A. Prosedur Pengukuran
1. Merasakan adanya kesulitan atau masalah yang perlu dilakukan pemecahan, dan
keadaan kesulitan atau masalah adalah:
b. Mengalami kesulitan dalam mengenali karakteristik persoalan yang menjadi objek untuk
dipecahkan.
c. Tidak dapat menjelaskan suatu kejadian yang muncul secara tidak terduga.
2. Meletakkan dan membatasi kesulitan. Untuk ini, dilakukan observasi dalam upaya
mengumpulkan fakta yang memungkinkan ditentukannya atau didefenisikan masalah
secara tepat.
5. Menguji hipotesis dengan tindakan. Setiap hipotesis diuji dengan cara mencari bukti
yang dapat memverifikasi atau menolak kebenaran hipotesis itu, serta akibat yang akan
terjadi dari pengujian tersebut[2]
Pelaksanaan pengukuran itu membentuk suatu kebenaran yang terjadi pada data.
Pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan penting dalam penelitian, karena
kebenaran hasil penelitian sangat ditentukan oleh proses pengumpulan datanya. Sebagian
dari kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara mengukur variabel
penelitian. Mengukur berarti menetapkan dimensi atau taraf sesuatu yang dinyatakan
dalam bentuk bilangan.[3]
Sebelum melakukan pengukuran terlebih dahulu harus merumuskan konsep dan variabel
penelitiannya. Dalam penelitian, yang diukur adalah variabel-variabel dan hasil
pengukuran yang menunjukkan realitas. Secara garis besar, prosedur pengukuran terdiri
dari beberapa langkah sebagai berikut:
Menentukan dimensi variabel penelitian dapat diartikan sebagai upaya memperinci atau
menguraikan suatu variabel sehingga dapat dirumuskan indikator-indikatornya. Pada
langkah pertama ini yang perlu dilakukan adalah:
a. Penentuan variabel
Ada tiga tahapan dalam proses pengukuran yaitu konseptualisasi, penentuan variabel dan
indikator, dan operasional. Konseptualisasi merupakan proses pemberian definisi teoritis
atau definisi konseptual pada sebuah konsep. Definisi konseptual merupakan suatu definisi
dalam bentuk yang abstrak yang mengacu pada ide-ide lain atau konsep lain yang bisa saja
abstrak untuk menjelaskan konsep pertama tersebut. Konseptualisasi juga dikatakan
sebagai proses yang digunakan untuk menunjukkan secara tepat tentang apa yang kita
maksudkan bila kita menggunakan suatu istilah tertentu. Dalam penelitian kuantitatif
sebenarnya kita sudah melakukan konseptualisasi pada bagian tinjauan kepustakaan.
Sementara itu operasionalisasi merupakan tahapan terakhir dalam proses pengukuran. Ini
merupakan penggambaran prosedur untuk memasukkan unit-unit ke dalam kategori.
Definisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk
memasukkan unit-unit analisis ke dalam kategori-kategori tertentu dari tiap-tiap variabel.
[5]
Dilihat dari bentuk instrumen dan pernyataan yang dikembangkan dalam instrumen, maka
dikenal berbagai bentuk skala yang dapat digunakan dalam pengukuran bidang pendidikan.
Alat ukur untuk menilai penampilan (karya tari) digunanakan instrumen nontes yang
umum digunakan yaitu participation charts, chek list, rating scale dan attitude scale[6]
Berbagai skala yang dapat digunakan dalam penelitianan Administrasi, Pendidikan dan
Sosial antara lain adalah:
1. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel peneliti.
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-
item instrumen yang dapat berupa pernyataaan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
b. Setuju b. Sering
c. Ragu-ragu c. Kadang-kadang
b. Positif b. Baik
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:[7]
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist
ataupun pilihan ganda.
Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi
tanda checklist padakolom yang tersedia.
No
Pertanyaan
Jawaban
SS
ST
RG
TS
STS
1.
2.
Prosedur kerja yang baru ini akan segera ditetapkan diperusahaan anda.
2. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “Ya-Tidak”,
“benar-Salah, “Pernah-Tidak pernah”, “Positif-Negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh
dapat berupadata interval atau rasio dua alternatif. Jadi, kalau pada skala likert terdapat 3,
4, 5, 6, 7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai”sangat tidak setuju” atau “tidak
setuju”. Maka padadalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” atau “ tidak
setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan
jawaban yang tegasterhadap suatupermasalahan yang ditanyakan.
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda juga dapt dibuat dalam
bentuk checklist. Jawaban dapt dibuat skor tertinggi dan terendah.
3. Semantic Defferensial
Skala penelitian yang berbentuk semantic defferensial digunakan untuk mengukur sikap,
hanya bentuknya tidak pilah ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam garis koetinum
yang jawaban”sangat positifnya” terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat
negatif” terletak dibagian kiri garis. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya
skala ini digunakan untuk mengukur sikp/karakteristik tertentu yang dipercayai seseorang.
4. Ratting Scale
Dari ketiga skala yang ada pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang
diperoleh semuanya data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan Ratting
Scale data mentah yang telah diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif.[8]
Yang terpenting bagi penyusun instrumen dengan skala rating scale adalah harus dapat
menggantikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item
instrumen. Orang tertentu memilih jawaban angak 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu
belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka
2.
Contoh:
Jawaban dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.[9]
No.item
Pertanyaan tentang tata ruang kantor
Interval jawaban
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Warna lantai sehingga tidak menimbulkan pantulan cahaya yang dapat mengganggu
pegawai.
Sirkulasi udara tiap ruangan.
3
3
2
2
1
B. Teknik Penyusunan Skala
Teknik penyusunan skala yang paling mudah dan banyak digunakan adalah skala Likert.
Teknik Skala Likert memberikan suatu nilai skala untuk tiap alternatif jawaban yang
berjumlah lima kategori, yaitu: a. Sangat setuju, b. Setuju , c. Ragu-ragu, d. Sangat tidak
setuju. Atau dengan: a. Selalu , b. Sering , c. Kadang-kadang, d. Tidak pernah.
a. Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengkuantifikasi informasi
yang diberikan oleh konsumen jika mereka diharuskan menjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan dalam suatu kuesioner. Ada empat skala pengukuran, yaitu skala nominal,
ordinal, interval, dan rasio.
1. Skala Nominal
a. Apakah saudara setuju dengan memasarkan beras impor di pasaran bebas saat ini ?
Jawab : a. Ya b. Tidak
Contoh : Jawaban pertanyaan berupa peringkat, misalnya sangat tidak setuju, tidak setuju,
netral, setuju, dan sangat setuju dapat diberi simbol angka 1, 2, 3, 4, dan 5. Angka-angka
ini hanya merupakan simbol peringkat, tidak mengekspresikan jumlah. Biasanya jawaban
kuesioner menggunakan skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, misalnya
untuk menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap suatu pertanyaan atau pernyataan.
Bentuk jawabannya sebagai berikut :
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Setuju sekali[11]
Bagaimana menurut pendapat saudara mengenai layanan penjualan tiket pesawat terbang
Garuda ?
Jawab : a. Sangat lambat b. Lambat c. Cepat d. Sangat cepat. Untuk jawaban “sangat
lambat” diberi nilai 1, “lambat” diberi nilai 2, “cepat” nilai 3, dan “sangat cepat” diberi
nilai 4.
3. Skala Interval
Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal da ordinal
dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa interval yang tetap. Dengan demikian,
peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karakteristik antara satu individu atau objek dan
lainnya. Skala pengukuran interval benar-benar merupakan angka yang digunakan untuk
melakukan operasi aritmetika, misalnya dijumlahkan atau dikalikan. Untuk melakukan
analisis, skala pengukuran ini menggunakan statistik parametrik.
Berapa kali anda membeli produk sampo Pantene dalam satu bulan ?
Jawaban : a. 1 kali, b. 3 kali, dan c. 5 kali. Maka angka-angka 1,3, dan 5 merupakan angka
sebenarnya dengan menggunakan interval 2.
Kurang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 baik
4. Skala Rasio
Skala pengukuran rasio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh skala nominal,
ordinal, dan interval dengan kelebihan skala ini mempunyai nilai 0 (nol) empiris absolut.
Nilai absolut nol ini terjadi pada saat suatu karakteristik yang sedang diukur tidak ada.
Pengukuran rasio biasanya dalam bentuk perbandingan antara suatu individu atau objek
tertentu dan lainnya.
Harga kopi kapal api satu kilo Rp 15.000,- harga kopi luwak satu kilo Rp 75.000,- maka
harga kopi kapal api dibandingkan dengan harga kopi luwak sama dengan 1 dibanding 5.
Tarif kereta api naik sebesar 10% sedang tarif pesawat udara naik sebsear 20%.
Pengunjung berbelanja di supermarket dua kali dalam satu bulan, sedang di pasar
tradisional mereka berbelanja 14 kali dalam satu bulan.[12]
Data kuantitatif disebut juga dengan data keras diperoleh melalui riset yang menggunakan
pendekatan kuantitatif. Bentuk data keras adalah bilangan atau angka-angka, baik
diperoleh dari jumlah suatu penggabungan agah pun pengukuran. Data kuantitatif yang
diperoleh dari jumlah suatu penggabungan selalu menggunakan bilangan cacah. Contoh
data seperti ini adalah angka-angka hasil sensus, angka-angka hasil tabulasi terhadap
jawaban terhadap kueioner atau wawancara terstruktur. Selain itu, data bermuatan
kuantitatif hasil pengukiran adalah skor-skor yang diperoleh melalui pengukuran seperti
angka hasil mengukur atau menimbang, skor skala rating dan skor jenis-jenis skala lainnya.
Dan skor tes.[13]
Setelah data hasil penelitian dikumpulkan oleh peneliti (tentunya dengan menggunakan
berbagai teknik pengumpulan data), langkah selanjutnya yang dapat dilakukan oleh
peneliti adalah bagaimana menganalisis data yang telah diperoleh. Langkah ini diperlukan
karena tujuan dari analisis data adalah untuk menyusun dan menginterpretasikan data
(kuantitatif) yang sudah diperoleh.
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap oleh staf
peneliti, khususnya yang bertugas mengolah data. Di dalam buku-buku lain sering disebut
pengolahan data. Ada yang menyebut data preparation, ada pula data analysis.
Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah yaitu :
1. Persiapan
2. Tabulasi
B. Persiapan
Apabila ternyata ada kekurangan isi atau halaman, maka perlu dikembalikan atau diulang
ke kancah. Bagi instrumen yang anonim dan tidak mungkin dikembalikan kepada pengisi
tentu saja agak merepotkan karena keadaan ini menyebabkan kekurangan responden.
Untuk memperoleh responden yang cukup, peneliti harus mengumpulkan data lagi dengan
mencari responden baru yang masih dalam wilayah populasi.
3. Mengecek macam isian data. Jika di dalam instrumen termuat sebuah atau
beberapa item yang diisi “tidak tahu” atau isian lain bukan yang dikehendaki peneliti,
padahal isian yang diharapkan tersebut merupakan variabel pokok, maka item perlu didrop.
[14]
Contoh :
Sebagian dari penelitian kita dimaksudkan untuk melihat hubungan antara pendidikan
orang tua dengan prestasi belajar murid. Setelah angket kembali dan isiannya kita cek,
beberapa murid mengisi tidak tahu pendidikn orang tuanya, sebagian jawabannya
meragukan dan sebagian lain dikosongkan. Dalam keadaan ini maka maksud mencari
hubungan pendidikan orang tua dengan prestasi belajar lebih baik diurungkan saja, dalam
arti itemnya didrop, dan dihilangkan dari analisis.
Apa yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah memilih/menyortir data
sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tinggal. Langkah persiapan
bermaksud merapikan data agar bersih, rapi dan tinggal mengadakan pengolahan lanjutan
atau menganalisis.
Bagi peneliti yang tidak berkecimpung dalam dunia pendidikan sebetulnya dapat saja
menggunakan penjelasan-penjelasan ini sebagai contoh saja dan kasus atau variabelnya
dapat diganti sesuai dengan judul atau masalah penelitiannya. Sebagai contoh, kalau dalam
uraian yang baru saja disampaikan ini mengenai latar belakang pendidikan orang tua
dengan prestasi belajar siswa, yang dalam hal ini menunjukkan adanya hubungan sebab
akibat, maka kasusnya dapat diganti denga latar belakang pendidikan karyawan dengan
kinerjanya. Untuk bidang manajemen, mungkin antara latar belakang pendidikan atau
pengalaman seorang manajer dengan kemampuan memimpin bawahan. Demikian juga
sesudah sampai pada cara mengklasifikasikan data dalam tabulasi, dapat disesuaikan
dengan peringkat atau kelompok data yang dikumpulkan.
C. Tabulasi
Misalnya tes, angket bentuk pilihan ganda, rating scale, dan sebagainya.
b. Tingkat pendidikan :
c. Banyaknya penataran yang pernah diikuti dikelompokkan dan diberi kode atas :
Misalnya :
4. Memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data jika akan
menggunakan komputer. Dalam hal ini pengolahan data memberikan kode pada semua
variabel, kemudian mencoba menentukan tempatnya di dalam (coding form), dalam kolom
beberapa baris ke berapa. Apabila akan dilanjutkan, sampai kepada petunjuk penempatan
setiap variabel pada kartu kolom (puncord).
Contoh pedoman pengkodean (coding scheme) untuk penelitian tentang buku catatan
murid adalah sebagai berikut.
Jumlah kolom 12, 13, 14, 15, 16, 17, 24, 25, 26)
Untuk mempermudah cara mengikuti uraian pengolahan data, akan disajikan dengan
sistematika mengenai jenis-jenis permasalahn. Sekadar mengingat kembali, ada empat
jenis problematika atau permasalahan yang telah diajukan.
3. Problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena yang kedudukannya sejajar
(bukan merupakan sebab akibat).
4. Problema untuk melihat pengaruh sesuatu treatment atau ingin melihat hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Sebagai tambahan penjelasan, yang dimaksud dengan data yang diterapkan dalam
perhitungan adalah data yang disesuaikan dengan jenis data, yakni diskrit, ordinal, interval,
dan ratio. Pemilihan terhadap rumus yang digunakan kadang-kadang disesuaikan dengan
jenis data, tetapi ada kalanya peneliti menentukan pendekatan/rumus, kemudian data yang
ada diubah, disesuaikan dengan rumus yang sudah dipilih.
[1] Churchill, Gilbert A. Dasar-Dasar Riset Pemasaran Edisi 4, Jilid I, Alih Bahasa Oleh
Andriani, Dkk, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2005)
[2] Mohammad Ali dan Muhammad Asrori, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2014)., h. 30
[3] Neliwati, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Kajian Teori dan Praktek), (Medan:
2017)., h. 68
[4] Ibid.., h. 68
[5] Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif , (Jakarta:
rajawali pres, 2012)., h.89-91
[6] Dinny Devi Triana, Skala Pengukuran sebagai Alat Evaluasi dalam Menilai Tari Karya
Mahasiswa (Measurement Scale as Instrument of Evaluation in Assessing Student’s Piece
of Dance)., h. 4
[7] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, Dan R&D (Bandung:Alfabeta,
2010) Hal 92-93
[9]Sugiyono, Op.citHal 98
[13] Mohammad Ali dan Muhammad Asrori, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2014)., h. 290
[14] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006)., h. 278
A. Prosedur Pengukuran
1. Merasakan adanya kesulitan atau masalah yang perlu dilakukan pemecahan, dan
keadaan kesulitan atau masalah adalah:
b. Mengalami kesulitan dalam mengenali karakteristik persoalan yang menjadi objek untuk
dipecahkan.
c. Tidak dapat menjelaskan suatu kejadian yang muncul secara tidak terduga.
2. Meletakkan dan membatasi kesulitan. Untuk ini, dilakukan observasi dalam upaya
mengumpulkan fakta yang memungkinkan ditentukannya atau didefenisikan masalah
secara tepat.
5. Menguji hipotesis dengan tindakan. Setiap hipotesis diuji dengan cara mencari bukti
yang dapat memverifikasi atau menolak kebenaran hipotesis itu, serta akibat yang akan
terjadi dari pengujian tersebut[2]
Pelaksanaan pengukuran itu membentuk suatu kebenaran yang terjadi pada data.
Pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan penting dalam penelitian, karena
kebenaran hasil penelitian sangat ditentukan oleh proses pengumpulan datanya. Sebagian
dari kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara mengukur variabel
penelitian. Mengukur berarti menetapkan dimensi atau taraf sesuatu yang dinyatakan
dalam bentuk bilangan.[3]
Sebelum melakukan pengukuran terlebih dahulu harus merumuskan konsep dan variabel
penelitiannya. Dalam penelitian, yang diukur adalah variabel-variabel dan hasil
pengukuran yang menunjukkan realitas. Secara garis besar, prosedur pengukuran terdiri
dari beberapa langkah sebagai berikut:
Menentukan dimensi variabel penelitian dapat diartikan sebagai upaya memperinci atau
menguraikan suatu variabel sehingga dapat dirumuskan indikator-indikatornya. Pada
langkah pertama ini yang perlu dilakukan adalah:
a. Penentuan variabel
Ada tiga tahapan dalam proses pengukuran yaitu konseptualisasi, penentuan variabel dan
indikator, dan operasional. Konseptualisasi merupakan proses pemberian definisi teoritis
atau definisi konseptual pada sebuah konsep. Definisi konseptual merupakan suatu definisi
dalam bentuk yang abstrak yang mengacu pada ide-ide lain atau konsep lain yang bisa saja
abstrak untuk menjelaskan konsep pertama tersebut. Konseptualisasi juga dikatakan
sebagai proses yang digunakan untuk menunjukkan secara tepat tentang apa yang kita
maksudkan bila kita menggunakan suatu istilah tertentu. Dalam penelitian kuantitatif
sebenarnya kita sudah melakukan konseptualisasi pada bagian tinjauan kepustakaan.
Sementara itu operasionalisasi merupakan tahapan terakhir dalam proses pengukuran. Ini
merupakan penggambaran prosedur untuk memasukkan unit-unit ke dalam kategori.
Definisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk
memasukkan unit-unit analisis ke dalam kategori-kategori tertentu dari tiap-tiap variabel.
[5]
Dilihat dari bentuk instrumen dan pernyataan yang dikembangkan dalam instrumen, maka
dikenal berbagai bentuk skala yang dapat digunakan dalam pengukuran bidang pendidikan.
Alat ukur untuk menilai penampilan (karya tari) digunanakan instrumen nontes yang
umum digunakan yaitu participation charts, chek list, rating scale dan attitude scale[6]
Berbagai skala yang dapat digunakan dalam penelitianan Administrasi, Pendidikan dan
Sosial antara lain adalah:
1. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel peneliti.
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-
item instrumen yang dapat berupa pernyataaan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
b. Setuju b. Sering
c. Ragu-ragu c. Kadang-kadang
b. Positif b. Baik
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:[7]
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist
ataupun pilihan ganda.
Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi
tanda checklist padakolom yang tersedia.
No
Pertanyaan
Jawaban
SS
ST
RG
TS
STS
1.
2.
Prosedur kerja yang baru ini akan segera ditetapkan diperusahaan anda.
2. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “Ya-Tidak”,
“benar-Salah, “Pernah-Tidak pernah”, “Positif-Negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh
dapat berupadata interval atau rasio dua alternatif. Jadi, kalau pada skala likert terdapat 3,
4, 5, 6, 7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai”sangat tidak setuju” atau “tidak
setuju”. Maka padadalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” atau “ tidak
setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan
jawaban yang tegasterhadap suatupermasalahan yang ditanyakan.
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda juga dapt dibuat dalam
bentuk checklist. Jawaban dapt dibuat skor tertinggi dan terendah.
3. Semantic Defferensial
Skala penelitian yang berbentuk semantic defferensial digunakan untuk mengukur sikap,
hanya bentuknya tidak pilah ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam garis koetinum
yang jawaban”sangat positifnya” terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat
negatif” terletak dibagian kiri garis. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya
skala ini digunakan untuk mengukur sikp/karakteristik tertentu yang dipercayai seseorang.
4. Ratting Scale
Dari ketiga skala yang ada pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang
diperoleh semuanya data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan Ratting
Scale data mentah yang telah diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif.[8]
Yang terpenting bagi penyusun instrumen dengan skala rating scale adalah harus dapat
menggantikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item
instrumen. Orang tertentu memilih jawaban angak 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu
belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka
2.
Contoh:
Jawaban dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.[9]
No.item
Interval jawaban
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Teknik penyusunan skala yang paling mudah dan banyak digunakan adalah skala Likert.
Teknik Skala Likert memberikan suatu nilai skala untuk tiap alternatif jawaban yang
berjumlah lima kategori, yaitu: a. Sangat setuju, b. Setuju , c. Ragu-ragu, d. Sangat tidak
setuju. Atau dengan: a. Selalu , b. Sering , c. Kadang-kadang, d. Tidak pernah.
a. Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengkuantifikasi informasi
yang diberikan oleh konsumen jika mereka diharuskan menjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan dalam suatu kuesioner. Ada empat skala pengukuran, yaitu skala nominal,
ordinal, interval, dan rasio.
1. Skala Nominal
a. Apakah saudara setuju dengan memasarkan beras impor di pasaran bebas saat ini ?
Jawab : a. Ya b. Tidak
2. Skala Ordinal
Contoh : Jawaban pertanyaan berupa peringkat, misalnya sangat tidak setuju, tidak setuju,
netral, setuju, dan sangat setuju dapat diberi simbol angka 1, 2, 3, 4, dan 5. Angka-angka
ini hanya merupakan simbol peringkat, tidak mengekspresikan jumlah. Biasanya jawaban
kuesioner menggunakan skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, misalnya
untuk menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap suatu pertanyaan atau pernyataan.
Bentuk jawabannya sebagai berikut :
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Setuju sekali[11]
Bagaimana menurut pendapat saudara mengenai layanan penjualan tiket pesawat terbang
Garuda ?
Jawab : a. Sangat lambat b. Lambat c. Cepat d. Sangat cepat. Untuk jawaban “sangat
lambat” diberi nilai 1, “lambat” diberi nilai 2, “cepat” nilai 3, dan “sangat cepat” diberi
nilai 4.
3. Skala Interval
Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal da ordinal
dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa interval yang tetap. Dengan demikian,
peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karakteristik antara satu individu atau objek dan
lainnya. Skala pengukuran interval benar-benar merupakan angka yang digunakan untuk
melakukan operasi aritmetika, misalnya dijumlahkan atau dikalikan. Untuk melakukan
analisis, skala pengukuran ini menggunakan statistik parametrik.
Berapa kali anda membeli produk sampo Pantene dalam satu bulan ?
Jawaban : a. 1 kali, b. 3 kali, dan c. 5 kali. Maka angka-angka 1,3, dan 5 merupakan angka
sebenarnya dengan menggunakan interval 2.
Kurang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 baik
4. Skala Rasio
Skala pengukuran rasio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh skala nominal,
ordinal, dan interval dengan kelebihan skala ini mempunyai nilai 0 (nol) empiris absolut.
Nilai absolut nol ini terjadi pada saat suatu karakteristik yang sedang diukur tidak ada.
Pengukuran rasio biasanya dalam bentuk perbandingan antara suatu individu atau objek
tertentu dan lainnya.
Harga kopi kapal api satu kilo Rp 15.000,- harga kopi luwak satu kilo Rp 75.000,- maka
harga kopi kapal api dibandingkan dengan harga kopi luwak sama dengan 1 dibanding 5.
Tarif kereta api naik sebesar 10% sedang tarif pesawat udara naik sebsear 20%.
Pengunjung berbelanja di supermarket dua kali dalam satu bulan, sedang di pasar
tradisional mereka berbelanja 14 kali dalam satu bulan.[12]
Data kuantitatif disebut juga dengan data keras diperoleh melalui riset yang menggunakan
pendekatan kuantitatif. Bentuk data keras adalah bilangan atau angka-angka, baik
diperoleh dari jumlah suatu penggabungan agah pun pengukuran. Data kuantitatif yang
diperoleh dari jumlah suatu penggabungan selalu menggunakan bilangan cacah. Contoh
data seperti ini adalah angka-angka hasil sensus, angka-angka hasil tabulasi terhadap
jawaban terhadap kueioner atau wawancara terstruktur. Selain itu, data bermuatan
kuantitatif hasil pengukiran adalah skor-skor yang diperoleh melalui pengukuran seperti
angka hasil mengukur atau menimbang, skor skala rating dan skor jenis-jenis skala lainnya.
Dan skor tes.[13]
Setelah data hasil penelitian dikumpulkan oleh peneliti (tentunya dengan menggunakan
berbagai teknik pengumpulan data), langkah selanjutnya yang dapat dilakukan oleh
peneliti adalah bagaimana menganalisis data yang telah diperoleh. Langkah ini diperlukan
karena tujuan dari analisis data adalah untuk menyusun dan menginterpretasikan data
(kuantitatif) yang sudah diperoleh.
Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah yaitu :
1. Persiapan
2. Tabulasi
B. Persiapan
Apabila ternyata ada kekurangan isi atau halaman, maka perlu dikembalikan atau diulang
ke kancah. Bagi instrumen yang anonim dan tidak mungkin dikembalikan kepada pengisi
tentu saja agak merepotkan karena keadaan ini menyebabkan kekurangan responden.
Untuk memperoleh responden yang cukup, peneliti harus mengumpulkan data lagi dengan
mencari responden baru yang masih dalam wilayah populasi.
3. Mengecek macam isian data. Jika di dalam instrumen termuat sebuah atau
beberapa item yang diisi “tidak tahu” atau isian lain bukan yang dikehendaki peneliti,
padahal isian yang diharapkan tersebut merupakan variabel pokok, maka item perlu didrop.
[14]
Contoh :
Sebagian dari penelitian kita dimaksudkan untuk melihat hubungan antara pendidikan
orang tua dengan prestasi belajar murid. Setelah angket kembali dan isiannya kita cek,
beberapa murid mengisi tidak tahu pendidikn orang tuanya, sebagian jawabannya
meragukan dan sebagian lain dikosongkan. Dalam keadaan ini maka maksud mencari
hubungan pendidikan orang tua dengan prestasi belajar lebih baik diurungkan saja, dalam
arti itemnya didrop, dan dihilangkan dari analisis.
Apa yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah memilih/menyortir data
sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tinggal. Langkah persiapan
bermaksud merapikan data agar bersih, rapi dan tinggal mengadakan pengolahan lanjutan
atau menganalisis.
Bagi peneliti yang tidak berkecimpung dalam dunia pendidikan sebetulnya dapat saja
menggunakan penjelasan-penjelasan ini sebagai contoh saja dan kasus atau variabelnya
dapat diganti sesuai dengan judul atau masalah penelitiannya. Sebagai contoh, kalau dalam
uraian yang baru saja disampaikan ini mengenai latar belakang pendidikan orang tua
dengan prestasi belajar siswa, yang dalam hal ini menunjukkan adanya hubungan sebab
akibat, maka kasusnya dapat diganti denga latar belakang pendidikan karyawan dengan
kinerjanya. Untuk bidang manajemen, mungkin antara latar belakang pendidikan atau
pengalaman seorang manajer dengan kemampuan memimpin bawahan. Demikian juga
sesudah sampai pada cara mengklasifikasikan data dalam tabulasi, dapat disesuaikan
dengan peringkat atau kelompok data yang dikumpulkan.
C. Tabulasi
Misalnya tes, angket bentuk pilihan ganda, rating scale, dan sebagainya.
2. Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor.
b. Tingkat pendidikan :
c. Banyaknya penataran yang pernah diikuti dikelompokkan dan diberi kode atas :
Misalnya :
4. Memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data jika akan
menggunakan komputer. Dalam hal ini pengolahan data memberikan kode pada semua
variabel, kemudian mencoba menentukan tempatnya di dalam (coding form), dalam kolom
beberapa baris ke berapa. Apabila akan dilanjutkan, sampai kepada petunjuk penempatan
setiap variabel pada kartu kolom (puncord).
Contoh pedoman pengkodean (coding scheme) untuk penelitian tentang buku catatan
murid adalah sebagai berikut.
Jumlah kolom 12, 13, 14, 15, 16, 17, 24, 25, 26)
Maksud rumusan yang dikemukakan adalah pengolahan data yang diperoleh dengan
menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan
penelitian atau desain yang diambil.
Untuk mempermudah cara mengikuti uraian pengolahan data, akan disajikan dengan
sistematika mengenai jenis-jenis permasalahn. Sekadar mengingat kembali, ada empat
jenis problematika atau permasalahan yang telah diajukan.
3. Problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena yang kedudukannya sejajar
(bukan merupakan sebab akibat).
4. Problema untuk melihat pengaruh sesuatu treatment atau ingin melihat hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Sebagai tambahan penjelasan, yang dimaksud dengan data yang diterapkan dalam
perhitungan adalah data yang disesuaikan dengan jenis data, yakni diskrit, ordinal, interval,
dan ratio. Pemilihan terhadap rumus yang digunakan kadang-kadang disesuaikan dengan
jenis data, tetapi ada kalanya peneliti menentukan pendekatan/rumus, kemudian data yang
ada diubah, disesuaikan dengan rumus yang sudah dipilih.
[1] Churchill, Gilbert A. Dasar-Dasar Riset Pemasaran Edisi 4, Jilid I, Alih Bahasa Oleh
Andriani, Dkk, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2005)
[2] Mohammad Ali dan Muhammad Asrori, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2014)., h. 30
[3] Neliwati, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Kajian Teori dan Praktek), (Medan:
2017)., h. 68
[4] Ibid.., h. 68
[5] Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif , (Jakarta:
rajawali pres, 2012)., h.89-91
[6] Dinny Devi Triana, Skala Pengukuran sebagai Alat Evaluasi dalam Menilai Tari Karya
Mahasiswa (Measurement Scale as Instrument of Evaluation in Assessing Student’s Piece
of Dance)., h. 4
[9]Sugiyono, Op.citHal 98
[13] Mohammad Ali dan Muhammad Asrori, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2014)., h. 290
[14] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006)., h. 278
1.
AKHMAD.COM
IBU SALMAH
Angka:Ghaib: Singapura
Angka:Ghaib: Hongkong
Angka:Ghaib: Toto Malaysia
Angka:Ghaib: Laos
Angka:Ghaib: Macau
Angka:Ghaib: Sidney
Angka:Ghaib: Brunei
Angka:Ghaib: Thailand
Pengertian Analisis Data, Tujuan, Jenis,
dan Prosedur Analisis Data
Secara umum, tujuan analisis data adalah untuk menjelaskan suatu data
agar lebih mudah dipahami, selanjutnya dibuat sebuah kesimpulan. Suatu
kesimpulan dari analisis data didapatkan dari sampel yang umumnya
dibuat berdasarkan pengujian hipotesis atau dugaan.
1. Taylor (1975)
Menurut Taylor, arti analisis data adalah proses yang merinci usaha secara
formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti
yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema
pada hipotesis.
Grafik
Tabel
Presentasi
Frekuensi
Diagram
dan lain-lain