Anda di halaman 1dari 50

Metode Penelitian Ilmiah

Objective
 Materi Hari ini :

Metode Penelitian Ilmiah


Teknik membuat skala
 Dalam membuat kuesioner, deskriptor
yang menjadi pertanyaan dikembangkan
dari variabel
 Tetapi pertanyaan-pertanyaan dan kolom-
kolom isian belum tentu terisi semua,
sehingga perlu direvisi
 Untuk memudahkan revisi pertanyaan
atau pernyataan dalam suatu instrumen
pengumpulan data, dibutuhkan teknik
skala
 Macam-macam teknik skala:
• Skala Linkert
• Skala Guttmann
• Skala Bogardus
• Skala Thurstone
• Skala Semantic
• Skala Stipel
• Skala Paired-Comparison
• Skala rank-Order
 Skala Linkert
• Berhubungan dengan pernyataan
tentang sikap seseorang terhadap
sesuatu
• Misalnya setuju-tidak setuju, senang-
tidak senang
 Langkah-langkah membuat skala Linkert :
• Kumpulkan sejumlah pernyataan yang sesuai
dengan sikap yang akan diukur dan dapat
diidentifikasikan dengan jelas
• Berikan pernyataan diatas kepada responden
• Respon dari tiap pernyataan dihitung dengan
cara menjumlahkan angka-angka dari
pernyataan, misalnya :

Pernyataan Nilai
sangat tidak senang 1
tidak senang 2
biasa saja 3
senang 4
sangat senang 5
• Selanjutnya mencari pernyataan yang tidak
dapat dipakai dalam penelitian, dengan cara
melihat :
 Pernyataan yang tidak diisi dengan lengkap oleh
responden
 Pernyataan yang secara total responden tidak
menunjukkan korelasi yang substantial dengan nilai
totalnya
• Pernyataan hasil saringan akhir akan
membentuk skala Linkert yang dapat dipakai
untuk mengukur skala sikap serta menjadi
kuesioner yang lebih baik
 Skala Guttmann
• Jenis skala ini hanya mengukur satu
dimensi dari satu variabel yang memiliki
beberapa dimensi.
• Misalnya seorang peneliti ingin
mengumpulkan data tentang kebutuhan
siswa, ditentukan 4 macam kebutuhan
yaitu :
 Berteman
 Belajar
 Rekreasi
 istirahat
 Misalkan salah satu dimensi dari
keempat dimensi tadi akan dibagi
menjadi 5 pernyataan dalam
kuesioner.
 Skala Guttmann akan menggunakan
kelima pernyataan tersebut sebagai
item.
 Misal dimensi Belajar dibagi menjadi
5 pernyataan (dari kebutuhan yang
paling rendah dahulu) :
• Untuk mencari ilmu
• untuk melanjutkan pendidikan
• Untuk mendapatkan gelar
• Untuk mendapatkan ijazah
• Untuk syarat dalam mencari kerja
Hirarki kebutuhan
A. Kebutuhan akan syarat mencari

kerja
B. Kebutuhan akan ijazah

C. Kebutuhan akan gelar

D. Kebutuhan untuk melanjutkan

pendidikan
E. Kebutuhan akan ilmu
Dalam bentuk pertanyaan :
1. Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan
anda dalam mencari ilmu ?
(Ya / Tidak)
2. Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan
anda dalam melanjutkan pendidikan ?
(Ya / Tidak)
3. Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan
anda dalam mendapatkan gelar ?
(Ya / Tidak)
4. Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan
anda dalam mendapatkan ijazah ?
(Ya / Tidak)
5. Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan
anda dalam memenuhi syarat mencari kerja ?
(Ya / Tidak)
 Berikut contoh hasil penilaian dari 10 responden.
 Dimana diatur dari kiri ke kanan, mulai dari
pertanyaan yang paling banyak memiliki jawaban
YA (positif) sampai yang paling sedikit.
Menguji Instrumen
 Menguji validitas kuesioner sebagai
instrumen pengumpul data dapat
dilakukan dengan menganalisis item.
 Hal ini cukup penting karena akan
menentukan tingkat ketepatan atau
ketelitian kesimpulan penelitian.
 Pengujian instrumen :
• Menguji validitas instrumen
• Menguji reliabilitas instrumen
Menguji validitas instrumen
 Instrumen penelitian yang valid
adalah kuesioner yang sesuai dengan
variabel yang hendak diukur.
 Bagaimana cara menguji validitas
sejumlah kuesioner yang telah dibuat
untuk mengukur suatu variabel ?
 Validitas atau kesahihan menunjukan pada
kemampuan suatu instrumen (alat
pengukur) mengukur apa yang harus
diukur
 A valid measure if it succesfully measure
the phenomenon),
 seseorang yang ingin mengukur tinggi
harus memakai meteran, mengukur berat
dengan timbangan, meteran, timbangan
merupakan alat ukur yang valid dalam
kasus tersebut.
 terdapat perbedaan pengelompokan jenis-
jenis validitas,
 Elazar Pedhazur menyatakan bahwa
validitas yang umum dipakai tripartite
classification yakni Content, Criterion dan
Construct,
 sementara Kenneth Bailey
mengelompokan tiga jenis utama validitas
yaitu : Face validity, Criterion Validity, dan
construct validity, dengan catatan face
validity cenderung dianggap sama dengan
content validity.
Validitas Rupa (Face validity).
 Adalah validitas yang menunjukan apakah

alat pengukur/instrumen penelitian dari


segi rupanya nampak mengukur apa yang
ingin diukur, validitas ini lebih mengacu
pada bentuk dan penampilan instrumen.
 Menurut Djamaludin Ancok validitas rupa

amat penting dalam pengukuran


kemampuan individu seperti pengukuran
kejujuran, kecerdasan, bakat dan
keterampilan.
Validitas isi (Content Validity).
 Valditas isi berkaitan dengan kemampuan suatu
instrumen mengukur isi (konsep) yang harus
diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur mampu
mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang
hendak diukur.
 Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas isi
terutama berkaitan dengan proses analisis logis,
dengan dasar ini, Dia berpendapat bahwa
validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang
kurang menggunakan analisis logis yang
sistematis, lebih lanjut dia menyatakan bahwa
sebuah instrumen yang punya validitas isi
biasanya juga mempunyai validitas rupa, sedang
keadaan sebaliknya belum tentu benar.
Validitas kriteria (Criterion validity).
 Adalah validasi suatu instrumen dengan

membandingkannya dengan instrumen-


pengukuran lainnya yang sudah valid dan
reliabel dengan cara mengkorelasikannya,
bila korelasinya signifikan maka instrumen
tersebut mempunyai validitas kriteria.
Validitas konstruk (Construct Validity).
 Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep,

validitas konstruk adalah validitas yang


berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur
dalam mengukur pengertian suatu konsep yang
diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel validasi
konstruk (penentuan validitas konstruk)
merupakan yang terluas cakupannya dibanding
dengan validasi lainnya, karena melibatkan
banyak prosedur termasuk validasi isi dan
validasi kriteria.
 Jack R. FraenkelI menyatakan bahwa untuk
mendapatkan validitas konstruk ada tiga langkah
di dalamnya yaitu :
1. Variabel yang akan diukur harus didefinisikan
dengan jelas
2. Hipotesis, yang mengacu pada teori yang
mendasari variabel penelitian harus dapat
membedakan orang dengan tingkat gradasi
yang berbeda pada situasi tertentu
3. Hipotesis tersebut diuji secara logis dan
empiris.
Perhitungan/pengujian Validitas
Instrumen
 perhitungan statistik dapat dilakukan untuk
perhitungan/pengujian validitas instrumen
pengukuran.
 tujuannya untuk mengetahui konsistensi internal,
dalam arti sampai sejauh mana item-item
mampu membedakan antara individu yang
memiliki dan tidak memiliki sifat dari item
pengukuran, hal ini berarti juga bahwa item-item
dalam instrumen mengukur aspek yang sama.
 Dalam hubungan ini langkah yang dilakukan
adalah dengan cara mengkorelasikan antara
skor tiap item dengan skor total.
 Dalam melakukan perhitungan korelasi
antara skor item dengan skor total dapat
menggunakan rumus korelasi Product
moment apabila nilai-nilai skala telah
dilakukan konversi menjadi interval
 atau menggunakan rumus korelasi tata
jenjang (Rank-Spearman).
Contoh menghitung validitas dengan
Rumus Korelasi Product Momen
 Sebuah instrumen penelitian/pengukuran terdiri dari 10 item dan
disebarkan pada 10 orang responden dengan hasil skor seperti
dalam tabel
 Dari tabel terlihat bahwa Responden
berjumlah 10 orang (A,B,C,……,J)
 Jumlah item adalah 10
item/pertanyaan
 perhitungan korelasi dilakukan untuk tiap
item dari item nomor 1 sampai item no 10,
 untuk contoh perhitungan akan diambil
item no 2
 X adalah item ke n (dalam contoh diambil item
nomor 2)
 Y adalah total skor untuk masing-masing
responden.
 Selanjutnya dibuat perhitungan
 Untuk menghitung korelasi bisa dipakai rumus
korelasi product moment

