Anda di halaman 1dari 29

“RESUME STATISTIK VALIDITAS”

Setiap penyusunan instrumen dalam penelitian selalu memperhitungkan beberapa


pertimbangan seperti apa yang hendak diukurnya, apakah data yang terkumpul
relevan dengan sifat atau karakteristik yang dikehendaki, dan sejauh mana perbedaan
skor yang diperoleh menggambarkan karakteristik yang akan diukur. Uji validitas
dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan instrumen yang digunakan.
Ketentuan penting dalam evaluasi adalah hasilnya harus sesuai dengan
keadaan yang dievaluasi. Mengevaluasi dapat diumpamakan sebagai pekerjaan
memotret.Gambar potret atau foto dikatakan baik apabila sesuai dengan aslinya
(bukan lebih baik dari aslinya).Data evaluasi yang baik sesuai dengan kenyataan
disebut data valid.Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk
mengevaluasinya harus valid.Jika pernyataan tersebut dibalik, Instrumen evaluasi
dituntut untuk valid karena diinginkan dapat diperoleh data yang valid. Dengan kata
lain, instrurnen evaluasi dipersyaratkan valid agar hasil yang diperoleh dan kegiatan
evaluasi valid.

1. Macam-Macam Validitas

Di dalam buku Encyclopedia of Educational Evaluation yang ditulis oleh Scarvia B.


Anderson dan kawan-kawan disebutkan:

A test is valid if it measures what it purpose to measure (sebuah tes dikatakan


valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur). Dalam bahasa
Indonesia ‘valid” disebut dengan istilah “sahih.”

Sebenarnya pembicaraan validitas ini bukan ditekankan pada tes itu sendiri tetapi
pada hasil pengetesan atau skornya.

Contoh:

Skor yang diperoleh dari hasil mengukur kemampuan mekanik akan menunjukkan
kemampuan seseorang dalam memegang dan memperbaiki mobil, bukan pengetahuan

3
orang tersebut dalam hal yang berkaitan dengan mobil. Tes yang mengukur
pengetahuan tentang mobil bukan lah tes yang sahih untuk mekanik.

Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil
pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical validity) dan
hal yang kedua diperoleh validitas empiris (empirical validity.). Dua hal inilah yang
dijadikan dasar pengelompokan validitas tes.

Secara garis besar ada dua macam validitas yaitu validitas logis dan validitasempiris.

a. Validitas logis

lstilah ‘validitas logis” mengandung kata “logis” berasal dair kata “logika’.
yang berarti penalaran. Dengan makna demikian maka validitas logis untuk sebuah
instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi
persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang
terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancangsecara balk,
mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Sebagaimana pelaksanaan tugas lain
misainva membuat sebuah karangan, jika penulis sudah mengikuti aturan mengarang,
tentu secara logis karangannva sudah baiL. Berdasarkan penjelasan tersebut maka
instrumen yang sudah disusun berdasarkan teori penyusunan instrumen, secara logis
sudah valid.Dan penjelasan tersebutkita dapat memahami bahwavaliditas logis dapat
dicapai apabila instrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada.Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung
diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai disusun.

Ada dua macam validitas logis menurut Hadi dalam Sugiyono (2012) yang
dapat dicapai oleh sebuah instrument yaitu: validitas isi dan validitas
konstrak.Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah
instrurnen yang disusun berdasarkan isi materipelajaran yang dievaluasi. Selanjutnya
validitas konstrak sebuah instrument rnenunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang
disusun berdasarkan konstrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi.

4
b. Validitas empiris

Istilah “validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya


“pengalaman”.Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila
sudah diuji dari pengalaman.Sebagai contoh sehari-hari seseorang dapat diakui jujur
oleh masyarakat apabila dalam pengalarnan dibuktikan bahwa orang tersebut
memang jujur. Contoh lain, seseorang dapat dikatakan kreatif apabila dari
pengalaman dibuktikan bahwa orangtersebut sudah banyak menghasilkan ide-ide
baru yang diakui berbeda dan hal-hal yang sudah ada. Daripenjelasan dan contoh-
contoh tersebut diketahui bahwa validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya
dengan menyusun instrument berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis,
tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman.

Ada dua macam validitas empiris, yakni ada dua cara yang dapat dilakukan
untuk menguji bahwa sebuah instrumen memang valid. Pengujian tersebut dilakukan
dengan mernbandingkan kondisi instrumen yang bersangkutan dengan kriterium atau
sebuah ukuran. K.riteriurn yan digunakan sebagai pembanding kondisi instrumen
dirnaksud ada dua yaitu: yang sudah tersedia dan yang belum ada tetapi akan terjadi
diwaktu yang akan datang. Bagi instrumen yang kondisinya sesuai dengan kritnium
yang sudah tersedia yang sudah ada disebutmemiliki validitas “ada sekarang”.yang
dalam istilah bahasa lnggris disebut memiliki concurrent va1idity’. Selanjutnya
instrument yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang diramalkanakan terjadi,
disebut memiliki validitas ramalan atau validitas prediksi yang dalam istilah bahasa
inggris disebut memiliki predictive validity.

