Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

“Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Darmiyati, M.Pd.

Disusun Oleh
5E PGSD
Kelompok 4:
Dentawana BR Silaban (7) 1910125120030
Sri Mulyani (8) 1910125120035
Muhammad Abijar Rizaliannor (14) 1910125210116
Zira Shafira (16) 1910125220010
Iqlima Rahmatunnisa Hefny (19) 1910125220025
Shella Wati (24) 1910125220055
Dina Amelia (55) 1910125320086

KEMENTRIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, atas segala limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Validitas dan
Reliabilitas Instrumen Penelitian”.
Tak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan
kita Nabi Muhammad S.A.W, kepada keluarga, para sahabat, beserta seluruh
pengikut beliau hingga akhir zaman. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
dari Ibu Dr. Hj. Darmiyati, M.Pd dalam mata kuliah Metodologi Penelitian.
Melalui makalah ini diharap dapat menjadi salah satu referensi, menambah
pengetahuan, serta pemahaman bagi pembaca. Kami menyadari makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan, sehingga dapat menjadi perbaikan dalam penulisan karya-karya yang
akan datang.

Banjarmasin, Oktober 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Validitas Dan Reliabilitas...........................................................3
B. Apa Saja Jenis-Jenis Validitas dan Reliabilitas Intrumen Penelitian............5
C. Cara Menentukan Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian............10
D. Pengujian Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian (Kualitatif Dan
Kuantitatif).........................................................................................................16
BAB III PENUTUP..............................................................................................35
A. Kesimpulan.................................................................................................35
B. Saran............................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menurut Bloor (1997) dalam (Sandu Siyoto, dll, 2015: 84),


validitas adalah salah satu ciri yang menandai tes hasil belajar yang baik.
Untuk dapat menentukan apakah suatu tes hasil belajar telah memiliki
validitas atau daya ketepatan mengukur, dapat dilakukan dari dua segi,
yaitu : dari segi tes itu sendiri sebagai totalitas, dan dari segi itemnya,
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tes tersebut.
Reliabilitas adalah kemampuan alat ukur untuk tetap konsisten
meskipun ada perubahan waktu. Misalnya untuk mengukur tinggi badan
unit analisis, alat ukurnya dinyatakan reliabel jika pengukuran pertama,
kedua dan seterusnya memberikan hasil yang sama. Demikian juga dengan
pengukuran kadar Hb dengan menggunakan alat ukurnya, dikatakan
reliabel jika tidak ada perubahan dalam hasil pengukuran (Neliwati, 2018:
164). Secara umum, validitas tes dibagi menjadi dua yaitu validitas tes
secara rasional dan validitas tes secara empiris. Validitas rasional adalah
validitas yang diperoleh atas dasar hasil pemikiran, validitas yang
diperoleh dengan berfikir secara logis. Validitas tes secara empiris
Validitas empiris adalah validitas yang bersumber pada pengamatan di
lapangan.
Validitas instrumen berhubungan dengan kesesuaian dan ketepatan
fungsi alat ukur yang digunakannya. Maka dari itu sebelum instrument
tersebut digunakan di lapangan perlu adanya pengujian validitas terhadap
instrument tersebut.Uji Validitas adalah prosedur untuk memastikan
apakah kuesioner yang akan dipakai untuk mengukur variabel penelitian
valid atau tidak. Kuesioner dikatakan valid apabila dapat
mempresentasikan atau mengukur apa yang hendak diukur (variabel
penelitian).

1
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada
uji validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif, kriteria utama
terhadap data hasil penelitian adalah, valid, reliabel dan obyektif.

Menurut penelitian kualitatif, suatu realitas itu bersifat majemuk


ganda, dinamis/selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan
berulang seperti semula. Air mengalir terus, waktu terus berubah, situasi
senantiasa berubah dan demikian pula perilaku manusia yang terlibat
dalam situasi sosial. Dengan dernikian tidak ada suatu data yang tetap
konsisten/stabil. Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian
kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif.
Jadi uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility
(validityas interbal), transferability (validitas ekstemal), dependability
(reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Validitas dan Reliabilitas?


2. Apa saja Jenis-jenis Validitas dan Reliabilitas instrument penilitian?
3. Bagaimana Cara menentukan Validitas dan Reliabilitas Instrumen
penelitian?
4. Bagaimana Pengujian Validitas dan Reabilitas instrumen penelitian
(Kualitatif dan kuantitatif)?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pengertian Validitas dan Reliabilitas.


2. Untuk mengetahui Apa saja Jenis-jenis Validitas dan Reliabilitas
intrumen penelitian.
3. Untuk mengetahui Cara menentukan Validitas dan Reliabilitas
Instrumen penelitian.
4. Untuk mengetahui Pengujian Validitas dan Reabilitas instrumen
penelitian (Kualitatif dan kuantitatif).

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Validitas Dan Reliabilitas.

Setelah memutuskan teknik pengumpulan data, maka peneliti harus


menentukan instrumen (alat pengumpul data) yang akan dipakai. Idealnya,
sebagai alat ukur, instrumen yang digunakan harus sudah baku. Untuk
mendapatkan data yang baik, instrument penelitian setidaknya menggunakan
validitas atau realibitas (Neliwati, 2018:163).

Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam


pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan
reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak
untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel (Sugiyono, 2013:
122).

1. Validitas
Menurut Bloor (1997) dalam (Sandu Siyoto, dll, 2015: 84),
validitas adalah salah satu ciri yang menandai tes hasil belajar yang baik.
Untuk dapat menentukan apakah suatu tes hasil belajar telah memiliki
validitas atau daya ketepatan mengukur, dapat dilakukan dari dua segi,
yaitu : dari segi tes itu sendiri sebagai totalitas, dan dari segi itemnya,
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tes tersebut.
Validitas adalah istilah yang menggambarkan kemampuan sebuah
instrumen untuk mengukur apa yang ingin diukur. Misalnya peneliti ingin
mengukur suhu badan, instrumen yang digunakan agar penelitian ini valid
adalah alat pengukur suhu badan, bukannya alat pengukur berat badan.
Maka, validitas berarti membicarakan keshahihan sebuah alat ukur untuk
mendapatkan data (Neliwati, 2018: 162).
Validitas menurut peneitian kualitatif merupakan derajat ketepatan
antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat
dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data

3
“yang tidak berbeda” antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data
yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian (Hardani, 2020: 198).
Instrurnen yang valid dalam penelitian kuantitatif, berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (rnengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang
dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang.
Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk rnengukur berat
(Sugiyono, 2013: 121)
2. Reabilitas
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang
mempunyai asal kata rely yang artinya percaya dan reliabel yang artinya
dapat dipercaya. Keterpercayaan berhubungan dengan ketepatan dan
konsistensi. Test hasil belajar dikatakan dapat dipercaya apabila
memberikan hasil pengukuran hasil belajar yang relatif tetap secara
konsisten (Sandu Siyoto, dll, 2015: 92).
Reliabilitas adalah kemampuan alat ukur untuk tetap konsisten
meskipun ada perubahan waktu. Misalnya untuk mengukur tinggi badan
unit analisis, alat ukurnya dinyatakan reliabel jika pengukuran pertama,
kedua dan seterusnya memberikan hasil yang sama. Demikian juga dengan
pengukuran kadar Hb dengan menggunakan alat ukurnya, dikatakan
reliabel jika tidak ada perubahan dalam hasil pengukuran (Neliwati, 2018:
164).
Menurut penelitian kualitatif, suatu realitas itu bersifat
majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah, sehingga tidak ada yang
konsisten dan berulang seperti semula. Heraclites dalam Nasution (2008)
menyatakan bahwa „kita tidak bisa dua kali masuk sungai yang sama” air
mengalir terus, waktu terus berubah, situasi senantiasa berubah dan
demikian pula perilaku manusia yang terlibat dalam situasi sosial. Dengan
demikian tidak ada suatu data yang tetap/konsisten/stabil (Hardani, 2020:
199).

