Anda di halaman 1dari 42

5 Menganalisis data hasil pengukuran

PENGUKURAN SKALA DAN TEKNIK ANALISIS DATA

A. Prosedur Pengukuran

Pengukuran merupakan aturan-aturan pemberian angka untuk berbagai objek sedemikian


rupa sehingga angka ini mewakili kualitas atribut[1]. Didalam melaksanaan riset tidak jauh
berbeda dengan proses dalam pemecahan masalah. Proses ini menerapkan metode
pemecahan masalah yang diajukan oleh John Dewey berdasarkan tulisan dalam bukunya
yang berjudul How We Think yang diterbitkan tahun 1910. Langkah-langkah pemecahan
masalah itu sebagai berikut:

1. Merasakan adanya kesulitan atau masalah yang perlu dilakukan pemecahan, dan
keadaan kesulitan atau masalah adalah:

a. Tidak ada alat untuk menyelesaikan.

b. Mengalami kesulitan dalam mengenali karakteristik persoalan yang menjadi objek untuk
dipecahkan.

c. Tidak dapat menjelaskan suatu kejadian yang muncul secara tidak terduga.

2. Meletakkan dan membatasi kesulitan. Untuk ini, dilakukan observasi dalam upaya
mengumpulkan fakta yang memungkinkan ditentukannya atau didefenisikan masalah
secara tepat.

3. Mengajukan usulan pemecahan masalah atau mengajukan hipotesis. Dari hasil


pengkajian masalah dan observasi untuk menentukan masalah secara tepat diajukan usulan
pemecahan masalah yang memungkinkan ( hipotesis). Hipotesis merupakan pernyataan
yang didasarkan pada suatu perkiraan untuk menjelaskan fakta tentang penyebab kesulitan
yang dihadapi.

4. Mengajukan alasan-alasan dan akibat-akibat dari hipotesis yang dirumuskan secara


deduktif, yakni jika hipotesis itu benar maka akan muncul sesuati akibat tertentu.

5. Menguji hipotesis dengan tindakan. Setiap hipotesis diuji dengan cara mencari bukti
yang dapat memverifikasi atau menolak kebenaran hipotesis itu, serta akibat yang akan
terjadi dari pengujian tersebut[2]

Baca Juga : Jilbab Instan Untuk Pipi Tembem

Pelaksanaan pengukuran itu membentuk suatu kebenaran yang terjadi pada data.
Pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan penting dalam penelitian, karena
kebenaran hasil penelitian sangat ditentukan oleh proses pengumpulan datanya. Sebagian
dari kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara mengukur variabel
penelitian. Mengukur berarti menetapkan dimensi atau taraf sesuatu yang dinyatakan
dalam bentuk bilangan.[3]

Sebelum melakukan pengukuran terlebih dahulu harus merumuskan konsep dan variabel
penelitiannya. Dalam penelitian, yang diukur adalah variabel-variabel dan hasil
pengukuran yang menunjukkan realitas. Secara garis besar, prosedur pengukuran terdiri
dari beberapa langkah sebagai berikut:

1. Menentukan Dimensi Variabel Penelitian

Menentukan dimensi variabel penelitian dapat diartikan sebagai upaya memperinci atau
menguraikan suatu variabel sehingga dapat dirumuskan indikator-indikatornya. Pada
langkah pertama ini yang perlu dilakukan adalah:

a. Penentuan variabel

b. Penentuan variabel menjadi sub variabel

c. Penentuan sub variabel menjadi indikator

d. Penentuan indikator menjadi deskriptor

2. Merumuskan Ukuran Masing-Masing Dimensi

Pada tahap pertama, setelah dirumuskan indikator-indikator dari masing-masing dimensi


atau sub variabel, dirumuskan ukuran dari masing-masing dimensi. Ukuran dirumuskan
dalam pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan indikator-indikator dari masing-masing
dimensi variabel penelitian[4].

Ada tiga tahapan dalam proses pengukuran yaitu konseptualisasi, penentuan variabel dan
indikator, dan operasional. Konseptualisasi merupakan proses pemberian definisi teoritis
atau definisi konseptual pada sebuah konsep. Definisi konseptual merupakan suatu definisi
dalam bentuk yang abstrak yang mengacu pada ide-ide lain atau konsep lain yang bisa saja
abstrak untuk menjelaskan konsep pertama tersebut. Konseptualisasi juga dikatakan
sebagai proses yang digunakan untuk menunjukkan secara tepat tentang apa yang kita
maksudkan bila kita menggunakan suatu istilah tertentu. Dalam penelitian kuantitatif
sebenarnya kita sudah melakukan konseptualisasi pada bagian tinjauan kepustakaan.
Sementara itu operasionalisasi merupakan tahapan terakhir dalam proses pengukuran. Ini
merupakan penggambaran prosedur untuk memasukkan unit-unit ke dalam kategori.
Definisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk
memasukkan unit-unit analisis ke dalam kategori-kategori tertentu dari tiap-tiap variabel.
[5]

Dilihat dari bentuk instrumen dan pernyataan yang dikembangkan dalam instrumen, maka
dikenal berbagai bentuk skala yang dapat digunakan dalam pengukuran bidang pendidikan.
Alat ukur untuk menilai penampilan (karya tari) digunanakan instrumen nontes yang
umum digunakan yaitu participation charts, chek list, rating scale dan attitude scale[6]

Instrumen penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan


daata kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala. Bermacam-
macam skala pengukuran akan dijelakan dihalaman berikut.

A. Macam-macam Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai norma untuk


menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Dengan
skala pengukuran, maka nilai variabel yang diukurdengan instrumen tertentu dapat
dinyatakan dalam bentuk angka , sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif.

Berbagai skala yang dapat digunakan dalam penelitianan Administrasi, Pendidikan dan
Sosial antara lain adalah:

1. Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel peneliti.

Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-
item instrumen yang dapat berupa pernyataaan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:

a. Sangat setuju a. Selalu

b. Setuju b. Sering

c. Ragu-ragu c. Kadang-kadang

d. Ttidak setuju d. Tidak pernah

e. Sangat tidak setuju

a. Sangat positif a. Sangat baik

b. Positif b. Baik

c. Negatif c. Tidak baik

d. Sangat negatif d. Sangat tidak baik

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:[7]

1. Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5

2. Setuju/sering/positif diberi skor 4

3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3

4. Tiak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2

5. Sanga tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1

Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist
ataupun pilihan ganda.

a. Contoh Bentuk Checklist:

Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi
tanda checklist padakolom yang tersedia.
No

Pertanyaan

Jawaban

SS

ST

RG

TS

STS

1.

2.

Prosedur kerja yang baru ini akan segera ditetapkan diperusahaan anda.

2. Skala Guttman

Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “Ya-Tidak”,
“benar-Salah, “Pernah-Tidak pernah”, “Positif-Negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh
dapat berupadata interval atau rasio dua alternatif. Jadi, kalau pada skala likert terdapat 3,
4, 5, 6, 7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai”sangat tidak setuju” atau “tidak
setuju”. Maka padadalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” atau “ tidak
setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan
jawaban yang tegasterhadap suatupermasalahan yang ditanyakan.
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda juga dapt dibuat dalam
bentuk checklist. Jawaban dapt dibuat skor tertinggi dan terendah.

3. Semantic Defferensial

Skala penelitian yang berbentuk semantic defferensial digunakan untuk mengukur sikap,
hanya bentuknya tidak pilah ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam garis koetinum
yang jawaban”sangat positifnya” terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat
negatif” terletak dibagian kiri garis. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya
skala ini digunakan untuk mengukur sikp/karakteristik tertentu yang dipercayai seseorang.

4. Ratting Scale

Dari ketiga skala yang ada pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang
diperoleh semuanya data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan Ratting
Scale data mentah yang telah diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif.[8]

Yang terpenting bagi penyusun instrumen dengan skala rating scale adalah harus dapat
menggantikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item
instrumen. Orang tertentu memilih jawaban angak 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu
belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka
2.

Contoh:

Seberapa baik data ruang kerja yang ada diperusahaan A?

Berilah jawaban dengan angka:

4.bila tata ruang itu sangat baik.

3.bila tata ruang itu cukup baik.

2.bila tata ruang itukurang baik.

1.bila tata ruang itu sangat tidak baik.

Jawaban dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.[9]

No.item
Pertanyaan tentang tata ruang kantor

Interval jawaban

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Penataan meja kerja sehingga arus kerja menjai pendek.

Pencahayaan alam tiap ruangan.

Pencahayan buatan tiap ruangan sesuai dengan kebutuhan.

Warna lantai sehingga tidak menimbulkan pantulan cahaya yang dapat mengganggu
pegawai.
Sirkulasi udara tiap ruangan.

Keserasian warna alat-alat kantor, perabot dengan ruangan.

Penempatan lemari arsip.

Penempatan ruangan pimpinan.

Meningkatkan keakraban sesama pegawai. kebersihan ruangan.

3
3

2
2

1
B. Teknik Penyusunan Skala

Teknik penyusunan skala yang paling mudah dan banyak digunakan adalah skala Likert.
Teknik Skala Likert memberikan suatu nilai skala untuk tiap alternatif jawaban yang
berjumlah lima kategori, yaitu: a. Sangat setuju, b. Setuju , c. Ragu-ragu, d. Sangat tidak
setuju. Atau dengan: a. Selalu , b. Sering , c. Kadang-kadang, d. Tidak pernah.

a. Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengkuantifikasi informasi
yang diberikan oleh konsumen jika mereka diharuskan menjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan dalam suatu kuesioner. Ada empat skala pengukuran, yaitu skala nominal,
ordinal, interval, dan rasio.

1. Skala Nominal

Skala pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasi objek, individual, atau


kelompok. Sebagai contoh, mengklasifikasi jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan area
geografis. Dalam mengidentifikasi hal ini digunakan angka-angka sebagai simbol atau
label. Contohnya, kita mengklasifikasi variabel jenis kelamin menjadi sebagai berikut :
laki-laki kita beri simbol angka 1 dan wanita angka 0. Kita tidak dapat melakukan operasi
aritmetika dengan angka ini karena angka-angka tersebut hanya menunjukkan keberadaan
atau ketidakadanya karakteristik tertentu. Contoh lain dalam aplikasi dalam riset
pemasaran, sebagai berikut.[10]

a. Apakah saudara setuju dengan memasarkan beras impor di pasaran bebas saat ini ?

Jawab : a. Setuju b. Tidak setuju

b. Apakah saudara setuju dengan kenaikan tarif tol ?

Jawab : a. Ya b. Tidak

Jawaban “ya” diberi nilai 1 dan “tidak” nilai 2


2. Skala Ordinal

Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristik


berbeda yang dimiliki oleh objek atau individu tertentu. Tingkat pengukuran ini
mempunyai informasi skala nominal ditambah dengan sarana peringkat relatif tertentu
yang memberikan informasi apakah suatu objek memiliki karakteristik yang lebih atau
kurang tetapi bukan berapa banyak kekurangan dan kelebihannya.

Contoh : Jawaban pertanyaan berupa peringkat, misalnya sangat tidak setuju, tidak setuju,
netral, setuju, dan sangat setuju dapat diberi simbol angka 1, 2, 3, 4, dan 5. Angka-angka
ini hanya merupakan simbol peringkat, tidak mengekspresikan jumlah. Biasanya jawaban
kuesioner menggunakan skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, misalnya
untuk menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap suatu pertanyaan atau pernyataan.
Bentuk jawabannya sebagai berikut :

a. Sangat tidak setuju

b. Tidak setuju

c. Netral

d. Setuju

e. Setuju sekali[11]

Contoh aplikasi dalam riset pemasaran :

Bagaimana menurut pendapat saudara mengenai layanan penjualan tiket pesawat terbang
Garuda ?

Jawab : a. Sangat lambat b. Lambat c. Cepat d. Sangat cepat. Untuk jawaban “sangat
lambat” diberi nilai 1, “lambat” diberi nilai 2, “cepat” nilai 3, dan “sangat cepat” diberi
nilai 4.

3. Skala Interval
Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal da ordinal
dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa interval yang tetap. Dengan demikian,
peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karakteristik antara satu individu atau objek dan
lainnya. Skala pengukuran interval benar-benar merupakan angka yang digunakan untuk
melakukan operasi aritmetika, misalnya dijumlahkan atau dikalikan. Untuk melakukan
analisis, skala pengukuran ini menggunakan statistik parametrik.

Contoh aplikasi dalam riset pemasaran :

Jawaban pertanyaan menyangkut frekuensi dalam pertanyaan :

Berapa kali anda membeli produk sampo Pantene dalam satu bulan ?

Jawaban : a. 1 kali, b. 3 kali, dan c. 5 kali. Maka angka-angka 1,3, dan 5 merupakan angka
sebenarnya dengan menggunakan interval 2.

Berapa persen kenaikan harga bahan pokok makanan sehari-hari ?

Jawaban : a. 5% b. 10% c. 15% d. 20%

Jawaban berupa penilian skala antara 1-10

Nilailah layanan kami dengan menggunakan skala sebagai berikut :

Kurang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 baik

4. Skala Rasio

Skala pengukuran rasio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh skala nominal,
ordinal, dan interval dengan kelebihan skala ini mempunyai nilai 0 (nol) empiris absolut.
Nilai absolut nol ini terjadi pada saat suatu karakteristik yang sedang diukur tidak ada.
Pengukuran rasio biasanya dalam bentuk perbandingan antara suatu individu atau objek
tertentu dan lainnya.

Contoh aplikasi dalam riset pemasaran :

Harga kopi kapal api satu kilo Rp 15.000,- harga kopi luwak satu kilo Rp 75.000,- maka
harga kopi kapal api dibandingkan dengan harga kopi luwak sama dengan 1 dibanding 5.
Tarif kereta api naik sebesar 10% sedang tarif pesawat udara naik sebsear 20%.
Pengunjung berbelanja di supermarket dua kali dalam satu bulan, sedang di pasar
tradisional mereka berbelanja 14 kali dalam satu bulan.[12]

C. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif disebut juga dengan data keras diperoleh melalui riset yang menggunakan
pendekatan kuantitatif. Bentuk data keras adalah bilangan atau angka-angka, baik
diperoleh dari jumlah suatu penggabungan agah pun pengukuran. Data kuantitatif yang
diperoleh dari jumlah suatu penggabungan selalu menggunakan bilangan cacah. Contoh
data seperti ini adalah angka-angka hasil sensus, angka-angka hasil tabulasi terhadap
jawaban terhadap kueioner atau wawancara terstruktur. Selain itu, data bermuatan
kuantitatif hasil pengukiran adalah skor-skor yang diperoleh melalui pengukuran seperti
angka hasil mengukur atau menimbang, skor skala rating dan skor jenis-jenis skala lainnya.
Dan skor tes.[13]

Setelah data hasil penelitian dikumpulkan oleh peneliti (tentunya dengan menggunakan
berbagai teknik pengumpulan data), langkah selanjutnya yang dapat dilakukan oleh
peneliti adalah bagaimana menganalisis data yang telah diperoleh. Langkah ini diperlukan
karena tujuan dari analisis data adalah untuk menyusun dan menginterpretasikan data
(kuantitatif) yang sudah diperoleh.

A. Langkah-langkah Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap oleh staf
peneliti, khususnya yang bertugas mengolah data. Di dalam buku-buku lain sering disebut
pengolahan data. Ada yang menyebut data preparation, ada pula data analysis.
Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah yaitu :

1. Persiapan

2. Tabulasi

3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian

B. Persiapan

Kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain :

1. Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi. Apalagi, instrumennya anonim,


perlu sekali dicek sejauh mana atau identitas apa saja yang sangat diperlukan bagi
pengolahan data lebih lanjut.

2. Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data


(termasuk pula kelengkapan lembaran instrumen barangkali ada yang terlepas atau sobek).

Apabila ternyata ada kekurangan isi atau halaman, maka perlu dikembalikan atau diulang
ke kancah. Bagi instrumen yang anonim dan tidak mungkin dikembalikan kepada pengisi
tentu saja agak merepotkan karena keadaan ini menyebabkan kekurangan responden.
Untuk memperoleh responden yang cukup, peneliti harus mengumpulkan data lagi dengan
mencari responden baru yang masih dalam wilayah populasi.

3. Mengecek macam isian data. Jika di dalam instrumen termuat sebuah atau
beberapa item yang diisi “tidak tahu” atau isian lain bukan yang dikehendaki peneliti,
padahal isian yang diharapkan tersebut merupakan variabel pokok, maka item perlu didrop.
[14]

Contoh :

Sebagian dari penelitian kita dimaksudkan untuk melihat hubungan antara pendidikan
orang tua dengan prestasi belajar murid. Setelah angket kembali dan isiannya kita cek,
beberapa murid mengisi tidak tahu pendidikn orang tuanya, sebagian jawabannya
meragukan dan sebagian lain dikosongkan. Dalam keadaan ini maka maksud mencari
hubungan pendidikan orang tua dengan prestasi belajar lebih baik diurungkan saja, dalam
arti itemnya didrop, dan dihilangkan dari analisis.
Apa yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah memilih/menyortir data
sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tinggal. Langkah persiapan
bermaksud merapikan data agar bersih, rapi dan tinggal mengadakan pengolahan lanjutan
atau menganalisis.

Bagi peneliti yang tidak berkecimpung dalam dunia pendidikan sebetulnya dapat saja
menggunakan penjelasan-penjelasan ini sebagai contoh saja dan kasus atau variabelnya
dapat diganti sesuai dengan judul atau masalah penelitiannya. Sebagai contoh, kalau dalam
uraian yang baru saja disampaikan ini mengenai latar belakang pendidikan orang tua
dengan prestasi belajar siswa, yang dalam hal ini menunjukkan adanya hubungan sebab
akibat, maka kasusnya dapat diganti denga latar belakang pendidikan karyawan dengan
kinerjanya. Untuk bidang manajemen, mungkin antara latar belakang pendidikan atau
pengalaman seorang manajer dengan kemampuan memimpin bawahan. Demikian juga
sesudah sampai pada cara mengklasifikasikan data dalam tabulasi, dapat disesuaikan
dengan peringkat atau kelompok data yang dikumpulkan.

C. Tabulasi

G.E.R. Burroughas mengemukakan klasifikasi analisis data sebagai berikut.[15]

1. Tabulasi data (the tabulation of the data).

2. Penyimpulan data (the summarizing of the data).

3. Analisis data untuk tujuan testing hipotesis.

4. Analisis data untuk tujuan penarikan kesimpulan.

Termasuk ke dalam kegiatan tabulasi ini antara lain :

1. Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor.

Misalnya tes, angket bentuk pilihan ganda, rating scale, dan sebagainya.

2. Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor.

a. Jenis kelamin : laki-laki diberi kode 1.


Perempuan diberi kode 0.

b. Tingkat pendidikan :

· Sekolah Dasar diberi kode 1.

· Sekolah Menengah Pertama diberi kode 2.

· Sekolah Menengah Atas diberi kode 3.

· Perguruan Tinggi diberi kode 4.

c. Banyaknya penataran yang pernah diikuti dikelompokkan dan diberi kode atas :

· Mengikuti lebih dari 10 kali, diberi kode 1.

· Mengikuti antara 1 s.d. 9 kali, diberi kode 2.

3. Mengubah jenis data, disesuaikan atau dimodifikasikan, dengan teknik analisis


yang akan digunakan.

Misalnya :

· Data interval diubah menjadi data ordinal dengan membuat tingkatan.

· Data oridinal atau data interval diubah menjadi data diskrit.

4. Memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data jika akan
menggunakan komputer. Dalam hal ini pengolahan data memberikan kode pada semua
variabel, kemudian mencoba menentukan tempatnya di dalam (coding form), dalam kolom
beberapa baris ke berapa. Apabila akan dilanjutkan, sampai kepada petunjuk penempatan
setiap variabel pada kartu kolom (puncord).

Contoh pedoman pengkodean (coding scheme) untuk penelitian tentang buku catatan
murid adalah sebagai berikut.

X1. Kepandaian murid

Pandai 1 - Nilai rata-rata (kolom 02)

Pandai 2 - Nilai bahasa Indonesia (kolom 03)

Pandai 3 - Frekuensi tidak naik kelas

X2. Latar belakang orang tua

Pendiko - Pendidikan orang tua (kkolom 05 + 06)


Pekerjo - Pekerjaan orang tua (kolom 07 + 08)

Dukungan - Pemberian buku dengan segera (kolom 09)

X3. Kepedulian guru terhadap ctatan

Pedugu 1 - Kepedulin guru fisik (kolom 10a)

Pedugu 2 - Kepedulian guru bahasa (kolom 10b)

Pedugu 3 - Kepedulian guru isi (kolom 10c)

Pedugut - Kepedulian guru total (kolom 10d)[16]

X4. Kepedulian orang tua terhadap catatan

Peduor 1 - Kepedulian orang tua fisik (kolom 11a)

Peduor 2 - Kepedulian orang tua bahasa (kolom 11b)

Peduor 3 - Kepedulian orang tua isi (kolom 11c)

Peduort - Kepedulian orang tua total (kolom 11t)

Y1. Kualfis - Kualitas fisik

Jumlah kolom 12, 13, 14, 15, 16, 17, 24, 25, 26)

Y2. Kualbas - Kualitas bahasa

(jumlah kolom 18, 19, 20)

Y3. Kualisi - Kualitas isi

(jumlah kolom 21, 22, 23)

YT. Kualtot - Kualitas catatan total

(jumlah kolom 12 s.d. 26 )

D. Penerapan Data Sesuai dengan Pendekatan Penelitian


Maksud rumusan yang dikemukakan adalah pengolahan data yang diperoleh dengan
menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan
penelitian atau desain yang diambil.

Untuk mempermudah cara mengikuti uraian pengolahan data, akan disajikan dengan
sistematika mengenai jenis-jenis permasalahn. Sekadar mengingat kembali, ada empat
jenis problematika atau permasalahan yang telah diajukan.

1. Problematika untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena.

2. Problema komparasi, yaitu problema yang bertujuan untuk membandingkan dua


fenomena atau lebih.

3. Problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena yang kedudukannya sejajar
(bukan merupakan sebab akibat).

4. Problema untuk melihat pengaruh sesuatu treatment atau ingin melihat hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Sebagai tambahan penjelasan, yang dimaksud dengan data yang diterapkan dalam
perhitungan adalah data yang disesuaikan dengan jenis data, yakni diskrit, ordinal, interval,
dan ratio. Pemilihan terhadap rumus yang digunakan kadang-kadang disesuaikan dengan
jenis data, tetapi ada kalanya peneliti menentukan pendekatan/rumus, kemudian data yang
ada diubah, disesuaikan dengan rumus yang sudah dipilih.

[1] Churchill, Gilbert A. Dasar-Dasar Riset Pemasaran Edisi 4, Jilid I, Alih Bahasa Oleh
Andriani, Dkk, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2005)

[2] Mohammad Ali dan Muhammad Asrori, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2014)., h. 30

[3] Neliwati, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Kajian Teori dan Praktek), (Medan:
2017)., h. 68

[4] Ibid.., h. 68

[5] Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif , (Jakarta:
rajawali pres, 2012)., h.89-91

[6] Dinny Devi Triana, Skala Pengukuran sebagai Alat Evaluasi dalam Menilai Tari Karya
Mahasiswa (Measurement Scale as Instrument of Evaluation in Assessing Student’s Piece
of Dance)., h. 4
[7] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, Dan R&D (Bandung:Alfabeta,
2010) Hal 92-93

[8]Sugiyono, Op.cit Hal 96-97

[9]Sugiyono, Op.citHal 98

[10] Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian : SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, DAN


KARYA ILMIAH (Jakarta: Kencana, 2011)., h. 125

[11] Juliansyah Noor, Op.cit Hal 126

[12] Juliansyah Noor, Op.cit Hal 127-128

[13] Mohammad Ali dan Muhammad Asrori, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2014)., h. 290

[14] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006)., h. 278

[15] Suharsimi Arikunto, Op.cit Hal 279


PENGUKURAN SKALA DAN TEKNIK ANALISIS DATA

A. Prosedur Pengukuran

Pengukuran merupakan aturan-aturan pemberian angka untuk berbagai objek sedemikian


rupa sehingga angka ini mewakili kualitas atribut[1]. Didalam melaksanaan riset tidak jauh
berbeda dengan proses dalam pemecahan masalah. Proses ini menerapkan metode
pemecahan masalah yang diajukan oleh John Dewey berdasarkan tulisan dalam bukunya
yang berjudul How We Think yang diterbitkan tahun 1910. Langkah-langkah pemecahan
masalah itu sebagai berikut:

1. Merasakan adanya kesulitan atau masalah yang perlu dilakukan pemecahan, dan
keadaan kesulitan atau masalah adalah:

a. Tidak ada alat untuk menyelesaikan.

b. Mengalami kesulitan dalam mengenali karakteristik persoalan yang menjadi objek untuk
dipecahkan.

c. Tidak dapat menjelaskan suatu kejadian yang muncul secara tidak terduga.
2. Meletakkan dan membatasi kesulitan. Untuk ini, dilakukan observasi dalam upaya
mengumpulkan fakta yang memungkinkan ditentukannya atau didefenisikan masalah
secara tepat.

3. Mengajukan usulan pemecahan masalah atau mengajukan hipotesis. Dari hasil


pengkajian masalah dan observasi untuk menentukan masalah secara tepat diajukan usulan
pemecahan masalah yang memungkinkan ( hipotesis). Hipotesis merupakan pernyataan
yang didasarkan pada suatu perkiraan untuk menjelaskan fakta tentang penyebab kesulitan
yang dihadapi.

4. Mengajukan alasan-alasan dan akibat-akibat dari hipotesis yang dirumuskan secara


deduktif, yakni jika hipotesis itu benar maka akan muncul sesuati akibat tertentu.

5. Menguji hipotesis dengan tindakan. Setiap hipotesis diuji dengan cara mencari bukti
yang dapat memverifikasi atau menolak kebenaran hipotesis itu, serta akibat yang akan
terjadi dari pengujian tersebut[2]

Pelaksanaan pengukuran itu membentuk suatu kebenaran yang terjadi pada data.
Pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan penting dalam penelitian, karena
kebenaran hasil penelitian sangat ditentukan oleh proses pengumpulan datanya. Sebagian
dari kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara mengukur variabel
penelitian. Mengukur berarti menetapkan dimensi atau taraf sesuatu yang dinyatakan
dalam bentuk bilangan.[3]

Sebelum melakukan pengukuran terlebih dahulu harus merumuskan konsep dan variabel
penelitiannya. Dalam penelitian, yang diukur adalah variabel-variabel dan hasil
pengukuran yang menunjukkan realitas. Secara garis besar, prosedur pengukuran terdiri
dari beberapa langkah sebagai berikut:

1. Menentukan Dimensi Variabel Penelitian

Menentukan dimensi variabel penelitian dapat diartikan sebagai upaya memperinci atau
menguraikan suatu variabel sehingga dapat dirumuskan indikator-indikatornya. Pada
langkah pertama ini yang perlu dilakukan adalah:

a. Penentuan variabel

b. Penentuan variabel menjadi sub variabel

c. Penentuan sub variabel menjadi indikator

d. Penentuan indikator menjadi deskriptor


2. Merumuskan Ukuran Masing-Masing Dimensi

Pada tahap pertama, setelah dirumuskan indikator-indikator dari masing-masing dimensi


atau sub variabel, dirumuskan ukuran dari masing-masing dimensi. Ukuran dirumuskan
dalam pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan indikator-indikator dari masing-masing
dimensi variabel penelitian[4].

Ada tiga tahapan dalam proses pengukuran yaitu konseptualisasi, penentuan variabel dan
indikator, dan operasional. Konseptualisasi merupakan proses pemberian definisi teoritis
atau definisi konseptual pada sebuah konsep. Definisi konseptual merupakan suatu definisi
dalam bentuk yang abstrak yang mengacu pada ide-ide lain atau konsep lain yang bisa saja
abstrak untuk menjelaskan konsep pertama tersebut. Konseptualisasi juga dikatakan
sebagai proses yang digunakan untuk menunjukkan secara tepat tentang apa yang kita
maksudkan bila kita menggunakan suatu istilah tertentu. Dalam penelitian kuantitatif
sebenarnya kita sudah melakukan konseptualisasi pada bagian tinjauan kepustakaan.

Sementara itu operasionalisasi merupakan tahapan terakhir dalam proses pengukuran. Ini
merupakan penggambaran prosedur untuk memasukkan unit-unit ke dalam kategori.
Definisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk
memasukkan unit-unit analisis ke dalam kategori-kategori tertentu dari tiap-tiap variabel.
[5]

Dilihat dari bentuk instrumen dan pernyataan yang dikembangkan dalam instrumen, maka
dikenal berbagai bentuk skala yang dapat digunakan dalam pengukuran bidang pendidikan.
Alat ukur untuk menilai penampilan (karya tari) digunanakan instrumen nontes yang
umum digunakan yaitu participation charts, chek list, rating scale dan attitude scale[6]

Instrumen penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan


daata kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala. Bermacam-
macam skala pengukuran akan dijelakan dihalaman berikut.

A. Macam-macam Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai norma untuk


menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Dengan
skala pengukuran, maka nilai variabel yang diukurdengan instrumen tertentu dapat
dinyatakan dalam bentuk angka , sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif.

Berbagai skala yang dapat digunakan dalam penelitianan Administrasi, Pendidikan dan
Sosial antara lain adalah:

1. Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel peneliti.

Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-
item instrumen yang dapat berupa pernyataaan atau pertanyaan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:

a. Sangat setuju a. Selalu

b. Setuju b. Sering

c. Ragu-ragu c. Kadang-kadang

d. Ttidak setuju d. Tidak pernah

e. Sangat tidak setuju

a. Sangat positif a. Sangat baik

b. Positif b. Baik

c. Negatif c. Tidak baik

d. Sangat negatif d. Sangat tidak baik

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:[7]

1. Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5


2. Setuju/sering/positif diberi skor 4

3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3

4. Tiak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2

5. Sanga tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1

Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist
ataupun pilihan ganda.

a. Contoh Bentuk Checklist:

Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi
tanda checklist padakolom yang tersedia.

No

Pertanyaan

Jawaban

SS

ST

RG

TS

STS

1.
2.

Prosedur kerja yang baru ini akan segera ditetapkan diperusahaan anda.

2. Skala Guttman

Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “Ya-Tidak”,
“benar-Salah, “Pernah-Tidak pernah”, “Positif-Negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh
dapat berupadata interval atau rasio dua alternatif. Jadi, kalau pada skala likert terdapat 3,
4, 5, 6, 7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai”sangat tidak setuju” atau “tidak
setuju”. Maka padadalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” atau “ tidak
setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan
jawaban yang tegasterhadap suatupermasalahan yang ditanyakan.

Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda juga dapt dibuat dalam
bentuk checklist. Jawaban dapt dibuat skor tertinggi dan terendah.

3. Semantic Defferensial

Skala penelitian yang berbentuk semantic defferensial digunakan untuk mengukur sikap,
hanya bentuknya tidak pilah ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam garis koetinum
yang jawaban”sangat positifnya” terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat
negatif” terletak dibagian kiri garis. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya
skala ini digunakan untuk mengukur sikp/karakteristik tertentu yang dipercayai seseorang.

4. Ratting Scale

Dari ketiga skala yang ada pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang
diperoleh semuanya data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan Ratting
Scale data mentah yang telah diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif.[8]

Yang terpenting bagi penyusun instrumen dengan skala rating scale adalah harus dapat
menggantikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item
instrumen. Orang tertentu memilih jawaban angak 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu
belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka
2.

Contoh:

Seberapa baik data ruang kerja yang ada diperusahaan A?

Berilah jawaban dengan angka:

4.bila tata ruang itu sangat baik.

3.bila tata ruang itu cukup baik.

2.bila tata ruang itukurang baik.

1.bila tata ruang itu sangat tidak baik.

Jawaban dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.[9]

No.item

Pertanyaan tentang tata ruang kantor

Interval jawaban

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Penataan meja kerja sehingga arus kerja menjai pendek.

Pencahayaan alam tiap ruangan.

Pencahayan buatan tiap ruangan sesuai dengan kebutuhan.


Warna lantai sehingga tidak menimbulkan pantulan cahaya yang dapat mengganggu
pegawai.

Sirkulasi udara tiap ruangan.

Keserasian warna alat-alat kantor, perabot dengan ruangan.

Penempatan lemari arsip.

Penempatan ruangan pimpinan.

Meningkatkan keakraban sesama pegawai. kebersihan ruangan.

B. Teknik Penyusunan Skala

Teknik penyusunan skala yang paling mudah dan banyak digunakan adalah skala Likert.
Teknik Skala Likert memberikan suatu nilai skala untuk tiap alternatif jawaban yang
berjumlah lima kategori, yaitu: a. Sangat setuju, b. Setuju , c. Ragu-ragu, d. Sangat tidak
setuju. Atau dengan: a. Selalu , b. Sering , c. Kadang-kadang, d. Tidak pernah.

a. Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengkuantifikasi informasi
yang diberikan oleh konsumen jika mereka diharuskan menjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan dalam suatu kuesioner. Ada empat skala pengukuran, yaitu skala nominal,
ordinal, interval, dan rasio.

1. Skala Nominal

Skala pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasi objek, individual, atau


kelompok. Sebagai contoh, mengklasifikasi jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan area
geografis. Dalam mengidentifikasi hal ini digunakan angka-angka sebagai simbol atau
label. Contohnya, kita mengklasifikasi variabel jenis kelamin menjadi sebagai berikut :
laki-laki kita beri simbol angka 1 dan wanita angka 0. Kita tidak dapat melakukan operasi
aritmetika dengan angka ini karena angka-angka tersebut hanya menunjukkan keberadaan
atau ketidakadanya karakteristik tertentu. Contoh lain dalam aplikasi dalam riset
pemasaran, sebagai berikut.[10]

a. Apakah saudara setuju dengan memasarkan beras impor di pasaran bebas saat ini ?

Jawab : a. Setuju b. Tidak setuju


b. Apakah saudara setuju dengan kenaikan tarif tol ?

Jawab : a. Ya b. Tidak

Jawaban “ya” diberi nilai 1 dan “tidak” nilai 2

2. Skala Ordinal

Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristik


berbeda yang dimiliki oleh objek atau individu tertentu. Tingkat pengukuran ini
mempunyai informasi skala nominal ditambah dengan sarana peringkat relatif tertentu
yang memberikan informasi apakah suatu objek memiliki karakteristik yang lebih atau
kurang tetapi bukan berapa banyak kekurangan dan kelebihannya.

Contoh : Jawaban pertanyaan berupa peringkat, misalnya sangat tidak setuju, tidak setuju,
netral, setuju, dan sangat setuju dapat diberi simbol angka 1, 2, 3, 4, dan 5. Angka-angka
ini hanya merupakan simbol peringkat, tidak mengekspresikan jumlah. Biasanya jawaban
kuesioner menggunakan skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, misalnya
untuk menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap suatu pertanyaan atau pernyataan.
Bentuk jawabannya sebagai berikut :

a. Sangat tidak setuju

b. Tidak setuju

c. Netral

d. Setuju

e. Setuju sekali[11]

Contoh aplikasi dalam riset pemasaran :

Bagaimana menurut pendapat saudara mengenai layanan penjualan tiket pesawat terbang
Garuda ?

Jawab : a. Sangat lambat b. Lambat c. Cepat d. Sangat cepat. Untuk jawaban “sangat
lambat” diberi nilai 1, “lambat” diberi nilai 2, “cepat” nilai 3, dan “sangat cepat” diberi
nilai 4.
3. Skala Interval

Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal da ordinal
dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa interval yang tetap. Dengan demikian,
peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karakteristik antara satu individu atau objek dan
lainnya. Skala pengukuran interval benar-benar merupakan angka yang digunakan untuk
melakukan operasi aritmetika, misalnya dijumlahkan atau dikalikan. Untuk melakukan
analisis, skala pengukuran ini menggunakan statistik parametrik.

Contoh aplikasi dalam riset pemasaran :

Jawaban pertanyaan menyangkut frekuensi dalam pertanyaan :

Berapa kali anda membeli produk sampo Pantene dalam satu bulan ?

Jawaban : a. 1 kali, b. 3 kali, dan c. 5 kali. Maka angka-angka 1,3, dan 5 merupakan angka
sebenarnya dengan menggunakan interval 2.

Berapa persen kenaikan harga bahan pokok makanan sehari-hari ?

Jawaban : a. 5% b. 10% c. 15% d. 20%

Jawaban berupa penilian skala antara 1-10

Nilailah layanan kami dengan menggunakan skala sebagai berikut :

Kurang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 baik

4. Skala Rasio
Skala pengukuran rasio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh skala nominal,
ordinal, dan interval dengan kelebihan skala ini mempunyai nilai 0 (nol) empiris absolut.
Nilai absolut nol ini terjadi pada saat suatu karakteristik yang sedang diukur tidak ada.
Pengukuran rasio biasanya dalam bentuk perbandingan antara suatu individu atau objek
tertentu dan lainnya.

Contoh aplikasi dalam riset pemasaran :

Harga kopi kapal api satu kilo Rp 15.000,- harga kopi luwak satu kilo Rp 75.000,- maka
harga kopi kapal api dibandingkan dengan harga kopi luwak sama dengan 1 dibanding 5.
Tarif kereta api naik sebesar 10% sedang tarif pesawat udara naik sebsear 20%.
Pengunjung berbelanja di supermarket dua kali dalam satu bulan, sedang di pasar
tradisional mereka berbelanja 14 kali dalam satu bulan.[12]

C. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif disebut juga dengan data keras diperoleh melalui riset yang menggunakan
pendekatan kuantitatif. Bentuk data keras adalah bilangan atau angka-angka, baik
diperoleh dari jumlah suatu penggabungan agah pun pengukuran. Data kuantitatif yang
diperoleh dari jumlah suatu penggabungan selalu menggunakan bilangan cacah. Contoh
data seperti ini adalah angka-angka hasil sensus, angka-angka hasil tabulasi terhadap
jawaban terhadap kueioner atau wawancara terstruktur. Selain itu, data bermuatan
kuantitatif hasil pengukiran adalah skor-skor yang diperoleh melalui pengukuran seperti
angka hasil mengukur atau menimbang, skor skala rating dan skor jenis-jenis skala lainnya.
Dan skor tes.[13]

Setelah data hasil penelitian dikumpulkan oleh peneliti (tentunya dengan menggunakan
berbagai teknik pengumpulan data), langkah selanjutnya yang dapat dilakukan oleh
peneliti adalah bagaimana menganalisis data yang telah diperoleh. Langkah ini diperlukan
karena tujuan dari analisis data adalah untuk menyusun dan menginterpretasikan data
(kuantitatif) yang sudah diperoleh.

A. Langkah-langkah Analisis Data


Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap oleh staf
peneliti, khususnya yang bertugas mengolah data. Di dalam buku-buku lain sering disebut
pengolahan data. Ada yang menyebut data preparation, ada pula data analysis.

Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah yaitu :

1. Persiapan

2. Tabulasi

3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian

B. Persiapan

Kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain :

1. Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi. Apalagi, instrumennya anonim,


perlu sekali dicek sejauh mana atau identitas apa saja yang sangat diperlukan bagi
pengolahan data lebih lanjut.

2. Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data


(termasuk pula kelengkapan lembaran instrumen barangkali ada yang terlepas atau sobek).

Apabila ternyata ada kekurangan isi atau halaman, maka perlu dikembalikan atau diulang
ke kancah. Bagi instrumen yang anonim dan tidak mungkin dikembalikan kepada pengisi
tentu saja agak merepotkan karena keadaan ini menyebabkan kekurangan responden.
Untuk memperoleh responden yang cukup, peneliti harus mengumpulkan data lagi dengan
mencari responden baru yang masih dalam wilayah populasi.

3. Mengecek macam isian data. Jika di dalam instrumen termuat sebuah atau
beberapa item yang diisi “tidak tahu” atau isian lain bukan yang dikehendaki peneliti,
padahal isian yang diharapkan tersebut merupakan variabel pokok, maka item perlu didrop.
[14]

Contoh :
Sebagian dari penelitian kita dimaksudkan untuk melihat hubungan antara pendidikan
orang tua dengan prestasi belajar murid. Setelah angket kembali dan isiannya kita cek,
beberapa murid mengisi tidak tahu pendidikn orang tuanya, sebagian jawabannya
meragukan dan sebagian lain dikosongkan. Dalam keadaan ini maka maksud mencari
hubungan pendidikan orang tua dengan prestasi belajar lebih baik diurungkan saja, dalam
arti itemnya didrop, dan dihilangkan dari analisis.

Apa yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah memilih/menyortir data
sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tinggal. Langkah persiapan
bermaksud merapikan data agar bersih, rapi dan tinggal mengadakan pengolahan lanjutan
atau menganalisis.

Bagi peneliti yang tidak berkecimpung dalam dunia pendidikan sebetulnya dapat saja
menggunakan penjelasan-penjelasan ini sebagai contoh saja dan kasus atau variabelnya
dapat diganti sesuai dengan judul atau masalah penelitiannya. Sebagai contoh, kalau dalam
uraian yang baru saja disampaikan ini mengenai latar belakang pendidikan orang tua
dengan prestasi belajar siswa, yang dalam hal ini menunjukkan adanya hubungan sebab
akibat, maka kasusnya dapat diganti denga latar belakang pendidikan karyawan dengan
kinerjanya. Untuk bidang manajemen, mungkin antara latar belakang pendidikan atau
pengalaman seorang manajer dengan kemampuan memimpin bawahan. Demikian juga
sesudah sampai pada cara mengklasifikasikan data dalam tabulasi, dapat disesuaikan
dengan peringkat atau kelompok data yang dikumpulkan.

C. Tabulasi

G.E.R. Burroughas mengemukakan klasifikasi analisis data sebagai berikut.[15]

1. Tabulasi data (the tabulation of the data).

2. Penyimpulan data (the summarizing of the data).

3. Analisis data untuk tujuan testing hipotesis.

4. Analisis data untuk tujuan penarikan kesimpulan.

Termasuk ke dalam kegiatan tabulasi ini antara lain :

1. Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor.

Misalnya tes, angket bentuk pilihan ganda, rating scale, dan sebagainya.
2. Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor.

a. Jenis kelamin : laki-laki diberi kode 1.

Perempuan diberi kode 0.

b. Tingkat pendidikan :

· Sekolah Dasar diberi kode 1.

· Sekolah Menengah Pertama diberi kode 2.

· Sekolah Menengah Atas diberi kode 3.

· Perguruan Tinggi diberi kode 4.

c. Banyaknya penataran yang pernah diikuti dikelompokkan dan diberi kode atas :

· Mengikuti lebih dari 10 kali, diberi kode 1.

· Mengikuti antara 1 s.d. 9 kali, diberi kode 2.

3. Mengubah jenis data, disesuaikan atau dimodifikasikan, dengan teknik analisis


yang akan digunakan.

Misalnya :

· Data interval diubah menjadi data ordinal dengan membuat tingkatan.

· Data oridinal atau data interval diubah menjadi data diskrit.

4. Memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data jika akan
menggunakan komputer. Dalam hal ini pengolahan data memberikan kode pada semua
variabel, kemudian mencoba menentukan tempatnya di dalam (coding form), dalam kolom
beberapa baris ke berapa. Apabila akan dilanjutkan, sampai kepada petunjuk penempatan
setiap variabel pada kartu kolom (puncord).

Contoh pedoman pengkodean (coding scheme) untuk penelitian tentang buku catatan
murid adalah sebagai berikut.

X1. Kepandaian murid

Pandai 1 - Nilai rata-rata (kolom 02)

Pandai 2 - Nilai bahasa Indonesia (kolom 03)


Pandai 3 - Frekuensi tidak naik kelas

X2. Latar belakang orang tua

Pendiko - Pendidikan orang tua (kkolom 05 + 06)

Pekerjo - Pekerjaan orang tua (kolom 07 + 08)

Dukungan - Pemberian buku dengan segera (kolom 09)

X3. Kepedulian guru terhadap ctatan

Pedugu 1 - Kepedulin guru fisik (kolom 10a)

Pedugu 2 - Kepedulian guru bahasa (kolom 10b)

Pedugu 3 - Kepedulian guru isi (kolom 10c)

Pedugut - Kepedulian guru total (kolom 10d)[16]

X4. Kepedulian orang tua terhadap catatan

Peduor 1 - Kepedulian orang tua fisik (kolom 11a)

Peduor 2 - Kepedulian orang tua bahasa (kolom 11b)

Peduor 3 - Kepedulian orang tua isi (kolom 11c)

Peduort - Kepedulian orang tua total (kolom 11t)

Y1. Kualfis - Kualitas fisik

Jumlah kolom 12, 13, 14, 15, 16, 17, 24, 25, 26)

Y2. Kualbas - Kualitas bahasa

(jumlah kolom 18, 19, 20)

Y3. Kualisi - Kualitas isi

(jumlah kolom 21, 22, 23)

YT. Kualtot - Kualitas catatan total

(jumlah kolom 12 s.d. 26 )


D. Penerapan Data Sesuai dengan Pendekatan Penelitian

Maksud rumusan yang dikemukakan adalah pengolahan data yang diperoleh dengan
menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan
penelitian atau desain yang diambil.

Untuk mempermudah cara mengikuti uraian pengolahan data, akan disajikan dengan
sistematika mengenai jenis-jenis permasalahn. Sekadar mengingat kembali, ada empat
jenis problematika atau permasalahan yang telah diajukan.

1. Problematika untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena.

2. Problema komparasi, yaitu problema yang bertujuan untuk membandingkan dua


fenomena atau lebih.

3. Problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena yang kedudukannya sejajar
(bukan merupakan sebab akibat).

4. Problema untuk melihat pengaruh sesuatu treatment atau ingin melihat hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Sebagai tambahan penjelasan, yang dimaksud dengan data yang diterapkan dalam
perhitungan adalah data yang disesuaikan dengan jenis data, yakni diskrit, ordinal, interval,
dan ratio. Pemilihan terhadap rumus yang digunakan kadang-kadang disesuaikan dengan
jenis data, tetapi ada kalanya peneliti menentukan pendekatan/rumus, kemudian data yang
ada diubah, disesuaikan dengan rumus yang sudah dipilih.

[1] Churchill, Gilbert A. Dasar-Dasar Riset Pemasaran Edisi 4, Jilid I, Alih Bahasa Oleh
Andriani, Dkk, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2005)

[2] Mohammad Ali dan Muhammad Asrori, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2014)., h. 30

[3] Neliwati, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Kajian Teori dan Praktek), (Medan:
2017)., h. 68

[4] Ibid.., h. 68

[5] Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif , (Jakarta:
rajawali pres, 2012)., h.89-91
[6] Dinny Devi Triana, Skala Pengukuran sebagai Alat Evaluasi dalam Menilai Tari Karya
Mahasiswa (Measurement Scale as Instrument of Evaluation in Assessing Student’s Piece
of Dance)., h. 4

[7] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, Dan R&D (Bandung:Alfabeta,


2010) Hal 92-93

[8]Sugiyono, Op.cit Hal 96-97

[9]Sugiyono, Op.citHal 98

[10] Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian : SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, DAN


KARYA ILMIAH (Jakarta: Kencana, 2011)., h. 125

[11] Juliansyah Noor, Op.cit Hal 126

[12] Juliansyah Noor, Op.cit Hal 127-128

[13] Mohammad Ali dan Muhammad Asrori, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2014)., h. 290

[14] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006)., h. 278

[15] Suharsimi Arikunto, Op.cit Hal 279

10:37 PM / Siti Rogayah Blogger / 4 komentar /


No related post available
4 komentar:

1.

AKHMAD.COM

Terima kasih, sangat membantu, jalan-jalanke blog aku ya:


marisscience.com
Reply
Replies
1.

IBU SALMAH

KARNA RASA HATI YANG GEMBIRA BERKAT BANTUAN


AKI SOLEH
MAKANYA SENGAJA NAMA BELIAU SAYA CANTUNKAN DI
INTERNET !!!

assalamualaikum wr, wb, saya IBU SALMAH saya


Mengucapkan banyak2
Terima kasih kepada: AKI SOLEH
atas nomor togelnya yang kemarin AKI berikan "4D"
alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus AKI
dan berkat bantuan AKI SOLEH saya bisa melunasi
semua hutan2 saya yang ada di BANK BRI dan bukan
hanya itu AKI alhamdulillah,
sekarang saya sudah bisa bermodal sedikit untuk
mencukupi kebutuhan keluarga saya sehari2
Itu semua berkat bantuan AKI SOLEH sekali lagi
makasih banyak ya, AKI
yang ingin merubah nasib
seperti saya.!!
SILAHKAN GABUNG SAMA AKI SOLEH Di
No:082~313~336~747

Sebelum Gabung Sama AKI Baca Duluh Kata2 Yang


Dibawah Ini
Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini.!!
1: Di kejar2 tagihan hutang
2: Selaluh kalah dalam bermain togel
3: Barang berharga sudah
terjual buat judi togel
4: Sudah kemana2 tapi tidak
menghasilkan, solusi yang tepat.!!
5: Sudah banyak dukun ditempati minta angka ritual
belum dapat juga,
satu jalan menyelesaikan masalah anda.!!
Dijamin anda akan berhasil
silahkan buktikan sendiri
Atau Chat/Tlpn di WhatsApp Aki: 082~313~336~747

Angka:Ghaib: Singapura

Angka:Ghaib: Hongkong
Angka:Ghaib: Toto Malaysia

Angka:Ghaib: Laos

Angka:Ghaib: Macau

Angka:Ghaib: Sidney

Angka:Ghaib: Brunei

Angka:Ghaib: Thailand
Pengertian Analisis Data, Tujuan, Jenis,
dan Prosedur Analisis Data

Pengertian Analisis Data


Apa itu analisis data? Pengertian Analisis Data adalah suatu proses atau
upaya pengolahan data menjadi sebuah informasi baru agar karakteristik
data tersebut menjadi lebih mudah dimengerti dan berguna untuk solusi
suatu permasalahan, khususnya yang berhubungan dengan penelitian.

Analisis data juga dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang


dilakukan untuk mengubah data hasil dari penelitian menjadi sebuah
informasi baru yang dapat digunakan dalam membuat kesimpulan.

Secara umum, tujuan analisis data adalah untuk menjelaskan suatu data
agar lebih mudah dipahami, selanjutnya dibuat sebuah kesimpulan. Suatu
kesimpulan dari analisis data didapatkan dari sampel yang umumnya
dibuat berdasarkan pengujian hipotesis atau dugaan.

Baca juga: Pengertian Analisis SWOT

Pengertian Analisis Data Menurut Para Ahli

1. Taylor (1975)
Menurut Taylor, arti analisis data adalah proses yang merinci usaha secara
formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti
yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema
pada hipotesis.

2. Lexy J. Moleong (2002)


Menurut Lexy J. Moleong, pengertian analisis data adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan
satuan uraian dasar.
Jenis Analisis Data
Macam analisis data dapat dibedakan berdasarkan metode atau caranya.
Berikut ini adalah jenis analisis data secara umum:

1. Analisis Data Secara Deskriptif


Pengertian analisis data secara deskriptif adalah teknik analisis yang
digunakan dalam menganalisis data dengan membuat gambaran data-data
yang terkumpul tanpa membuat generalisasi dari hasil penelitian tersebut.

Beberapa yang termasuk di dalam teknik analisis data secara deskriptif


misalnya menyajikan data ke dalam bentuk:

 Grafik
 Tabel
 Presentasi
 Frekuensi
 Diagram
 dan lain-lain

2. Analisis Data Secara Inferensial


Pengertian analisis data secara inferensial adalah teknik analisis data
dengan menggunakan statistik dengan cara membuat kesimpulan yang
berlaku secara umum.

Analisis inferensial menggunakan rumus statistik tertentu. Hasil


perhitungan rumus tersebut akan menjadi dasar dalam generalisasi yang
sampel bagi populasi.

Dengan kata lain, analisis inferensial ini berfungsi membuat generalisasi


hasil suatu penelitian sampel untuk populasi.

Baca juga: Unsur-Unsur Administrasi


Langkah dan Prosedur Analisis Data
Dalam melakukan analisis data harus berdasarkan prosedur dan langkah-
langkah tertentu. Berikut ini adalah beberapa langkah-langkah dalam
analisis data:

1. Pengumpulan Data, tahap awal dari aktivitas analisis data adalah


pengumpulan data yang akan dianalisis.
2. Tahap Editing, yaitu proses pemeriksaan kejelasan dan
kelengkapan terkait pengisian instrumen pengumpulan data.
3. Tahap Koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi terhadap
semua pernyataan yang ada pada instrumen pengumpulan data
berdasarkan variable yang sedang diteliti.
4. Tahap Pengujian, yaitu proses pengujian kualitas data, baik dari
sisi validitas dan realibilitas instrumen dari pengumpulan data.
5. Tahap Mendeskripsikan Data, yaitu proses membuat deskripsi
data dengan menyajikannya dalam bentuk tabel frekuensi atau
diagram dengan beragam ukuran tendensi sentral maupun
ukuran dispersi. Tujuannya adalah agar memahami karakteristik
data sampel dari suatu penelitian.
6. Tahap Pengujian Hipotesis, yaitu proses pengujian terhadap
proposisi apakah bisa diterima atau ditolak, apakah memiliki
makna atau tidak. Berdasarkan tahap inilah nantinya akan dibuat
kesimpulan atau keputusan.

Keuntungan Analisis Data


Ada beberapa keuntungan melakukan analisis data bagi sebuah penelitian.
Berikut ini adalah beberapa keuntungan analisis data tersebut:

1. Mendapatkan hasil pengukuran yang lebih jelas.


2. Proses identifikasi lebih reliable.
3. Memungkinkan untuk melakukan identifikasi pada hal-hal yang
penting.
4. Dapat dilihat secara visual sehingga membantu dalam mengambil
keputusan secara cepat dan tepat.
5. Dalam kegiatan bisnis, membantu proses identifikasi masalah
yang membutuhkan tindakan atau keputusan.
6. Memiliki kesadaran yang lebih baik mengenai potensi dari
pelanggan.
Demikianlah penjelasan ringkas mengenai pengertian analisis data, jenis
analisis data, langkah-langkah analisis data, dan keuntungannya. Semoga
artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kamu.

Anda mungkin juga menyukai