Anda di halaman 1dari 14

RESUME VI

ASESMEN BK TES

“Instrumen Penenlitian”

DOSEN PENGAMPU :

Prof. Dr. Daharnis, M.Pd., Kons.

Lisa Putriani, M.Pd., Kons.

DISUSUN OLEH :

Giva Raudatul Jannah 21006118

DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
A. Pengertian Instrumen Pengertian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan,


memeriksa, menyelidiki suatu masalah. Instrumen penelitian dapat diartikan pula sebagai alat
untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta
objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi semua
alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian.

Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan di permudah olehnya.

Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara
objektif. Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52) adalah alat yang
digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-
atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi
atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut
kognitif,perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya
adalah pernyataan.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian
adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif
tentang variabel yang sedang diteliti.

B. Langkah-langkah Menyusun Instrumen

Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen


penelitian, yaitu :

1. Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.


2. Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
3. Mencari indikator dari setiap dimensi.
4. Mendeskripsikan kisi-kisi instrument
5. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrument
6. Petunjuk pengisian instrumen.

C. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Semua instrumen (baik yang tes maupun non tes) harus memiliki dua syarat yaituValid
dan reliabel. Valid berarti instrumen secara akurat mengukur objek yang harus diukur. Reliabel
berarti hasil pengukuran konsisten dari waktu ke waktu.
Menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas instrumen ditentukan oleh dua kriteria utama:
validitas dan reliabilitas. Validitas suatu instrumen menurutnya menunjukkan seberapa jauh ia
dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat
konsistensi dan akurasi hasil pengukuran.

Sumadi Suryabrata (2008:60)mengemukakan bahwa validitas instrumen didefinisikan


sebagai sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk
direkam/diukur. Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil perekaman
data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang sama
dalam waktu berlainan, atau kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang
yang berbeda dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berlainan.

Menurut Burhan Bungin (2005:96,97) Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur
terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan di mana-mana. Sedangkan reliabilitas
alat ukur menurutnya adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Misalnya, menimbang beras dengan timbangan
beras,mengukur panjang kain dengan meter, dan sebagainya.

Reliabilitas mempunyai tiga dimensi yaitu Stabilitas, Ekivalensi, dan Konsistensi Internal
(O'Sullivan & Rassel, 1995). Stabilitas mengacu pada kemampuan instrumen untuk
menghasilkan data yang sama dari waktu ke waktu (dengan asumsi objek yang diukur tidak
berubah).

Ekivalensi mengacu pada kemampuan dua atau lebih macam instrumen yang dibuat dua
atau lebih peneliti untuk mengukur satu hal yang sama. Misalnya, dua peneliti mengukur
penggunaan listrik di suatu aula. Dua peneliti ini menggunakan dua instrumen yang berbeda.
Tetapi jika temuan kedua peneliti ini sama, maka instrumen mereka memilki sifat "ekivalen".

Konsistensi internal tercapai jika semua item dalam instrumen mengukur satu hal yang
sama. Jika terdapat 10 pertanyaan tentang motivasi, maka ke 10 pertanyaan itu mengukur hal
yang sama (motivasi).

1. Pengujian Validitas Instrumen

Ada tiga jenis pengujian Validitas Instrumen. (Sugiyono: 2010)

a. Pengujian Validitas Konstruk

Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur gejala sesuai dengan dengan yang didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitas
kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah itu
disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi.
Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat ahli. Setelah instrumen
dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur, dengan berlandaskan teori tertentu, maka
selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang
telah disusun itu. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang, dan umumnya mereka
telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.

Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Setelah
data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu
dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen.

b. Pengujian Validitas Isi (Content)

Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur
prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun
instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus
disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang
digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan
program yang telah direncanakan.

Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika dosen
memberikan ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut
tidak mempunyai validitas isi.

Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan
kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok
ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator.

Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan
sistematis.

c. Pengujian Validitas Eksternal

Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan)
antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai. Maka kriteria kinerja pada
instrumen tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang
kinerja yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta
di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang
tinggi.

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen


Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat dilakukan secara eksternal
dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test – retest (stability), equivalent,
dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan menganalisis konsistensi
butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.

a. Test retest

Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama dengan instrumen yang
sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan
pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen
tersebut sudah dinyatakan reliabel.

b. Ekuivalen

Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi
maksudnya sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di lembaga ini? Pertanyaan
tersebut ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini?

Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan berbeda,
pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara data
instrumen yang satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan
signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.

c. Gabungan

Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen beberapa kali ke
responden yang sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest (stability) dan ekuivalen.

Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu


dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua
kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam
koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka
dapat dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.

d. Internal Consistency

Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan


instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik tertentu.
Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas
instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Sp lit half),
KR20, KR21 dan Anova Hoyt.

D. Teknik Pengumpulan Data


Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu, kualitas
instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan
dengan validitas dan reliabilitas instrumen. Kualitas pengumpulan data berkenaan dengan
ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Macam-macam teknik
pengumpulan data antara lain: (1) interview (wawancara); (2) kuesioner (angket); (3) observasi
(pengamatan); (4) dokumentasi; dan (5) Tes.

a. Interview (Wawancara)

Wawancara menurut Satori & Komariah (2011: 130) adalah suatu teknik pengumpulan data
untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau
tanya jawab. Sugiyono (2010: 194) menjelaskan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya kecil/sedikit. Teknik pengumpulan data mendasarkan diri
pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan
atau keyakinan pribadi. Dalam Sugiyono (2010: 194), wawancara dibedakan menjadi wawancara
terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.

Teknik pengumpulan data dengan wawancara biasa digunakan pada penelitian kuantitatif,
kualitatif, dan pengembangan. Wawancara lebih sering digunakan dalam penelitian kualitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, wawancara lebih sering digunakan untuk studi pendahuluan dalam
menemukan permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian kualitatif, wawancara bersifat
mendalam, karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistik dan jelas dari informan.

Wawancara dalam penelitian kualitatif meliputi wawancara mendalam dan wawancara bertahap.
Wawancara mendalam dilakukan dalam konteks observasi partisipasi. Peneliti terlibat secara
intensif dengan setting penelitian terutama pada keterlibatannya dengan kehidupan informan
(Satori & Komariah, 2011: 130). Selanjutnya Satori dan Komariah juga menjelaskan bahwa
wawancara bertahap adalah wawancara yang mana peneliti melakukannya dengan sengaja dating
berdasarkan jadwal yang ditetapkan sendiri untuk melakukan wawancara dengan informan dan
peneliti tidak sedang observasi partisipasi. Sifat wawancara tetap mendalam, tetapi dipandu oleh
pertanyaan-pertanyaan pokok.

1. Wawancara Terstruktur

Wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data
telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam melakukan
wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Setiap responden diberi
pertanyaan sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dalam melakukan wawancara, selain harus
membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat
menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat
membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.

2. Wawancara Tidak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan.

Contoh:

Bagaimanakah pendapat bapak/ibu terhadap kebijakan pemerintah terhadap Perguruan Tinggi


Berbadan Hukum? Dan bagaimana peluang masyarakat miskin dalam memperoleh pendidikan
tinggi yang bermutu?

Jenis wawancara ini sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau penelitian yang lebih
mendalam tentang responden. Dalam penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan
informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti
dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti. Dalam
wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan
diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan ceritera responden.

b. Kuesioner (angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,
2010: 199). Kuesioner efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu
apa yang diharapkan dari responden. Kuesioner cocok digunakan apabila jumlah responden
cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan
tertutup atau terbuka.

Kuesioner dapat digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian kuantitatif, kualitatif, dan
pengembangan. Kuesioner lebih sering digunakan dalam penelitian kuantitatif dan
pengembangan. Tetapi ada juga penelitian kualitatif yang menggunakan bantuan angket sebagai
teknik pengumpulan datanya.

Dalam Arikunto (2006: 152) , kuesioner dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung pada
sudut pandangan:

1. Dipandang dari cara menjawab


Dibedakan menjadi kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka memberi
kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. Sedangkan kuesioner
tertutup sudah disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal memilih.

2. Dipandang dari jawaban yang diberikan

Ada dua jenis kuesioner, yaitu kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner
langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya. Sedangkan kuesioner tidak langsung yaitu
jika responden menjawab tentang orang lain.

3. Dipandang dari bentuknya.

Menurut bentuknya, kuesioner dibedakan menjadi kuesioner pilihan ganda, kuesioner isian,
check list, dan rating-scale.

c. Observasi (pengamatan)

Pengertian observasi menurut Satori & Komariah (2011: 105) adalah pengamatan terhadap suatu
objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang
harus dikumpulkan dalam penelitian. Secara langsung dengan terlibat ke lapangan dengan
melibatkan seluruh pancaindera. Sedangkan tidak langsung dengan dibantu
mediavisual/audiovisual.

Observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Teknik observasi
digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam,
dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Observasi dapat digunakan pada penelitian kuantitatif, kualitatif dan pengembangan. Observasi
untuk penelitian kualitatif menurut Satori dan Komariah (2011: 105) adalah pengamatan
langsung terhadap objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks, dan maknanya
dalam upaya mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian kuantitatif biasanya menggunakan
observasi terstruktur. Sedangkan pada penelitian kualitatif, observasi yang sering dilakukan
adalah observasi berperanserta, dengan instrumen observasi tidak terstruktur.

Pada observasi eksperimental dimana tingkah laku yang diharapkan muncul karena perlakuan
atau suatu kondisi tertentu, maka observasi memerlukan perencanaan dan persiapan yang benar-
benar matang, sedangkan observasi yang dilaksanakan dalam situasi yang wajar, pelaksanaannya
jauh lebih sederhana, karena observasi semacam ini dapat dilakukan sepintas lalu saja (Sudijono
dalam Taniredja dan Mustafidah, 2011: 48-49).Oleh karena itu sebelum melakukan penelitian,
peneliti telah mempersiapkan terlebih dahulu blanko/lembar observasi yang berisi perilaku yang
dapat diamati oleh peneliti, yang sebelumnya dirancang/disusun dalam sebuah kisi-kisi. Peneliti
dapat meminta bantuan orang lain sebagai observer untuk dapat membantu peneliti dalam
melakukan observasi.
Berdasarkan proses pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi:

1. Observasi Berperanserta

Peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Peneliti ikut melakukan apa uang dikerjakan oleh sumber data.
Dengan observasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap,tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Dalam suatu perusahaan, peneliti dapat berperan sebagai karyawan, mengamati bagaimana
perilaku karyawan dalam bekerja, bagaimana semangat kerjanya, bagaimana hubungan satu
karyawan dengan karyawan lainnya, dan lain-lain.

2. Observasi Nonpartisipan

Peneliti hanya sebagai pengamat independen. Data yang dikumpulkan tidak mendalam, tidak
sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai dibalik perilaku yang tampak, yang
terucapkan dan yang tertulis.

Dalam proses produksi, peneliti dapat mengamati bagaimana mesin-mesin bekerja dalam
mengolah bahan baku, komponen mesin mana yang masih bagus dan yang kurang bagus,
bagaimana kualitas barang yang dihasilkan, dan bagaimana performance tenaga kerja atau
operator mesinnya.

Berdasarkan instrumen yang digunakan, observasi dibedakan menjadi:

1. Observasi terstruktur

Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang
diamati, kapan dan di mana tempatnya. Observasi ini dilakukan apabila peneliti telah tahu
dengan pasti tentang variabel apa yang diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti
menggunakan instrumen penelitian yang yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya.

Contoh:

Peneliti akan melakukan pengukuran terhadap kinerja pegawai yang bertugas dalam pelayanan
IMB (Ijin Mendirikan Bangunan), maka peneliti dapat menilai setiap perilaku dan ucapan
dengan menggunakan instrument yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan tersebut.

2. Observasi tidak terstruktur


Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang
apa yang akan diobservasi. Peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati.
Peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya rambu-rambu pengamatan.

Dalam suatu pameran produk industri dari berbagai negara, peneliti belum tahu pasti apa yang
akan diamati. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang
tertarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan.

d. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen berbentuk tulisan misalnya
catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen berbentuk
gambar misalnya foto, sketsa, dll. Dokumen berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat
berupa gambar, patung, film, dll. Dalam penelitian kualitatif studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.

Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel jika didukung sejarah pribadi
kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat dan autobiografi. Penelitian
juga semakin kredibel jika didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik.

Dokumetasi dapat digunakan pada penelitian kuantitatif, kualitatif dan pengembangan.


Dokumentasi sering digunakan pada penelitian kualitatif sebagai pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara. Akan tetapi, dokumentasi juga digunakan dalam penelitian
kuantitatif dan pengembangan, dalam hal mengumpulkan data awal yang dapat menunjang latar
belakang dan pentingnya penelitian.

e. Tes

Tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan obyek yang diteliti
(Arikunto, 2006: 223). Sumber yang dikenai tes bukan hanya manusia. Misalnya binatang,
mesin mobil, dll. Contoh: Jika seekor anjing pelacak akan digunakan sebagai pembantu polisi
untuk mendeteksi narkoba, dia dites dulu apakah kiranya memiliki kecerdasan dan penciuman
yang tajam, sehingga ada kemungkinan untuk dilatih. Selama dan sesudah latihan berlangsung,
anjing tersebut dites lagi berkali-kali untuk diketahui seberapa tinggi peningkatan
kemampuannya.

Untuk manusia, instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
dasar dan pencapaian atau prestasi. Tes prestasi belajar yang biasa digunakan di sekolah dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu tes buatan guru dan tes terstandar. Tes buatan guru yang disusun
oleh guru dengan prosedur tertentu, tetapi belum mengalami uji coba berkali-kali sehingga tidak
diketahui ciri-ciri dan kebaikannya. Tes terstandar biasanya sudah tersedia di lembaga testing,
yang sudah terjamin keampuhannya.

f. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada
(Sugiyono, 2010: 330). Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu
mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Triangulasi digunakan pada penelitian kualitatif.

Terdpat dua macam triangulasi, yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi
teknik, berarti penelitian menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
Triangulasi sumber, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang
sama.

E. Analisis Data

a. Kuantitatif

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan Analisis data dalam Sugiyono ( 2010: 207)
adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data
berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti,
melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan.

Teknik analisis data pada penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat dua macam
statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian kuantitatif, yaitu statistik deskriptif
dan dan statistik inferensial. Statistik intefensial meliputi statistik parametris dan statistik
nonparametris.

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2010: 208).
Analisis statistik ini digunakan apabila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, tidak
untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.
Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain penyajian data melalui tabel, grafik, diagram
lingkaran, piktogram, perhitungan modus, median, mean, perhitugan desil, persentil, perhitungan
penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dn standar deviasi dan perhitungan persentase.

Analisis statistik deskriptif juga dapat dilakukan mencari kuatnya hubungan antara variabel
melalui analisis, korelasi, melakukan prediksi dengan analisis regresi, dan membuat
perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi. Analisis ini tidak
sampai pada pengujian signifikansinya, karena dalam analisis deskriptif tidak membuat
generalisasi.

Analisis statistik inferensial digunakan apabila peneliti ingin membuat suatu kesimpulan yang
berlaku untuk populasi. Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Analisis statistik ini cocok
digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas dan teknik pengambilan sampel
dilakukan secara random.

b. Kualitatif

Dalam Moleong (2010: 287) disebutkan bahwa terdapat tiga model analisis data pada kualitatif,
antara lain:

1. Metode perbandingan tetap, secara tetap membandingkan satu datum dengan datum yang
lain dan kemudian secara tetap membandingkan kategori dengan kategori lainnya. Secara
umum proses analisis datanya mencakup: reduksi data, kategori data, sintesisasi, dan
diakhiri dengan menyusun hipotesis kerja.

2. Metode analisis data menurut Spradley, proses penelitiannya terdiri dari:

a. Pengamatan deskriptif,

b. Analisis domein, dilakukan terhadap data yang diperoleh dari pengamatan


berperanserta/wawancara atau pengamatan deskriptif yang terdapat dalam catatan lapangan, yang
dapat dilihat di buku lampiran.

c. Pengamatan terfokus dan wawancara tefokus berdasarkan fokus yang sebelumnya telah
dipilih oleh peneliti.

d. Analisis taksonomi, meliputi langkah-langkah berikut ini; (1) memilih satu domein untuk
dianalisis, (2) mencari kesamaan atas dasar hubungan simantik yang sama yang digunakan untuk
domein itu, (3) mencari tambahan istilah bagian, (4) mencari domein yang lebih besarn dan lebih
inklusifyang dapatdimasukkan sebagai sub bagian dari domein yang sedang dianalisis, (5)
membentuk taksonomi sementara, (6) mengadakan wancara terfokus untuk mencek analisis yang
telah dilakukan, dan (7) membangun taksonomi secara lengkap.
e. Pengamatan terpilih, dengan melakukan wancara terpilih untuk memperdalam data yang
telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan kontras.

f. Analisis komponensial, meliputi; (1) memilih domein yang akan dianalisis, (2)
mengidentifikasikan seluruh kontras yang telah ditemukan, (3) menyiapkan lembar paradigma,
(4) mengidentifikasi dimensi kontras yang memiliki dua nilai, (5) menggabungkan dimensi
kontras yang berkaitan erat menjadi satu, (6) menyiapkan pertanyaan kontras untuk ciri yang
tidak ada, (7) mengadakan pengamatan terpilih untuk melengkapi data, dan (8) menyiapkan
paradigma lengkap.

g. Analisis tema, merupakan seperangkat prosedur untuk memahami secara holistik


pemandangan yang sedang diteliti. Langkah-langkah menemukan tema ialah; (1) melebur diri,
(2) melakukan analisis komponen terhadap istilah acuan, (3) perspektif yang lebih luas melalui
pencarian domein dalam pemandangan budaya, (4) menguji dimensi kontras seluruh domein
yang telah dianalisis, (5) mengidentifikasi domein yang terorganisir, (6) mencari tema universal.

3. Metode analisis data menurut Miles dan Huberman, analisis data ini didasarkan pada
pandangan paradigmanya yang positivisme dengan menggunakan matrik. Dengan matrik
yang dipetakan maka peneliti mulai mengadakan analisis apakah membandingkan,
melihat urutan ataukah menelaah hubungan sebab-akibat sekaligus.

4. Pengembangan

Teknik analisis data yang digunakan disesuaikan dengan jenis data dikumpulkan. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam analisis data:

a. Analisis data mencakup prosedur organisasi data, reduksi, dan penyajian data baik dengan
tabel, bagan, atau grafik.

b. Data diklasifikasikan berdasarkan jenis dan komponen produk yang dikembangkan

c. Data dianalisis secara deskriptif maupun dalam bentuk perhitungan kuantitatif.

d. Penyajian hasil analisis dibatasi pada hal-hal yang bersifat faktual, dengan tanpa
interpretasi pengembang, sehingga sebagai dasar dalam melakukan revisi produk.

e. Dalam analisis data penggunaan perhitungan dan analisis statistik sejalan dengan
permasalahan yang diajukan, dan produk yang akan dikembangkan.

f. Laporan atau sajian harus diramu dalam format yang tepat sedemikian rupa dan
disesuaikan dengan konsumen, atau calon pemakai produk.
DAFTAR ISI

Putro widoyoko eko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Pustaka Pelajar. yogyakarta

Suharsimi arikunto. 2010. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. PT Bumi Aksara. Jakarta

Suharsimi arikunto. 2013.Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta. Jakarta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi. CV. Alvabeta. Bandung

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung

Anda mungkin juga menyukai