4
Instrumen yang reliabel dalam penelitian kuantitatif adalah
instrurnen yang bila digunakan beberapa kali untuk rnengukur obyek yang
sama, akan rnenghasilkan data yang sarna. Alat ukur panjang dari karet
adalah contoh instrumen yang tidak reliabeI/lkonsisten (Sugiyono, 2015:
121).

B. Apa Saja Jenis-Jenis Validitas dan Reliabilitas Intrumen Penelitian.

Secara umum, validitas tes dibagi menjadi dua yaitu validitas tes secara
rasional dan validitas tes secara empiris.
a. Validitas Tes Secara Rasional
Validitas rasional adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil
pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berfikir secara logis. Dengan
demikian maka suatu tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki
validitas rasional, apabila setelah dilakukan  penganalisisan
penganalisisan secara rasional rasional ternyata ternyata bahwa tes hasil
belajar belajar itu memang (secara (secara rasional) dengan tepat telah
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Hermawan, 2005) dalam
[ CITATION Siy15 \l 1033 ].
a. Validitas tes secara empiris
Validitas empiris adalah validitas yang bersumber pada pengamatan di
lapangan. Tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas
empiris apabila didasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap data
hasil pengamatan di lapangan, terbukti bahwa hasil tes belajar itu dengan
secara tepat telah dapat mengukur hasil belajar yang seharusnya diungkap
atau diukur lewat tes hasil belajar tersebut (Arif, 2005) dalam [ CITATION
Siy15 \l 1033 ].
Dalam beragam buku tentang penelitian kuantitatif (Huck, 2012; Manning
& Don Munro, 2006; Nardi, 2003; Pallant, 2010) dalam [ CITATION Bud18 \l
1033 ], terdapat tiga jenis validitas yang sering didiskusikan para ahli statistik,
yakni validitas isi (content validity), validitas kriteria pembanding
(criterionrelated validity), dan validitas konstrak (construct validity).
a. Content Validity

5
Validi isi berkaitan dengan apakah butir-butir pernyataan (item-item)
yang tersusun dalam kuesioner atau tes sudah mencakup semua materi
yang hendak diukur. Misalnya, Anda hendak meneliti tentang gaya
kepemimpinan kepala sekolah dalam era Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS). Untuk tujuan tersebut, Anda melakukan kajian literatur (literature
review) tentang gaya-gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam era MBS.
Berdasarkan literature review, Anda kemudian menyusun kuesioner Anda,
misalnya dalam beberapa bagian: Bagian 1, Informasi demografis (latar
belakang) responden; Bagian 2, Gaya kepemimpinan distributif; Bagian 3,
Gaya kepemimpinan autentik; Bagian 4, Gaya kepemimpinan moral
(ethical leadership); Bagian 5, Gaya kepemimpinan transformasional; dan
Bagian 6, Gaya kepemimpinan situasional. Pernyataan-pernyataan dalam
kuesioner disusun berdasarkan masingmasing gaya kepemimpinan kepala
sekolah tersebut sehingga diharapkan agar itemitem tersebut dapat
mewakili seluruh landasan teoretis tentang topik penelitian tersebut (gaya
kepemimpinan kepala sekolah dalam era MBS).
Validitas ini berkaitan dengan apakah butir-butir pernyataan (item-
item) yang tersusun dalam kuesioner atau tes sudah mencakup semua
materi yang hendak diukur. Misalnya, Anda hendak meneliti tentang gaya
kepemimpinan kepala sekolah dalam era Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS). Untuk tujuan tersebut, Anda melakukan kajian literatur (literature
review) tentang gaya-gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam era MBS.
Berdasarkan literature review, Anda kemudian menyusun kuesioner Anda,
misalnya dalam beberapa bagian: Bagian 1, Informasi demografi s (latar
belakang) responden; Bagian 2, Gaya kepemimpinan distributif; Bagian 3,
Gaya kepemimpinan autentik; Bagian 4, Gaya kepemimpinan moral
(ethical leadership); Bagian 5, Gaya kepemimpinan transformasional; dan
Bagian 6, Gaya kepemimpinan situasional. Pernyataan-pernyataan dalam
kuesioner disusun berdasarkan masingmasing gaya kepemimpinan kepala
sekolah tersebut sehingga diharapkan agar itemitem tersebut dapat
mewakili seluruh landasan teoretis tentang topik penelitian tersebut (gaya
kepemimpinan kepala sekolah dalam era MBS).

6
Validitas isi lebih menekankan pada keabsahan instrumen yang
disusun dikaitkan dengan domain yang ingin diukur. Sehubungan dengan
itu, spesifikasi apa yang ingin diukur harus tergambar dengan jelas dan
tuntas. Ini berarti pula sebelum menyusun spesifikasi harus jelas terlebih
dahulu apa tujuan yang ingin dicapai dengan instrumen tersebut.
Berdasarkan tujuan tersebut, maka peneliti dapat pula menetapkan
cakupan atau ruang lingkup yang akan ditanyakan. Sejalan dengan itu,
bobot masingmasing bahan yang diwakili dalam instrumen seimbang
dengan cakupan yang tersedia [ CITATION Yus17 \l 1033 ].
Menurut Yusuf, (2017) dalam menyusun instrumen yang baik suatu
penelitian dan mempunyai validitas isi yang tinggi, maka peneliti
hendaklah memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Menyusun kisi-kisi perilaku, pengetahuan maupun sikap yang
mencakup keseluruhan isi yang ingin diteliti.
b. Mengambil sampel dari perilaku, pengetahuan, maupun sikap
berdasarkan kisikisi yang telah disusun itu. Sampel yang diambil itu
hendaknya mewakili isi keseluruhan dan bersifat proporsional,
sehingga banyaknya materi yang akan ditanyakan sebanding dengan
luasnya objek penelitian.
c. Susun instrumen dengan selalu memperhatikan caracara penyusunan
instrumen yang baik dan benar.
d. Timbang instrumen yang telah siap itu kepada seorang ahli di bidang
yang Anda teliti untuk mendapatkan tanggapan dan komentar serta
saransaran yang perbaikan. Selanjutnya analisis dengan statistik.
e. Sebaiknya dilakukan seminar/focus group discussion untuk
menanggapi instrumen yang telah disusun maupun yang sudah
diperbaiki itu, sebelum dilakukan penggandaan
b. Criterion Validity
Criterion validity berkaitan dengan apakah alat pengukuran yang baru
sudah tepat sesuai dengan instrumen pengukuran lainnya yang dianggap
sebagai model atau telah dipakai secara luas dalam bidang ilmu tertentu.
Dalam konteks ini, peneliti perlu membandingkan instrumen penelitian

