pengambilan
data maupun pengolahan data.[7]

D. Pembatasan Masalah

Disamping peneliti memiliki keterbatasan dari berbagai segi (biaya, waktu, kemampuan, dan
dukungan lainnya), penelitian juga membutuhkan kedalaman dan ketajaman analisis (sempit/
fokus dan mendalam), sehingga penelitian harus dibatasi pada aspek-aspek pertanyaan
penelitian yang memungkinkan. Misalnya identifikasi masalah mengandung 5 pertanyaan,
peneliti dapat menentukantiga atau lebih pertanyaan yang dijadikan masalah penelitian.[8]

Kemudian, agar penelitian mengarah pada inti masalah yang sesungguhnya maka peneliti
perlu membatasi masalah dengan memperhatikan hal yang paling bermanfaat jika
diteliti.Supaya pilihan masalah didasari dengan pertimbangan yang matang maka sebaiknya
memilih topik yang sesuai dengan bidang pekerjaan dan latar belakang pendidikan serta
kompetensi yang dimiliki.

Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah ruang lingkup penelitian supaya tidak
terlalu luas sehingga mudah dilakukan. Masalah dapat dipecahkan sendiei, tersedia sumber
teori atau peraturan yang mendasarinya. Hal penting lain untuk dipertimbangkan adalah hasil
penelitian berpotensi untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan, data-data dapat diperoleh
dari pelaksanaan tugas, penelitian dapat dilakukan secara mandiri sesuai dengan waktu dan
biaya yang tersedia.[9]

E. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian disebut research problem atau dikenal juga dengan
istilah pertanyaan penelitian (research question) yang digunakan untuk menjadi panduan
dalam menyusun instrument penelitian. Pertnyaan research problem ini disusun setelah
peneliti melakukan pembatasan masalah, sehingga pertanyaan penelitian terfokus pada
masalah yang iongin dibuktikan atau diteliti lebih lanjut.

Ada beberapa persyaratan dalam menyusun research problem:

1. Pertanyaan harus sesuai dengan metode penelitian yang digunakan (pada penelitian
kuantitatif biasanya menggunakan kalimat Tanya apakah, seberapa besar, dan lain-lain yang
berorientasi hasil, sedangkan pada penelitian kualitatif biasanya menggunakan kalimat Tanya
bagaimana, mengapa, dan lain-lain yang berorientasi pada proses).

2. Pertanyaan harus layak dan dapat diteliti sebagai upaya untuk mencari jawaban/ solusi
(feasible).
3. Jawaban bersifat critical incidence artinya dapat member kontribusi bagi pengembangan
ilmu (minimal bagi peneliti).

4. Bisa diukur, bersifat konseptual (ada teori yang dapat dijadikan acuan), sehingga dapat
diukur (measurable) dan mudah dilaksanakan (manageable).[10]

Berdasarkan level of explanation suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk
rumusan masalah yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.

1. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk
mengungkapkan atau memotret situasi social yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan
mendalam.

2. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk
membandingkan antara konteks social atau domain satu dibandingkan dengan yang lain.

3. Rumusan masalah asosiatif aatau hubungan adalah rumusan masalah yang memandu
peneliti untuk mengkonstruksi hubungan antara situasi social atau domain satu dengan yang
lainnya. Rumusan masalah asosiatif I dibagi menjadi tiga yaitu hubungan simetris, kausal,
dan reciprocal atau interaktif. Hubungan simetris adalah hubungan suatu gejala yang
munculnya bersamaan sehingga bukan meupakan hubungan sebab akibat atau interaktif.
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab dan akibat. Selanjutnya, hunbungan
reciprocal adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan
yang diamati atau ditemukann adalah hubungan yang bersifat reciprocal atau interaktif.

Dalam penelitian kuantitatif, ketiga rumusan masalah tersebut terkait dngan variabel
penelitian, sehingga rumusan masalah penelitian sangat spesifik, dan akan digunakan sebagai
panduan bagi peneliti untuk menentukan landasan teori, hipotesis, instrument, dan teknik
analisa data.

Dalam penelitian kualitatif, rumusan masalah yang merupakan focus penelitian masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk alapangan atau situasi social tertentu.
Namun demikian setiap peneliti baik peneliti kuantitatif maupun kualitatif harus membuat
rumusan masalah. Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk
memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain (in context).
Peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya,
kemungkinan belum memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek masalah yang akan
ditelitinya. Ia akan mengembangkan focus penelitian sambil mengumpulkan data. Proses
seperti ini disebut ”emergent design” .[11]

Dalam penelitian kualitatif, Pertanyaan penelitian kualitatif tidak dirumuskan atas dasar
definisi operasional dari suatu variabel penelitian. Pertanyaan penelitian kualitatif
dirumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan
aspek-aspek lain (in context).

Berikut ini beberapa contoh rumusan masalahdalam proposal penelitian tantang suatu
peristiwa.

1. Apakah peristiwa yang terjadi dalam situasi social atau seting tertentu? (rumusan masalah
deskriptif)
2. Apakah makna peristiwa itu bagi orang-orang yang ada pada setting itu? (rumusan masalah
deskriptif)

3. Apakah peristiwa itu diorganisir dalam pola-pola organisasi social tertentu? (rumusan
masalah asosiatif/ hubungan yang akan menemukan pola organisasi dari suatu kejadian)

4. Apakah peristiwa itu berhubungan dengan peristiwa lain dalam situasi social yang sama
atau situasi social lain? (rumusan masalah asosiatif)

5. Apakah peristiwa itu sama atau berbeda dengan peristiwa lain? (rumusan masalah
komparatif)[12]

BAB III. KESIMPULAN

Menentukan masalah penelitian merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam
penelitian ilmiah, dan menjadi pusat perhatian dalam penyusunan proposal penelitian.
Masalah yang akan digarap dan dipecahkan dalam penelitian pada umumnya berupa sesuatu
yang ideal. Namun perlu diperhatikan bahwa ídealnya suatu masalah yang dipilih harus
diikuti dengan pendekatan yang paling tepat, memiliki peluang berhasil paling tinggi, dan
sedapat mungkin paling sederhana agar kepastian untuk dapat menyelesaikan tugas dalam
mencari jawaban atas masalah tersebut dapat terwujud.

Anda mungkin juga menyukai