Anda di halaman 1dari 6

Jenis-jenis Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kuantitatif

Secara umum, validitas tes dibagi menjadi dua yaitu validitas tes secara
rasional dan validitas tes secara empiris.
a. Validitas Tes Secara Rasional
Validitas rasional adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil
pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berfikir secara logis. Dengan
demikian maka suatu tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki
validitas rasional, apabila setelah dilakukan  penganalisisan
penganalisisan secara rasional rasional ternyata ternyata bahwa tes hasil
belajar belajar itu memang (secara (secara rasional) dengan tepat telah
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Hermawan, 2005) dalam
[ CITATION Siy15 \l 1033 ].
b. Validitas tes secara empiris
Validitas empiris adalah validitas yang bersumber pada pengamatan di
lapangan. Tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas
empiris apabila didasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap data
hasil pengamatan di lapangan, terbukti bahwa hasil tes belajar itu dengan
secara tepat telah dapat mengukur hasil belajar yang seharusnya diungkap
atau diukur lewat tes hasil belajar tersebut (Arif, 2005) dalam [ CITATION
Siy15 \l 1033 ].
Dalam beragam buku tentang penelitian kuantitatif (Huck, 2012; Manning
& Don Munro, 2006; Nardi, 2003; Pallant, 2010) dalam [ CITATION Bud18 \l 1033 ] ,
terdapat tiga jenis validitas yang sering didiskusikan para ahli statistik, yakni
validitas isi (content validity), validitas kriteria pembanding (criterionrelated
validity), dan validitas konstrak (construct validity).
a. Content Validity
Validi isi berkaitan dengan apakah butir-butir pernyataan (item-item)
yang tersusun dalam kuesioner atau tes sudah mencakup semua materi
yang hendak diukur. Misalnya, Anda hendak meneliti tentang gaya
kepemimpinan kepala sekolah dalam era Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS). Untuk tujuan tersebut, Anda melakukan kajian literatur (literature
review) tentang gaya-gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam era MBS.
Berdasarkan literature review, Anda kemudian menyusun kuesioner Anda,
misalnya dalam beberapa bagian: Bagian 1, Informasi demografis (latar
belakang) responden; Bagian 2, Gaya kepemimpinan distributif; Bagian 3,
Gaya kepemimpinan autentik; Bagian 4, Gaya kepemimpinan moral
(ethical leadership); Bagian 5, Gaya kepemimpinan transformasional; dan
Bagian 6, Gaya kepemimpinan situasional. Pernyataan-pernyataan dalam
kuesioner disusun berdasarkan masingmasing gaya kepemimpinan kepala
sekolah tersebut sehingga diharapkan agar itemitem tersebut dapat
mewakili seluruh landasan teoretis tentang topik penelitian tersebut (gaya
kepemimpinan kepala sekolah dalam era MBS).
Validitas ini berkaitan dengan apakah butir-butir pernyataan (item-item)
yang tersusun dalam kuesioner atau tes sudah mencakup semua materi
yang hendak diukur. Misalnya, Anda hendak meneliti tentang gaya
kepemimpinan kepala sekolah dalam era Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS). Untuk tujuan tersebut, Anda melakukan kajian literatur (literature
review) tentang gaya-gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam era MBS.
Berdasarkan literature review, Anda kemudian menyusun kuesioner Anda,
misalnya dalam beberapa bagian: Bagian 1, Informasi demografi s (latar
belakang) responden; Bagian 2, Gaya kepemimpinan distributif; Bagian 3,
Gaya kepemimpinan autentik; Bagian 4, Gaya kepemimpinan moral
(ethical leadership); Bagian 5, Gaya kepemimpinan transformasional; dan
Bagian 6, Gaya kepemimpinan situasional. Pernyataan-pernyataan dalam
kuesioner disusun berdasarkan masingmasing gaya kepemimpinan kepala
sekolah tersebut sehingga diharapkan agar itemitem tersebut dapat
mewakili seluruh landasan teoretis tentang topik penelitian tersebut (gaya
kepemimpinan kepala sekolah dalam era MBS).
Validitas isi lebih menekankan pada keabsahan instrumen yang disusun
dikaitkan dengan domain yang ingin diukur. Sehubungan dengan itu,
spesifikasi apa yang ingin diukur harus tergambar dengan jelas dan tuntas.
Ini berarti pula sebelum menyusun spesifikasi harus jelas terlebih dahulu
apa tujuan yang ingin dicapai dengan instrumen tersebut. Berdasarkan
tujuan tersebut, maka peneliti dapat pula menetapkan cakupan atau ruang
lingkup yang akan ditanyakan. Sejalan dengan itu, bobot masingmasing
bahan yang diwakili dalam instrumen seimbang dengan cakupan yang
tersedia [ CITATION Yus17 \l 1033 ].
Menurut Yusuf, (2017) dalam menyusun instrumen yang baik suatu
penelitian dan mempunyai validitas isi yang tinggi, maka peneliti
hendaklah memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Menyusun kisi-kisi perilaku, pengetahuan maupun sikap yang
mencakup keseluruhan isi yang ingin diteliti.
b. Mengambil sampel dari perilaku, pengetahuan, maupun sikap
berdasarkan kisikisi yang telah disusun itu. Sampel yang diambil
itu hendaknya mewakili isi keseluruhan dan bersifat proporsional,
sehingga banyaknya materi yang akan ditanyakan sebanding
dengan luasnya objek penelitian.
c. Susun instrumen dengan selalu memperhatikan caracara
penyusunan instrumen yang baik dan benar.
d. Timbang instrumen yang telah siap itu kepada seorang ahli di
bidang yang Anda teliti untuk mendapatkan tanggapan dan
komentar serta saransaran yang perbaikan. Selanjutnya analisis
dengan statistik.
e. Sebaiknya dilakukan seminar/focus group discussion untuk
menanggapi instrumen yang telah disusun maupun yang sudah
diperbaiki itu, sebelum dilakukan penggandaan
b. Criterion Validity
Criterion validity berkaitan dengan apakah alat pengukuran yang baru
sudah tepat sesuai dengan instrumen pengukuran lainnya yang dianggap
sebagai model atau telah dipakai secara luas dalam bidang ilmu tertentu.
Dalam konteks ini, peneliti perlu membandingkan instrumen penelitian
yang baru dengan instrumen penelitian lainnya. Dalam bidang psikologi
misalnya, hasil tes dengan menggunakan alat pengukuran kecerdasan yang
baru dikorelasikan dengan alat pengukuran kecerdasan yang telah dipakai
secara luas, yakni Stanford-Binet. Dua hal utama yang perlu dibandingkan
ialah konteks responden yang terdapat dalam kedua alat pengukuran dan
secara khusus dalam penelitian korelasi, skor hasil tes perlu dibandingkan
untuk melihat nilai korelasi koefisien kedua instrumen. Huck (2012) dalam
[ CITATION Bud18 \l 1033 ] menjelaskan bahwa Korelasi Pearson dipakai
untuk melihat korelasi kedua skor instrumen. Semakin besar nilai korelasi
Pearson (r) kedua instrumen, semakin tinggi tingkat validitas instrumen
tersebut.
c. Validitas Konstrak (Construct Validity)
Validitas ini berkaitan dengan apakah alat penelitian yang dipakai telah
disusun berdasarkan kerangka (construct) teoretis yang tepat dan relevan.
Kuesioner yang memiliki validitas konstruk tinggi selalu berdasarkan defi
nisi atau batasan para ahli tentang konsep tersebut, bukan pada defi nisi
kamus. Misalnya, kita ingin mengukur efektifi tas kepemimpinan kepala
sekolah, maka perlu ditentukan dulu konsep teoretis tentang teori
efektivitas dan kepemimpinan serta hubungan keduanya dalam efektivitas
kepemimpinan di sekolah. Berdasarkan batasan-batasan tersebut, Anda
dapat menyusun butir-butir pernyataan dan/atau pertanyaan-pertanyaan
yang sesuai. Dengan SPSS, item-item kuesioner dan/atau tes perlu diukur
dengan menggunakan analisis faktor.