7
yang baru dengan instrumen penelitian lainnya. Dalam bidang psikologi
misalnya, hasil tes dengan menggunakan alat pengukuran kecerdasan yang
baru dikorelasikan dengan alat pengukuran kecerdasan yang telah dipakai
secara luas, yakni Stanford-Binet. Dua hal utama yang perlu dibandingkan
ialah konteks responden yang terdapat dalam kedua alat pengukuran dan
secara khusus dalam penelitian korelasi, skor hasil tes perlu dibandingkan
untuk melihat nilai korelasi koefisien kedua instrumen. Huck (2012) dalam
[ CITATION Bud18 \l 1033 ] menjelaskan bahwa Korelasi Pearson dipakai
untuk melihat korelasi kedua skor instrumen. Semakin besar nilai korelasi
Pearson (r) kedua instrumen, semakin tinggi tingkat validitas instrumen
tersebut.
c. Validitas Konstrak (Construct Validity)
Validitas ini berkaitan dengan apakah alat penelitian yang dipakai
telah disusun berdasarkan kerangka (construct) teoretis yang tepat dan
relevan. Kuesioner yang memiliki validitas konstruk tinggi selalu
berdasarkan defi nisi atau batasan para ahli tentang konsep tersebut, bukan
pada defi nisi kamus. Misalnya, kita ingin mengukur efektifi tas
kepemimpinan kepala sekolah, maka perlu ditentukan dulu konsep teoretis
tentang teori efektivitas dan kepemimpinan serta hubungan keduanya
dalam efektivitas kepemimpinan di sekolah. Berdasarkan batasan-batasan
tersebut, Anda dapat menyusun butir-butir pernyataan dan/atau
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai. Dengan SPSS, item-item kuesioner
dan/atau tes perlu diukur dengan menggunakan analisis faktor.
Validitas konstruk lebih menekankan pada seberapa jauh instrumen
yang disusun itu terkait secara teoretis mengukur konsep yang telah
disusun oleh peneliti atau seberapa jauhkah (degree) konstruk atau trait
psikologis itu diwakili secara nyata dalam instrumen. Untuk mengetahui
validity konstruk suatu instrumen penelitian dapat dilakukan dengan
mencari korelasi instrumen dengan instrumen lain yang telah diketahui
validitasnya atau meminta penimbang ahli (expert judgement) untuk
menimbang instrumen yang disusun peneliti. Di samping itu dapat juga

8
digunakan multitrait-multimethod matric atau faktor analisis [ CITATION
Yus17 \l 1033 ].
 Reliabilitas empiris soal objektif
Reliabilitas empiris soal objektif dibagi menjadi tiga macam
[ CITATION Siy15 \l 1033 ], yaitu:
a. Koefisien stabilitas
Koefisien stabilitas (coefficient of stability) adalah jenis reliabilitas
yang diperoleh dengan cara uji coba ulang (test – retest) yaitu dengan
memberikan ujian dengan suatu soal kepada sekelompok individu
kemudian mengujikan kembali soal tersebut pada kelompok sama pada
waktu yang berbeda. Besarnya reliabilitas soal dihitung dengan mencari
product moment antara skor hasil uji pertama dengan skor hasil uji kedua.
Soal dikatakan reliabel bila koefisien stabilitas r11 atau rtt sama atau lebih
besar dari 0,70.
b. Koefisien ekuivalen
Koefisien ekuivalen (coefficient of equivalence) adalah jenis
reliabilitas yang diperoleh dengan cara menguji cobakan dua soal yang
paralel pada kelompok sama dan waktu yang sama (equivalence forms
method, parallel form method, atau alternate forms method). Jadi dalam
hal ini ada dua soal yang paralel, artinya masing-masing soal disusun
tersendiri, jumlah butir soal sama, isi dan bentuk sama, tingkat kesukaran
sama, waktu serta petunjuk untuk mengerjakan soal juga sama. Skor hasil
uji coba kedua soal dikorelasikan dengan rumus product moment untuk
menghitung koefisien ekuivalen. Kedua jenis soal yang paralel bersifat
reliabel jika angka koefisian ekuivalen yaitu r11 atau rtt besar atau sam
ekuivalen yaitu r11 atau rtt besar atau sama dengan a dengan 0,70.
c. Koefisien konsistensi internal
Koefisien konsistensi internal (coefficient of internal consistency)
adalah reliabilitas yang diperoleh dengan cara mengujicobakan suatu soal
dan menghitung korelasi hasil uji coba dari kelompok yang sama. Ada tiga
cara untuk memperoleh reliabilitas jenis ini yaitu; cara belah dua (split half

9
method), cara Kuder Richardson 20 atau Kuder Richardson 21, dan cara
Cronbach khusus untuk soal uraian.
Dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid,
reliabel dan obyektif, maka penelitian dilakukan dengan menggunakan
instrurnen yang valid dan reliabel, dilakukan pada sampel yang mendekati
jumlah populasi dan pengumpularn serta analisis data dilakukan dengan
cara yang benar. Jadi dapat disimpulkan dalam penelitian kuantitatif,
untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel yang diuji validitas dan
reliabilitasnya adalah instrumen penelitiannya, sedangkan dalam penelitian
kualitatif yang diuji adalah datanya. Oleh karena itu Susan Stainback
(1988) dalam [ CITATION Sug13 \l 1033 ] menyatakan bahwa penelitian
kuantitatif lebih menekankan pada aspek reliabilitas, sedangkan penelitian
kualitatif lebih pada aspek validitas.

C. Cara Menentukan Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian.

Validitas instrumen berhubungan dengan kesesuaian dan ketepatan


fungsi alat ukur yang digunakannya. Maka dari itu sebelum instrument
tersebut digunakan di lapangan perlu adanya pengujian validitas terhadap
instrument tersebut.Uji Validitas adalah prosedur untuk memastikan
apakah kuesioner yang akan dipakai untuk mengukur variabel penelitian
valid atau tidak. Kuesioner dikatakan valid apabila dapat
mempresentasikan atau mengukur apa yang hendak diukur (variabel
penelitian). Dengan kata lain validitas adalah ukuran yang menunjukkan
kevalidan dari suatu instrumen yang telah ditetapkan. Kuesioner yang
valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal.validitas internal
atau rasional, bila kriteria yang ada dalam kuesioner secara rasional
(teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur, sedangkan validitas
eksternal bila kriteria didalam kuesioner disusun berdasarkan fakta-fakta
emperis yang telah ada (eksternal).

1. Validitas

Azwar dalam jurnal (1987: 173) menyatakan bahwa validitas berasal


dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan

10
kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi
ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat
tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur
yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya
hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang
mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa
yang diukur.

Suryabrata dalam jurnal (2000: 41) menyatakan bahwa validitas tes


pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes,
atau derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes
mempermasalahkan apakah tes tersebut benar-benar mengukur apa yang
hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tes mampu
mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari
obyek ukur, akan tergantung dari tingkat validitas tes yang bersangkutan.
Sudjana (2004: 12) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan
ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul
menilai apa yang seharusnya dinilai. Suatu tes yang valid untuk tujuan
tertentu atau pengambilan keputusan tertentu, mungkin tidak valid untuk
tujuan atau pengambilan keputusan lain. Jadi validitas suatu tes, harus
selalu dikaitkan dengan tujuan atau pengambilan keputusan tertentu. Tes
masuk di SMA misalnya harus selalu dikaitkan dengan seberapa jauh tes
masuk tersebut dapat mencerminkan prestasi atau hasil belajar para calon
peserta didik baru setelah belajar nanti.

Konsep validitas tes dapat dibedakan atas tiga macam yaitu validitas
isi (content validity), validitas konstruk (construct validity), dan validitas
empiris atau validitas kriteria. Validitas isi suatu tes mempermasalahkan
seberapa jauh suatu tes mengukur tingkat penguasaan terhadap isi atau
konten atau materi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan
pengajaran. Dengan kata lain tes yang mempunyai validitas isi yang baik
ialah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya
dikuasai sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam Garis-
garis Besar Program Pengajaran (GBPP). (Suryabrata ,2000: 42)

11
Validitas isi menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir
dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan
proporsional perilaku sampel yang dikenai tes tersebut. Artinva tes itu
valid apabila butir-butir tes itu mencerminkan keseluruhan konten atau
materi yang diujikan atau yang seharusnya dikuasai secara proporsional.
Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak, harus dilakukan melalui
penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah
mewakili atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang
seharusnya dikuasai secara proporsional. Oleh karena itu validitas isi suatu
tes tidak mempunyai besaran tertentu yang dihitung secara statistika tetapi
dipahami bahwa tes itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh
karena itu, validitas isi sebenarriya mendasarkan pada analisis logika, tidak
merupakan suatu koefisien validitas yang dihitung secara statistika.
(Suryabrata ,2000: 42)

Validitas konstruk (construct validity) adalah validitas yang


mempermasalahkan seberapa jauh butir-butir tes mampu mengukur apa
yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau
definisi konseptual yang telah ditetapkan. Validitas konstruk biasa
digunakan untuk instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel konsep,
baik yang sifatnya performansi tipikal seperti instrumen untuk mengukur
sikap, minat konsep diri, lokus kontrol, gaya kepemimpinan, motivasi
berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performansi maksimum
seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), inteligansi
(kecerdasan intelektual), kecerdasan, emosional dan lain-lain. (Suryabrata ,
2000: 42)

Untuk menentukan validitas konstruk dilakukan proses penelaahan


teoretik dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari
perumusan konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada
penjabaran dan penulisan butir-butir instrumen. Perumusan, konstruk
harus dilakukan berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai konsep
variabel yang hendak diukur melalui proses analisis dan komparasi yang
logik dan cermat. Menyimak proses telaah teoretik seperti telah

12
dikemukakan, maka proses validasi konstruk sebuah instrumen dilakukan
melalui penelaahan atau justifikasi pakar atau melalui penilaian
sekelompok panel yang terdiri dari orang-orang yang menguasai substansi
atau konten dari variabel yang hendak diukur. (Suryabrata ,2000: 43)

Validitas empiris sama dengan validitas kriteria yang berarti bahwa


validitas ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun
kriteria eksternal. Validitas empiris diperoleh melalui hasil uji coba tes
kepada responden yang setara dengan responden yang akan dievaluasi atau
diteliti. Kriteria internal adalah tes atau instrumen itu sendiri yang menjadi
kriteria, sedang kriteria eksternal adalah hasil ukur instrumen atau tes lain
di luar instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria. Ukuran lain yang sudah
dianggap baku atau dapat dipercaya dapat pula dijadikan sebagai kriteria
eksternal. Validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria internal disebut
validitas internal sedangkan validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria
eksternal disebut validitas eksternal. (Suryabrata ,2000: 45)

Validitas internal (validitas butir) termasuk kelompok validitas kriteria


yang merupakan validitas yang diukur dengan besaran yang menggunakan
tes sebagai suatu kesatuan (keseluruhan butir) sebagai kriteria untuk
menentukan validitas butir dari tes itu. Dengan demikian validitas internal
mempermasalahkan validitas butir dengan menggunakan hasil ukur tes
tersebut sebagai suatu kesatuan sebagai kriteria, sehingga biasa juga
disebut validitas butir. Validitas internal diperlihatkan oleh seberapa jauh
hasil ukur butir tersebut konsisten dengan hasil ukur tes secara
keseluruhan. Oleh karena itu validitas butir tercermin pada besaran
koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total tes. Jika koefisien
korelasi skor butir dengan skor total tes positif dan signifikan maka butir
tersebut valid berdasarkan ukuran validitas internal. (Suryabrata ,2000: 45)

Koefisien korelasi yang tinggi antara skor butir dengan skor total
mencerminkan tingginya konsistensi antara hasil ukur keseluruhan tes
dengan hasil ukur butir tes atau dapat dikatakan bahwa butir tes tersebut

13
konvergen dengan butir-butir lain dalam mengukur suatu konsep atau
konstruk yang hendak diukur. (Suryabrata ,2000: 45)

2. Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya
apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok
subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama
aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Nur (1987:
47) menyatakan bahwa reliabilitas ukuran menyangkut seberapa jauh skor
deviasi individu, atau skor-z, relatif konsisten apabila dilakukan
pengulangan pengadministrasian dengan tes yang sama atau tes yang
ekivalen. (Nur ,1987: 47)

Azwar dalam jurnal (2003 : 176) menyatakan bahwa reliabilitas


merupakan salah-satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang
baik. Arifin dalam jurnal (1991: 122) menyatakan bahwa suatu tes
dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan
pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.

Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur berkaitan erat


dengan masalah kekeliruan pengukuran. Kekeliruan pengukuran sendiri
menunjukkan sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila
dilakukan pengukuran ulang terhadap kelompok subyek yang sama.
Sedangkan konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur berkaitan
erat dengan kekeliruan dalam pengambilan sampel yang mengacu pada
inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada
kelompok yang berbeda. Sudjana (2004: 16) menyatakan bahwa
reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut
dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian
tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.
(Sudjana,2004:16)

14
Djaali dalam jurnal (2000: 81) menyatakan bahwa reliabilitas
dibedakan atas dua macam, yaitu reliabilitas konsistensi tanggapan, dan
reliabilitas konsistensi gabungan butir. Reliabilitas konsistensi tanggapan
responden mempersoalkan apakah tanggapan responden atau obyek ukur
terhadap tes atau instrumen tersebut sudah baik atau konsisten. Dalam hal
ini apabila suatu tes atau instrumen digunakan untuk melakukan
pengukuran terhadap obyek ukur kemudian dilakukan pengukuran kembali
terhadap obyek ukur yang sama, apakah hasilnya masih tetap sama dengan
pengukuran sebelumnya. Jika hasil pengukuran kedua menunjukkan
ketidakkonsistenan maka jelas hasil pengukuran itu tidak mencerminkan
keadaan obyek ukur yang sesungguhnya.

Untuk mengetahui apakah tanggapan terhadap tes atau instrumen itu


mantap, konsisten atau tidak plin-plan, dapat dilakukan dengan cara
memberikan tes yang sama secara berulang kali (dua kali) kepada obyek
ukur atau responden yang sama. Pengetesan dua kali merupakan syarat
minimal untuk mengetahui apakah tanggapan obyek ukur terhadap tes
tersebut konsisten atau tidak. (Djaali ,2000: 81)

Dalam pelaksanaan pengetesan dua kali ini dapat ditempupuh berbagai


cara yaitu kita melakukan pengetesan dua kali dengan tes sama terhadap
obyek ukur yang sama, atau dengan melakukan pengetesan sekali dengan
menggunakan dua tes yang butir-butirnya setara. Jika kita menggunakan
pengetesan sekali maka kesamaan atau kesetaraan tes yang digunakan
merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi, karena kemantapan atau
konsistensi tanggapan terhadap butir-butir yang akan diperiksa. (Djaali ,
2000: 81)

Pada teknik belah dua ini pengukuran dilakukan dengan dua kelompok
butir yang setara pada saat yang sama. Karena setiap kelompok butir
merupakan separuh dari seluruh tes, maka biasanya kelompok butir
pertama diambil dari butir-butir tes yang bernomor ganjil, sedangkan
kelompok butir yang kedua diambil dari butir-butir tes yang bernomor
genap. Perlu diketahui bahwa reliabilitas dengan teknik ini sangat relatif,

15
karena reliabilitas akan tergantung pada cara penomoran dan
pengelompokan butir yang diambil. Di sini pengukuran dilakukan dengan
menggunakan dua tes yang dibuat setara kemudian diberikan kepada
responden atau obyek tes dalam waktu yang bersamaan. Skor dari kedua
kelompok butir tes tersebut dikorelasikan untuk mendapatkan reliabilitas
tes. (Djaali ,2000: 81)

Djaali dalam jurnal (2000: 81) menyatakan bahwa reliabilitas


konsistensi gabungan butir berkaitan dengan kemantapan antara butir
suatu tes. Hal ini dapat diungkapkan dengan pertanyaan, apakah terhadap
obyek ukur yang sama, butir yang satu menunjukkan hasil ukur yang sama
dengan butir yang lainnya? Dengan kata lain bahwa terhadap bagian obyek
ukur yang sama, apakah hasil ukur butir yang satu tidak kontradiksi
dengan hasil ukur butir yang lain.

Instrumen merupakan suatu alat yang karena memenuhi persyaratan


akademis maka dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu
obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Validitas
isi mempermasalahkan sejauh mana suatu tes mengukur tingkat
penguasaan terhadap isi atau materi tertentu yang seharusnya dikuasai
sesuai dengan tujuan pengajaran dan validitas isi tidak mempunyai
besaran. Validitas konstruk mempermasalahkan seberapa jauh butir-butir
tes mampu mengukur apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan
definisi konseptual yang telah ditetapkan. Validitas empiris (validitas
kriteria) yang berarti bahwa validitas ditentukan berdasarkan kriteria, baik
kriteria internal maupun kriteria eksternal. (Djaali ,2000: 83)

Reliabilitas mempermasalahkan sejauh mana hasil suatu pengukuran


dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran hanya dapat dipercaya apabila
dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek
yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama. Penentukan
koefisien reliabilitas instrumen untuk skor butir dikotomi digunakan rumus
KR-20, sedang untuk skor politomi digunakan rumus Alpha. Interpretasi
terhadap koefisien reliabilitas merupakan intrepretasi relatif, artinya tidak

16
ada batasan mutlak yang menunjukkan berapa angka koefisien minimal
yang harus dicapai agar suatu pengukuran dapat disebut reliabel. Namun,
memberikan informasi tentang hubungan varians skor teramati dengan
varians skor sejati kelompok individu. (Djaali ,2000: 81)

D. Pengujian Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian (Kualitatif


Dan Kuantitatif).

Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada


uji validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif, kriteria utama
terhadap data hasil penelitian adalah, valid, reliabel dan obyektif. Validitas
merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan
demikian data yang valid adalah data "yang tidak berbeda" antar data yang
dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada
obyek penelitian. Kalau dalam obyek penelitian terdapat warna merah,
maka peneliti akan melaporkan warna merah; kalau dalam obyek
penelitian para pegawai bekerja dengan keras, maka peneliti melaporkan
bahwa pegawai bekerja dengan keras. Bila peneliti membuat laporan yang
tidak sesuai dengan apa yang terjadi pada obyek, maka data tersebut dapat
diriyatakan tidak valid. [ CITATION Sug131 \l 1033 ]

Pengertian reliabilitas dalam penelitian kuantitatif, sangat berbeda


dengan reliabilitas dalam penelitian kualitatif. Hal ini terjadi karena
terdapat perbedaan paradigma dalam melihat realitas. Menurut penelitian
kualitatif, suatu realitas itu bersifat majemukiganda, dinamis/selalu
berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan berulang seperti semula.
Heraclites dalam Nasution (1988) dalam [ CITATION Sug131 \l 1033 ]
menyatakan bahwa "kita tidak bisa dua kali masuk sungai yang sarna" Air
mengalir terus, waktu terus berubah, situasi senantiasa berubah dan
demikian pula perilaku manusia yang terlibat dalam situasi sosial. Dengan
dernikian tidak ada suatu data yang tetap konsisten/stabil. Dalam
pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan
istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Jadi uji keabsahan data

17
dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility (validityas interbal),
transferability (validitas ekstemal), dependability (reliabilitas), dan
confirmability (obyektivitas).

1. Uji Kredibilitas
Bermacam-macam cara pengujian kredibilitas data ditunjukkan pada
gambar dibawah ini. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa uji
kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif
antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatkan
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan ternan sejawat,
analisis kasus negatif, dan membercheck.

a. Perpanjangan Pengamatan

18
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah
ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti
hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk rapport,
semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai
sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk
raport, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian, di mana kehadiran
peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang dipelajari. Rapport is a
relationship of mutual trust and emotional affinity between two or more
people (Susan Stainback, 1988) dalam [ CITATION Sug131 \l 1033 ]
Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih dianggap
orang asing, masih dicurigai, sehingga informasi yang diberikan belum
lengkap, tidak mendalam, dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan.
Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah
data yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau
tidak. Bila data yang diperoleh selama ini setelah dicek kembali pada
sumber data asli atau sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti
melakukan pengamatan lagi yang Iebih Iuas dan mendalam sehingga
diperoleh data yang pasti kebenarannya.
Berapa lama perpanjangan pengamatan ini dilakukan, akan sangat
tergantung pada kedalaman, keluasan dan kepastian data. Kedalaman artinya
apakah peneliti ingin menggali data sampai pada tingkat makna. Makna
berarti data di balik yang tampak. Yang tampak orang sedang menangis,
tetapi sebenarnya dia tidak sedih tetapi malah sedang berbahagia. Keluasan
berarti, banyak sedikitnya informasi yang diperoleh. Dalam hal ini setelah
peneliti memperpanjang pengamatan, apakah akan menambah focus
penelitian, sehingga memerlukan tambahan informasi baru lagi. Data yang
pasti adalah data yang valid yang sesuai dengan apa yang terjadi. Untuk
memastikan siapa yang menjadi provokator dalam kerusuhan, maka harus
betul-betul ditemukan secara pasti siapa yang menjadi provokator.
Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data
penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang

19
telah diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke
lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali ke
lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan
pengamatan dapat diakhiri. Untuk membuktikan apakah peneliti itu
melakukan uji kredibilitas melalui perpanjangan pengamatan atau tidak,
maka akan lebih baik kalau dibuktikan dengan surat keterangan
perpanjangan. Selanjutnya surat keterangan perpanjangan ini dilampirkan
dalam laporan penelitian [ CITATION Sug131 \l 1033 ].
b. Menigkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data
dan urutan peritiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai
contoh melihat sekelompok masyarakat yang sedang olah raga pagi. Bagi
orang awam olahraga adalah untuk meningkatkan kebugaran fisiko Tetapi
bagi peneliti kualitatif tentu akan lain kesimpulannya. Setelah peneliti
mencermati secara mendalam, olahraga pagi itu bagi sekelompok
masyarakat itu merupakan wahana untuk transaksi bisnis. Selanjutnya untuk
dapat memahami proses perdagangan narkoba, maka peneliti harus
melakukan pengamatan secara terus-menerus dan memahami bahasa-bahasa
sandi mereka.
Meningkatkan ketekunan itu ibarat kita mengecek soalsoal, atau makalah
yang telah dikerjakan, ada yang salah atau tidak. Dengan meningkatkan
ketekunan itu, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah
data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan
meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data
yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. Sebagai bekal peneliti
untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai
referensi buku maupun hasil penelitian atau dokurnentasi-dokumentasi yang
terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan
peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk
memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak [ CITATION
Sug131 \l 1033 ].

20
c. Triangulasi
Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency
of the data according to the convergence of multiple data sources or
multiple data collection procedures (Wiliam Wiersma, 1986) dalam
[ CITATION Sug131 \l 1033 ]. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagi sumber dengan berbagai
cara, dan berbagai waktu. Dengan dernikian terdapat triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang gaya
kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan dan pengujian data yang
telah diperoleh dilakukan ke bawahan yang dipimpin, ke atasan yang
menugasi, dan ke ternan kerja yang merupakan kelompok kerjasama.
Data dari ke tiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam
penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana
pandangan yang sarna, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber
data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan
(member cheek) dengan tiga sumber data tersebut.

2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sarna dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,

21
dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian
kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka
peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap
benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya
berbeda-beda.

3) Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara
sumber masih segar, belum ban yak masalah, akan memberikan data
yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka
pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu
atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda,
maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan
kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara
mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas
melakukan pengumpulan data.

22
d. Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil
penelitian hingga pada saat tertentu. Mengapa dengan analisis kasus
negative akan dapat meningkatkan kredibilitas data? Melakukan analisis
kasus negative berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan
bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data
yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan
sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti masih mendapatkan data-data
yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin
akan merubah temuannya. Hal ini sangat tergantung seberapa besar kasus
negative yang muncul terse but. Sebagai contoh, bila ada 99% orang
mengatakan bahwa si A, pengedar narkoba, sedangkan 1% menyatakan
tidak (negatif). Dengan adanya kasus negatif ini, maka peneliti justru harus
mencari tahu secara mendalam mengapa masih ada data yang berbeda.
Peneliti hams menemukan kepastian apakah 1% kelompok yang
menyatakan si A bukan pengedar narkoba itu betul atau tidak. Kalau
akhirnya yang 1% kelompok menyatakan bahwa si A adalah pengedar
narkoba, berarti kasus negatifnya tidak ada lagi. Dengan demikian temuan
penelitian menjadi lebih kredibel [ CITATION Sug131 \l 1033 ].
e. Menggunakan Bahan Referensi
Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah adanya pendukung
untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai
contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman
wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan
perlu didukung oleh foto-foto. Alat-alat bantu perekam data dalam

23
penelitian kualitatif, seperti camera, handycam, alat rekam suara sangat
diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh
peneliti. Dalam laporan penelitian, sebaiknya data-data yang dikemukakan
perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi
lebih dapat dipercaya.
f. Mengadakan Membercheck
Membercheck adalah, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui
seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh
pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi
data berarti datanya data tersebut valid, sehingga semakin kredibell
dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai
penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu
melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam,
maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan
apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi tujuan membercheck adalah agar
informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan
sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.
Pelaksanaan membercheck dapat dilakukan setelah satu periode
pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan, atau
kesimpulan. Caranya dapat dilakukan secara individual, dengan cara peneliti
datang ke pemberi data, atau melalui forum diskusi kelompok. Dalam
diskusi kelompok peneliti menyampaikan temuan kepada sekelompok
pemberi data. Dalam diskusi kelompok tersebut, mungkin ada data yang
disepakati, ditambah, dikurangi atau ditolak oJeh pemberi data. Setelah data
disepakati bersama, maka para pemberi data diminta untuk menandatangani,
supaya lebih otentik. Selain itu juga sebagai bukti bahwa peneliti telah
melakukan membercheck.
2. Pengujian Transferability
Seperti telah dikemukakan bahwa, transferability ini merupakan validitas
eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajad
ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel

24
tersebut diambil. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana
hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Bagi
peneliti naturalistik, nilai transfer bergantung pada pemakai, hingga manakala
hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain.
Peneliti sendiri tidak menjamin "validitas eksternal" ini.
Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian
kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian
tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian
yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka
pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat
memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian
tersebut di tempat lain. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran
yang sedemikian jelasnya, "semacam apa" suatu hasil penelitian dapat
diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut memenuhi standar
transferabilitas (Sanafiah Faisal, 1990) dalam [ CITATION Sug131 \l 1033 ].
Pengambilan sampel pada penelitian kualitatif tidak didasarkan pada teori
probabilitas seperti halnya yang dilakukan pada penelitian kuantitatif. Prosedur
pengambilan sampel penelitian kualitatif dilakukan secara teoritis (theoretical
sampling) atau dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Untuk itu
peneliti kualitatif perlu memberi perhatian pada saat melakukan seleksi
pengambilan sampel. Pengambilan sampel sebaiknya dititikberatkan pada unit-
unit esensial dan tipikal dari karakteristik subjek yang diteliti dan unit-unit
teoritis tersebut ditentukan sesuai dengan pemahaman konseptual terhadap
subjek atau topik yang diteliti. Dengan demikian acuan generalisasi diarahkan
pada kasus-kasus yang menunjukkan kesesuaian konteks bukan dalam
kerangka prinsip acak [ CITATION Yat08 \l 1033 ].
3. Pengujian Depenability
Dalam penelitian kuantitatif, depenability disebut reliabilitas. Suatu
penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/
mereplikasi proses penelitian terse but. Dalam penelitian kualitatif, uji
depenability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses
penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke

25
lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji
depenabilitynya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada,
maka penelitian tersebut tidak reliabel atau dependable. Untuk itu pengujian
depenability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan
proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau
pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan
penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah fokus, memasuki
lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji
keabsahan data, sampai membuat kesimpulan hams dapat ditunjukkan oleh
peneliti. Jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat menunjukkan "jejak
aktivitas lapangannya", maka depenabilitas penelitiannya patut diragukan
(Sanafiah Faisal 1990) dalam [ CITATION Sug131 \l 1033 ].
Upaya peneliti untuk meningkatkan nilai dependabilitas data penelitian
kualitatif nya diantaranya adalah melakukan pemilihan metode penelitian yang
tepat mencapai tujuan tujuan penelitian yang diinginkan. Selanjutnya, peneliti
perlu membuka diri sebaik-baiknya dengan cara memanfaatkan metode-metode
yang berbeda untuk mencapai tujuan penelitian dan melakukan diskusi yang
intensif dengan orang lain tentang berbagai temuan dan analisis-analisis
temuannya tersebut[ CITATION Yat08 \l 1033 ].
4. Pengujian Konfirmability
Pengujian konfirmability dalam penelitian kualititatif disebut dengan uji
obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah
disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip
dengan uji dependability, sehmgga pengujiannya dapat dilakukan secara
bersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan
dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari
proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi
standar konfirmability. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada,
tetapi hasilnya ada [ CITATION Sug131 \l 1033 ].
Objektivitas atau konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif lebih diartikan
sebagai konsep intersubjekaktivitas atau konsep transparansi yaitu kesediaan
peneliti mengungkapkan secara terbuka tentang proses dan elemen-elemen

26
penelitiannya sehingga memungkinkan pihak lain melakukan penilaian tentang
hasil-hasil temannya. Beberapa peneliti kualitatif lebih mengarahkan kriteria
konfirmabilitas mereka dalam kerangka kesamaan pandangan dan pendapat
terhadap topik yang diteliti atau menitikberatkan pada pertanyaan sejauh mana
dapat diperoleh persetujuan di antara beberapa peneliti mengenai aspek yang
sedang dipelajari (Long & Johnson, 2000) dalam [ CITATION Yat08 \l 1033 ].
A. Pengujian Validitas dan Rabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif
1. Validitas
Validitas instrumen dapat dibuktikan dengan beberapa bukti. Bukti-bukti
tersebut antara lain secara konten, atau dikenal dengan validitas konten
atau validitas isi, secara konstruk, atau dikenal dengan validitas konstruk,
dan secara kriteria, atau dikenal dengan validitas kriteria.
a. Validitas Konten
Validitas konten atau validitas isi fokus memberikan bukti pada
elemenelemen yang ada pada alat ukur dan diproses dengan analisis
rasional. Validitas konten dinilai oleh ahli. Saat alat ukur diuraikan
dengan detail maka penilaian akan semakin mudah dilakukan. Beberapa
contoh elemen yang dinilai dalam validitas konten adalah sebagai
berikut.
1) Definisi operasional variabel
2) Representasi soal sesuai variabel yang akan diteliti
3) Jumlah soal
4) Format jawaban
5) Skala pada instrumen
6) Penskoran
7) Petunjuk pengisian instrumen
8) Waktu pengerjaan
9) Populasi sampel
10) Tata bahasa
11) Tata letak penulisan (format penulisan)

Setelah melakukan uji validitas konten kepada ahli, kemudian


instrumen direvisi sesuai saran/masukan dari ahli. Instrumen dinyatakan

27
valid secara konten tergantung dari ahli. Ahli bebas memberikan penilaian
apakah instrumen ini valid atau tidak. Indikator bahwa suatu instrumen
telah valid adalah ahli sudah menerima instrumen, baik secara isi maupun
formatnya, tanpa ada perbaikan kembali. Jika setelah revisi ahli masih
meminta ada perbaikan, maka revisi masih perlu dilakukan hingga ahli
benar-benar menerima instrumen tanpa perbaikan lagi (Fraenkel, Wallen,
& Hyun, 2012) dalam[ CITATION Yus18 \l 1033 ].

b. Validitas Konstruk

Validitas konstruk fokus pada sejauh mana alat ukur menunjukkan hasil
pengukuran yang sesuai dengan definisinya. Definisi variabel harus jelas agar
penilaian validitas konstruk mudah. Definisi tersebut diturunkan dari teori.
Jika definisi telah berlandaskan teori yang tepat, dan pertanyaan atau
pernyataan item soal telah sesuai, maka instrumen dinyatakan valid secara
validitas konstruk (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012) dalam [ CITATION Yus18 \l
1033 ].

c. Validitas Kriteria

Validitas kriteria fokus pada membandingkan instrumen yang telah


dikembangkan dengan instrumen lain yang dianggap sebanding dengan apa
yang akan dinilai oleh instrumen yang telah dikembangkan. Instrumen lain ini
disebut sebagai kriteria. Ada dua jenis validitas kriteria: 1) Validitas Kriteria
Prediktif dan 2) Validitas Kriteria Bersamaan (Concurrent) (Fraenkel, Wallen,
& Hyun, 2012) dalam[ CITATION Yus18 \l 1033 ]. Perbedaan kedua uji validitas
kriteria tersebut terletak pada waktu pengujian instrumen dengan kriterianya.
Jika pengujian instrumen dan kriterianya dilakukan pada waktu yang berbeda,
maka disebut dengan validitas kriteria prediktif, sedangkan jika pengujian
instrumen dengan kriterianya dilakukan pada waktu yang bersamaan maka
disebut dengan validitas kriteria bersamaan (concurrent). Hasil dari uji
instrumen dan kriterianya kemudian dihubungkan dengan uji korelasi. Berikut
ini disajikan rumus korelasi untuk mencari koefisien korelasi hasil uji
instrumen dengan uji kriterianya.

28
rxy = koefisien korelasi
n = jumlah responden
xi = skor setiap item pada instrumen
yi = skor setiap item pada kriteria
Nilai koefisien ini disebut sebagai koefisien validitas (Fraenkel, Wallen, &
Hyun, 2012) dalam[ CITATION Yus18 \l 1033 ]. Nilai koefisien validitas berkisar
antara +1,00 sampai -1,00. Nilai koefisien +1,00 mengindikasikan bahwa
individu pada uji instrumen maupun uji kriteria, memiliki hasil yang relatif
sama, sedangan jika koefisien validitas bernilai 0 mengindikasikan bahwa tidak
ada hubungan antara instrumen dengan kriterianya. Semakin tinggi nilai
koefisien validitas suatu instrumen, maka semakin baik instrumen tersebut.
Rumus korelasi Product Moment yang digunakan seperti tersaji di bawah
ini.

rxy = koefisien korelasi Product Moment


n = jumlah responden
xi = skor setiap item pada percobaan pertama
yi = skor setiap item pada percobaan selanjutnya
Signifikansi koefisien korelasi dapat ditentukan dengan dua cara. Cara
pertama dengan membandingkan koefisien korelasi dengan tabel r Product
Moment. Dikatakan signifikan jika nilai r hitung lebih besar saat
dibandingkan dengan r tabel pada tabel r Product Moment (ri > rt). Cara
kedua dengan uji t (Sugiyono, 2014). Berikut ini disajikan rumus uji t.

29
t = nilai
t hitung
r = koefisien korelasi
n = jumlah responden
Setelah nilai uji t hitung diperoleh, nilai tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan harga t tabel. Nilai t tabel yang digunakan disesuaikan
dengan signifikansi penelitian yang digunakan. Signifikansi yang tersedia
pada t tabel antara lain 0,50; 0,25; 0,20; 0,05; 0,02; 0,01; dan 0,0005.
Namun, biasanya, dalam penelitian pendidikan, nilai signifikansi yang
digunakan yaitu 0,01 atau 0,05. Derajat kebebasan (dk) merupakan hasil
jumlah responden dikurangi dua (dk = n – 2). Signifikansi korelasi antara
dua instrument termasuk signifikan apabila t hitung > dari t tabel (t > tt)
(Sugiyono, 2014) dalam[ CITATION Yus18 \l 1033 ].
1. Reliabilitas
Reliabilitas instrumen dapat diuji dengan beberapa uji reliabilitas.
Beberapa uji reliabilitas suatu instrumen yang bisa digunakan antara lain
test-retest, ekuivalen, dan internal consistency. Internal consistency sendiri
memiliki beberapa teknik uji yang berbeda. Teknik uji relibilitas internal
consistency terdiri dari uji split half, KR 20, KR 21, dan Alfa Cronbach.
Namun, setiap uji memiliki kriteria instrumen seperti apa yang bisa diuji
dengan teknik tersebut.
a. Test-Retest
Pengujian reliabilias dengan testretest dilakukan dengan cara mencobakan
satu jenis instrumen beberapa kali pada subjek (responden) yang sama.
Reliabilitas instrumen diukur dari koefisien korelasi antara percobaan
pertama dengan percobaan selanjutnya. Instrumen dinyatakan reliabel jika
koefisien korelasi positif dan signifikan. Korelasi antara hasil uji pertama
dengan hasil uji selanjutnya diuji dengan korelasi Product Moment untuk
mencari koefisien korelasinya.

30
b. Equivalent
Pengujian reliabilias dengan uji equivalent dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen yang berbeda tetapi ekuivalen (sebanding/sepadan).
Percobaan dilakukan satu kali saja pada responden yang sama. Reliabilitas
instrumen diukur dari koefisien korelasi antara percobaan instrumen satu
dengan percobaan instrumen yang lainnya. Instrumen dinyatakan reliabel
jika koefisien korelasi positif dan signifikan. Pengujian koefisien korelasi
dan signifikansinya dilakukan seperti pada uji test-retest menggunakan
rumus korelasi Product Moment dan diuji signifikansinya menggunakan r
tabel atau uji t.
c. Internal Consistency
Pengujian reliabilias dengan uji internal consistency, dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja pada subjek penelitian. Pengujian ini
dapat dilakukan dengan teknik belah dua (split half) dari Spearman Brown,
KR 20, KR 21, atau dengan teknik Alfa Cronbach. Hasil pengujian tersebut
kemudian dianalisis dengan teknik tertentu tergantung jenis instrumennya.
1) Spearman Brown (Split Half)
Pengujian reliabilitas dengan uji internal consistency teknik split half dari
Spearman-Brown dilakukan pada instrumen yang memiliki satu jawaban
benar. Instrumen tersebut misalnya pilihan ganda, mencocokkan, dan yang
lainnya yang hanya memiliki satu jawaban benar. Uji reliabilitas
menggunakan teknik spit half dilakukan dengan cara mencobakan instrumen
sekali saja pada subjek penelitian kemudian hasil uji dibagi menjadi dua.
Pembagian ini biasanya didasarkan pada soal ganji-genap. Pertama,
koefisien korelasi dari kumpulan soal ganjil dengan soal genap dihitung
menggunakan rumus (2). Koefisien ini menggambarkan derajat kesamaan
hasil antara kedua belahan yang menggambarkan konsistensi internal dari
sebuah instrumen. Kemudian, koefisien reliabilitas dihitung menggunakan
rumus yang dikenal dengan istilah SpearmanBrown. Berikut ini disajikan
rumus SpearmanBrown

31
ri = reliabilitas internal seluruh instrument

rb = korelasi Product Moment antara belahan ganjil dengan belahan genap


(lihat rumus (2)) Suatu instrumen dikatakan reliabel saat nilai koefisien
reliabilitas Spearman-Brown lebih dari 0,70 (ri > 0,70). Jika nilai koefisien
reliabilitas Spearman-Brown kurang dari 0,70, maka jumlah soal ditambah
dengan soal yang sesuai dengan aslinya (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012)
dalam[ CITATION Yus18 \l 1033 ].

2) KR 20 dan KR 21
Teknik pengujian reliabilitas dengan uji internal consistency yang
selanjutnya dibahas adalah teknik Kuder Richardson atau sering
disingkat KR. Instrumen yang dapat diuji reliabilitasnya menggunakan
KR adalah instrumen dengan satu jawaban benar saja. Rumus KR yang
sering digunakan adalah KR 20 dan KR 21. Kedua teknik KR tersebut
memiliki kriteria instrumen khusus untuk bisa menggunakan rumusnya.
Saat instrumen tidak dapat dipastikan bahwa setiap item soal memiliki
tingkat kesulitan yang sama, maka instrumen tersebut dianalisis
reliabilitasnya menggunakan rumus KR 20 (Fraenkel, Wallen, & Hyun,
2012). Berikut ini disajikan rumus KR 20 (Sugiyono, 2014)
dalam[ CITATION Yus18 \l 1033 ].

ri = reliabilitas internal instrumen


k = jumlah item soal dalam instrumen
pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab setiap item soal

qi = 1 - pi st 2 = varians total = ∑ ( x−x )2 , dengan x adalah nilai


n
setiap soal dan n adalah jumlah responden.
Saat instrumen dapat dipastikan memiliki tingkat kesulitasn yang sama
untuk setiap item soal, maka untuk menguji relibilitasnya digunakan

32
rumus KR 21. Berikut disajikan rumus KR 21 (Sugiyono, 2014)
dalam[ CITATION Yus18 \l 1033 ].

ri = reliabilitas internal instrumen


k = jumlah item soal dalam instrumen
M = rata-rata skor total st 2 = varians total
Menurut Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012) suatu instrumen dikatakan
reliabel apabila nilai koefisien reliabilitas KR lebih dari 0,70 (ri >
0,70).
3) Alfa Cronbach
Pengujian reliabilitas menggunakan uji Alfa Cronbach dilakukan untuk
instrumen yang memiliki jawaban benar lebih dari 1 (Adamson & Prion,
2013). Instrumen tersebut misalnya instrumen berbentuk esai, angket,
atau kuesioner. Rumus koefisien reliabilitas Alfa Cronbach adalah
sebagai berikut.

ri = koefisien reliabilitas Alfa Cronbach


k = jumlah item soal
∑si 2 = jumlah varians skor tiap item st 2 = varians total
Rumus varians item dan varians total,

si 2 = varians tiap item

33
JKi = jumlah kuadrat seluruh skor item

JKs = jumlah kuadrat subjek n = jumlah responden

st 2 = varians total

Xt = skor total

Jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach telah dihitung (ri), nilai


tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria koefisien reliabilitas Alfa
Cronbach untuk instrumen yang reliabel. Menurut Nunnally (dalam
Streiner, 2003) menyatakan bahwa instrumen dikatakan reliabel jika
koefisien reliabilitas Alfa Cronbach lebih dari 0,70 (ri > 0,70) dan Streiner
sendiri (2003) menyatakan bahwa koefisien reliabilitas Alfa Cronbach,
tidak boleh lebih dari 0,90 (ri < 0,9).

Jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach kurang dari 0,70 (ri < 0,70),
Tavakol & Dennick (2011) menyarankan untuk merevisi atau
menghilangkan item soal yang memiliki korelasi yang rendah. Cara mudah
menentukan item soal tersebut adalah dengan bantuan program di
komputer. Jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach lebih dari 0,90 (ri >
0,90), mereka pun memiliki saran. Mereka menyarankan untuk
mengurangi jumlah soal dengan kriteria soal yang sama meskipun dalam
bentuk kalimat yang berbeda

34
35
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Bloor (1997) dalam (Sandu Siyoto, dll, 2015: 84),


validitas adalah salah satu ciri yang menandai tes hasil belajar yang baik.
Reliabilitas adalah kemampuan alat ukur untuk tetap konsisten
meskipun ada perubahan waktu. Secara umum, validitas tes dibagi
menjadi dua yaitu validitas tes secara rasional dan validitas tes secara
empiris.
Validitas instrumen berhubungan dengan kesesuaian dan ketepatan
fungsi alat ukur yang digunakannya. Maka dari itu sebelum instrument
tersebut digunakan di lapangan perlu adanya pengujian validitas terhadap
instrument tersebut.Uji
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada
uji validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif, kriteria utama
terhadap data hasil penelitian adalah, valid, reliabel dan obyektif.
Sedangkan uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji,
credibility (validityas interbal), transferability (validitas ekstemal),
dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).

B. Saran

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna.


Maka dari itu kami membutuhkan saran/kritikan agar bisa menjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik lagi dalam karya-karya
berikutnya. Semoga banyak hal positif yang dapat di ambil oleh pembaca
dari makalah ini. Demikian makalah yang berjudul ‘Konsep Dasar
Penelitian Ilmiah’ ini kami tulis dengan harapan dapat bermanfaat bagi
pembaca. Bila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

36
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y. (Juli 2008). Validitas Dan Realibitas Dalam Penelitian Kualitatif.


Jurnal Keperawatan Indonesia Vol. 12 No. 2, 137-141.
Azwar, S. (2013). sikap manusia teori dan pengukurannya. yogyakarta: pustaka
pelajar.
Budiastuti, D., & Bandur, A. (2018). Validitas dan Reliabilitas Penelitian dengan
Analisis NVIVO, SPSS dan AMOS. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Djaali, d. (200). Pengukuran Dalam Pendidikan. Jakarta: Program Pascasarjana.
Hardani. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka
Ilmu.
Neliwati. (2018). METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF (KAJIAN TEORI
DAN PRAKTEK). Medan: Widya Puspita.
Siyoto, S., & Ali, S. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi
Media Publishing.
Sodik, S. S. (2015). DASAR METODOLOGI PENELITIAN. Yogyakarta: Literasi
Media Publishing.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Yusuf, A. M. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana.
Yusup, F. (2018). UJI VALIDITAS RELIABILITAS INSTRUMEN
PENELITIAN KUANTITATIF. Ilmiah Kependidikan , 17-23.

37

Anda mungkin juga menyukai