Anda di halaman 1dari 15

BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian memiliki peran yang sangat penting dalam menyikapai berbagai
keilmuan, penelitian merupakan petunjuk utama penyelesain masalah. Awal dari
sebuah penelitian adalah adanya sebuah problem (masalah). Masalah ilmu social
dan ilmu pendidkan sangat kompleks, semenjak adanya dunia sampai sekarang
tidak pernah lepas dari yang namanya masalah, untuk mencari solusi (jalan keluar)
masalah, dengan demikian diperlukan penelitian secara logis, sistimatis, dan
empiris, sebagai pencerahan untuk mengetahiu kebenaran ilmiah.
Dewasa ini metode ilmiah merupakan komandan terdepan yang dipercayai banyak
manusia dalam mengungkap atau menemukan berbagai fenomena di alam semesta.
Hasil kebenaran melalui metode ilmiah telah dirasakan manfaatnya bagi manusia
baik di bidang teknologi, sains, maupun bidang lainnya.

Suatu hal yang sangat menyedihkan, penelitian ilmiah kurang begitu diminati,
sebagian dosen dan mahasiswa melaksanakan penelitian ilmiah hanya sebatas
kewajiban, belum menjadi suatu keharusan dan budaya, penelitian dilakukan
lantaran proyek serta mnedapatkan angka kredit untuk kenaikan pangkat,
sementara mahasiswa melakukannya sebatas untuk menyelesaikan pendiodikan
atau mendapatkan gelar pada strata satu (S1), strata dua (S2), dan strata tiga (S3).
Problem ini menjadi kajian kita bersama untuk memecahkannya sehingga
penelitian ilmiah di masa depan menjadi primadona atau diminati oleh banyak
orang.
B. Rumusan Masalah
Setelah mengetahui problematika masyarakat khususnya kalangan akedemisi yang
masih belum mengetahui cara melakukan penelitian ilmiah, atau mereka yang
masih kurang berminat untuk meneliti, maka kami melalui tulisan ini mencoba
merangsang semua pihak untuk ikut dalam mengebangkan atau menghidupkan
kembali girah menelti, karena sebagai mana yang telah kita ketauhui bahwa
meneliti khususnya penelitian ilmiah memiliki manfaat yang sangat besar untuk
menemukan jawaban dari sebuah masalah atau untuk mencari kebenaran terhadapa
sesuatu.
Dalam tulisan ini kami hanya akan sedikit membahas tentang sekala pengukuran
dan instrument penelitian dalam bidang penelitian kuantitatif. Kami menghususkan
pada sub-Bab ini dan hanya terfokus pada satu bidang penelitian yaitu penelitian
kuntitatif. Karena bab yang lain akan dibahasa oleh beberapa teman kami yang
lain.
Pada penulisan malakah kali ini kami mencoba untuk membuat sedikit lebih
ramping. Yang mana di awal penulisan kami memulai dari kata pengantar
kemudian masuk pada Bab I yang berisi tentang:
a. Latar belakang masalah
b. Rumusan masalah
Kemudian Bab II-III kami isi dengan pembahasan, yang mana di sana akan
membahas sedikit tentang sekala pengukuran dan instrument penelitian dalam
penelitian kuntitatif. Kemudiaan Bab IV yaitu penutup, kesimpulan, dan saran
terakhir daftar pustaka.
BAB II
Jenis Skala Dan Sikap Skala Pengukuran
Penelitian pada dasarnya merupakan satu upaya memahami masalah-masalah yang
ditemui dalam kehidupan manusia, keterbatasan manusia untuk memahami
permasalahan tersebut hanya mengndalkan pengalaman hidup sehari hari secara
sporadic dan tidak tertata, jelas tidak cukup menjadi dasar yang kuat bagi
pemahaman terhadap satu permasalahan. Instrumen penelitian digunakan untuk
mengukur nilai variable yang diteliti. Dengan demikian imliah instrument yang
akan digunakan untuk penelitian tergangung pada jumlah variable yang ditelti. Jika
variablenya lima maka instrumennya lima. karena instrumen penelitian akan
digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data
kuantitatif yang akurat, maka setiap instrument harus mempunyai skala.
A. Jenis Sekala Pengukuran
Sekala pengukuran merupakan kesepakatan yanga digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat
ukur tersebut jika digunakan akan menghasilkan data kuantitatif. Contohnya
timbangan emas sebagai instrument untuk mengukur berat emas.
Jenis-jenis sekala pengukuran ada empat : sekala nominal, sekala ordinal, sekala
interval, dan sekala ratio.
1. Skala nominal
Skala nominal adalah sekala yang paling sederhana, disusun menurut jenis
(kategorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai symbol untuk membedakan
sebuah karakteristik dengan karakteristik yang lainnya.
Skala nominal adalah skala yang hanya mendasarkan pada pengelompokkan atau
pengkategorian peristiwa atau fakta dan apabila menggunakan notasi angka hal itu
sama sekali tidak menunjukkan perbedaan kuantitatif tetapi hanya menunjukkan
perbedaan kualitatif. Adapaun ciri-ciri dari sekala nominal adalah:
a. Kategori data bersifat mutually exclusive (salign memisah).
b. Kategori data tidak mempunyai aturan yang logis (bisa sembarang),
Hasil perhitungan dan tidak ditemui bilangan pecahan, Angka yang tertera hanya
lebel semata.Tidak mempunyai ukuran baru, Dan tidak mempunyai nol mutlak.
2. Skala ordinal
Skala ini adalah pengukuran yang mana skala yang digunakan disusun secara
runtut dari yang rendah sampai yang tinggi. Skala Ordinal skala yang diurutkan
dari jenjang yang lebih tinggi sampai skala yang terendah atau sebaliknya.
Adapun ciri-ciri dari sekala ordinal antara lain : kategori data saling memisah,
kategori data memiliki aturan yang logis, kategori data ditentukan sekala
berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang dimilikinya.
3. Skala interval
Sekala interval adalah sekala yang menunjukkan jarak satu data dengan data yang
lain dengan bobot nilai yang sama, sementara menurut (Uhar) dalam
bukunya, metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif, dan tindakan. Menjelaskan
bahwa sekala interval adalah sekala pengukuran yang mana jarak satu tingkat
dengan yang lain sama. Ciri-ciri dari sekala ini menurut uhara ada lima :
a. Kategori data bersifat saling memisah.
b. Kategori data memiliki aturan yang logis.
c. Kategori data ditentukan sekalanya berdasarkan jumlah karaaktristik khusus
yang dimilikinya.
d. Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang sama
dalam jumlah yang dikenakan pada kategori.
Angka nol hanya menggambarkan satu titik dalam sekala (tidak punya nilai nol
absolut).
4. Skala Rasio.
Skala ini adalah sekala interval yang benar-benar memiliki nilai nol mutlak.
Dengan demikian sekala rasio menunjukkan jenis pengukuran yang sangat jelas
dan akurat.
B. Skala sikap
Skala ini hanya digunakan untuk mengukur sikap, perkembangan ilmu sosiologi
dan pisikologi yang banyak menggunakan ini untuk khusus mengukur sikap.
Beberapa sekala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi,
pendidikan dan social antara lain :
1. Skala likert
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
kelompok orang tentang fenomena atau gejala sosial yang terjadi. Hal ini sudah
sepesifik dijelaskann oleh peneliti. Yang selanjutnya disebut sebagai variable
penelitian. Kemudian dijabarkan melalui dimensi-dimensi menjadi sub-variabel,
kemudian menjadi indicator yang dapat dijadikan tolak ukur untuk menyusun item-
item pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan dengan variabel penelitian.
Penyataan atau pernyataan tadi kemudian direspon dalam bentuk skala likert, yang
diungkapkan melalui kata-kata misalnya ; setuju, sangat setuju, tidak pasti, tidak
setuju, sangat tidak setuju.
2. Skala guttuman
Skala guttaman menggunakan dua jawaban yang tegas dan konsisten, yaitu ya-
tidak, postif-negatif, tinggi-rendah, yakin-tidak yakin, setuju-tidak setuju, dll.
3. Skala defentrial.
Skala differensial digunakan untuk mengatur sikap perbedaan simantik, responden
untuk menjawab pernyataan dalam satu garis kontinum yang bertentangan yaitu
positif negative. Data yang diperoleh biasanya data interval yang digunakan untuk
mengukur sikap seseorang atau kelompok. Skala ini berisikan serangkaian
karakteristik bipolar (dua kutub), seperti: panas-dingin, baik-buruk, dll.
Karakteristik bipolar mempunyai tiga dimensi dasar sikap seseorang terhadap
objek.
a. Potensi, yaitu kekuatan atau atraksi fisik satu objek
b. Evaluasi, yaitu hal-hal yang menguntungkan atau tidak.
c. Aktivitas, yaitu tingkatan gerakan satu objek
Contoh :
Tidak cerdas Netral Cerdas
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

4. Rating scale
Berdasarkan ketiga sekala semua data yang diproleh adalah data kualitatif yang
dikuantitatifkan. Sedangkan rating scale adalah data mentah yang didapar berupa
angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam model rating scale
responden tidak akan menjawab dari data kualitatif yang sudah tersedia, tapi
menjawab dari jawaban kuantitatif, dengan demikian raing scale lebih fleksibel,
tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja.

BAB III
Desain Intrumen
Secara prinsip dikatakan bahwa meneliti merupakan kegiatan untuk melakukan
pengukuran terhadap fenomena social maupun alam. Karena pada prinsipnya
meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat
ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen
penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam atau sosial
yang diamati. Secara spesifik semua fenomena tersebut disebut variable penelitian.
Intrumen dalam penelitian sosial walaupun beberapa sudah ada seperti untuk
mengukur sikap, mengukur IQ, mengukur bakat dan lain-lain namun instrumen-
instrumen tersebut sulit untuk dicari, dimana harus dicari, apakah bisa dibeli atau
tidak. Selain itu instrumen-instrumen dalam bidang sosial walaupun telah teruji
validitas dan reliabilitasnya di suatu tempat, tetapi bila digunakan untuk mengukur
di tempat tertentu belum tentu tepat dan mungkin tidak valid dan reliable lagi. Hal
ini terjadi karena gejala/fenomena sosial itu cepat berubah dan sulit dicari
kesamaanya. Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel
penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Titik tolak dalam menyusun
instrumen penelitian adalah variabel-variabel penelitian. Dari variabel-variabel
yang diteliti dibuatlah definisi operasionalnya. Definisi operasionalnya tersebut
menjadi dasar dalam membuat instrumen penelitian. Intrumen penelitian dapat
dibuat dalam bentuk pernyataan maupun pertanyaan.
Contoh instrumen dalam bentuk pertanyaan
Bagaimana efektivitas metode promosi yang diterapkan pada perusahaan ini?

a. Sangat efektif
b. Efektif
c. Cukup efektif
d. Kurang efektif
e. Tidak efektif
Contoh instrumen dalam bentuk pernyataan
Metode promosi yang diterapkan pada perusahaan ini efektif
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen yaitu instrumen yang berbentuk test
untuk mengukur prestasi belajar yang jawabannya berupa “salah atau benar” dan
instrument yang berbentuk non test untuk mengukur sikap yang jawabannya
berupa “positif atau negatif”

Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen yaitu instrumen yang berbentuk test
untuk mengukur prestasi belajar yang jawabannya berupa “salah atau benar” dan
instrument yang berbentuk non test untuk mengukur sikap yang jawabannya
berupa “positif atau negatif”

Validitas dan Reliabilitas Intrumen


Validitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas, apabila intrumen tersebut mampu
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin diukur. Jika
seorang peneliti ingin mengukur tentang kemiskinan, maka peneliti harus menguji
validitas alat ukurnya apakah memang benar alat ukur yang digunakan mampu
mengukur kemiskinan. Intrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Hasil penelitian valid bila
terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya
terjadi opada obyek yang diteliti.
Contoh: a. Apabila dalam penelitian, obyek berwarna merah, sedangkan data yang
terkumpul juga memberikan data berwarna merah bisa dikatakan hasil penelitian
tersebut Valid. Apabila obyek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul
memberikan data berwarna putih bisa dikatakan hasil penelitian tersebut tidak
valid.
b. Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti,
karena meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi
tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat.

Menurut pendapat beberapa para ahli yaitu Anastasia, 1973 dan Nunnally,
1979 (Masri, 1989,124) validitas ada berbagai macam yaitu:
1. Validitas konstruk
Kontruk adalah kerangka dari suatu konsep. Validitas konstruk digunakan sebagai
tolok ukur operasional dalam menyusun kerangka konsep.
2. Validitas isi
Validitas isi alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut
mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep.
3. Validitas ekternal
Dikatakan validitas ekternal apabila alat pengukur baru terjadi korelasi antara alat
pengukur lama yang digunakan dalam penelitian.
4. Validitas prediktif
Keabsahan yang didasarkan pada hubungan yang teratur antara tingkah laku apa
yang diramalkan oleh sebuah tes dan tingkah laku sebenarnya yang ditampilkan
oleh indivvidu atau kelompok.
5. Validitas rupa
Validitas rupa digunakan dalam pengukuran kemampuan individu seperti
pengukuran kecerdasan, bakat, dan keterampilan.

Reliabilitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan memiliki reliabilitas, apabila instrument tersebut
mampu menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai beberapa kali untuk mengukur obyek
yang sama dan hasil pengukuran tersebut akan menghasilkan data yang sama.
Dengan kata lain reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur didalam
mengukur gejala yang sama.
Contoh: a. Alat untuk mengukur fenomena fisik seperti alat untuk mengukur berat
dan panjang badan.
b. Alat untuk mengukur jarak anatara dua bangunan seperti meteran kayu.

Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Pengujian Validitas Instrumen
1. Pengujian validitas konstruk
Dengan memahami cara penyusunan validitas kontrak, maka penyusunan validitas
lainnya akan lebih mudah karena pada dasarnya prinsip perhitungannya sama.
Untuk menguji validitas kontruk dapat digunakan pendapat dari para ahli. Dalam
hal ini setelah instrumen dikontruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan
berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli.
Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang
telah bergelar doctor sesuai dengan lingkup yang di teliti.
Setelah pengujian kontruksi dari para ahli dan berdasarkan pengalaman empiris
dilapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen tersebut
dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Jumlah sampel yang
digunakan sekitar 30 orang. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas
konstruksi dilakukan dengan analisis faktor yaitu dengan mengkorelasikan antar
skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan
skor total.
Misalkan akan dilakukan pengujian construct validity melalui analisis faktor
terhadap instrumen untuk mengukur prestasi kerja pegawai. Jadi dalam hal ini
variabel penelitiannya adalah prestasi kerja. Berdasarkan teori dan hasil konsultasi
ahli, indikator prestasi kerja pegawai meliputi 2 faktor yaitu: kualitas hasil kerja
dan kecapatan kerja. Selanjutnya indikator faktor kecepatan kerja dikembangkan
menjadi 3 pertanyaan, dan kualitas hasil kerja dikembangkan menjadi 4 butir
Jmlh
No. Skor Faktor 1 Skor Faktor 2
Jmlh 1 Jmlh 2 Total

Res untuk butir no: untuk butir no:


(X1) (X2) (Y)
. 1 2 3 1 2 3 4
1 3 4 3 10 3 3 2 4 12 22
2 4 3 2 9 4 3 4 4 15 24
3 1 2 1 4 3 2 1 2 8 12
4 3 3 3 9 4 4 3 3 14 23
5 2 2 4 8 3 1 2 1 7 15
pertanyaan. Instrumen yang terdiri dari 7 pertanyaan tersebut, selanjutnya
diberikan kepada 5 pegawai sebagai responden untuk menjawabnya (dalam
prakteknya menggunakan sekitar 30 responden). Jawaban 7 pertanyaan dari 5
responden ditunjukkan pada table berikut ini

Bila hasil korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,30 ke atas
maka faktor tersebut merupakan konstrak yang kuat. Berdasarkan table diatas
setelah dihitung dengan menggunakan korelasi product moment diperoleh angka
korelasi antara faktor 1 (X1) dengan skor total (Y) = 0,85 dan korelasi antara
jumlah faktor 2 (X2) dengan skor total (Y) = 0,94. Karena korelasi kedua faktor
tersebut diatas 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hasil kerja dan
kecepatan kerja merupakan konstruksi yang valid untuk variabel prestasi kerja
pegawai.
Lebih lanjut untuk menentukan setiap butir dalam instrumen itu valid atau tidak
dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total
(Y). oleh karena itu untuk keperluan ini ada tujuh koefisien korelasi yang harus
dihitung. Bila harga korelasi di bawah 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir
instrument tersebut tidak valid, maka harus diperbaiki atau dibuang. Bila hasil
perhitungan diketahui bahwa korelasi ke tujuh instrument dengan skor total adalah
sebagai berikut:
No r hitung r kritis Keputusan
r1Y 0.95 0.30 Valid
r2Y 0.79 0.30 Valid
r3Y 0.22 0.30 Tidak Valid
r4Y 0.73 0.30 Valid
r5Y 0.79 0.30 Valid
r6Y 0.84 0.30 Valid
r7Y 0.83 0.30 Valid
Dari table diatas dapat diketahui bahwa butir no. 2 (fakor 1) tidak valid, karena
korelasi butir tersebut dengan skor total hanya 0,22 (dibawah skor kritis 0,30. Butir
tersebut tidak selaras dengan butir yang lain.
2. Pengujian Validitas Isi
Untuk instrumen yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Seorang dosen yang memberiujian di luar pelajaran yang telah
ditetapkan, berarti instrument ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi. Untuk
instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian
validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan
isis atau rancangan yang telah ditetapkan.
Secara teknis pengujian validitas konstrak dan validitas isi dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrument, atau matrik pengembangan instrumen. Dalam
kisi-kisi tersebut terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan
nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator.
Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan
mudah dan sistematis.
Pada setiap instrumen baik test maupun nontest terdapat butir-butir (item)
pertanyaan atau pernyataan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih
lanjut, dikonsultasikan dengan ahli, selanjutnyadiujicobakan, dan dianalisis dengan
analisis item atau uji beda. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi
antara skor butir instrumen dengan skor total dan uji beda dilakukan dengan
menguji signifikan perbedaan antara 27% skor kelompok atas dan 27% skor
kelompok bawah.