Secana keseluruhan ada empat validitas yaitu:

 Validitas isi
 Validitas konstrak
 Validaitas “ada sekarang”
 Validitas predictive

5
1) VaIiditas isi (content validity)

Untuk instrumen yang berbentuk test, maka pengujian validitas isi dapat
dilkuan dengan membandingkan antara isi instrument denngan materi pelajaran yang
telah diajarkan.Seorang dosen yang memberi ujian di luar pelajaran yang telah
ditetapkan, berarti instrument ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi. Untuk
iinstrumen yang akan mengukur efektifitas pelaksanaan program, maka pengujian
validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan isi
atau rancangan yang telah ditetapkan.

Secara teknis, validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi


instrument.Dalam kisi-kisi itu terdapat variable yang diteliti, indicator sebagai tolok
ukur dan nomor butir (item pertanyaan) atau pernyataan yang telah dijabarkan dari
indikator.Dengan kisi-kisi instrument itu maka pengujian validitas dapat dilakukan
dengan mudah dan sistematis.

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.Oleh karena
materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering juga
disebut validitas kurikuler.Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat
penyusunan dengan çara memerinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran.

2) Validitas konstruksi (construct validity)

Untu menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat para ahli
(judgement experts). Dalam hal ini setelah instrument dikonstruksi tentang aspek-
aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya
dikonsultasikan dengan ahli.para ahli diminta pendapatnya tetang instrument yang
telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberi pendapat instrument dapat
digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan mungkin dirombak total. Jumlah
tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah
bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.

6
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal
yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan
dalam tujuan lnstruksional. Dengan kata lain jika butir-butir soaal mengukur aspek
berpikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berpikir yang menjadi tujuan
instruksional.

Sebagai contoh jika rumusan Tujuan lnstruksional Khusus(TIK):


“Siswa dapat mernbandingkan antara efek biologis dan efek psikologis, maka butir
soal pada tes merupakan perintah agar siswa membedakan antara dua efek tersebut.
‘Konstruksi” dalam pengertian ini bukanlah “susunan” seperti yang sering dijumpai
dalam teknik, tetapi merupakan rekaan psikologis yaitu suatu rekaan yang dibuat oleh
para ahli ilmu Jiwa yang dengan suatu cara tertentu ‘memerinci” isijiwa atas beberapa
aspek seperti:

1. ingatan (pengetahuan),
2. pemaharnan,
3. aplikasi, dan seterusnya.
Seperti halnya validitas isi, validitas konstruksi dapat diketahui setiap aspek
dalam TIK.Pengerjaannya dilakukan berdasarkan logika bukan pengalaman.

3) Validitas “ada sekarang”

Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris.Sebuah tes


dikatakan memilikiva1iditasempiris jika hasilnya, sesuai dengan pengalaman. Jika
ada istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan.Dalam hal ini hasil tes
dipasangkan dengan hasilpengalaman.Pengalaman selalu mengenai hal yang telah
lampau sehinga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang.
concurrent).

7
Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriterium atau
alat banding. Maka hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkanuntuk jelasnya di
bawah ini dikemukakan sebuah contoh;

Misalnya seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatifyang disusun sudah valid
atau belurn.Untuk ini diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang sekarang datanya
dimiliki.Misainya nilai ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.

4) Validitas Prediksi (predictive validity)

Memprediksi artinya meramal dengan meramal selalu mengenai hal yang


akan datangjadi sekarang belurn terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki valid prediksi
atau validitasramalanapabila mempunyai kemarnpuan untuk meramalkan apa yang
akan terjadi pada masa yang akan datang.
Misalnya tes masuk Perguruan Tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu
meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah di masa yang akan
datang. Calon yang tersaring berdasarkan hasil tes diharapkan mencerminkan tinggi-
rendahnva kemarnpuan mengikuti kuliah.Jika nilai tesnya tinggi tentu menjamin
keberhasilannya kelak. Sebaliknya seorang calon dikatakan tidak lulus tes karena
memiliki nilai tes yang rendahjadi diperkirakan akan tidak mampu mengikuti
perkuliahan yang akan datang.

Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah
peserta tes mengikuti pelajaran di Perguruan Tinggi.Jika ternyata siapa yang memiliki
nilai tes lebih tinggi gagal dalam ujian semester I dibandingkan dengan yang dahulu
nilai tesnya lebih rendah maka tes masuk yang dimaksud tidak memiliki validitas
prediksi.

2. Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur

8
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium,
dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.Teknik
yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment
yang dikemukakan oleh Pearson.