Validitas konstruk lebih menekankan pada seberapa jauh instrumen
yang disusun itu terkait secara teoretis mengukur konsep yang telah
disusun oleh peneliti atau seberapa jauhkah (degree) konstruk atau trait
psikologis itu diwakili secara nyata dalam instrumen. Untuk mengetahui
validity konstruk suatu instrumen penelitian dapat dilakukan dengan
mencari korelasi instrumen dengan instrumen lain yang telah diketahui
validitasnya atau meminta penimbang ahli (expert judgement) untuk
menimbang instrumen yang disusun peneliti. Di samping itu dapat juga
digunakan multitrait-multimethod matric atau faktor analisis [ CITATION
Yus17 \l 1033 ].
Reliabilitas empiris soal objektif
Reliabilitas empiris soal objektif dibagi menjadi tiga macam
[ CITATION Siy15 \l 1033 ], yaitu:
a. Koefisien stabilitas
Koefisien stabilitas (coefficient of stability) adalah jenis reliabilitas
yang diperoleh dengan cara uji coba ulang (test – retest) yaitu dengan
memberikan ujian dengan suatu soal kepada sekelompok individu
kemudian mengujikan kembali soal tersebut pada kelompok sama pada
waktu yang berbeda. Besarnya reliabilitas soal dihitung dengan mencari
product moment antara skor hasil uji pertama dengan skor hasil uji kedua.
Soal dikatakan reliabel bila koefisien stabilitas r11 atau rtt sama atau lebih
besar dari 0,70.
b. Koefisien ekuivalen
Koefisien ekuivalen (coefficient of equivalence) adalah jenis
reliabilitas yang diperoleh dengan cara menguji cobakan dua soal yang
paralel pada kelompok sama dan waktu yang sama (equivalence forms
method, parallel form method, atau alternate forms method). Jadi dalam
hal ini ada dua soal yang paralel, artinya masing-masing soal disusun
tersendiri, jumlah butir soal sama, isi dan bentuk sama, tingkat kesukaran
sama, waktu serta petunjuk untuk mengerjakan soal juga sama. Skor hasil
uji coba kedua soal dikorelasikan dengan rumus product moment untuk
menghitung koefisien ekuivalen. Kedua jenis soal yang paralel bersifat
reliabel jika angka koefisian ekuivalen yaitu r11 atau rtt besar atau sam
ekuivalen yaitu r11 atau rtt besar atau sama dengan a dengan 0,70.
c. Koefisien konsistensi internal
Koefisien konsistensi internal (coefficient of internal consistency)
adalah reliabilitas yang diperoleh dengan cara mengujicobakan suatu soal
dan menghitung korelasi hasil uji coba dari kelompok yang sama. Ada tiga
cara untuk memperoleh reliabilitas jenis ini yaitu; cara belah dua (split half
method), cara Kuder Richardson 20 atau Kuder Richardson 21, dan cara
Cronbach khusus untuk soal uraian.
Dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid, reliabel
dan obyektif, maka penelitian dilakukan dengan menggunakan instrurnen yang
valid dan reliabel, dilakukan pada sampel yang mendekati jumlah populasi dan
pengumpularn serta analisis data dilakukan dengan cara yang benar. Jadi dapat
disimpulkan dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid dan
reliabel yang diuji validitas dan reliabilitasnya adalah instrumen penelitiannya,
sedangkan dalam penelitian kualitatif yang diuji adalah datanya. Oleh karena itu
Susan Stainback (1988) dalam [ CITATION Sug13 \l 1033 ] menyatakan bahwa
penelitian kuantitatif lebih menekankan pada aspek reliabilitas, sedangkan
penelitian kualitatif lebih pada aspek validitas.

Budiastuti, D., & Bandur, A. (2018). Validitas dan Reliabilitas Penelitian dengan
Analisis NVIVO, SPSS dan AMOS. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Siyoto, S., & Ali, S. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi
Media Publishing.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Yusuf, A. M. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai