dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu sebagai hasil ‘menemukan’ dan
‘mengembangkan’ (Mukhadis, 2013:70). Hasil penelitian dikelompokkan ke dalam
kategori menemukan apabila dari masalah, metode dan hasil penelitian tersebut
memenuhi indikator aspek kebaruan dan belum pernah diteliti oleh peneliti lain
sebelumnya. Sedangkan hasil penelitian dikatakan mengembangkan apabila
temuan tersebut berupa penyempurnaan atau modifikasi dari berbagai hasil
penelitian sebelumnya yang berorientasi menghasilkan produk, yang memiliki nilai
tambah yang dignifikan terhadap produk yang telah ada sebelumnya.
Kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar sebagai
penyempurnaan pengetahuan sebelumnya telah dilaksanakan oleh para peneliti
dan ilmuan dalam bidang ilmunya masing-masing. Pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi, dan teori-teori yang telah
dihasilkan dari berbagai penelitian itu merupakan sumbangan penting bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai bidang. Disamping
itu hasil penelitian juga telah memungkinkan manusia dapat lebih baik
memecahkan masalah-masalah praktis yang dihadapi dalam hidupnya.
Berikut akan dijabarkan secara kompleks tentang bentuk-bentuk konkret dari
penelitian –pengertian beserta contohnya- antara lain:
a. Eksperimen
Penelitian eksperimental merupakan bentuk penelitian percobaan yang berusaha
untuk mengisolasi dan melakukan kontrol setiap kondisi-kondisi yang relevan
dengan situasi yang diteliti kemudian melakukan pengamatan terhadap efek atau
pengaruh ketika kondisi-kondisi tersebut dimanipulasi. Dengan kata lain,
perubahan atau manipulasi dilakukan terhadap variabel bebas dan pengaruhnya
diamati pada variabel terikat. Menurut Emzir (2008:96-103) desain penelitian
ekperimen dibagi menjadi empat bentuk yakni, pre-experimental design, true
experimental design, quasy experimental design dan factorial design.
Contoh:
Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran TANDUR Berbantuan Web Interaktif
Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi Siswa Kelas VII SMPN 3
Malang. (Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Malang Tahun
Ajaran 2010/2011). (Sumber: perpustakaan Universitas Negeri Malang, skripsi
tidak diterbitkan).
b. Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat
yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada
variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.
Penggambaran kondisi bisa individual atau menggunakan angka-angka.
(Sukmadinata, 2006:5)
Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan suatu keadaan saja, tetapi bisa juga
mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya, penelitian
demikian disebut penelitan perkembangan (Developmental Studies). Dalam
penelitian perkembangan ini ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu
dan ada yang bersifat cross sectional atau dalam potongan waktu.
Contoh:
Manajemen Pengembagan Kinerja Guru SMK se-Kabupaten Kuningan: Studi
Tentang Kepemimpinan Entrepeuneur Dan Sistem kompensasi Kreativitas dan
Kinerja Inovatif. (Sumber: perpustakaan Universitas Negeri Malang, skripsi tidak
diterbitkan).
c. Korelasional
Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan
data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua
variabel atau lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel yang penting, karena
dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat
mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. (Sukardi, 2003:166)
Penelitian korelasi merupakan bentuk penelitian untuk memeriksa hubungan
diantara dua konsep. Secara umum ada dua jenis pernyataan yang menyatakan
hubungan, yaitu: (1) gabungan antara dua konsep, ada semacam pengaruh dari
suatu konsep terhadap konsep yang lain; (2) hubungan kausal, ada hubungan sebab
akibat. Pada hubungan kausal, penyebab diferensikan sebagai varibel bebas dan
akibat direferensikan sebagai variabel terikat. Pada penelitian korelasi tidak ada
kontrol atau manipulasi terhadap variabel.
Contoh:
Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Kompetensi Interpersonal Pada Remaja
(Studi korelasi pada remaja tunanetra yang mengalami ketunanetraan tidak sejak
dari lahir di PSBN Wyata Guna Bandung). (Sumber: repository.upi.edu).
d. Komparatif
Penelitian kausal komparatif atau penelitian ex post facto adalah penyelidikan
empiris yang sistematis dimana ilmuan tidak mengendalikan variabel bebas secara
langsung karena eksistensi variabel tersebut telah terjadi. Pendekatan dasar klausa
komparatif melibatkan kegiatan peneliti yang diawali dari mengidentifikasi
pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya kemudian dia berusaha mencari
kemungkinan variabel penyebabnya.
Penelitian komparatif membandingkan situasi masa lalu dan saat ini atau situasi-
situasi paralel yang berbeda, khusunya apabila peneliti tidak memiliki kontrol
terhadap situasi yang diteliti. Penelitian ini bisa memiliki perspektif makro (misal:
internasional,nasional) dan mikro (misal: komunitas, individu).
Contoh:
Studi Komparatif Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan
Model Problem Based Learning (PBL) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik dan Elektronika Di
SMKN 12 Bandung. (Sumber: repository.upi.edu).
e. Evaluasi
Penelitian evaluasi merupakan bentuk penelitian yang bertujuan untuk memriksa
proses perjalanan suatu program sekaligus menguraikan fakta-fakta yang bersifat
kompleks dan terlibat di dalam program. Misalnya adalah keefektifan,
efisiensi dan kemenarikan suatu program (Mukhadis, 2013:61).
Contoh:
Evaluasi Proses Pembelajaran TIK SMA Negeri di Kota Malang Berdasarkan Pada
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
Tentang Standar Proses. (Deskriptif tentang kondisi proses pembelajaran mata
pelajaran TIK SMA di Kota Malang Tahun Ajaran 2010/2011 dengan jumlah populasi
10 SMA Negeri dan sampel penelitian sebanyak 5 SMA Negeri). (Sumber:
perpustakaan Universitas Negeri Malang, skripsi tidak diterbitkan).
f. Simulasi
Penelitian simulasi merupakan bentuk penelitian yang bertujuan untuk mencari
gambaran melalui sebuah sistem berskala kecil atau sederhana (model) dimana di
dalam model tersebut akan dilakukan manipulasi atau kontrol untuk melihat
pengaruhnya. Penelitian ini mirip dengan penelitian eksperimental, perbedaannya
adalah di dalam penelitian ini membutuhkan lingkungan yang benar-benar serupa
dengan keadaan atau sistem yang asli.
Contoh:
Penggunaan Simulasi Monte Carlo Untuk Menentukan Nilai Outcome Pada
Pengambilan Keputusan (Studi Kasus Pengambilan Keputusan pada Toko NAFC
Collection). (Sumber: repository.upi.edu)
g. Survey
Survey research designs are procedures in quantitative research in which
investigators administer a survey to a sample or to the entire population of
people to describe the attitudes, opinions, behaviors, or characteristics of the
population. (Creswell, 2012: 376)
Penelitian survey digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang
populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Populasi
tersebut bisa berkenaan dengan orang, instansi, lembaga, organisasi dan unit-unit
kemasyarakatan dan lain-lain, tetapi sumber utamanya adalah orang. Desain
survey tergantung pada penggunaan jenis kuisoner. Survey memerlukan populasi
yang besar jika peneliti menginginkan hasilnya mencerminkan kondisi nyata,
semakin besar sample survey semakin memberikan hasil akurat. Penelitian survei
memiliki tiga tujuan utama yaitu menggambarkan keadaan saat itu,
mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang untuk membandinkan,
menentukan hubungan kejadian yang spesifik.
Contoh:
Stress and Burnout in Rural and Urban Secondary School Teachers. Journal of
Educational Research. 1999. 92, pg. 287–293. (dalam Creswell, 2012:378)
h. Studi Kasus
Sebuah studi kasus adalah eksplorasi mendalam dari sistem terikat (misalnya,
kegiatan, acara, proses, atau individu) berdasarkan pengumpulan data yang luas.
Studi kasus melibatkan investigasi kasus, yang dapat didefinisikan sebagai suatu
entitas atau objek studi yang dibatasi, atau terpisah untuk penelitian dalam hal
waktu, tempat, atau batas-batas fisik. Penting untuk memahami bahwa kasus
dapat berupa individu, program, kegiatan, sekolah, ruang kelas, atau kelompok.
Setelah kasus didefinisikan dengan jelas, peneliti menyelidiki mereka secara
mendalam, biasanya menggunakan beberapa metode pengumpulan data, seperti
wawancara, observasi lapangan, dan dokumentasi.
Studi kasus kolektif; (a) melibatkan beberapa kasus, (b) dapat terjadi selama
bertahun situs, dan (c) menggunakan banyak individu. Kerangka konseptual untuk
studi kasus adalah bahwa dengan mengumpulkan informasi mendalam tentang
kasus, peneliti akan mencapai pemahaman mendalam tentang kasus ini, apakah
kasus itu adalah seorang individu, kelompok, kelas, atau sekolah.
Contoh:
Butera, G. 2005. Collaboration in the context of Appalachia: The case of Cassie.
The Journal of Special Education, 39(2): 106–116.
Butera (2005) menggunakan studi kasus dan data yang dikumpulkan melalui
wawancara, observasi, dan dokumen untuk menggambarkan kolaborasi tim dengan
anak 4 tahun di West Virginia. (Stoner, 2010: 21)
j. Etnografi
Ethnographic researchers attempt to develop an understanding of how a culture
works and many methods and techniques are used in this such us: participant
observation, interview, mapping and charting, interaction analysis, study of
historical records and current public documents, the use of demographic data.
(Bell, 2005:16)
Etnografi adalah analisis mendalam dari kelompok sosial. Data biasanya
dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumen. Jenis penelitian ini
berfokus pada membangun catatan perilaku dan kepercayaan dari kelompok dari
waktu ke waktu. Etnografi mengharuskan peneliti berpartisipasi, baik sebagai
pengamat atau peserta aktif, waktu interaksi yang cukup lama dengan kelompok
yang diteliti. Kerangka konseptual etnografi adalah bahwa keterlibatan langsung ke
dalam budaya kelompok akan memungkinkan peneliti untuk melihat dunia dari
perspektif kelompok, dan melihat yang akan memberikan pemahaman tentang
perilaku dan keyakinan kelompok.
Contoh:
Harry, Klingner, & Hart. 2005. African American families under fire: Ethnographic
views of family strengths. Remedial and Special Education, 26(2): 101–112.
Harry, Klingner, dan Hart (2005) menerbitkan sebuah studi etnografi siswa Amerika
keturunan Afrika dalam pendidikan khusus di sebuah distrik sekolah beragam
budaya perkotaan. (Stoner, 2010: 22)
k. Kultural
Penelitian kultural (budaya) merupakan penelitian yang dilakukan atas objek
berupa unsur atau gejala budaya dengan menggunakan perangkat metodologis yang
tercakup di dalam ilmu pengetahuan budaya. Unsur atau gejala budaya adalah
unsur atau gejala yang terdapat di dalam suatu masyarakat yang berkaitan dengan
perangkat nilai-nilai, pemikiran, dan hasil budi daya dalam bentuk interaksi antara
masyarakat dengan lingkungannya atau segi hasil pemikiran atau kreasi anggotanya
yang terungkap dalam wujud tulisan atau benda-benda.
Contoh:
Identifikasi Ajen Budaya Sunda Dina Wawacan Jaka Bayawak.
(Sumber: repository.upi.edu).
l. Historis
Penelitian historikal merupakan bentuk penelitian yang memiliki tujuan untuk
menggambarkan fakta dan menarik kesimpulan atas kejadian masa lalu. Data
primer dari penelitian ini adalah data yang bersifat historis, misalnya para arkeolog
menggunakan sumber data berupa dokumentasi tentang masa lalu. Penelitian
historikal dapat digunakan untuk menemukan solusi sementara berdasarkan
kejadian masa lalu dan menggambarkan tren masa kini atau masa depan.
Kothari (2004) mengategorikan jenis penelitian histori ke dalam dua pendekatan,
yaitu pendekatan perspektif –mempelajari kegiatan/agenda masa lampau sampai
sekarang- dan pendekatan retroperpektif –mempelajari kegiatan/agenda saat ini
kemudian dihubungkan dengan hal serupa di masa lalu-.
Contoh:
Seni Tradisi Gembyung di Kampung Ganceuy Kabupaten Subang 1975-1999 (Suatu
Kajian Historis Terhadap Sosial Budaya Masyarakat). (Sumber: repository.upi.edu).
m. Etnologi
Penelitian etnologi merupakan penelitian yang fokus kepada perilaku manusia.
Peneliti lebih condong menggunakan interpretasi langsung dari perilaku subjek
yang diteliti daripada melakukan interpretasi dari segi teoritik. Peneliti harus
berusaha untuk tidak nampak sebagai peneliti, karena bila tidak demikian
interpretasi atas data yang didapat dari responden akan terpengaruh.
Contoh:
Eufemisme Dalam Bahasa Simalungun (Suatu Kajian Sosiolinguistik) (Sumber:
repository.usu.ac.id).
Proses pelaksanaan penelitian ilmiah terdiri dari langkah-langkah yang juga menerapkan
prinsip metode ilmiah. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan selama melakukan
penelitian ilmiah adalah sebagai berikut:
(1) Bila ada informasi yang mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam pengetahuan kita.