Rumus korelasi product moment ada dua macam.yaitu:

a. korelasi product moment dengan simpangan


b. korelasi product moment dengan angka kasar

Rumus korelasi product moment dengan simpangan:

⅀ xy
r xy =
√ (⅀ x2 )( ⅀ y2 )
dimana:

r xy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y, dua variabel lain yang
dikorelasikan
⅀ xy = jumlah perkalian antara x dan y
2
x = kuadrat dari x
2
y = kuadrat dari y
Contoh perhitungan:

Misalnya akan menghitung validitas tes prestasi belajar matematika. Sebagai


kriterium diambil rata-rata ulangan yang akan dicani validitasnya diberi kode X dan
rata-rata nilai harian diberi kode Y. Kernudian dibuat tabel persiapan sebagai berikut.

TABEL PERSIAPAN UNTUK MENCARI

9
VALIDITAS TES PRESTASI MATEMATIKA
No Nama X Y x y x2 y2 xy

1 Nadia 6.5 6.3 0 -0.1 0.0 0.01 0.0

2 Susi 7 6.8 0.5 0.4 0.25 0.16 0.2

3 Cecep 7.5 7.2 1.0 0.8 1.0 0.64 0.8

4 Erna 7 6.8 0.5 0.4 0.25 0.16 0.2

5 Dian 6 7 -0.5 0.6 0.25 0.36 -0.3

6 Asmara 6 6.2 -0.5 -0.2 0.25 0.04 0.1

7 Siswoyo 5.5 5.1 -1.0 -1.3 1.0 1,69 1.3

8 Jihad 6.5 6 0 -0.4 0.0 0.16 0.0

9 Yanna 7 6.5 0.5 0.1 0.25 0.01 0.05

10 Lina 6 5.9 -0.5 -0.6 0.25 0.36 0.3

Jumlah 65.0 63.8 3.5 3.59 2.56

∑X 65.0
X = N = 10 = 6.5

∑Y 63.8
Y = N = 10 = 6.4

x=X-X

y=Y-Y

10
2.65 2.65
Rxy = √3.5 x 3.59 = 3.545 =0.748

Indeks korelasi antara X dan Y inilah indeks validitas soal yang dicari.

Rumus korelasi product moment denganangka kasar:

N ∑ XY −( ∑ X ) (∑ Y )
rXY =
√¿¿¿

di mana:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel

yang dikorelasikan.

 Korelasi positif menunjukkan adanya hubungan sejajar antara dua hal.


Misalnya hal pertama nilainya naik, hal kedua ikut naik. Sebaliknyajika hal
pertama turun, yang kedua ikuit turun.

Contoh korelasi positiiantai-a nilai IPA dan Matematika.

IPA : 2. 3. 5. 7. 4. 3. 2

Matematika ; 4, 5.6, 8. 5. 4, 3

Kondisi nilai Maternatika sejajar dengan IPA karena naik dan turunnya nilai
maternatika mengikuti naik dan turunnya nilai IPA.

11
 Korelasi negatif menunjukkan adanya hubungan kebalikan antara dna hal.
Misalnya hal pertama nilainya naik, justru yang kedua turun. Sebaliknyajika
yang pertarna turun yang kedua naik.

Contoh korelasi negatif antara nilai Bahasa Indonesia dengan matematika:

Bahasa Indonesia ; 5.6, 8.4, 3. 2

Matematika ; 8. 7, 5, I. 2, 3

Keadaan huhungan antara dua hal yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari tidak
hanya positif atau negative saja, tetapi mungkin 0.Besarnya korelasi pun tidak
menentu. Coba cerrnatilah bagaimana hubungan antara dua nilai mata pelajaran A
dan B berikut mi.

Contoh korelasi tidak tertentu;

NilaiA: 5, 6, 4, 7, 3, 8, 7

Nilai B: 4, 4, 3, 7, 4, 9, 4

Keadaan kedua nilai tersebut jika dihitung dengan rumus korelasj mungkin positif
rnungkin negatif.

Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sarnpai + 1,00. Narnun karena dalarn
menghitung sering dilakukan pernbulatan angka-angka, sangat rnungkin diperoleh
koefisien lebih dan 1,00. Koefisjen negatif menunjukkan hubungan kebalikan
sedangkan koefisien pOsitifrnenun..jukkan adanya kesejajaran untuk mengadakan
interpretasi rnengenai hesarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

- Antara 0,800 sampai dengan 1,00 sangat tinggi

- Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggj

12
- Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup

- Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah

- Antara 0,00 sampai dengan 0,200 : sangat rendah

Penafsiran harga koefisien korelasi ada dua cara yaitu

1. Dengan melihat harga r dan diinterpretasjkan rnisalnya korelasi tinggi, cukup, dan
sebagainya.

2. Dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik product moment sehingga dapat


diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. .Jika harga r Iebih kecil dari harga
kritik dalarn tabel, maka korelasi tersebut tidak signifikan. Begitu juga arti sebaliknya

3. Validitas Butir Soal atau Validitas Item

Pengertian urnurn untuk validitas iteim adalah demikian sebuahitemdikatakan


valid apabila rnernpunyai dukungan yang besar terhadapskor total. Skor pada item
menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Dengan kata lain dapat
dikemukakan di sini bahwa sebuah item memiliki validitas yang tinggijika skor pada
item rnernpunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan
dengan korelasi sehingga untuk mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi
seperti sudah diterangkan di atas.

Untuk soal-soal bentuk objektif skor untuk item biasa diberikan dengan I
(bagi item yang dijawab benar) dan 0 (item yang dijawab salah), sedangkan skor total
se lanjutnya merupkan jurnlah dan skor untuk sem ua item yang membangun soal
tersebut.

Contoh perhitungan

13
TABEL ANALISIS ITEM UNTUK PERHITUNGAN

VALIDITAS ITEM

Misalnya akan dihitung validitas item nomor 6. maka skor item tersebut
disebut variabel X dan skor total disebut variabel Y. Selanjutnya perhitungan
dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment, baik dengan rumus
simpangan maupun rumus angka kasar.

Penggunaan kedua rumus tersebut masing-masing ada


keuntungannya.Menggunakan rumus simpangan angkanya kecil-kecil, tetapi kadang-
kadang pecahannya rumit.Jika skor rata-rata (mean)-nva pecahan, simpangannya
cenderung banyak pecahan. Mengalikan pecahan persepuluhan ditambah dengan
tanda-tanda + (plus) dan - (minus) kadang-kadang bisa menyesatkan. Penggunaan

14
rumus angka kasar bilangannva besar-besar tetapi bulat.Jika ada kalkulator statistik
disarankan menggunakan rurnus angka kasar saja. Yang dibutuhkan hanyalah: X. Y,
X2, Y2 dan XY, tidak perlu membuat tabel seutuhnva.

Contoh perhitungan validitas item:

Untuk menghitung validitas item nomor 6, dibuat terlebih dahulu tabel persiapannya
sebagai berikut

TABEL PERSIAPAN UNTUK MENGHITUNG

VALIDITAS ITEM NOMOR 6

No Nama X Y

1 Hartati 1 8

2 Yoyok 0 5

3 Oktaf 1 3

4 Wendi 1 5

5 Diana 1 6

6 Paul 0 4

7 Susana 1 7

8 Helen 1 8

Keterangan:

X = skor item nomor 6

Y = skor total

15
Dari perhitungan kalkulator diperoleh data sebagai benikut:

∑X= 6

∑Y= 46

2
∑ X =6

2
∑ Y =288

∑ XY =37

X 1=5.57

X p= 6.17

6
P= = 0.75
8

2
Q= = 0.25
8

Sesudah diketahui X. X2. Y. Y. dan XY tinggal memasukkan nbilangan-bilangan


tersebut ke dalam rumus korelasi product moment dengan rumus angka kasar.

Data di atas dimasukkan ke dalam rumus korelasi product moment dengan angka
kasar sebagai berikut:

N ∑ XY −( ∑ X ) (∑ Y )
rXY =
√¿¿¿

8 x 37−6 x 46
=
√( 8 x 6−6 ) (8 x 288−46 )
2 2

16
20
=
√12 x 188

= 0.421

Koefsien validitas tern nornor 6 adalah 0.421.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid.
Beberapa faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya,
yaitu faktor internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang berasal dari siswa
yang bersangkutan.

1) Faktor yang berasal dari dalam tes


a. Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat mengurangi
validitas tes.
b. Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrumen evaluasi, tidak terlalu sulit.

c. Item tes dikonstruksi dengan jelas.

d. Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima
siswa.

e. Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan terlalu kurang
atau terlalu longgar.

f. Jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel.

g. Jawaban masing-masing item evaluasi bisa diprediksi siswa.

2) Faktor yang berasal dari administrasi dan skor tes

17
a. Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan jawaban dalam
situasi tergesa-gesa.
b. Adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak membedakan antara siswa yang
belajar dengan melakukan kecurangan.

c. Pemberian petunjuk dari pengawas yang tidak dapat dilakukan pada semua siswa.

d. Teknik pemberian skor yang tidak konsisten.

e. Siswa tidak dapat mengikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.

f. Adanya joki (orang lain bukan siswa) yang masuk dalam menjawab item tes yang
diberikan.

3) Faktor yang berasal dari jawaban siswa


Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item-item tes evaluasi tidak valid,
karena dipengaruhi oleh jawaban siswa dari pada interpretasi item-item pada tes
evaluasi (Sukardi, 2008).

RELIABILITAS
Katareliabilitas dalam bahasa Indonesia yang digunakan saat ini, sebenarnya diambil
dari kata reliability dalam bahasa Inggris dan berasal dari kata reliable yang artinya
dapat dipercaya, keajegan, konsisten, keandalan, kestabilan. Suatu tes dapat dikatakan
reliable jika tes tersebut menunjukkan hasil yang dapat dipercaya dan tidak
bertentangan. Reliabilitas mengandung pengertian bahwa suatu instrumen dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik.
Menurut Sugiono (2005) Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan
dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Reabilitas tes adalah tingkat keajegan
(konsitensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk
menghasilkan skor yang ajeg, relative tidak berubah walaupun diteskan pada situasi
yang berbeda-beda.

