Dosen Pembimbing :
Oleh
Nur Afidah 1511414125
Kurnia Galih Nastiti 1511414127
Arif Faradita R 1511414150
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
VALIDITAS
MACAM-MACAM VALIDITAS
Hasil yang diperoleh dalam kegiatan evaluasi disebut data evaluasi. Data
evaluasi yang sesuai dengan kenyataan disebut data valid. Untuk memperoleh data
yang valid diperlukan instrumen evaluasi yang valid pula. Terdapat 2 macam
validitas, yaitu:
1. Validitas logis
Validitas logis menggunakan instrumen yang dinyatakan valid
berdasarkan penalaran. Hal ini dikarenakan instrumen tersebut dirancang baik
sesuai dengan teori dan ketentuan yang ada. Maka dari itu, instrumen tersebut
tidak perlu diuji karena sudah sesuai dengan teori yang ada.
Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu :
a) Validitas isi. Validitas isi sudah dicapai oleh instrumen jika
instrumen tersebut disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang
dievaluasi. Oleh karena materi pelajaran tersebut sudah ada di
dalam kurikulum, maka validitas isi disebut juga validitas
kurikuler.
b) Validitas kontruksi (construct validity) Kata konstruksi dalam
pembahasan ini bukan diartikan sebagai susunan, namun
merupakan suatu rancangan diciptakan oleh para ahli Ilmu Jiwa
untuk memperdalam ingatan, pemahaman, aplikasi dan lain-lain
jiwa seseorang.
Bentuk dari rancangan tersebut dalam suatu kegiatan belajar mengajar (KBM)
adalah soal-soal dalam tes. Setiap butiran soal dirancang untuk mengukur dan
memperdalam setiap aspek berpikir seseorang, apakah sesuai dengan tujuan
instruksional.
2. Validitas empiris
Validitas empiris menggunakan instrumen yang dinyatakan valid
berdasarkan pengalaman. Maka dari itu, instrumen tersebut harus diuji. Terdapat
dua macam validitas empiris, yaitu
a) Validitas “ada sekarang” (concurrent validity). Instrumen yang
memiliki validitas ini adalah instrumen yang sudah tersedia dan
sudah teruji berdasarkan pengalamannya.
b) Validitas prediksi (predictive validity) Kata prediksi memiliki arti
ramalan. Dengan begitu hal-hal yang dimaksudkan belum terjadi.
Dalam validitas prediksi ini, dapat dikatakan berhasil, apabila
beberapat waktu yang akan datang kenyataan sesuai dengan yang
pernah diramalkan/ prediksikan.
MENGANALISIS ITEM
2. Evaluasi Kualitatif
Tujuan evaluasi ini adalah untuk menguji item telah sesuai dengan
blue-print dan indikator perilaku, menguji item telah ditulis dengan kaidah
yang sesuai, dan melihat item-item yang ditulis masih mengandung social
desirability yang tinggi. Evaluasi ini dilakukan oleh para ahli (expert
judgement) psikometri dan ahli dalam atribut yang akan diukur pada skala
yang sedang disusun. Hasil evaluasi ini akan menghasilkan penilaian
masing-masing item menjadi (a) diterima, (b) diterima dengan perbaikan,
(c) ditolak.
3. Evaluasi Empirik
Tahap selanjutnya adalah menguji item secara empirik. Pengujian
ini dilakukan dengan melakukan pada subjek yang memiliki karaktersitik
yang setara dengan subjek yang hendak dikenai skala nantinya. Pada tahap
ini paling tidak akan dilakuakn analisis daya diskriminasi item.
a. Real Testing Situation
Uji coba empirik atau field test dilaksanakan dalam situasi dan
kondisi yang sebenarnya. Sebaiknya subjek tidak mengetahui bahwa
yang bersangkutan sedang dilakukan sebagai subjek uji coba. Item-
item disajikan lengkap dan ideal dengan petunjuk, aturam, dan contoh
pengerjaan seperti tes yang sebenarnya sehingga subjek dapat
menjawab item seperti sebagaimana kondisi sebenarnya dan tidak
merasa sedang diuji coba.
b. Ukuran Sampel
Field test harus dilaksanakan pada subjek dalam jumlah yang
besar. Tidak ada jumlah yang pasti untuk menentukannya namun,
semakin heterogen populasi, maka semakin besar jumlah sampel yang
dibutuhkan. Dalam analisis item, sebagai rekomendasi, Croker dan
Algina (1986) menyarankan 200 orang sebagai jumlah sampel.
Sedangkan menurut Gable (1986) mengatakan bahwa jumlah sampel
haruslah enam sampai sepuluh kali lipat dari jumlah item. Apabila
jumlah item 50, maka sampel yang dibutuhkan yakni 300 sampai 500
orang. Banyaknya sampel kembali lagi pada kemampuan peneliti
dengan prinsip semakin banyak semakin baik.
6. Validitas Aitem
Skala yang seluruh aitemnya memiliki daya diskriminasi tinggi
belum tentu berarti bahwa skala itu berfungsi valid. Oleh karena itu satu
aitem yang daya diskriminasinya tinggi, juga belum tentu merupakan
aitem yang valid. Validitas aitem dan daya diskriminasi aitem merupakan
dua hal yang berbeda pengertian. Secara logika, aitem yang ditulis dengan
cara yang benar dan sesuai dengan indicator keperilakuan yang telah
dirumuskan dengan benar pula adalah aitem yang valid. Secara empiric,
validitas aitem ditunjukkan oleh koefisien validitas aitem yang dihitung
berdasarkan data skor.
Mp−Mt p
γ pbi=
St √ q
Keterangan:
γ pbi = koefisien kolerasi biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Tabel 5.5 Distribusi Skor Aitem (i), Skor Skala (X), dan Skor Kriteria
Validasi (Y) (Data Fiktif)
Hasil komputsi koefisien validitas dari keduabelas aitem di atas disajikan
berikut ini.
DAFTAR PUSTAKA