3. Pengujian Validitas Eksternal


Validitas ekternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari
kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris
yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok
pegawai, maka kriteria kinerja pada instrumen itu dibandingkan dengan catatan-
catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja pegawai yang baik. Bila telah
terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta dilapangan, maka
dapat dinyatakan instrument tersebut mempunyai validitas ekternal yang tinggi.
Instrumen penelitian yang mempunyai validitas ekternal yang tinggi akan
mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas ekternal yang tinggi pula.
Penelitian mempunyai validitas bila hasil penelitian dapat
digeneralisasikan/diterapkan pada sampel lain dalam populasi yang diteliti. Untuk
meningkatkan validitas ekternal penelitian selain dengan cara meningkatkan
validitas ekternal juga dapat dilakukan dengan cara memperbesar jumlah sampel.

Pengujian Reliabilitas Instrumen


1. Test-Retest
Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan
cara mencobakan instrument beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini
instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas
diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya.
Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah
dinyatakan reliabel. Pengujian cara ini sering juga disebut stability.
2. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi
maksudnya sama. Sebagai contoh (untuk satu butir saja): Berapa tahun pengalaman
kerja anda di lembaga ini?. Pertanyaan tersebut dapay ekuivalen dengan
pertanyaan berikut ini: Tahun berapa anda mulai bekerja di lembaga ini?.
Pengujian reliabilitas instrument dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi
instrumennya dua, pada respon yang sama, waktu sama, instrument berbeda.
Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara instrument
yang satu dengan data instrumen yang dijadikan ekuivalrn. Bila korelasi positif dan
signifikan, maka instrument dapat dinyatakan reliabel.

3. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrument yang
ekuivalen itu beberapa kali ke responden yang sama. Jadi cara ini merupakan
gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan
mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua,
dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam
waktu yang berbeda, akan dapat dianalisis enam koefisien reliabilitas. Bila keenam
koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan
bahwa instrumen tersebut reliabel.
4. Teknik Belah Dua
Teknik ini dapat digunakan bila alat pengukur yang disusun haruslah memiliki
cukup banyak item (pertanyaan/pernyataan) yang dibuat untuk mengukur aspek
yang sama misalnya 50-60 item. Semakin banyak jumlah item maka reliabilitas
alat pengukur akan semakain baik. Langkah-langkah dalam teknik belah dua yaitu:
a. Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung
validitas itemnya. Item-item yang valid dikumpulkan sedangkan yang tidak
valid dibuang.
b. Membagi item-item yang valid menjadi dua belah secara random atau atas
dasar nomor genap dan ganjil.
c. Skor untuk masing-masing item pada setiap belahan dijumlahkan, sehingga
memperoleh dua skor total untuk masing-masing responden, yaitu skor total
untuk belahan pertama dan skor total untuk belahan kedua.
d. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan
kedua.
e. Hasil korelasi yang diperoleh karena dibelah akan lebih rendah
dibandingkan dengan hasil korelasi bila tidak dibelah, maka harus dicari
angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah.

BAB IV
Penutup
A. Kesimpulan
Dalam proses penelitian, tentu saja hal yang paling penting adalah apa yang
diteliti. Maka ketika kita ingin mengumpulkan data dari apa yang kita teliti maka
disinilah peran metode pengumpulan dan data instrument penelitian.
Ketika peneliti sudah mengetahui apa tujuan dari penelitiannya dan apa yang ia
teliti maka yang harus diperhatikan adalah bagaimana memilih metode dan
instrumen dalam penelitian yang ia lakukan.
B. Saran-saran
Dari penjelasan singkat kami mengenai skala pengukuran dan instrument
penelitian kirannya dapat membantu para pembelajar agar tidak tabu lagi tentang
bagai mana memilih instrument yang tepat untuk penelitiannya.
Kami menyadari bahwa makalah kami in sangat jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan
makalah kami kedepannya.
Akhir kata, tiada hal yang sempurna dari sajian kami, karena masih dalam peruses
pembelajaran, dan harapan kami semoga ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Anda mungkin juga menyukai