18
Sedangkan Sukadji (2000) mengatakan bahwa reliabilitas suatu tes adalah
seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur.
Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefisien. Koefisien
tinggi berarti reliabilitas tinggi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas reliabilitas adalah serangkaian
pengukuran yang dapat dipercaya atau diamati berkali–kali dalam waktu yang
berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama–sama memegang peranan
penting dalam waktu yang bersamaan. Suatu tes dapat dikatakan andal (reliable) jika
tes tersebut mempunyai hasil yang taat asas (konsisten).
Berdasarkan beberapa pendapat tentang reliabilitas di atas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa reliabilitas adalah suatu pengukuran terhadap suatu tes
yang melihat apakah tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur.

Jenis- JenisReliabilitas
Salah satu syarat agar hasil suatu tes dapat dipercaya adalah tes tersebut harus
mempunyai reliabilitas yang memadai. Oleh karena itu Jaali dan Pudji (2008)
membedakan reliabilitas menjadi 2 macam, yaitu :

 Reliabilitas Konsistensi tanggapan, dan


 Reliabilitas konsistensi gabungan item

1. ReliabilitasKonsistensiTanggapan
Reliabilitas ini selalu mempersoalkan mengenai tanggapan respon den atau
objek terhadap tes tersebut apakah sudah baik atau konsisten. Dalam artian apabila
tes yang telah di cobakan tersebut dilakukan pengukuran kembali terhadap obyek
yang sama, apakah hasilnya masih tetap sama dengan pengukuran sebelumnya.
Jika hasil pengukuran kedua menunjukkan ketidakonsistenan, maka hasil
pengukuran tersebut tidak mengambarkan keadaan obyek yang sesungguhnya.
Untuk mengetahui apakah suatu tes atau instrument tersebut sudah mantap atau
konsisten, maka tes/instrument tersebut harus diuji kepada obyek ukur yang sama
secara berulang-ulang.
Ada tiga mekanisme untuk memeriksa reliabilitas tanggapan responden terhadap
tes (Jaali ; 2008) yaitu :

19
 Teknik test-retest ialah pengetesan dua kali dengan menggunakan suatu tes
yang sama pada waktu yang berbeda.
 Teknik belah dua ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan dua
kelompok item yang setara pada saat yang sama.
 Bentuk ekivalen ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan

menggunakan duates yang dibuat setara kemudian diberikan kepada


responden atau obyek tes dalam waktu yang bersamaan.
2. Reliabilitas Konsistensi Gabungan Item
Reabilitas ini terkait dengan konsistensi antara item-item suatu tes atau
instrument. Apabila terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil pengukuran
melalui item yang satu kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukur melalui
item yang lain maka pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu
tidak dapat di percaya. Untuk itu jika terjadi hal demikian maka kita tidak bisa
menyalahkan obyek ukur, melainkan alat ukur (tes) yang dipersalahkan, dengan
mengatakan bahwa tes tersebut tidak reliable atau memiliki reliabilitas yang
rendah.

Cara Mencari Besarnya Reliabilitas


Menurut Arikunto (2008: 90-93), adapun cara untuk mencari besarnya reliabilitas,
adalah :
1. Metode Bentuk Paralel
Yaitu dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran,
susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda.
Dua tes terbut dicobakan kepada kelompok siswa yang sama, setelah itu baru
hasil dari kedua tes tersebut dikorelasikan.
Adapun kelemahan dari metode ini yaitu pekerjaan pengetes menjadi berat
karena harus menyusun dua seri tes dan juga harus tersedianya waktu yang lama
untuk mencobakan dua kali tes tersebut.

2. Metode tes ulang


Metode ini dilakukan untuk menghindari penyusunan dua seri tes.Pengetes
hanya memiliki satu seri tes tetapi dicobakan dua kali.

20
Cara ini kurang mengena jika tes digunakan untuk mengungkap
pengetahuan(ingatan) dan pemahaman, karena tercoba akan masih ingat butir-
butir soalnya. Tenggang waktu tentu saja menjadi faktor yang berpengaruh
terhadap reliabilitas. Metode ini juga disebut korelasi diri sendiri karena
mengkorelasikan hasil dari tes yang sama.

3. Metode belah dua


Metode ini mengatasi kelemahan-kelemahan penggunaan metode bentuk parallel
dan metode tes ulang.Dalam metode ini, pengetes hanya menggunakan sebuah
tes dan dicobakan satu kali.
Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes, digunakan rumus
a. Spearman-Brown (Pembelahan Genap-Ganjil)
Rumus:
2r1 1
22
r 11 =
1+ r 1 1
22

di mana:
r 1 1 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
22

r 11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

Banyaknya butir soal dalam tes yang menggunakan metode ini harus genap.
Ada dua cara membelah butir soal ini:
1. Membelah atas item-item genap dan item-item ganjil yang selanjutnya
disebut belahan ganjil-genap.
2. Membelah atas item-item awal dan item-item akhir yaitu setengah
jumlah pada nomor-nomor awal dan setengah pada nomor-nomor akhir
yang selanjutnya disebut belahan awal-akhir.

b. Metode Flanagen

21
2 2
S1 + S2
Rumus :r 11 =2(1− 2
)
St
di mana:
r 11 = reliabilitas tes
2
S1= varians belahan pertama (1) yang dalam hal ini varians skor item
ganjil.
2
S2= varians belahan kedua (2) yaitu varians skor item genap.
2
St = varians total yaitu varians skor total.

c. Metode Rulon
2
Sd
Rumus :r 11 =1− 2
¿
St

Di mana:
2
Sd = varians beda
2
St = difference yaitu perbedaan antara skor belahan pertama (awal)
dengan skor belahan kedua (akhir)

d. Metode Kuder-Richardson. 20 (K-R. 20)

( )
2
n S −∑ pq
Rumus :r 11 = ( 2
)
n−1 S

di mana:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan.
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar.
Q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( q = 1-p )
Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q.
n = banyaknya item.
s = standar devisi dari tes (standar devisi adalah akar varians).

22
e. Metode Kuder-Richardson.21 (K-R. 21)

Rumus : ( n−1
r 11 =
n
)(1− M (n−M
nS
2
)
)

dimana:

M = Mean atau rerata skor total

Klasifikasi indeks reliabilitas soal, dinyatakan dalam table berikut:

No Indeks Reliabilitas Klasifikasi

1. < 0.21 Sangan rendah

2. 0.21 – 0.40 Rendah

3. 0.41 – 0.60 Sedang

4. 0.61 – 0.80 Tinggi

5. 0.81 – 1.00 Sangat tinggi

Tes dapat digunakan jika r 11 yang diperoleh antara 0.41 – 1.00 .

II.3 Efektivitas

Efisiensi digunakan untuk mengukur proses, efektivitas guna mengukur


keberhasilan mencapai tujuan”. Khusus mengenai efektivitas pemerintahan, Ndraha
(2005:163) mengemukakan :
“Efektivitas (effectiveness) yang didefinisikan secara abstrak sebagai tingkat
pencapaian tujuan, diukur dengan rumus hasil dibagi dengan (per) tujuan.Tujuan yang
bermula pada visi yang bersifat abstrak itu dapat dideduksi sampai menjadi kongkrit,
yaitu sasaran (strategi)”.

23
Barnard (dalam Prawirosoentono, 1997: 27) berpendapat “Accordingly, we
shall say that an action is effective if it specific objective aim. It is efficient if it
satisfies the motives of the aim, whatever it is effective or not.” Pendapat ini antara
lain menunjukkan bahwa suatu kegiatan dikatakan efektif apabila telah mencapai
tujuan yang ditentukan.
Mengutip Ensiklopedia administrasi, (The Liang Gie, 1967) menyampaikan
pemahaman entang efektifitas sebagai berikut :
Efektifitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya
suatu efek atau akibat yang dikehendaki, kalau seseorang melakukan suatu perbuatan
dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki.Maka orang itu dikatakan efektif
kalau menimbulkan atau mempunyai maksud sebagaimana yang dikehendaki.
Berdasarkan pengertian beberapa pendapat diatas diperoleh kesimpulan
bahwa suatu hal dapat dikatakan efektif apabila hal tersebut sesuai dengan dengan
yang dikehendaki.Artinya, pencapaian hal yang dimaksud merupakan pencapaian
tujuan dilakukannya tindak-tindakan untuk mencapai hal tersebut Suatu usaha atau
kegiatan dapat dikatakan efektif apabila usaha atau kegiatan tersebut telah mencapai
tujuannya.

Kumpulan Teori Efektivitas


Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh
sebuah organisasi.Untuk memperoleh teori efektivitas peneliti dapat
menggunakan konsep-konsep dalam teori manajemen dan organisasi
khususnya yang berkaitan dengan teori efektivitas.Efektivitas tidak dapat
disamakan dengan efisiensi.Karena keduanya memiliki arti yang berbeda,
walaupun dalam berbagai penggunaan kata efisiensi lekat dengan kata
efektivitas.Efisiensi mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan
hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian

24
tujuan.
Atmosoeprapto (2002:139) menyatakan Efektivitas adalah melakukan hal
yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau
efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi adalah
bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat.
Efektivitas memiliki tiga tingkatan sebagaimana yang didasarkan oleh David
J. Lawless dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely (1997:25-26) antaralain :

1.Efektivitas Individu
Efektivitas Individu didasarkan pada pandangan dari segi individu
yang menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi;

2. Efektivitas kelompok
Adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling bekerja
sama dalam kelompok. Jadi efektivitas kelompok merupakan Jumlah
kontribusi dari semua anggota kelompoknya;

1. Efektivitas Organisasi
Efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan
kelompok.Melalui pengaruh sinergitas, organisasi mampu mendapatkan hasil
karya yang lebih tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya tiap-tiap
bagiannya.
Efektivitas dalam kegiatan organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat
perwujudan sasaran yang menunjukkan sejauh mana sasaran telah dicapai.
Sumaryadi (2005:105) berpendapat dalam bukunya ”Efektivitas Implementasi
Kebijakan Otonomi Daerah” bahwa:
Organisasi dapat dikatakan efektif bila organisasi tersebut dapat
sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan.Efektivitas umumnya
dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan operasional.Dengan
demikian pada dasarnya efektivitas adalah tingkat pencapaian tujuan atau

25
sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan.Efektivitas adalah seberapa baik
pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana seseorang menghasilkan keluaran
sesuai dengan yang diharapkan. Ini dapat diartikan, apabila sesuatu pekerjaan
dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan, dapat
dikatakan efektif tanpa memperhatikan waktu, tenaga dan yang lain.
Sementara itu, Sharma dalam Tangkilisan (2005:64) memberikan
kriteria atau ukuran efektivitas organisasi yang menyangkut faktor internal
organisasi dan faktor eksternal organisasi antara lain:
 Produktivitas organisasi atau output;
 Efektivitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan di dalam dan di luar organisasi;
 Tidak adanya ketegangan di dalam organisasi atau hambatan-hambatan
konflik diantara bagian-bagian organisasi.
Sedangkan Steers dalam Tangkilisan (2005:64) mengemukakan lima
kriteria dalam pengukuran efektivitas organisasi yaitu:
1.Produktivitas;
2.Kemampuan adaptasi atau fleksibilitas;
3.Kepuasan kerja;
4.Kemampuan berlaba;
5.Pencarian sumber daya.

Gibson dalam Tangkilisan (2005:65) mengatakan hal yang berbeda


bahwa efektivitas organisasi dapat pula diukur melalui :
1.Kejelasan tujuan yang hendak dicapai
2.Kejelasan strategi pencapaian tujuan
3.Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap
4.Perencanaan yang matang
5.Penyusunan program yang tepat
6.Tersedianya sarana dan prasarana
7.Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik

26
Adapun Emerson dalam Handayaningrat (1996:16) mengatakan bahwa
“Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan
yang telah ditentukan”. Jadi apabila tujuan tersebut telah dicapai, baru dapat
dikatakan efektif. Masih dalam buku yang sama, Hal ini dipertegas kembali
dengan pendapat Hasibuan dalam Handayaningrat (1996:16) bahwa
“efektivitas adalah tercapainya suatu sasaran eksplisit dan implisit”. Hal
senada juga dikemukakan oleh Miller dalam Handayaningrat (1996:16)
“Effectiveness be define as the degree to which a social system achieve its
goals. Effectiveness must be distinguished from efficiency. Efficiency is mainly
concerned with goal attainments”, yang artinya efektivitas dimaksudkan
sebagai tingkat seberapa jauh suatu sistem-sistem sosial mencapai tujuannya.
Hall dalam Tangkilisan (2005:67) mengartikan bahwa dengan tingkat
sejauh mana suatu organisasi merealisasikan tujuannya, semua konsep
tersebut hanya menunjukkan pada pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan
bagaimana cara mencapainya tidak dibahas.
Gibson, Donnely dan Ivancevich memberikan batasan dalam kriteria
efektivitas organisasi melalui pendekatan teori sistem (1997:31-32) antara
lain:

1.Produksi
Produksi merupakan Kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan
mutu output yang sesuai dengan permintaan lingkungan.
2.Efisiensi
Konsep efisiensi didefenisikan sebagai angka perbandingan (rasio) antara
output dan input. Ukuran efisiensi harus dinyatakan dalam perbandingan
antara keuntungan dan biaya atau dengan waktu atau dengan output.
3.Kepuasan

27
Kepuasan menunjukkan sampai sejauh mana organisasi memenuhi kebutuhan
para karyawan dan pengguna .
4.Adaptasi
Kemampuan adaptasi adalah sampai seberapa jauh organisasi dapat
menanggapi perubahan ekstern dan intern.
5.Perkembangan
Organisasi harus mengivestasi dalam organisasi itu sendiri untuk memperluas
kemampuannya untuk hidup terus dalam jangka panjang.
6.Hidup Terus
Organisasi harus dapat hidup terus dalam jangka waktu yang panjang.

Berdasarkan beberapa teori yang dikemukakan oleh para pakar di atas,


peneliti menggunakan teori Emerson dalam Handayaningrat (1996:16) bahwa
“Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan
yang telah ditentukan”.Jadi apabila tujuan tersebut telah dicapai, baru dapat
dikatakan efektif.

II.4 PRAKTIKALITAS

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), praktikalitas berarti bahwa


bersifat praktis, artinya mudah dan senang memakainya. Kepraktisan yang dimaksud
disini adalah kepraktisan dalam bidang pendidikan (bahan ajar, instrumen, maupun
produk yang lainnya).Praktikalitas berkaitan dengan kemudahan dan kemajuan yang
didapatkan siswa dengan menggunakan bahan ajar, instrumen, maupun produk yang
lainnya. Kepraktisan secara empiris dilakukan melalui uji keterlaksanaan bahan ajar
dalam proses pembelajaran sebagai uji pengembangan (Trisdyanto, 2009).

28
Dalam menyusun sebuah tes, kita harus memikirkan pula bagaimana
pelaksanaannya.Sebagai contoh di bawah ini dilukiskan dua macam cara pelaksanaan
tes. 1. Tes A terdiri atas 5 bagian. Untuk tiap bagian disediakan waktu untuk
mengerjakan selama 10 menit.Bagian pertama harus dikerjakan lebih dahulu.Setelah
10 menit, dibunyikan tanda, dan semua peserta tes harus pindah mengerjakan bagian
kedua, biarpun bagian pertama belum selesai.Setelah 10 menit lagi, dibunyikan tanda,
dan semua peserta tes harus mengerjakan bagian ketiga, biarpun bagian kedua belum
selesai.Demikian seterusnya, hingga tes selesai. 2. Tes B terdiri atas 5 bagian. Untuk
mengerjakan disediakan waktu 50 menit.Cara mengerjakan tidak dibagi-bagi; bagian
pertama, kedua dan seterusnya.Juga tidak ditentukan bagian-bagian mana yang harus
dikerjakan terlebih dahulu. Peserta tes bebas memilih mana yang akan didahulukan
dan yang dikerjakan kemudian. Dari kedua contoh di atas, maka tes B lebih mudah
pelaksanaannya daripada tes A

Kepraktisan juga merupakan salah satu ukuran suatu instrumen evaluasi


dikatakan baik atau tidak.Bila guru menggunakan esay tes untuk mengukur tanggapan
siswa terhadap suatu produk pembelajaran, dan jumlah siswa yang dibimbingnya
mencapai dua ratus orang, maka upaya ini cenderung tidak praktis. Diperlukan cara
lain untuk menilai tanggapan siswa tersebut, misalnya dengan tes lisan terhadap hasil
diskusi kelompok. Kepraktisan diartikan pula sebagai kemudahan dalam
penyelenggaraan, membuat instrumen, dan dalam pemeriksaan atau penentuan
keputusan yang objektif, sehingga keputusan tidak menjadi bias dan meragukan.
Kepraktisan dihubungkan pula dengan efisien dan efektifitas waktu dan dana. Sebuah
tes dikatakan baik bila tidak memerlukan waktu yang banyak dalam pelaksanaannya,
dan tidak memerlukan dana yang besar atau mahal.

Kepraktisan sebuah alat evaluasi lebih menekankan pada tingkat efisiensi dan
efektivitas alat evaluai tersebut, beberapa kriteria yang dikemukakan oleh Gerson,
dkk dalam mengukur tingkat kepraktisan, diantaranya adalah:

 Waktu yang diperlukan untuk menyusun tes tersebut

29
 Biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan tes tersebut
 Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tes
 Tingkat kesulitas menyusun tes
 Tingkat kesulitan dalam proses pemeriksaan tes
 Tingkat kesulitan melakukan intrepetasi terhadap hasil tes

Kepraktisan alat evaluasi akan memberikan manfaat yang besar bagi pelaksanaan
maupun bagi peserta didik karena dirancang sedemikian sistematis terutama materi
instrumen tersebut.

Berkaitan kepraktisan dalam penelitian pengembangan Van den Akker (1999:10)


menyatakan

“Practically refers to the extent that user (or other expert) consider the intervention
as appealing and usable in ‘normal’ conditions”

Artinya, kepraktisan mengacu pada tingkat bahwa pengguna (atau pakar-pakar


lainnya) mempertimbangkan intervensi dapat digunakan dan disukai dalam kondisi
normal.

Untuk mengukur tingkat kepraktisan yang berkaitan dengan pengembangan


instrument berupa materi pembelajaran, Nieveen (1999) berpendapat bahwa untuk
mengukur kepraktisannya dengan melihat apakah guru (dan pakar-pakar lainnya)
mempertimbangkan bahwa materi mudah dan dapat digunakan oleh guru dan siswa.
Khusus untuk pengembangan model yang dikembangkan dalam penelitian
pengembangan, model tersebutdikatakan praktis jika para ahli dan praktisi
menyatakan bahwa secara teoritis bahwa model dapat diterapkan di lapangan dan
tingkat keterlaksanaannya model tersebut termasuk kategori “baik”. Istilah “baik” ini
masih memerlukan indikator-indikator yang diperlukan untuk menentunkan tingkat
“kebaikan” dari keterlaksanaan model yang di kembangkan.

30
Berkaitan dengan kepraktisan di tinjau dari apakah guru dapat melaksanakan
pembelajaran di kelas.Biasanya peneliti dan observer mengamati aktivitas yang
dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.Misalnya, melihat kegiatan guru
dalam mempersiapkan siswa untuk belajar, memeriksa pekerjaan siswa, dll.

31

Anda mungkin juga menyukai