N = jumlah responden/data pengamatan


 Apabila angka-angka pada tabel
dimasukkan ke dalam rumus:
 Hasil perhitungan menggunakan Rumus
Korelasi Product Momen untuk semua item
 nilai r untuk item no 2 sebesar 0.90 kemudian
dibandingkan dengan tabel r pada baris ke N
(10) sebesar 0.632 untuk taraf signifikansi 5%,
 karena nilai r lebih besar dari nilai r tabel maka
item no 2 adalah valid.
 Untuk item lainnya bandingkan nilai r untuk tiap-
tiap item (Korelasi menunjukan nilai r untuk tiap-
tiap item) dengan r tabel, hasilnya item no 1 dan
nomor 7 tidak valid (r hitung lebih kecil dari r
tabel) sedangkan item lainnya valid. Item-item
yang valid saja yang dipergunakan dalam
penelitian sedang yang tidak valid dibuang atau
diperbaiki
Menguji Reliabilitas Instrumen
 Reliabilitas
• Merupakan derajat ketepatan, ketelitian
atau keakuratan yang ditunjukkan oleh
instrumen pengukuran.
• Pengujiannya dilakukan secara internal,
dengan menganalisis konsistensi butir-
butir yang ada
• Atau secara eksternal, dengan
melakukan test-retest
 suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel
apabila instrumen tersebut dipergunakan secara
berulang memberikan hasil ukur yang sama,
 menurut Elazar J. Pedhazur
“reliability refers to the degree to which test
score are free from errors of measurement”,
kesalahan pengukuran akan berakibat pada
hasil yang berbeda dalam mengukur sesuatu
yang sama.
• Konsistensi butir :
 Buat dua instrumen butir-butir pertanyaan
atau pertanyaan ekivalen. Misalnya: “berapa
tahun usia anda?” adalah sama saja dengan
“Anda lahir tahun berapa?”
 Lakukan pengujian dua instrumen ini pada
responden dan waktu yang sama, dan
hanya sekali saja.
 Korelasikan data dari kedua instrumen
tersebut.
 Bila korelasinya positif dan signifikan maka
instrumen dinyatakan reliabel.
 Terdapat beberapa pandangan/cara untuk
menilai/menghitung reliabilitas suatu instrument:
• Teori pengujian klasik
teori pengujian klasik mengacu pada The true-score
model dari Spearman. Menurut model ini skor/nilai
hasil observasi terdiri dari dua komponen yaitu
komponen nilai yang benar ditambah kekeliruan acak,
yang dalam bentuk simbul nampak sebagai berikut :
 Test-retest (Repeated measure)
• Pengukuran ulang dimaksudkan untuk melihat
konsistensi dari waktu ke waktu.
• Cara pelaksanaannya adalah dengan meminta
responden untuk menjawab pertanyaan atau
merespon pernyataan yang sama sebanyak dua kali
sesudah selang waktu tertentu.
• Sesudah diperoleh jawaban/respon responden untuk
dua kali pelaksanaan kemudian nilai/skor dari hasil
pengukuran yang pertama dikorelasikan dengan
nilai/skor hasil pengukuran yang ke dua dengan
menggunakan formula korelasi product momen atau
korelasi tata jenjang sesuai dengan karakteristik data
yang diperoleh.
 Misalkan sebuah instrumen pengukuran dibuat untuk mengetahui
pendapat mahasiswa terhadap akses internet di kampus kepada 10
responden mahasiswa dengan hasil sebagai mana terlihat dalam
tabel berikut :
 Setiap responden diminta untuk mengisi kuesioner
sebanyak dua kali
 Skor pengukuran pertama kemudian
dikorelasikan dengan skor pengukuran kedua
(cara perhitungan sama seperti dalam
perhitungan Validitas),
 Koefisien korelasi yang diperoleh kemudian di
bandingankan dengan nilai tabel, bila lebih
besar berarti instrumen tersebut reliabel.
 Hasil perhitungan data skor di atas diperoleh
nilai r = 0.970 (nilai tabel = 0.632 pada taraf
signifikansi 5%), dan nilai rho = 0.953 (nilai
tabel = 0.648 pada taraf signifikansi 5%), ini
berarti bahwa instrumen pengukuran tersebut
reliabel.
 Dalam penggunaan cara ini seorang peneliti
harus memperhatikan selang waktu antara
pengukuran yang pertama dan yang kedua,
 Tidak ada patokan yang pasti, yang penting
harus dihindari kemungkinan terjadinya bias
akibat responden merasa diperlakukan tidak
wajar jika terlalu pendek,atau terjadi perubahan
jika terlalu lama,
 Djamaludin Ancok menyatakan bahwa selang
waktu antara 15-30 hari pada umumnya
dianggap memenuhi persyaratan tersebut.
 Metode paralel (Alternate Method)
• cara ini dilakukan dengan memberikan dua
bentuk pengukuran yang identik (dalam arti
sejajar) kepada responden yang sama secara
serempak. Dua pengukuran identik bermakna
bahwa dua instrumen pengukuran tersebut
dimaksudkan untuk mengukur konstruk yang
sama namun dengan item-item
pertanyaan/pernyataan yang berbeda.
 Sebagai contoh terdapat dua instrumen pengukuran motivasi yaitu
instrumen A dan instrumen B, kedua instrumen tersebut dikenakan
pada sepuluh responden dengan hasil sbb :
• Skor pengukuran Instrumen A dikorelasikan
dengan skor Instrumen B (cara perhitungan
sama seperti dalam perhitungan Validitas)
• koefisien korelasi yang diperoleh kemudian di
bandingankan dengan nilai tabel, bila lebih
besar berarti instrumen tersebut reliabel. Hasil
perhitungan data skor di atas diperoleh nilai r
= 0.970 (nilai tabel = 0.632 pada taraf
signifikansi 5%), dan nilai rho = 0.953 (nilai
tabel = 0.648 pada taraf signifikansi 5%), ini
berarti bahwa instrumen pengukuran tersebut
reliabel.
 Pendekatan Konsistensi internal
• Pendekatan konsistensi internal merupakan satu cara
untuk mengurangi kesulitan yang diakibatkan oleh
dua perlakuan atau dua bentuk pengukuran seperti
dalam metode test-retest dan metode paralel.
• Dengan cara ini pengukuran hanya dilakukan satu
kali (single-trial administration), sehingga dapat lebih
efisien. konsistensi internal bermakna keajegan dari
tiap item dengan item-item lainnya dalam suatu
kerangka instrumen pengukuran.
• Terdapat beberapa cara untuk melakukan
perhitungan reliabilitas antara lain Teknik belah dua
(Split half method), Formula Rolon, KR20, KR21, dan
Koefisien Alpha. Berikut ini akan dikemukakan contoh
perhitungan reliabilitas.
Teknik Belah Dua (Split-half method)
 Metode atau teknik belah dua
menggunakan formula Spearman-Brown,
cara ini hanya dapat dikenakan pada
instrumen pengukuran dengan jumlah
item genap (pengelompokan dilakukan
pada item-item yang valid
 Langkah-langkahnya adalah :
• Kelompokan item-item menjadi dua kelompok
didasarkan pada kelompok ganjil (nomor item ganjil)
dan kelompok genap (nomor item genap), atau
secara random.
• Jumlahkan skor pada setiap kelompok sehingga
diperoleh skor total untuk tiap kelompok.
• Korelasikan skor total antar kelompok dengan
formula korelasi Product moment atau tata jenjang.
• Masukan nilai koefisien korelasi tersebut ke dalam
rumus Sperman-Brown untuk mencari koefisien
reliabilitas
 Rumus :

 Dimana :
ri = koefisien reliabilitas;
rb = koefisien korelasi antar kelompok
 Contoh :
• Pada suatu perhitungan terhadap responden
terdapat 10 item.
• 10 item tersebut dikelompokkan berdasarkan
ganjil dan genap
 Koefisien/angka reliabilitasnya adalah :
 Selain dengan cara belah dua, prosedur
pencarian nilai reliabilitas dapat dilakukan
dengan tidak mensyaratkan pembelahan
item ke dalam dua kelompok, sehingga
bisa diterapkan pada instrumen yang
jumlah itemnya tidak genap
 Menggunakan pendekatan :
• Formula K-R 21 (Kuder Richardson)
• Rumus Alpha (Cronbach)
 Untuk lebih jelasnya mengenai
Formula dan contoh-contoh dapat
dilihat di file Doc (Ms Word) dengan
nama file :
pengukuran dan instrumen.doc

 File ini bisa dicopy di Lab A, atau


download di alamat adiprtm.dikti.net

Anda mungkin juga menyukai