Anda di halaman 1dari 4

Definisi Skala Rating

Pada contoh penelitian yang dilakukan di bab 11, terdapat pertanyaan-pertanyaan


tentang sikap responden tentang rasa dari minuman ringan. Respon yang diperoleh pun
beragam seperti pelega dahaga, asam, berkarbonasi, memiliki rasa jeruk, dan juga kental
seperti sirup. Ketika berbicara tentang penelitian, data tersebut tidak bisa digunakan untuk
menganalisis suatu fenomena minuman. Namun dengan skala yang dikonstruksi secara baik,
peneliti bisa membentuk suatu profil rasa yang menarget pasar tertentu. Skala rating cocok
digunakan ketika kita hendak menilai sebuah objek tanpa mengacu pada objek lainnya yang
sejenis. Contoh dari skala rating ini ada banyak seperti “suka – tidak suka”, “setuju – tidak
setuju”, atau bahkan “netral”. Berikut ini beberapa jenis skala rating yang banyak digunakan:
Skala Dikotomus (Dichotomus Scale/Simple Attitude Scale)
Skala dikotomus menawarkan dua atau lebih pilihan yang bersifat eksklusif antara satu
dengan yang lain. Pada simple scale, pilihan yang ditawarkan biasanya bersifat sederhana dan
berkebalikan seperti suka – tidak suka atau setuju – tidak setuju. Akan tetapi, ketika terdapat
lebih dari dua pilihan namun peneliti membutuhkan hanya satu jawaban maka multiple
choice single-response scale adalah yang paling tepat. Pada kasus lain, bisa saja konstruk
penelitian memberikan beberapa pilihan (lebih dari dua) dan memungkinkan responden untuk
memilih lebih dari satu item. Skala yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengukur
konstruk tersebut adalah multiple-choice multiple-response scale atau biasa juga disebut
sebagai checklist.
Kelebihan dari skala dikotomus adalah kemudahannya untuk dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan peneliti. Selain itu, biaya yang dibutuhkan juga relatif lebih murah dan
terlebih bisa didesain untuk memiliki tingkat spesifikasi yang tinggi. Kendati demikian,
terdapat beberapa kelemahan dari skala dikotomus yakni pendekatan desainnya sangat
subjektif, sarat dengan sudut pandang peneliti. Hal ini akan menjadikan kapabilitas peneliti
sebagai acuan utama item-item yang dipilih merupakan sampel yang reprsentatif dari
keseluruhan properti objek yang diteliti. Terlebih lagi, sudut pandang setiap orang atas item
yang diajukan bisa saja berbeda-beda. Oleh karena itu, berbagai teknik pun dikembangkan
untuk mengurangi kelemahan-kelemahan tersebut. Contoh dari skala dikotomus adalah
sebagai berikut:
1. Simple category scale
2. Multiple-choice, single response scale
3. Multiple-choice, multiple response scale
4. Likert scale summated rating
5. Semantic differential scale
6. Numerical scale
7. Multiple rating list scale
8. Constant-sum scale
9. Graphic rating scale
Skala Likert
Skala likert merupakan skala yang dikembangkan oleh Rensis Likert dan menjadi skala
yang paling banyak digunakan dalam jenis summated rating scale. Summated rating scale
sendiri terdiri dari berbagai pernyataan yang menggambarkan sikap memfavoritkan atau tidak
memfavoritkan sesuatu terkait objek yang diteliti. Responden akan diminta untuk setuuju atau
tidak setuju dengan setiap pertanyaan yang diajukan. Setiap respon akan diberikan skor
numerik untuk merefleksikan derajat kefavoritan responden terhadap pertanyaan tersebut.
Dari setiap skor yang diperoleh, peneliti dapat menganalisisnya dan memperoleh gambaran
mengenai akumulasi sikap responden terhadap objek yang diteliti.
Skala likert yang paling umum digunakan terdiri dari lima butir pilihan yang
mencerminkan derajat kefavoritan responden. Angka 1 mencerminkan derajat
ketidakfavoritan paling tinggi dengan 5 mencerminkan derajat kefavoritan paling tinggi. Pada
perkembangannya, skala baru yang terdiri dari 7 dan 9 derajat kefavoritan responden juga
dikembangkan. Kelebihan dari 7 dan 9 poin skala ini adalah perkiraan yang lebih baik
terhadap kurva respons normal dan kemungkinan untuk mengekstraksi variasi yang lebih
banyak dari responden yang diteliti. Setiap pilihan pada umumnya tidak dimunculkan dalam
bentuk angka namun dalam bentuk kata-kata seperti sangat setuju – setuju – netral – kurang
setuju – tidak setuju.
Kelebihan dari skala likert adalah kemudahannya untuk dibuat. Peneliti yang hendak
menggunakan skala likert harus berhati-hati untuk meyakinkan bahwa setiap item yang
membedakan tiap derajat kefavoritan responden sudah sesuai dengan kajian empiris. Karena
itu, skala likert dianggap lebih reliabel dan bisa memberikan lebih banyak data. Jenis data
yang diproduksi melalui skala ini merupakan data interval. Untuk membuat sebuah skala
likert, suatu prosedur harus dilakukan yang dinamakan sebagai item analysis. Langkah-
langkah pelaksanaan item analysis adalah sebagai berikut:
1. Setiap pernyataan harus relevan dengan sikap yang sedang diteliti
2. Setiap item harus diyakini mampu merefleksikan tiap derajat kefavoritan terhadap
objek yang sedang diteliti. Studi pendahuluan terhadap non-responden yang
memiliki profil yang sejenis dengan responden dilakukan dengan cara menanyakan
mereka terkait setiap pertanyaan dan harus menjawab dengan poin skala yang
diberikan.
3. Setiap respon tersebut akan diakumulasi untuk setiap responden
4. Skor tiap responden akan diurutkan sedemikian rupa dan diambil sampelnya dari
beberapa persen di peringkat atas dan bawah (biasanya 10 hingga 25 persen untuk
masing-masing peringkat).
Kedua kelompok tersebut akan mewakili orang dengan sikap paling menyukai dan
paling tidak menyukai terhadap objek yang sedang diteliti. Dua kelompok ekstrim ini
merupakan kriteria kelompok dimana setiap item dievaluasi. Item analysis menilai setiap item
berdasarkan seberapa baik item tersebut mampu membedakan orang-orang yang memiliki
skor tinggi dengan orang-orang yang memiliki skor rendah. Analisis ini akan melibatkan rata-
rata nilai dari setiap item skala diantara pemilik skor tinggi dan rendah. Rataan ini akan
dianalisis secara statistik dengan menghitung nilai t. Setelah nilai t diketahui, item tersebut
akan diurutkan berdasarkan ranking. Beberapa nilai t tertinggi akan diambil dan digunakan
sebagai skala final penelitian. Nilai t yang disarankan pun beragam. Ada yang menyarankan
nilai t minimal 1,75 dengan 25 atau lebih subjek dalam satu kelompok.
Semantic Differential Scales
Skala SD (semantic differential) mengukur makna psikologis dari sikap sebuah objek
dengan menggunakan kata sifat bipolar. Biasanya skala SD digunakan pada penelitian di area
brand image dan juga institutional image. Metode ini terdiri dari 7 titik skala rating yang
bipolar. Skala SD didasarkan pada proposisi bahwa suatu objek dapat memiliki beberapa
dimensi makna konotatif. Makna ini terletak di dalam sebuah ruang properti multidimensi
yang disebut sebagai ruang semantik. Makna konotatif merupakan makna yang tersirat atas
suatu makna eksplisit terhadap sebuah objek. Sebagai contoh, api yang berkobar di perapian
bisa saja dikonotasikan sebagai romantis maupun amarah. Studi yang dilakukan oeh Osgood
dan rekan-rekannya berhasil mengembangkan metode SD untuk mengukur makna psikologis
dari suatu objek atau individu. Pada awalnya, terdapat 289 pasang sifat bipolar yang
kemudian direduksi menjadi 76 pasang dan diformasikan dalam bentuk skala rating. Berikut
ini hasil studi Osgood dan rekan-rekannya:

Dalam perkembangannya, peneliti-peneliti selanjutnya menggunakan pendekatan yang


berbeda dengan skala SD asli yang digunakan pada psikologi. Mereka mengembangkan jenis
sifat yang berbeda dan lebih sering terfokus pada dimensi evaluatif. Manfaat positif yang
diperoleh dari pengembangan skala SD skala yang dibuat telah disesuaikan dengan
pertanyaan manajemen tertentu. Secara umum, sisi positif dari pengembangan skala SD
adalah tingkat efisiensinya yang tinggi dan kemudahan yang ditawarkannya untuk
menyimpulkan sikap dari sampel yang besar. Sikap-sikap ini dapat diukur baik arahnya
maupun intensitasnya. Kumpulan dari tanggapan yang diperoleh bisa memberikan gambaran
yang komprehensif tentang makna suatu objek dan ukuran orang yang melakukan penilaian.
SD adalah teknik standar yang mudah diulang tetapi lolos dari banyak masalah distorsi
respons yang ditemukan dengan metode yang lebih langsung. Skala SD menghasilkan data
interval. Langkah-langkah untuk menentukan skala SD adalah sebagai berikut:
1. Menentukan konsep yang akan digunakan apakah berbentuk kata beda, noun
phrases, atau stimulus non-verbal. Pemilihan ini berdasarkan penilaian peneliti dan
mencerminkan sifat pertanyaan investigasi.
2. Memilih beberapa pasang kata bipolar yang sesuai dengan penelitian.
3. Membuat sistem skoring dan menentukan bobot dari setiap titik skala.
4. Sisanya seperti pengukuran pada skala likert.
Numerical/Multiple Rating List Scales
Skala numerik memiliki interval yang sama untuk setiap titik skalanya. Verbal anchors
berfungsi sebagai label untuk masing-masing titik ekstrim. Skala numerik 5 titik bisa saja
memiliki 7 atau 10 poin. Responden menulis nomor dari skala di sebelah tiap item. Jika
banyak pertanyaan tentang kinerja produk digunakan dalam pengukuran, skala akan
memberikan ukuran mutlak kepentingan dan ukuran relatif (peringkat) dari berbagai item
yang dinilai. Jenis skala ini berbeda dari skala numerik dalam hal: 1) Ia bisa menerima respon
dari penilai 2) Layoutnya memungkinkan untuk visualisasi hasil pengukuran. Terdapat
beberapa contoh untuk skala ini seperti:
1. Stapel scales yang digunakan ketika sulit menemukan pasangan bipolar yang sesuai
untuk objek yang diteliti.
2. Constant-sum scales menggunakan nilai total dimana responden bebas
mengalokasikannya untuk setiap item yang diberikan.
3. Graphic rating scales digunakan ketika peneliti ingin membedakan objek dengan
titik perbedaan banyak. Responden akan diminta untuk meletakkan sendiri titik
perbedaan di antara dua kutub ekstrim yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai