Anda di halaman 1dari 15

BAB 2 SUBJEK DAN SASARAN EVALUASI

A. Subjek Evaluasi

Yang dimaksud dengan subjek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan

evaluasi. Siapa yang dapat disebut sebagai subjek evaluasi untuk setiap tes, ditentukan oleh

suatu antara pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku.

Contoh:

1. Untuk melaksanakan evaluasi tentang prestasi belajar atau pencapaian maka

sebagai subjek evaluasi adalah guru.

2. Untuk melaksanakan evaluasi sikap yang menggunakan sebuah skala maka

sebagai subjeknya dapat meminta petugas yang ditunjuk, dengan didahului oleh

suatu latiahan melaksanakan evaluasi tersebut.

3. Untuk melaksanakan evaluasi serhadap kepribadian dimana menggunakan sebuah

alat ukur yang sudah distandarisasikan maka subjeknya adalah ahli-ahli psikologi.

Disamping alatnya yang harus bersifat rahasia, maka subjek evaluasi haruslah

seorang yang betul-betul ahli karena jawaban dan tingkah laku orang yang dites

harus diiterprestasikan dengan cara tertentu.

Dalam keterangan ini, penulis mengkategorikan pelaksanaan evaluasi sebagai subjek

evaluasi, ada pandangan lain yang disebut subjek evaluasi adalah siswa, yakni orang

dievaluasi. Dalam hal ini yang dipandang sebagai objek misalnya : prestasi matematika,

kemampuan membaca, kecepatan lari, dan sebagainya. Pandangan lain lagi

mengklasifikasikan siswa sebagai objek evaluasi dan guru sebagai subjeknya.


B. Objek Evaluasi

Yang dimaksud dengan objek atau sasaran evaluasi adalah hal-hal yang menjadi pusat

perhatian untuk dievaluasi. Apapun yang ditentukan oleh evaluator atau penilai untuk

dievaluasi, itulah yang disebut dengan objek evaluasi. Pada waktu evaluator ingin menilai

berat badan siswa, yang menjadi objek evaluasi adalah berat badan siswa, sedang angka yang

menunnjukan beberapa berat badan siswa dimaksud, misalnya 34 kilogram, 40 kilogram dan

sebagainya adalah hasil evaluasi. Jika evaluastor ingin menilai keterampilan siswa dalam

menggunakan termometer, maka yang menjadi objek evaluasi adalah benar tidaknya gerakan

tangan siswa ketika memegang alat, kemampuan siswa untuk menentukan berapa lama

termometer diletakan di bagian badann, kemudian juga kemampuan siswa dalam membaca

skala yang ada pada termometer. Gambaran tentang benar salanya menggunakan termometer

adalah hasil evaluasi.

Agar diperoleh gambaran yang menyeluruh tentang mutu dan kebenaran kinerja

transformasi, maka yang dijadikan objek evaluasi adalah semua aspek yang terkait dengan

kinerja transformasi, yaitu: (1) masukan mentah, (2) masukan instrumental, (3) masukan

lingkungan (4) proses transformasi itu sendiri dan (5) keluaran, yaitu hasil dari transformasi.

Masukan mentah sebagai objek evaluasi.

aktif belajar

Dalam evaluasi, kinerja berstatus sebagai objek evaluasi-kinerja siswa dicermati dan

diperhatikan oleh evaluator.

Aspek-aspek yang menjadi objek evaluasi berkenaan dengan siswa sebagai masukan mentah,

masukan instrumental, dan masukan lingkungan dapat


Sasaran Evaluasi

Objek atau sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat

pengamatan karena penilaian menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. Dengan

masih menggunakan diagram tentang transformasi maka sasaran penilaian untuk unsur-

unsurnya meliputi, input, transformasi dan output Input. Untuk dapat mengikuti program

dalam suatu lembaga/sekolah institusi maka calon siswa harus memiliki kemampuan yang

sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan

atau attitude test.

Kepribadian

Kepribadian adalah suatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakan

bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu. Informasi tentang kepribadian sangat

diperlukan. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau

personality test.

Sikap-sikap

Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau

keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau attitude tes. Oleh karen tes ini berupa

skala. Maka disebut sikap attitude scale.

Intelegensi

Untuk mengetahui tingkat intelegensi ini digunakan tes intelegensi yang sudah

banyak diciptakan oleh para ahli. Dalam hal ini yang terkenal adalah tes buatan binet dan

simo yang dikenal dengan tes Binet-Simon. Dari hasil tes akan diketahui IQ orang tersebut.
IQ bukanlan intelegensi. IQ berbeda dengan intelegensi karena IQ hanyalah angka yang

memberikan petunjuk tinggi rendahnya intelegensi seseorang.

Transformasi

Telah dijelaskan bahwa banyak unsur yang terdapat dalam transformasi yang

semuanya dapat menjadi sasaran atau objek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan

yang diharapkan. Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian antara lain:

a) Kurikulum/materi

b) Metode dan cara penilaian

c) Sarana pendidikan

d) Sistem administrasi

e) Guru dan personal lainnya.

Output

Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

mengikuti program. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapai ini disebut tes

pencapaian atau achievement test. Kecenderungan yang ada sampai saat ini di sekolah adalah

bahwa guru hanya menilai prestasi belajar aspek kognitif atau kecerdasan saja. Alatnya

adalah tes tertulis. Aspek psikomotorik, apalagi efektif, sangat langka dijamah oleh guru.

Akibatnya, dapat kita saksikan, yakni para lulusannya hanya menguasai teori tetapi tidak

terampil melakukan pekerjaan keterampialan. Juga tidak mampu mengaplikasikan

pengetahuan yang sudah mereka kuasai. Lemahnya pembelajaran dan evaluasi terhadap

aspek afektif ini, jika kita mau instrospeksi, telah berakitab merosotnya ahklak para lulusan.

Yang selanjutnya berdampak luas pada merosotnya akhlah bangsa.


BAB 5
VALIDITAS

Seperti sudah disinggung di depan bahwa ketentuan penting dalam evaluasi

adalah bahwa hasilnya harus sesuai dengan keadaan yang dievaluasi.

Mengevaluasi dapat diumpamakan sebagai pekerjaan memotret. Gambar potret

atau foto dikatakan baik apabila sesuai dengan aslinya (bukan lebih baik dari

aslinya seperti dikatakan oleh iklan foto). Gambar pemotretan hasil evalauasi

tersebut di dalam kegiatan evaluasi dikenal dengan data evaluasi. Data evaluasi

yang baik sesuai dengan kenyataan disebut data valid. Agar dapat diperoleh data

yang valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Jika

pernyataan tesebut dibalik. Instrumen evaluasi dituntut untuk valid karena

diinginkan dapat diperoleh data yang valid. Dengan kata lain, instrumen evaluasi

dipersyarakan valid agar hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi valid.

Dalam pembicaraaan ini akan dikemukakan adanya dua jenis validitas. Validitas

pertama menyangkut soal cara keseluruhan yang akan di bahas pada bagian awala

bab ini. Sesudah selesai, disusul pembahasan validitas kedua. Yaktni validitas

menyangkut butir soal atau item dan validitas faktor yang menyangkut bagian

materi.
. Macam-Macam Validitas
Di dalam buku Encyclopedia Of Educational Evaluation, yang ditulis oleh
Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan disebutkan:
A test is valid if it measures what it purpose to measure. Atau jika

diartikan lebih kurang demikian: sebuah tes dikatakan valid apabila tes

tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dalam bahasa indonesia “Valid”
disebut sebagai istilah “Sahih”
Sebenarnya pembicaraan validitas ini bukan ditekankan pada tes itu

sendiri tetapi pada hasil pengetesan skornya.


Contoh:

Skor yang diperoleh dari hasil mengukur kemampuan mekanik akan

menunjukkan kemampuan seseorang dalam memegang dan memperbaiki

mobil, bukan pengetahuan tersebut dalam hal yang berkaitan dengan mobil.

Tes yang mengukur pengetahuan tentang mobiil bukanlah tes yang sahih
untuk mekanik.
Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari

hasil pengalaman, hal yang pertama dakan diperoleh validitas logis (logical

validity) dan hal yang kedua diperoleh validitas empiris (empirical validity)

dua hal inilah yang dijadikan dasar pengelompokan validitas tes


Secara gari besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan
validitas empiris
. Validitas Logis
Istiliah validitas logis mengandung kata logis yang berasal dari kata

logika yang berarti penalaran. Dengan makna demikian maka validitas

logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi

sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil

penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen

yang bersangkutan sudah dirancang secara baik. Mengikuti teori dan

ketentuan yang ada. Sebagaimana pelaksanaan tugas lain misalnya

membuat sebuah karangan. Jika penulis mengikuti aturan mengarang.

Tentu secara logis karanganya sudah baik. Berdasarkan penjelasan

tersebut maka instrumen yang sudah disusun berdasarkan teori

penyusunan instrumen, secara logis sudah valid, dari penjelasan tersebut

kita dapat memahami bahwa validitas logis dapat dicapai apabila

isntrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada, dengan demikian

disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya. Tetapi


langsung diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai disusun.
Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah

instrumen yaitu validitas isi dan validitas konstrak (Construct Validity).

Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah


instrumen yang disusun berdasarkan isi materi pelajran yang dievaluasi.

Selanjutnya validitas konstrak sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi

sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstrak askpek-aspek

kejiawaan yang seharunya dievaluasi. Penjelasan lebih jauh tentang kedua

jenis validitas logis ini akan diberikan berturut-turut dalam membahas

jenis validitas instrumen nanti


. Validitias Empiris
Istilah validitas empiris menurut kata empiris yang artinya pengalaman.

Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila

sudah diuji dari pengalaman. Sebagai contoh sehari-hari, sehorang dapat

diakui jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman membuktikan

bahwa orang tersebut memang jujur. Contoh lain, seorang dapat dikatakan

keratif apabila dari pengalaman dibuktikan bahwa orang tesebut sudah

banyak menghasilkan ide-ide baru yang diakui berbeda dari hal-hal yang

sudah ada. Dari penjelasan dan contoh tersebut diketahui bahwa validitas

empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrumen

berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus

dibuktikan melalui pengalaman.


Ada dua macamvaliditas empiris, yakni ada dua cara yang dapat

dilakukan untuk menguji bahwa sebuah instrumen memang valid.


Pengujian tersebut dilakukan dengan membandingkan kondisi instumen

yang bersangkutan dengan kriterium atau sebuah ukuran. Kriteria yang

digunakan sebagai skor pembanding kondisi instrumen. Dimaksud ada

dua yaitu yang sudah tersedia dan yang belum tersedia tetapi akan terjadi

diwaktu yang akan datang. Bagi instrumen yang kondisinya sesuai

dengan kriterium yang sudah tersedia, yang sudah ada, disebut memiliki

validitas “ada sekarang” yang dalam istilah bahasa inggris disebut

memiliki concurrent validity. Selanjutnya instumen yang kondisinya

sesuai dengan kriterium yang diramalkan akan terjadi, disebut memili

validitas ramalan atau validitas prediksi. Yang dalam istilah bahasa

inggris disebut memiliki predictive validity.


Dari uraian ada dua jenis validitas logis yang ada dua macam dan

validitas empiris juga, yang juga ada dua macama, maka secara

keseluruhan kita mengenal adanyaempat validitas yaitu 1) validitas isi 2)


validitas konstrak, 3) validitas “ada sekarang” dan 4)validitas predictive.
Dua yang pertama yakni (1) dan (2) dicapai melalui penyusunan
berdasarkan ketentuan atau teori, sedangkan teori berikutnya yakni (3)
dan (4) dicapai atau diketahui sesudah dibuktikan melalui pengalaman.
Adapun penjelasan masing-masing validita adalah sebagai berikut:
1) Validitas isi (content validity)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan

khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang

diberikan. Oleh karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum

maka validitas isi ini sering juga disebut validitas kurikuler.

Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunnan

dengan cara memerinci materi kurikulum atau meter, buku pelajaran

bagaimana cara merinci materi untuk kepentingan diperlukan validitas

isi sebuah tes akan dibicarakan secara lebih mendalam pada waktu

menjelaskan cara penyusunan tes.


. Validitas konstruksi (contruct validity)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir

soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir

seperti yang disebutkan dalam tujuan instruktusional khusus. Dengan

kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek berpikir tersebut sudah

sesuai dengan aspek berpikir yang menjadi tujuan instruksional.

Sebagai contoh jika rumusan tujuan instruksional khusus (TIK)

psikologis maka butir soal pada tes merupakan perintah agar siswa

membedakan antara dua efek tersebut, sekarang TIK dikenal dengan


indikator.
“konstruksi” dalam pengertian ini bukanlah susunan seperti yang

sering dijumpai dalam teknik. Tetapi merupakan rekaan psikologis,

yaitu suatu rekaan yang dibuat oleh para ahli ilmu jiwa yang dengan

suatu cara tertentu merinci isi jiwa atas bebrapa aspek seperti: ingatan,

pemahaman, aplikasi dan seterusnya. Dalam hal ini mereka

menganggap seolah-olah jiwa dapat dibagi-bagi, tetapi sebenarnya

tidak demikian. Pembagian ini hanya merupakan tindakan sementara


untuk mempermudah mempelajari.
Seperti halnya validitas isi. Validitas konstruksi dapat diketahu

dengan cara memerinci dan memasangkan setiap butir soal dengan

setiap aspek dalam TIK. Pekerjaan dilakukan berdasarkan logika,

bukan pengalaman. Dalam pembicaraan mengenai penyusunan tes hal

ini akan disinggung lagi.


. Validitas “ada sekarang” (concurrent validity)
Validitas ini lebih umum dikienal dengan validitas empiris, sebuah tes
dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan
pengalaman. Jika ada istilah sesuai tentu ada dua hal yang dipasangkan.
Dalam hal ini hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman.
Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data
pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang concurrent)
Misalnya seorang guru ingin mengetahu apakah tes yang disusun sudah
valid atau belum. Untuk diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang
sekarang datanya dimiliki. Misalnya nilai ulangan harian atau nilai
ulangan sumatif yang lalu.
0. Validitas preksi (Predictive validity)
Memprekdiksi artinya meramal, dengan meramal selalu mengenal hal
yang akan datang jadi sekarang belum terjadi, sebuah tes dikatakan
memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan. Apabila mempunyai
kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi
pada masa saya yang akan datang
Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-nilai yang
diperoleh setelah tes mengikuti pelajaran di perguruan tinggi. Jika ternya
siapa yang memiliki nilai tes lebih tinggi gagal dalam ujiam semester 1
dibandingkan dengan yang dahulu nilai tesnya muda maka tes masuk
yang dimaksud memiliki nilai tes lebih tinggi gagal dalam ujian smester 1
dibandingkan dengan dahulu nilai tesnya lebih rencah, maka tes masuk
yang dimaksud tidak memiliki validitas prediksi.
. Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur
Sekali lagi diulang bahwa sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya
sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antra hasil tes tersebut
dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah
teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh
pearson.
Rumus korelasi product ada 2(dua) macam yaitu
0.Korelasi product moment dengan simpangan dan
1.Korelasi product moment dengan angka kasar.
Rumus korelasi product moment dengan simpangan:
Dimana:
rxy = koefisien korelasi antra variabel X dan variabel Y, dua variabel
yang dikorelasikan (x = X
– X dan y=Y – Y )
xy = jumlah perkalian x dengan y
x2 = kuadrat dari x

x2 = kuadrat dari y

Indeks korelasi antara X dan Y inilah indeks validitas soal yang dicari.
Rumus korelasi product moment dengan angka kasar:
r N XY −( X)(Y )
=
xy
√{N X 2 ( X )2 }{N Y −(Y )2
2 }

Dimana:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dan variabel yang
dikorelasikan

Anda mungkin juga menyukai