(3) Bila ada suatu kenyataan dan kita bermaksud menjelaskan melalui penelitian.
Peneliti pemula seringkali mengalami kesulitan menentukan permasalahan yang baik. Berikut
ini dikemukakan beberapa karakteristik permasalahan yang baik (tepat) dijadikan
permasalahan penelitian sebagai berikut:
b. Pemecahan permasalahan harus bermanfaat bagi orang yang berkepentingan dalam bidang
tertentu.
Peneliti perlu berlatih agar terampil mengidentifikasi permasalahan. Kegiatan berikut ini
membantu peneliti untuk mengidentifikasi permasalahan.
(5) Melakukan penelitian-penelitian kecil dan mencatat hasil atau temuan yang diperoleh;
(7) Mengungjungi berbagai perpustakaan untuk mencari topik yang dapat diteliti;
(8) Berlangganan jurnal atau majalah yang berhubungan dengan bidang permasalahan yang
akan diteliti; dan
Dalam sebuah penelitian, menentukan masalah penelitian merupakan suatu hal yang penting,
karena sebuah penelitian akan dilakukan apabila sudah diketahui masalahnya. Artinyaa,
masalah menuntun peneliti melakukan penelitian. Oleh karena tujuan dari pemilihan dan
menentukan masalah penelitian adalah untuk :
Kriteria atau ciri dalam memilih dan menentukan masalah penelitian adalah[3]
1. Masalah yang dipilih harus dirumuskan dengan ccara tertentu yang menyiratkan adanya
kemungkinan pengujian empiris suatu masalah yang tidak memuat implikasi pengujian
hubungan atau hubungan—hubungan yang dinyatakannya.
2. Masalah yang dipilih harus harus mempunyai nilai penelitian : (a). mempunyai keaslian,
(b). merupakan hal yang penting, (c). dapat diuji, (d). mengungkapkan suatu hubunngan
antara 2 atau lebih variabel, dan (e). jelas dan tidak ambigu dalam bentuk kalimat pertanyaan.
3. Masalah yang dipilih harus fleksibel yakni masalah tersebut dapat dipecahkan. Artinya
bahwa : (a). data dan metode untuk memecahkan masalah harus tersedia, (b). biaya untuk
memecahkan masalah relative harus dalam batas-batas kemampuan, (c). waktu untuk
memecahkan masalah harus wajar, (d). biaya dan hasil harus seimbang, (e). administrasi dan
sponsor harus kuat, dan (f). tidak bertentangan dengan hukum dan adat.
4. Masalah yang dipilih harus sesuai dengan klasifikasi peneliti, paling tidak masalah yang
dipilih sekurang-kurangnya : (a). menarik bagi si peneliti ; dan (b). cocok dengan kualifikasi
ilmiah si peneliti.
Kemudian, yang menjadi kendala untuk memperoleh masalah adalah kesanggupan peneliti
menggali dan mengidentifikasi masalah seta mengetahui sumber-sumber dari masalah
tersebut. Masalah penelitian dapat diperoleh anatar lain dengan melakukan :[4]
2. Bacaan-bacaan
9. Diskusi-diskusi ilmiah
Dalam menentukan masalah penelitian maka kita tidak akan terlepas di dalamnya dari
berbagai permasalahan di dalamnya diantaranya yaitu latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah. Yang kemudian akan penulis
jelaskan dibawah ini.
Latar belakang masalah adalah deskripsi singkat peneliti tentang obyek penelitian yang
memuat :
2. Telaah pustaka atau komentar mengenai tulisan yang telah ada yang berhubungan deengan
masalah yang dibahas.
4. Perumusan masalah pokok (grand problem) yang akan dibahas secara jelas dan eksplisit
dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan yang dapat membangkitkan perhatian membaca.
Inti dari latar belakang masalah adalah upaya peneliti untuk menggambarkan ada tidaknya
masalah penelitian (scientific research problem) yakni penyimpangan antara yang seharusnya
dengan apa yang benar-benar terjadi atau kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan
kenyataan (das sain).
2. Masalah harus jelas yaitu semua orang yang memberikan persepsi yang sama terhadap
masalah tersebut.
4. Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban masalah yang diberikan harus memberikan
kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia.[5]
C. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting
diantara proses lain. Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan
juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah
penelitian secara umum bisa kita temukan lewat studi literatur atau lewat pengamatan
lapangan (observasi, survey, dsb). Skripsi untuk level S1 seharusnya didesain untuk
memecahkan masalah yang lebih riil dan sifatnya applied. Mahasiswa cukup fokus ke
masalah yang ada di sekitarnya. Kalau jurusan kita di computing, kita lakukan saja observasi
di lingkungan kita. Misalnya universitas, dosen, dan mahasiswa itu punya masalah apa yang
kira-kira bisa kita pecahkan dengan teknologi informasi dan aplikasinya. Intinya kita harus
kejar terus masalah penelitian ini, dan jangan lupa bahwa masalah yang kita identifikasi
tersebut benar-benar menjadi masalah yang harus dipecahkan, bukan masalah yang kita ada-
adakan.
Kemudian sumber masalah tersebut dari mana datangnya? Sumber masalah penelitian bisa
muncul dari tiga hal:
Supaya masalah penelitian yang kita pilih benar-benar tepat, biasanya masalah perlu
dievaluasi. Evaluasi masalah penelitian biasanya berdasarkan beberapa parameter dibawah
ini:
Menarik.
Masalah yang menarik membuat kita termotivasi untuk melakukan penelitian dengan serius.
Bermanfaat.
Penelitian harus membawa manfaat baik untuk ilmu pengetahuan maupun peningkatan
kesejahteraan dan kualitas kehidupan manusia. Penelitian juga diharapakan membawa
manfaat bagi masyarakat dalam skala besar (secara nasional maupun internasional), maupun
secara khusus di komunitas kita (kampus, sekolah, kelurahan, dsb). Hindari penelitian yang
tidak membawa manfaat kepada masyarakat.
Hal Yang Baru.
Ini hal yang cukup penting dalam penelitian, bahwa penelitian yang kita lakukan adalah hal
baru, solusi yang kita berikan adalah solusi baru yang apabila kita komparasi dengan solusi
lain, bisa dikatakan lebih efektif, murah, cepat, dsb. Bisa juga pembaharuan ini diwujudkan
dengan perbaikan dari sistem dan mekanisme kerja yang sudah ada. Hindari redundant
research, meneliti hal yang sama persis dengan yang dilakukan oleh orang lain. Karena hal
tersebut termasuk plagiasi skripsi.
Dapat Dilaksanakan.
Hal ini juga merupakan faktor penting. Masalah yang bagus dan berkualitas,menjadi lucu dan
naif kalau akhirnya secara teknik penelitian tidak bisa dilakukan. Dapat dilakukan ini
berkaitan erat dengan keahlian, ketersediaan data, kecukupan waktu dan dana.
Merupakan Masalah Yang Penting.
Hal ini sedikit sulit mengukurnya, tapi paling tidak ada gambaran di kita bahwa jangan
sampai melakukan penelitian terhadap suatu masalah yang tidak penting.
D. Pembatasan Masalah
Disamping peneliti memiliki keterbatasan dari berbagai segi (biaya, waktu, kemampuan, dan
dukungan lainnya), penelitian juga membutuhkan kedalaman dan ketajaman analisis (sempit/
fokus dan mendalam), sehingga penelitian harus dibatasi pada aspek-aspek pertanyaan
penelitian yang memungkinkan. Misalnya identifikasi masalah mengandung 5 pertanyaan,
peneliti dapat menentukantiga atau lebih pertanyaan yang dijadikan masalah penelitian.[8]
Kemudian, agar penelitian mengarah pada inti masalah yang sesungguhnya maka peneliti
perlu membatasi masalah dengan memperhatikan hal yang paling bermanfaat jika
diteliti.Supaya pilihan masalah didasari dengan pertimbangan yang matang maka sebaiknya
memilih topik yang sesuai dengan bidang pekerjaan dan latar belakang pendidikan serta
kompetensi yang dimiliki.
Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah ruang lingkup penelitian supaya tidak
terlalu luas sehingga mudah dilakukan. Masalah dapat dipecahkan sendiei, tersedia sumber
teori atau peraturan yang mendasarinya. Hal penting lain untuk dipertimbangkan adalah hasil
penelitian berpotensi untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan, data-data dapat diperoleh
dari pelaksanaan tugas, penelitian dapat dilakukan secara mandiri sesuai dengan waktu dan
biaya yang tersedia.[9]
E. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian disebut research problem atau dikenal juga dengan
istilah pertanyaan penelitian (research question) yang digunakan untuk menjadi panduan
dalam menyusun instrument penelitian. Pertnyaan research problem ini disusun setelah
peneliti melakukan pembatasan masalah, sehingga pertanyaan penelitian terfokus pada
masalah yang iongin dibuktikan atau diteliti lebih lanjut.
1. Pertanyaan harus sesuai dengan metode penelitian yang digunakan (pada penelitian
kuantitatif biasanya menggunakan kalimat Tanya apakah, seberapa besar, dan lain-lain yang
berorientasi hasil, sedangkan pada penelitian kualitatif biasanya menggunakan kalimat Tanya
bagaimana, mengapa, dan lain-lain yang berorientasi pada proses).
2. Pertanyaan harus layak dan dapat diteliti sebagai upaya untuk mencari jawaban/ solusi
(feasible).
3. Jawaban bersifat critical incidence artinya dapat member kontribusi bagi pengembangan
ilmu (minimal bagi peneliti).
4. Bisa diukur, bersifat konseptual (ada teori yang dapat dijadikan acuan), sehingga dapat
diukur (measurable) dan mudah dilaksanakan (manageable).[10]
Berdasarkan level of explanation suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk
rumusan masalah yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
1. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk
mengungkapkan atau memotret situasi social yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan
mendalam.
2. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk
membandingkan antara konteks social atau domain satu dibandingkan dengan yang lain.
3. Rumusan masalah asosiatif aatau hubungan adalah rumusan masalah yang memandu
peneliti untuk mengkonstruksi hubungan antara situasi social atau domain satu dengan yang
lainnya. Rumusan masalah asosiatif I dibagi menjadi tiga yaitu hubungan simetris, kausal,
dan reciprocal atau interaktif. Hubungan simetris adalah hubungan suatu gejala yang
munculnya bersamaan sehingga bukan meupakan hubungan sebab akibat atau interaktif.
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab dan akibat. Selanjutnya, hunbungan
reciprocal adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan
yang diamati atau ditemukann adalah hubungan yang bersifat reciprocal atau interaktif.
Dalam penelitian kuantitatif, ketiga rumusan masalah tersebut terkait dngan variabel
penelitian, sehingga rumusan masalah penelitian sangat spesifik, dan akan digunakan sebagai
panduan bagi peneliti untuk menentukan landasan teori, hipotesis, instrument, dan teknik
analisa data.
Dalam penelitian kualitatif, rumusan masalah yang merupakan focus penelitian masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk alapangan atau situasi social tertentu.
Namun demikian setiap peneliti baik peneliti kuantitatif maupun kualitatif harus membuat
rumusan masalah. Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk
memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain (in context).
Peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya,
kemungkinan belum memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek masalah yang akan
ditelitinya. Ia akan mengembangkan focus penelitian sambil mengumpulkan data. Proses
seperti ini disebut ”emergent design” .[11]
Dalam penelitian kualitatif, Pertanyaan penelitian kualitatif tidak dirumuskan atas dasar
definisi operasional dari suatu variabel penelitian. Pertanyaan penelitian kualitatif
dirumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan
aspek-aspek lain (in context).
Berikut ini beberapa contoh rumusan masalahdalam proposal penelitian tantang suatu
peristiwa.
1. Apakah peristiwa yang terjadi dalam situasi social atau seting tertentu? (rumusan masalah
deskriptif)
2. Apakah makna peristiwa itu bagi orang-orang yang ada pada setting itu? (rumusan masalah
deskriptif)
3. Apakah peristiwa itu diorganisir dalam pola-pola organisasi social tertentu? (rumusan
masalah asosiatif/ hubungan yang akan menemukan pola organisasi dari suatu kejadian)
4. Apakah peristiwa itu berhubungan dengan peristiwa lain dalam situasi social yang sama
atau situasi social lain? (rumusan masalah asosiatif)
5. Apakah peristiwa itu sama atau berbeda dengan peristiwa lain? (rumusan masalah
komparatif)[12]
Menentukan masalah penelitian merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam
penelitian ilmiah, dan menjadi pusat perhatian dalam penyusunan proposal penelitian.
Masalah yang akan digarap dan dipecahkan dalam penelitian pada umumnya berupa sesuatu
yang ideal. Namun perlu diperhatikan bahwa ídealnya suatu masalah yang dipilih harus
diikuti dengan pendekatan yang paling tepat, memiliki peluang berhasil paling tinggi, dan
sedapat mungkin paling sederhana agar kepastian untuk dapat menyelesaikan tugas dalam
mencari jawaban atas masalah tersebut dapat terwujud.