Anda di halaman 1dari 3

LEGITIMACY THEORY

Dowling dan Pfeffer (1975) menjelaskan bahwa teori legitimasi sangat bermanfaat dalam
menganalisis perilaku organisasi. Mereka mengatakan karena legitimasi adalah hal yang penting
bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai social, dan
reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan
memperhatikan lingkungan.

Gray, Kouhy dan Lavers (1994) berpendapat bahwa teori legitimasi dan teori stakeholder
merupakan perspektif teori yang berada dalam kerangka teori ekonomi politik. Karena pengaruh
masyarakat luas dapat menentukan alokasi sumber keuangan dan sumber ekonomi lainnya,
perusahaan cenderung menggunakan kinerja berbasis lingkungan dan pengungkapan informasi
lingkungan untuk membenarkan atau melegitimasi aktivitas perusahaan dimata masyarakat.

Ghozali dan Chariri (2007) yang melandasi teori legitimasi adalah “kontak sosial” yang
terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan
sumber ekonomi. Kontrak sosial adalah suatu cara untuk menjelaskan sejumlah besar harapan
masyarakat tentang bagaimana seharusnya organisasi melaksanakan operasinya. Harapan sosial
ini tidak tetap, namun berubah seiring berjalannya waktu. Hal ini menuntut perusahaan untuk
responsif terhadap lingkungan di mana mereka beroperasi. Jika perusahaan merasa bahwa
legitimasinya dipertanyakan maka dapat mengambil beberapa strategi perlawanan (Guthrie, J.
and Parker, L.D. (1989), “Corporate social reporting: A rebuttal of legitimacy theory”,
Accounting and Business Research, Vol 19 No 76, pp. 343-52. )

1. Perusahaan dapat berupaya untuk mendidik dan menginformasikan kepada stakeholder-


nya mengenai perubahan yang terjadi dalam perusahaan.
2. Perusahaan dapat berupaya untuk merubah pandangan stakeholder tanpa mengganti
perilaku perusahaan.
3. Perusahaan dapat berupaya untuk memanipulasi persepsi stakeholder dengan cara
membelokkan perhatian stakeholder dari isu yang menjadi perhatian kepada isu lain yang
berkaitan dan menarik.
4. Perusahaan dapat berupaya untuk mengganti dan mempengaruhi harapan pihak eksternal
tentang kinerja (performance) perusahaaan.
Shocker dan Sethi (1974, p.67) memberikan penjelasan tentang konsep kontrak social
Semua institusi social tidak terkecuali perusahaan beroperasi di masyarakat melalui kontrak
social baik eksplisit maupun implisit dimana kelangsungan hidup dan pertumbuhannya
didasarkan pada :

1. Hasil akhir (output) yang secara social dapat diberikan kepada masyarakat luas
2. Distribusi manfaat ekonomi, social atau politik kepada kelompok sesuai dengan power
yang dimiliki
Didalam masyarakat yang dinamis, tidak ada sumber power institusional dan kebutuhan
terhadap pelayanan yang bersifat permanen. Oleh karena itu suatu institusi harus lolos uji
legitimasi dan relevansi dengan cara menunjukkan bahwa masyarakat memang memerlukan jasa
perusahaan dan kelompok tertentu yang memperoleh manfaat dari penghargaan (reward) yang
diterimanya betul-betul mendapat persetujuan masyarakat.
Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada
perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan
demikian, legitimasi dapat dikatakan sebagai manfaat atau sumber potensial bagi perusahaan
untuk bertahan hidup (Ashforth dan Gibbs 1990; Dowling dan Pfeffer 1975; O’Donovan 2002).
Ketika ada perbedaan antara nilai-nilai yang dianut perusahaan dengan nilai-nilai masyarakat,
legitimasi perusahaan akan berada pada posisi terancam (Lindblom 1994; Dowling dan Pfeffer
1975). Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dengan nilai-nilai social masyarakat sering
dinamakan “legitimacy gap” dan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk
melanjutkan kegiatan usahanya (Dowling dan Pfeffer 19975). Legitimacy gap dapat terjadi
karena tiga alasan (Warticl dan Mahon 1994)
a. Ada perubahan dalam kinerja perusahaan tetapi harapan masyarakat terhadap kinerja
perusahaan tidak berubah
b. Kinerja perusahaan tidak berubah tetapi harapan masyarakat terhadap kinerja perusahaan
telah berubah
c. Kinerja perusahaan dan harapan masyarakat terhadap kinerja perusahaan berubah ke arah
yang berbeda, atau ke arah yang sama tetapi waktunya berbeda

Namun demikian harus diingat bahwa keberadaan dan besarnya legitimacy gap bukanlah hal
yang mudah untuk ditentukan. Yang penting adalah bagaimana perusahaan berusaha memonitor
nilai-nilai perusahaan dan nilai-nilai social masyarakat dan mengidentifikasi kemungkinan
munculnya gap tersebut.

Teori legitimasi berhubungan erat dengan teori stakeholder. Teori legitimasi menyatakan
bahwa organisasi secara berkelanjutan mencari cara untuk menjamin operasi mereka berada
dalam batas dan norma yang berlaku di masyarakat. Dalam perspektif teori legitimasi, suatu
perusahaan akan secara sukarela melaporkan aktifitasnya jika manajemen menganggap bahwa
hal ini adalah yang diharapkan komunitas.

Dalam teori legitimasi, organisasi harus secara berkelanjutan menunjukkan telah beroperasi
dalam perilaku yang konsisten dengan nilai social. Hal ini seringkali dapat dicapai melalui
pengungkapan (disclosure) dalam laporan perusahaan (Wilmshurst T. and Frost, G. (2000)
“Corporate environmental reporting: A test of legitimacy theory”, Accounting, Auditing and
Accountability Journal, Vol.13, No. 1, pp. 17). Organisasi dapat menggunakan disclosure untuk
mendemonstrasikan perhatian manajemen akan nilai sosial, atau untuk mengarahkan kembali
perhatian komunitas akan keberadaan pengaruh negatif aktifitas organisasi.. Sejumlah studi
terdahulu melakukan penilaian atas pengungkapan lingkungan sukarela laporan tahunan dan
memandang pelaporan informasi lingkungan dan sosial sebagai metode yang digunakan
organisasi untuk merespon tekanan public.

Berdasarkan kajian tentang teori stakeholder dan teori legitimasi, dapat disimpulkan bahwa
kedua teori tersebut memiliki penekanan yang berbeda tentang pihak-pihak yang dapat
mempengaruhi luas pengungkapan informasi di dalam laporan keuangan perusahaan. Teori
stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para stakeholder yang dianggap powerfull.
Kelompok stakeholder inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan dalam
mengungkapkan dan/atau tidak mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan keuangan.
Sedangkan teori legitimasi menempatkan persepsi dan pengakuan publik sebagai dorongan
utama dalam melakukan pengungkapan suatu informasi di dalam laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai