Abstrak
Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure sekarang ini merupakan kunci stategi bagi
perusahaan. Tujuan dari artikel ini untuk mengetahui fungsi adanya pengungkapan CSR
dalam laporan tahunan bagi investor. Dalam artikel ini dijelaskan tentang teori-teori dan
asumsi yang berhubungan dengan CSR. Diantaranya adalah teori legitimasi, market
efficientcy assumption, teori stakeholder dan karakteristik investor. Hasil beberapa
penelitian dari journal-journal yang telah penulis review menunjukkan bahwa CSR dapat
digunakan oleh investor sebagai pertimbangan alternative dalam melakukan investasi.
A. PENDAHULUAN
CSR telah banyak dilakukan dibeberapa negara. Survei KPMG di seluruh dunia tahun
2005 memperlihatkan bahwa praktek pelaporan yang berkesinambungan mengirimkan pesan
pada GRI (Global Reporting Initiative) yaitu peningkatan signifikan penggunaan GRI
guidline sejak tahun 2002 sebagai kerangka pelaporan satu-satunya secara global. Ini
mengindikasikan bahwa adanya peningkatan pengunaan GRI berarti adanya peningkatan
pelaporan CSR. Di Australia telah terjadi peningkatan dalam hal pengungkapan lingkungan
suatu perusahaan. Banyak negara yang menuntut perusahaan Australia untuk mengungkapkan
kinerja lingkungan meskipun tidak ada aturan atau undang-undang yanng mengikat (Deegan
dan Rankin, 1996 dalam Brown dan Deegan, 1998). Dalam artikelnya juga disebutkan bahwa
beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan kinerja lingkungan dari waktu ke
waktu. Di Asia praktek pelaporan tanggung jawab perusahaan juga tumbuh secara perlahan-
lahan. Termasuk Indonesia, empat tahun belakangan ini CSR telah menjadi tren. Dalam
Warta Ekonomi (2006) hasil Survei global yang dilakukan oleh The Economist Intelligence
Unit menunjukkan bahwa 85% eksekutif senior dan investor dari berbagai macam organisasi
menjadikan CSR sebagai pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan. Selain itu CSR
dapat digunakan untuk meminimalkan distributional conflicts (Heal, 2004).
Seperti yang telah disebutkan diatas CSR merupakan isu-isu yang strategis.
Pengungkapan CSR merupakan kunci strategi perusahaan (Ducassy & Jeannicot, 2008)
sehingga hal ini menimbulkan pertanyaan tentang dampak informasi CSR terhadap tingkah
laku investor. Dalam artikelnya Mackey et.al (2005) dijelaskan bahwa debat antara manajer
yang harus memaksimalkan current value dari perusahaan dalam membuat pilihan stategis
dan orang yang mengargumentasikan bahwa kadang-kadang kepentingan untuk
memaksimalkan kekayaan pemegang ekuitas perusahaan harus ditinggalkan untuk kebaikan
dari stakeholder yang lain. Hal ini masih diperdebatkan karena untuk mengetahui apakah
aktivitas CSR ini akan meningkatkan pengaruh dalam market value perusahaan. Dengan
adanya CSR diharapkan perusahaan dapat memperoleh legitimasi sosial dan dapat
memaksimalkan profit dalam jangka panjang.
CSR akan menjadi strategi bisnis yang yang tidak dapat dipisahkan dalam perusahaan.
Pengungkapan CSR dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk
membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan
politis (Guthrie dan Parker, 1990).
B. PEMBAHASAN
1. Teori Legitimasi
Teori legitimasi didasarkan pada pengertian kontrak sosial yang diimplikasikan antara
institusi sosial dan masyarakat (Ahmad dan Sulaiman, 2004). Teori tersebut dibutuhkan oleh
institusi-institusi untuk mencapai tujuan agar kongruen dengan masyarakat luas. Menurut
Gray et al (1996:46) dalam Ahmad dan Sulaiman (2004) dasar pemikiran teori ini adalah
organisasi atau perusahaan akan terus berlanjut keberadaannya jika masyarakat menyadari
bahwa organisasi beroperasi untuk sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai masyarakat
itu sendiri. Teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan
kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Perusahaan menggunakan laporan tahunan
mereka untuk menggambarkan kesan tanggung jawab lingkungan, sehingga mereka diterima
oleh masyarakat. Dengan adanya penerimaan dari masyarakat tersebut diharapkan dapat
meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan. Hal tersebut
dapat mendorong atau membantu investor dalam melakukan pengambilan keputusan
investasi.
1. Market Efficiency Assumption
Model ini mengasumsikan bahwa pasar modal merupakan pasar efisisen bentuk semi
kuat (Fama 1970 dalam Mackey et.al 2005). Hal ini berarti bahwa informasi yang
dipublikasikan, nilai yang terlihat dari aset perusahaan , rata-rata, direfleksikan dalam harga
pasar aset tersebut. Efisisensi dalam bentuk semi kuat merupakan bentuk efisiensi pasar yang
lebih komprehensif karena dalam bentuk ini, harga saham disamping dipengaruhi oleh data
pasar (harga saham dan volume perdagangan masa lalu), juga dipengaruhi oleh semua
informasi yang dipublikasikan (earning, dividen, pengumuman stock split, penerbitan saham
baru, dan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan). Efisiensi dalam bentuk semi kuat
menyarankan bahwa ketika sebuah perusahaan secara umum menjalankan aktivitas tanggung
jawabnya secara social itu menurunkan present value dari cash flows, arah dan potensi
investor akan unsur tindakan ini dan konsekuensinya kedalam keputusan tentang
bagaimanapun juga membeli atau menjual saham perusahaan ini (Mackey et.al, 2005). Ini
berarti bahwa perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosialnya dapat menurunkan
nilai masa depannya dari aliran kas, sehingga akan mempengaruhi tindakan investor dalam
melakukan penjualan maupun pembelian saham.
1. Teori Stakeholder
1. Karakteristik Investor
Artikel dari Mackey et.al (2005) mengatakan bahwa beberapa investor tertarik hanya
memaksimalkan kekayaan mereka dalam membuat keputusan untuk berinvestasi. Investor
yang mempunyai tujuan seperti itu biasanya disebut “wealth maximizing investor” (Mackey
et.al, 2005). Sebaliknya, para investor lainnya mungkin tidak hanya tertarik dalam
memaksimalkan kekayaan. Sebagian, beberapa investor hanya melakukan investasi dalam
perusahaan yang dananya untuk kegiatan tanggung jawab social. Dan biasanya investor yang
mempunyai tingkah laku seperti itu disebut “socially conscious activities” (Mackey et.al,
2005). Investor socially conscious memperoleh manfaat dari laba perusahaan yang
ditanaminya, tetapi mereka juga memperoleh manfaat dari aktivitas tanggung jawab sosial
perusahaan tersebut. Sehingga investor yang menanamkan modalnya ke perusahaan yang
melakukan CSR akan memperoleh keuntungan ganda. Dalam melakukan investasi, investor
sebaiknya melihat hal-hal yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Terutama, ada atau
tidaknya pengungkapan CSR didalamnya.
Teori-teori diatas adalah beberapa teori yang berkaitan dengan CSR. Teori tersebut
telah digunakan dalam penelitian-penelitian yang menyangkut CSR. Hasil-hasil penelitian
tersebut diantaranya adalah ada beberapa keterbatasan dukungan teori legitimasi dalam
menjelaskan sifat pengungkapan sebaik alasan pengungkapan. Luas pengungkapan
lingkungan sangat terbatas. Melaporkan jumlah perusahaan sampel yang mengungkapkan
beberapa informasi environmental dalam annual report-nya (38 perusahaan, 27,54%) dan
jumlah perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi environmental (100 perusahaan,
72,46%) (Nik Ahmad dan Sulaiman, 2004).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mackey et.al (2005) dengan menggunakan
asumsi efisiensi semi kuat menunjukkan bahwa manajer pada perusahaan dagang yang untuk
publik menemukan bahwa CSR belum memaksimalkan present value future cash flow-nya,
tetapi memaksimalkan nilai pasar perusahaan. Dalam melakukan investasi, biasanya investor
melihat labanya, laba tersebut dapat dilihat dari nilai pasarnya. Laba memiliki value
relevance yang dapat diketahui dari pengaruhnya terhadap reaksi investor yang digambarkan
dalam harga saham. Sejalan dengan perubahan kondisi ekonomi, value relevance laba
mengalami penurunan. Penurunan tersebut dapat disebabkan karena semakin meningkatnya
nilai ekonomis aktiva tidak berwujud yang tidak dilaporkan dalam laporan keuangan karena
masalah pengukuran serta tingkat perubahan dalam lingkungan bisnis. Dari waktu ke waktu
semakin banyak tersedia informasi yang digunakan oleh investor dalam penilaian perusahaan.
Salah satu informasi alternatif yng dapat digunakan oleh investor adalah informasi Corporate
Social Responsibility.
Hasil penelitian Heal (2004) menunjukkan bahwa CSR dapat memainkan peranan
penting sebagai tangan-tangan yang tak terlihat untuk menghasilkan social good, juga untuk
meningkatkan laba perusahaan dan tindakan untuk menangkas resiko reputasi. Kemudian
hasil penelitian Ducassy dan Jeannicot (2008) mengungkapkan bahwa adanya respon pasar
terhadap publikasi ranking CSR. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Roberts (1992)
menemukan bahwa tindakan dari stakeholder power, strategic posture, and economic
performance berhubungan signifikan dengan CSR. Penelitian di Indonesia yang dilakukan
oleh Sayekti dan Wondabio (2008) menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan informasi
CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh negative terhadap ERC. Dengan adanya
hasil penelitian ini berarti investor menngapresiasi informasi CSR yang diungkapkan dalam
laporan tahunan perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa CSR dapat digunakan oleh
investor sebagai pertimbangan alternative dalam melakukan investasi. Mengingat banyak
faktor yang berhubungan dengan CSR, salah satunya penelitian-penelitian diatas.
C. KESIMPULAN
Oleh:
Ade Adhari1
Researcher in Energy and Mining Law
Research Department of Energy and Mining Law Institute (EMLI) Indonesia
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) memiliki sejarah yang panjang dan
bervariasi. Hal ini dimungkinkan dengan melacak bukti kepedulian komunitas bisnis kepada
masyarakat selama berabad-abad.2 Dalam sudut pandang akademisi, di Amerika Serikat,
CSR telah mendapat perhatian sejak lama, sejak tahun 1930an dan 1940an terdapat banyak
tulisan antara lain yang ditulis oleh Chester Barnard’s pada tahun 1938 “The Functions of the
Executive”, lalu ada J. M. Clark’s (1939) dengan “Social Control of Business”, dan juga
Theodore Kreps’ (1940) yang bertajuk “Measurement of the Social Performance of
Business”. Sementara itu, dari sudut praktis, perlu dicatat bahwa pada tahun 1946 Majalah
Fortune telah melakukan survey dengan bertanya kepada para pengusaha tentang tanggung
jawab sosial mereka.3Dengan demikian, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) telah
banyak mendapat perhatian dari media dan akademisi, sekarang tampaknya telah diterima
secara luas sebagai bagian integral dari kegiatan bisnis.4
Dalam perspektif teoritik, pada tahun 1979 Archie B. Caroll (Professor at the University of
Georgia) memperkenalkan teori the ‘Four-Part Model of Corporate Social Responsibility’.
Teori yang dibangun oleh Caroll tersebut meyakini CSR sebagai konsep multi-lapis, yang
dapat dibedakan menjadi empat aspek (yang saling berhubungan) yakni tanggung jawab
filantropi, etis, hukum dan ekonomi. Keempat aspek tanggungjawab tersebut diilustrasikan
dalam sebuah piramida yang masing-masing tanggung jawab berada dalam sebuah lapisan
yang berurutan.5 Dengan demikian secara teoritik, dasar justifikasi pemberlakuan CSR dapat
didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Archie Caroll. Untuk itu menjadi sangat
menarik apabila, dijabarkan lebih lanjut mengenai teori yang disampaikan oleh Caroll
tersebut.
Tidak terdapat kesatuan definisi mengenai CSR diantara para sarjana. 6 Archie B.
Caroll dalam tulisannya yang berjudul “Corporate Social Responsibility: Will Industry
Respond to Cut-Backs in Social Program Funding? Vital Speeches of the Day” memberikan
definisi CSR sebagai berikut:7
Konsepsi CSR yang diberikan oleh Caroll adalah yang paling lama bertahan, banyak dan
sering menjadi rujukan dari sekian banyaknya konsepsi CSR yang ada.9 Wayne
Visser pernah mencoba menguraikan alasan mendasar mengapa konsepsi CSR Caroll dapat
diterima oleh berbagai pihak, antara lain:10
1. The model is simple, easy to understand and has an intuitively appealing logic;
2. Over the 25 years since Carroll first proposed the model, it has been frequently
reproduced in top management and CSR journals, mostly by Carroll himself (Carroll,
1979, 1983, 1991, 1994, 1998, 2000, 2004);
3. Carroll has sought to assimilate various competing themes into his model, e.g.
corporate citizenship (Carroll, 1998) and stakeholders (Carroll, 2004);
4. The model has been empirically tested and largely supported by the findings
(Aupperle, Carroll, & Hatfield, 1985; Pinkston & Carroll, 1994); and
5. The model incorporates and gives top priority to the economic dimension as an
aspect of CSR, which may endear business scholars and practitioners. In fact, Carroll
(1991) goes so far as to point out how little his definition of CSR differs from
Friedman’s (1970) view of the responsibilities of the firm.
Konsep Model CSR yang ditawarkan oleh Caroll menawarkan adanya empat jenis tanggung
jawab perusahaan yakni tanggung jawab ekonomi untuk dapat mendatangkan keuntunngan,
tanggung jawab hukum untuk mematuhi hukum dari masyarakat yang bersangkutan,
tanggungjawab etis untuk melakukan apa yang benar, adil dan wajar, serta tanggung jawab
filantropi untuk berkontribusi pada berbagai macam tujuan sosial, pendidikan, rekreasi dan
budaya.11 Seperti telah disampaikan diawal bahwa Keempat aspek tanggungjawab tersebut
diilustrasikan dalam sebuah piramida yang masing-masing tanggung jawab berada dalam
sebuah lapisan yang berurutan. Berikut ini disajikan priramida CSR yang diperkenalkan oleh
Caroll:12
Philanthropic responsibility. Lastly, at the tip of the pyramid, the fourth level of CSR looks at
the philanthropic responsibilities of corporations. The Greek work ‘philanthropy’ means
literally ‘the love of the fellow human’ and by using this idea in a business context, the
model includes all those issues that are within the corporation’s discretion to improve the
quality of life of employees, local communities and ultimately society in general. This aspect
of CSR addresses a great variety of issues, including matters such as charitable donations,
the building of recreation facilities for employees and their families, support for local
schools, or sponsoring of art and sports events. According to Carroll (1991), philanthropic
responsibilities are therefore merely desired of corporations without being expected or
required, making them ‘less important than the other three categories’ (cetak tebal dan
miring, pen.).
Dengan demikian tanggung jawab filantropis didasarkan pada filosofi “the love of the
fellow human” dan dengan didasarkan pada ide bahwa dalam konteks bisnis, menuntut
perusahaaan untuk mengadakan kebijaksanaan sebagai usaha meningkatkan kualitas hidup
karyawan, masyarakat setempat dan akhirnya masyarakat secara luas. CSR dalam hal ini
merupakan salah satu wujud dari kebijaksanaan yang diharapkan tersebut dari sudut pandang
tanggung jawab filantropis.
Penutup
Dalam perspektif teoritik CSR, Archie B. Caroll (Professor at the University of Georgia)
memperkenalkan teori the ‘Four-Part Model of Corporate Social Responsibility’. Teori yang
dibangun oleh Caroll tersebut meyakini CSR sebagai konsep multi-lapis, yang dapat
dibedakan menjadi empat aspek (yang saling berhubungan) yakni tanggung jawab filantropi,
etis, hukum dan ekonomi. Keempat aspek tanggungjawab tersebut diilustrasikan dalam
sebuah piramida yang masing-masing tanggung jawab berada dalam sebuah lapisan yang
berurutan. Teori yang disampaikan oleh Caroll tersebut merupakan telah memberikan dasar
justifikasi teoritik bagi keberadaan CSR. Konsepsi CSR yang diberikan oleh Caroll adalah
yang paling lama bertahan dan sering menjadi rujukan dari sekian banyaknya konsepsi CSR
yang ada.
8. Pengertian CSR Menurut The World Business Council for Sustainable Development
Menurut The World Business Council for Sustainable Development didalam Rahman
(2009:10) menjabarkan pengertian CSR sebagai suatu komitmen bisnis untuk berkontribusi
dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga
karyawan tersebut, berikut komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan
dalam rangka memperbaiki kualitas hidup.
Dari berbagai pengertian ahli diatas, secara sederhana Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah suatu konsep serta tindakan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan sebagai rasa
tanggung jawabnya terhadap social serta lingkungan sekitar dimana perusahaan itu beroperasi
/ berdiri. Seperti melaksanakan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekitar, membangun fasilitas umum, menjaga lingkungan sekitar, memberikan
beasiswa kepada anak yang tidak mampu, dan memberikan bantuan dana untuk kesejahteraan
masyarakat banyak pada umumnya dan masyarakat sekitar perusahaan pada khususnya.
Secara umum Corporate Social Resposibility (CSR) juga dapat diartikan sebagai suatu
mekanisme perusahaan untuk secara sadar mengintegrasikan sebuah perhatian terhadap
lingkungan sosial ke dalam operasi dan interaksinya dengan pemangku kepentingan
(stakeholder), yang melampaui tanggung jawab sosial di bidang hukum.
Pada dasarnya CSR adalah bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap stakeholder atau
pemangku kepentingan, dimana secara umum CSR mempunyai 3 definisi yaitu:
CSR (Corporate Social Resposibility) sangat erat kaitannya dengan Sustainable development
(Pembangunan Berkelanjutan) dimana sebuah perusahaan dalam melakukan kegiatannya
harus berlandaskan pada keputusan yang tidak semata-mata berorientasi pada aspek ekonomi
(keuntungan) melainkan juga harus mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan yang
mungkin muncul dari keputusannya tersebut.
Sementara jika dijabarkan lebih lanjut, CSR mempunyai manfaat atau fungsi bagi
perusahaan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sosial Licence to Operate (Izin Sosial untuk Beroprasi)
Bagi perusahaan, masyarakat merupakan salah satu faktor yang membuat perusahaan
bergerak atau malah sebaliknya. Dengan adanya CSR, masyarakat sekitar akan memperoleh
manfaat dari adanya perusahaan dilingkungan mereka maka dengan sendirinya masyarakat
akan merasa diuntungkan dan lama kelamaan akan merasa "mempunyai" perusahaan tersebut.
Jika sudah seperti itu perusahaan akan lebih leluasa untuk menjalankan kegiatan usahanya di
daerah tersebut.
Baca Juga : Pengertian dan 17 Tujuan SDGs (Sustainable Development Goals), Lengkap
Penjelasan
8. Mereduksi Biaya
Program CSR juga dapat menghemat biaya perusahaan seperti misalnya melakukan program
CSR yang berkaitan dengan lingkungan dengan menerapkan konsep daur ulang dalam
perusahaan, sehingga limah perusahaan akan berkurang dan biaya untuk produksi juga akan
lebih berkurang.
Saat ini ada banyak perusahaan besar yang memberikan perhatiannya kepada lingkungan
hidup dan melakukan program CSR (Corporate Sosial Responbility), contohnya seperti
perusahaan-perusahaan dibawah ini:
3. Pertamina
Pertamina berkomitmen dalam program CSR-nya dengan membantu pemerintah Indonesia
dalam memperbaiki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia melalui pelaksanaan
program-program yang membantu tercapainya target pembangunan, dan membangun
hubungan harmonis serta kondusif dengan semua pihak stakeholder (pemangku kepentingan)
untuk mendukung tercapainya tujuan perusahaan terutama dalam membangun reputasi
perusahaan.
Sekian artikel mengenai Pengertian CSR Menurut Ahli, Serta Manfaat, Fungsi dan
Contoh CSR Perusahaan. semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk
mengerjakan tugas, maupun untuk sekedar menambah wawasan tentang CSR perusahaan,
pengertian CSR, corporate social responsibility adalah, Manfaat CSR, Fungsi CSR, Contoh
CSR dan Karakterisitik CSR. Terimakasih atas kunjungannya.
Home » IPS » Apa Itu Program CSR Dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut Para
Ahli
Apa Itu Program CSR Dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut
Para Ahli
*Program Corporate Social Responsibility (CSR)
Halo sahabat MB dimana pun anda berada, pembahasan kali ini akan menjelaskan tentang
pengertian corporate social responbility dan definisi corporate social responbility menurut
para ahli. Semoga bagi kalian yang lagi membutuhkan artikel ini untuk tugas sekolah, kuliah
bahkan untuk tugas akhir/ skripsi dapat bermanfaat.
Corporate Social Responsibility atau sering disingkat dengan CSR merupakan istilah yang
berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari tiga kata yaitu Corporate yang berarti
perusahaan besar, Social yang berarti masyarakat dan Responsibility yang berarti
pertanggung jawaban. Sehingga CSR berarti sebuah pertanggung jawaban perusahaan
besar terhadap masyarakat sekitar perusahaan beroperasi.
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
- The World Business Council for Sustainable Development didalam Rahman (2009:10)
mendefinisikan CSR sebagai suatu komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga
karyawan tersebut, berikut komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup.
- Sedangkan Suharto (2007:16) menyatakan bahwa CSR merupakan operasi bisnis yang
berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial,
melainkan pula untuk pembangunan sosial ekonomi kawasan secara holistik, melembaga
dan berkelanjutan. Dalam konteks pemberdayaan, CSR merupakan bagian dari policy
perusahaan yang dijalankan secara profesional dan melembaga. CSR kemudian identik
dengan CSP (corporate social policy), yakni strategi dan roadmap perusahaan yang
mengintegrasikan tanggung jawab ekonomis korporasi dengan tanggung jawab legal, etis,
dan social.
- Djajadiningrat sebagaimana dikutip oleh Rudito (2004:42) menyatakan tujuan dan sasaran
dari program CSR secara umum terutama dalam hal pengembangan masyarakat yaitu:
1. Tujuan
a. Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah terutama pada tingkat
desa dan masyarakat untuk meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, budaya yang lebih baik
di sekitar wilayah kegiatan perusahaan.
2. Sasaran
a. Pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia bagi masyarakat dan
pihak-pihak terkait yang berada disekitar wilayah perusahaan.
b. Pengembangan dan peningkatan sarana atau fasilitas umum didasarkan pada skala
prioritas dan potensi wilayah tersebut.
- Dalam hal pendanaan kegiatan community development yang merupakan bagian dari
CSR, Budimanta didalam Rudito (2004:52) menjelaskan beberapa hal yaitu:
1. Sumber Pendanaan
2. Distribusi Pendanaan
- Sementara itu, seperti yang diungkapkan Susiloadi (2008:129) terdapat beberapa kendala
atau hambatan yang kerap dihadapi dalam pelaksanaan CSR yaitu:
1. Gangguan keamanan.
4. Kemungkinan korupsi.
6. Pemerintah masih belum memberikan situasi yang kondusif bagi perusahaan dalam
menjalankan program CSR.
- Menurut Rahman (2009:13), dalam prakteknya, suatu kegiatan CSR memiliki unsur-unsur
sebagai berikut :
c. Two ways yaitu program CSR bersifat dua arah. Korporat bukan lagi berperan sebagai
komunikator semata, tetapi juga harus mampu mendengarkan aspirasi dari komunitas. Ini
dapat dilakukan untuk mengetahui needs, desires dan wants dari masyarakat atau
komunitas di sekitar daerah operasi perusahaan.
- Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) ini juga dapat diartikan sebagai bentuk
pelayanan kepada masyarakat. Menurut Moenir (2001:26) Pelayanan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui
sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang
lain sesuai dengan haknya. Masyarakat setempat memiliki hak atas kekayaan alam di
daerah mereka yang dieksploitasi oleh perusahaan. CSR sebagai bentuk tanggung jawab
sosial perusahaan merupakan wujud dari pemenuhan hak masyarakat tersebut.
Baca juga Inilah Beberapa Definisi Pembangunan Desa Menurut Para Ahli
- Dari sekian banyak definisi CSR, salah satu yang menggambarkan CSR di Indonesia
adalah definisi Suharto (2007:16) yang menyatakan bahwa CSR adalah operasi bisnis yang
berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial,
melainkan pula untuk membangun sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan
berkelanjutan. Dari definisi tersebut, dapat kita lihat bahwa salah satu aspek yang dalam
pelaksanaan CSR adalah komitmen berkelanjutan dalam mensejahterakan komunitas lokal
masyarakat sekitar.
5. Menahan diri untuk tidak mencari atau menerima pembebasan di luar yang dibenarkan
secara hukum yang terkait dengan sosial lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja,
perburuhan, perpajakan, insentif finansial, dan isu-isu lain.
9. Menahan diri untuk tidak melakukan tindakan tebang pilih (diskriminatif) dan indispliner.
10. Mengembangkan mitra bisnis, termasuk para pemasok dan subkontraktor, untuk
menerapkan aturan perusahaan yang sejalan dengan pedoman tersebut.
11. Bersikap abstain terhadap semua keterlibatan yang tak sepatutnya dalam kegiatan-
kegiatan politik lokal.
Apa Itu Program CSR Dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut
Para Ahli
Baca juga Inilah Beberapa Definisi Pemberdayaan Masyarakat Menurut Para Ahli
2. Bagi masyarakat, praktik CSR yang baik akan meningkatkan nilai-tambah adanya
perusahaan di suatu daerah karena akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan kualitas
sosial di daerah tersebut. Pekerja lokal yang diserap akan mendapatkan perlindungan akan
hak-haknya sebagai pekerja. Jika terdapat masyarakat adat atau masyarakat lokal, praktek
CSR akan mengharagai keberadaan tradisi dan budaya lokal tersebut.
3. Bagi lingkungan, praktik CSR akan mencegah eksploitasi berlebihan atas sumber daya
alam, menjaga kualitas lingkungan dengan menekan tingkat polusi dan justru perusahaan
terlibat mempengaruhi lingkungannnya.
4. Bagi negara, praktik CSR yang baik akan mencegah apa yang disebut “corporate
misconduct” atau malpraktik bisnis seperti penyuapan pada aparat negara atau aparat
hukum yang memicu tingginya korupsi. Selain itu, negara akan menikmati pendapatan dari
pajak yang wajar (yang tidak digelapkan) oleh perusahaan.
Selain manfaat yang telah diuraikan sebelumnya, tidak ada satu perusahaan pun yang
menjalankan CSR tanpa memiliki motivasi. Karena bagimanapun tujuan perusahaan
melaksanakan CSR terkait erat dengan motivasi yang dimiliki. Wibisono (2007, hal 78)
menyatakan bahwa sulit untuk menentukan benefit perusahaan yang menerapkan CSR,
karena tidak ada yang dapat menjamin bahwa bila perusahaan yang telah
mengimplementasikan CSR dengan baik akan mendapat kepastian benefit-nya. Oleh
karena itu terdapat beberapa motif dilaksanakanya CSR, diantaranya:
Baca juga Inilah Beberapa Tahapan Pemberdayaan Masyarakat Menurut Para Ahli
4. Melebarkan akses sumber daya. Track record yang baik dalam pengelolaan CSR
merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu untuk
memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan.
5. Membentangkan akses menuju market. Investasi yang ditanamkan untuk program CSR
ini dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang pasar yang terbuka lebar.
Termasuk didalamnya akan memupuk loyalitas konsumen dan menembus pangsa pasar
baru.
6. Mereduksi biaya. Banyak contoh yang dapat menggambarkan keuntungan perusahaan
yang didapat dari penghematan biaya yang merupakan buah dari implementasi dari
penerapan program tanggung jawab sosialnya. Contohnya adalah upaya untuk mereduksi
limbah melalui proses recycle atau daur ulang kedalam siklus produksi.
10. Peluang mendapatkan penghargaan. Banyak reward ditawarkan bagi penggiat CSR,
sehingga kesempatan untuk mendapatkan penghargaan mempunyai kesempatan yang
cukup tinggi.
Salah satu motif perusahaan dalam melaksanakan CSR dan menjadi bagian penting adalah
menjalin hubungan yang baik dengan regulator. Perusahaan berdiri berdasarkan izin yang
diberikan pemerintah, dan diharapkan mampu berkontribusi dalam pembangunan melalui
pembayaran kewajiban berupa pajak dan lainnya, juga secara sadar turut membangun
kepedulian terhadap meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan.
Selain BUMN, saat ini Perseroan Terbatas (PT) yang mengelola atau operasionalnya terkait
dengan Sumber Daya Alam (SDA) diwajibkan melaksanakan program CSR, karena telah
diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 47 Tahun 2012. Dalam pasal 74
dijelaskan bahwa:
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (2) merupakan
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah suatu upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat disekitar daerah operasi perusahaan, yang tidak
berorientasi pada keuntungan finansial melainkan sebagai bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap kondisi masyarakat sekitar dalam rangka pemberdayaan dan
pemenuhan hak masyarakat. itulah pembahasan mengenai Apa Itu Program CSR Dan
Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut Para Ahli