Anda di halaman 1dari 24

Subscribe to DeepL Pro to translate larger documents.

Visit www.DeepL.com/pro for more information.

The Indonesian Accounting Review Vol. 9, No. 2, Juli - Desember 2019, halaman 121 - 132

Analisis fraud diamond dalam mendeteksi kecurangan


laporan keuangan
Muara Rizqulloh Mulia
STIE Perbanas Surabaya, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Riwayat artikel Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang digunakan
Diterima 19 Maret 2019 untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan dari perspektif fraud
Direvisi 20 Agustus 2019 diamond. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui pengaruh tekanan
Diterima 22 Agustus 2019 yang diproksikan dengan target keuangan, kesempatan yang diproksikan
dengan pemantauan yang tidak efektif, rasionalisasi yang diproksikan
Klasifikasi JEL: dengan pergantian auditor, dan kapabilitas yang diproksikan dengan
M10
pergantian direktur terhadap kecurangan laporan keuangan. Penelitian
Kata kunci: ini menggunakan 36 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Tekanan, Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2016 sebagai sampel. Sampel ini
Peluang, diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling dan analisis
Rasionalisasi, data dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil
Kemampuan, penelitian menunjukkan bahwa tekanan yang diproksikan dengan target
Kecurangan. keuangan dan rasionalisasi yang diproksikan dengan pergantian auditor
DOI: berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan, sedangkan
10.14414/tiar.v9i2.1632 kesempatan yang diproksikan dengan pemantauan yang tidak efektif dan
kemampuan yang diproksikan dengan pergantian direksi tidak
berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang digunakan
untuk mendeteksi financial statement fraud dengan perspektif fraud
diamond. Penelitian ini menganalisis pengaruh pressure yang
diproksikan dengan financial target, opportuni-ty yang diproksikan
dengan ineffective monitoring, rationalization yang diproksikan dengan
pergantian auditor dan capability yang diproksikan dengan pergantian
direksi terhadap financial statement fraud. Penelitian ini menggunakan
36 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2014-2016 sebagai sampel, yang diambil dengan
menggunakan purposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji
regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pressure
yang diproksikan dengan financial target dan rationale yang diproksikan
dengan pergantian auditor berpengaruh terhadap financial statement
1. zNTRODUCTzON fraud, sedangkan opportunity yang diproksikan dengan ineffective
monitor-ing dan capability yang diproksikan dengan pergantian direksi
tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud.

perusahaan perusahaan manajemen


harus memiliki
Laporan keuangan adalah media yang Mengingat pentingnya informasi yang
digunakan perusahaan untuk menjelaskan disajikan dalam laporan keuangan,
bagaimana kondisi bisnisnya dapat bermanfaat
bagi para penggunanya. Melalui laporan keuangan,
para pemangku kepentingan dapat mengetahui
kondisi perusahaan tanpa harus melihatnya
secara langsung. Kinerja perusahaan yang
tercermin dalam laporan keuangan mendorong
perusahaan untuk menampilkan laporan
keuangan dengan baik dengan tujuan untuk
menarik minat investor.
memiliki motivasi untuk menyajikan yang terlibat kasus kecurangan, misalnya
informasi kinerja perusahaan yang baik. Enron, perusahaan yang bergerak di bidang
Namun, pihak manajemen tidak selalu dapat energi dengan Kantor Akuntan Publik Arthur
mewujudkan hal tersebut sehingga Andersen. Pada tahun 2002, publik
memungkinkan pihak manajemen melakukan mengungkapkan bahwa manajemen Enron
kecurangan dalam pembuatan laporan melakukan salah saji dalam laporan
keuangan. Ada beberapa perusahaan besar keuangannya dengan mencatat laba
perusahaan
* Penulis korespondensi, alamat email: muara.noble@gmail.com
Muara Rizqulloh Mulia, Analisis fraud diamond dalam mendeteksi kecurangan laporan
keuangan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zaki
sebesar US$ 586 juta, meskipun pada
(2017) menunjukkan bahwa pressure yang
kenyataannya perusahaan dalam keadaan rugi,
diproksikan dengan external pressure
agar tidak kehilangan investor. Namun, pada
berpengaruh signifikan terhadap financial
akhirnya perusahaan mengalami kebangkrutan
statement fraud. Sedangkan pressure yang
karena utang yang menumpuk (Albrecht et al,
diproksikan dengan financial target,
2011: 358).
opportunity yang diproksikan dengan nature of
Kasus serupa juga terjadi di dalam negeri
industry dan ineffective monitoring tidak
yang melibatkan perusahaan tambang PT
berpengaruh terhadap financial statement fraud.
Bumi Resources Tbk. Pada tahun 2010
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yesiariani
Indonesia Corruption Watch (ICW)
melaporkan dugaan manipulasi jumlah laporan
penjualan perusahaan tambang milik Grup
Bakrie tersebut kepada Direktorat Jenderal Pajak
(DJP). ICW menduga ada manipulasi
pelaporan yang dilakukan oleh PT Bumi
Resources Tbk. dan anak usahanya dari tahun
2003-2008 sehingga merugikan negara sebesar
US$ 620,49 juta. Hasil perhitungan ICW dengan
menggunakan berbagai data primer termasuk
laporan keuangan yang telah diaudit
menunjukkan bahwa laporan penjualan PT
Bumi Resources Tbk pada tahun 2003-2008
lebih rendah US$ 1,06 miliar dari jumlah yang
sebenarnya (Wijaya, 2010).
Kasus kecurangan laporan keuangan yang
melibatkan PT Timah Tbk terjadi pada laporan
keuangan semester I tahun 2015 yang
menyatakan bahwa efisiensi dan strategi yang
dilakukan perusahaan telah membuahkan
kinerja yang positif, padahal pada
kenyataannya pada semester I tahun 2015 laba
usaha mengalami penurunan sebesar Rp 59 miliar.
Selain menghadapi penurunan laba, utang PT
Timah Tbk. meningkat hampir 100 persen
dibandingkan tahun 2013 yang hanya Rp263
miliar. Jadi, total utang meningkat menjadi Rp
2,3 triliun pada tahun 2015 (Afriyanto, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Association of Certified Fraud
Examiners (ACFE) pada tahun 2014 dan 2016,
kerugian yang ditimbulkan dari kecurangan
pada perusahaan sektor pertambangan
merupakan yang tertinggi dibandingkan
dengan sektor lainnya. Sektor pertambangan
menyebabkan kerugian sebesar US$ 900.000
pada tahun 2014 dan US$ 500.000 pada tahun
2016. Selain itu, penelitian ACFE juga
menemukan bahwa kecurangan laporan
keuangan merupakan jenis kecurangan yang
paling merugikan, dengan rata-rata kerugian
sebesar US$ 1 juta pada tahun 2014 dan
menurun menjadi US$ 975.000 pada tahun
2016, namun masih paling tinggi
dibandingkan penyalahgunaan aset dengan
rata-rata kerugian sebesar US$ 125.000 dan
korupsi dengan rata-rata kerugian sebesar US$
200.000.
122
The Indonesian Accounting Review Vol. 9, No. 2, Juli - Desember 2019, halaman 121 - 132
tahun 2004, Wolfe dan Hermanson
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widarti
mengemukakan teori baru yang disebut fraud
(2015) dan Rahayu (2016) menunjukkan
diamond, dimana terdapat satu lagi penyebab
bahwa pressure yang diproksikan dengan
terjadinya fraud selain tiga penyebab yang
external pressure dan rationalization
telah disebutkan dalam fraud triangle theory,
berpengaruh positif signifikan terhadap
yaitu capability, dimana fraud tidak akan
financial statement fraud, sedangkan pressure
terjadi tanpa adanya orang yang tepat dengan
yang diproksikan dengan financial stability,
kemampuan yang tepat dalam melakukan
personal financial need, opportunity yang
setiap detail fraud. Kesempatan membuka
diproksikan dengan nature of industry dan
pintu terjadinya fraud. Tekanan dan
ineffective monitoring, dan capability
rasionalisasi dapat menarik seseorang untuk
berpengaruh positif signifikan terhadap
melewatinya. Namun, hanya orang yang
financial statement fraud. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Widarti (2015)
menunjukkan bahwa pressure yang
diproksikan dengan financial stability,
external pressure, dan financial target
berpengaruh signifikan terhadap financial
statement fraud, sedangkan pressure yang
diproksikan dengan personal financial need,
opportunity yang diproksikan dengan nature
of industry, ineffective monitoring and
organization structure, dan rationalization
tidak berpengaruh terhadap financial
statement fraud. Selanjutnya, hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sihombing dan Rahardjo
(2014) menunjukkan bahwa pressure yang
diproksikan dengan financial stability dan
external pressure, opportunity yang
diproksikan dengan nature of industry, dan
rationalization berpengaruh secara signifikan
terhadap financial statement fraud, sedangkan
pressure yang diproksikan dengan financial
target, opportunity yang diproksikan dengan
ineffective monitoring, rationalization yang
diproksikan dengan pergantian auditor, dan
capability tidak berpengaruh terhadap
financial statement fraud.
Berdasarkan perbedaan hasil penelitian
terdahulu, penulis merasa penting untuk
melakukan penelitian mengenai analisis
fraud diamond dalam mendeteksi
kecurangan laporan keuangan. Peneliti
berharap dapat mengetahui lebih lanjut
pengaruh positif dari tekanan, kesempatan,
rasionalisasi, dan kapabilitas terhadap
kecurangan laporan keuangan.

2. TEORI KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Teori Berlian Penipuan
Teori fraud diamond merupakan
pengembangan dari teori pendahulunya yaitu
fraud triangle theory yang dikemukakan oleh
Cressey pada tahun 1953 (dalam Abdullahi
dan Mansor, 2015) yang terdiri dari tiga
penyebab terjadinya kecurangan yaitu
tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi. Pada
123
Muara Rizqulloh Mulia, Analisis fraud diamond dalam mendeteksi kecurangan laporan
keuangan
kecurangan. Menurut SAS No. 99, terdapat
yang memiliki kemampuan dapat menyadari
empat kondisi umum yang menggambarkan
pintu yang terbuka dan kesempatan untuk
tekanan yaitu stabilitas keuangan, target
mengambil keuntungan dengan melewatinya,
keuangan, kebutuhan keuangan pribadi, dan
tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali.
tekanan eksternal. Penelitian ini menggunakan
Penipuan target keuangan sebagai proksi dari tekanan
Menurut Association of Certified Fraud karena hampir 95% kecurangan dilakukan
Examiners (ACFE) dalam Kennedy dan karena adanya tekanan keuangan (Al-Brecht et
Siregar (2017), fraud adalah tindakan al, 2011:36).
melanggar hukum yang disengaja yang Tekanan yang dihadapi manajemen
dilakukan untuk tujuan tertentu (manipulasi
atau memberikan laporan palsu kepada pihak
lain) yang dilakukan oleh orang-orang dari
dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau kelompok yang
secara langsung atau tidak langsung
merugikan pihak lain. Menurut Albrecht dkk.
(2011:7), fraud terdiri dari beberapa elemen
penting: (a) presentasi;
(b) tentang hal yang material; (c) yang salah);
(d) dilakukan dengan sengaja atau ceroboh; (e)
yang diyakini; (f) ditindaklanjuti oleh korban;
(g) merugikan korban.

Penipuan Laporan Keuangan


Kecurangan laporan keuangan adalah bentuk
kecurangan yang dilakukan dengan kelalaian
dalam membuat laporan keuangan yang
menyesatkan pengguna laporan keuangan.
Menurut ACFE (Rezaee, 2002), kecurangan
laporan keuangan dapat berupa kesengajaan
untuk menyebabkan salah saji, atau
menghilangkan informasi yang material, atau
menyesatkan data akuntansi. Dan bila
dipertimbangkan dengan semua informasi
yang disajikan, dapat membuat pengguna
mengubah keputusannya.
Gejala-gejala kecurangan laporan
keuangan, menurut Albrecht (2011:137),
adalah:
(1) anomali akuntansi, (2) lemahnya internal
kontrol, (3) anomali analisis, (4) berlebihan
gaya hidup, (5) perilaku yang tidak biasa, dan
(6) keluhan. Kecurangan laporan keuangan
dapat dilakukan dengan cara melebih-lebihkan
aset, penjualan dan keuntungan, serta
mengecilkan utang, biaya dan kerugian.
Alasan dilakukannya kecurangan laporan
keuangan adalah untuk menarik minat
investor, menghilangkan persepsi negatif di
pasar, memperoleh harga jual yang lebih
tinggi untuk akuisisi, mencapai tujuan dan
sasaran perusahaan, dan menerima bonus yang
berkaitan dengan kinerja (Wilopo, 2014:267).

Pengaruh Tekanan terhadap Kecurangan


Laporan Keuangan
Tekanan merupakan salah satu penyebab terjadinya
124
The Indonesian Accounting Review Vol. 9, No. 2, Juli - Desember 2019, halaman 121 - 132
menggunakan ROA (return on asset).
yang sering dirasakan oleh manajemen
Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian
sebagai agen adalah target keuangan yang
yang dilakukan oleh Yesiriani & Rahayu
ditetapkan oleh pemilik atau pemegang
(2016), Manurung & Hadian (2013), dan
saham sebagai prinsipal. Manajemen yang
Widarti (2015) bahwa terdapat pengaruh yang
diberikan target keuangan oleh pemegang
signifikan target keuangan yang diukur dengan
saham merasa harus memberikan kinerja
ROA terhadap kecurangan laporan keuangan.
yang baik agar dapat memperoleh bonus. Hal
ini dapat menyebabkan manajemen merasa Berdasarkan landasan teori dan hasil
tertekan karena adanya konflik kepentingan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang
antara pihak manajemen dengan pemegang diajukan adalah sebagai berikut:
saham, dimana pemegang saham ingin H1: Tekanan berpengaruh positif terhadap
mendapatkan kinerja keuangan yang baik, kecurangan laporan keuangan
sedangkan manajemen ingin mendapatkan
bonus. Adanya konflik kepentingan ini
menyebabkan manajemen berusaha untuk
memenuhi target tersebut agar dapat
meningkatkan kesejahteraannya dan
memenuhi keinginan pemegang saham,
meskipun dilakukan dengan cara-cara yang
tidak semestinya, seperti melakukan
kecurangan laporan keuangan.
Target keuangan yang ditentukan oleh
pemegang saham merupakan tolak ukur bagi
pemegang saham dalam menilai kinerja
manajemen yang ditentukan oleh tingkat
keuntungan yang harus diperoleh perusahaan
(Manurung & Hardika, 2015). Peneliti dapat
menggunakan profitabilitas untuk mengukur
tingkat keuntungan perusahaan yang
merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Salah satu rasio
profitabilitas adalah Return on Assets (ROA),
yaitu rasio laba terhadap jumlah aktiva yang
digunakan, untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang
dimilikinya untuk menghasilkan laba. ROA
sering digunakan untuk menilai kinerja
manajer dan menentukan bonus, kenaikan
gaji, dan sebagainya (Skousen et al., 2009).
Manajemen akan selalu berusaha
menunjukkan kinerja profitabilitas (ROA)
yang tinggi, karena semakin tinggi ROA,
maka semakin baik kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba melalui aset yang
dimilikinya, dan tentu saja manajemen akan
mendapatkan bonus jika target keuangan
dapat tercapai. Menurut Summers dan
Sweeney (1998), ROA secara signifikan
membedakan antara perusahaan yang
melakukan kecurangan dengan perusahaan
yang tidak melakukan kecurangan (Skousen et al.,
2009). Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi ROA yang ditargetkan, maka semakin
tinggi pula kemungkinan terjadinya
kecurangan laporan keuangan. Oleh karena
itu, dalam penelitian ini tekanan diproksikan
dengan target keuangan yang diukur dengan
125
Muara Rizqulloh Mulia, Analisis fraud diamond dalam mendeteksi kecurangan laporan
keuangan
Pengaruh Peluang terhadap Kecurangan dibandingkan perusahaan yang tidak
Keuangan Negara melakukan fraud. Hasil penelitian yang
Salah satu penyebab terjadinya kecurangan dilakukan oleh Manurung & Hardika (2015)
adalah adanya kesempatan, dan kesempatan juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
tersebut ada karena lemahnya pengendalian yang signifikan dari jumlah dewan komisaris
internal dan monitoring perusahaan sehingga independen terhadap kecurangan laporan
agen memiliki kesempatan untuk melakukan keuangan.
kecurangan. Menurut SAS No. 99, terdapat Berdasarkan landasan teori dan hasil
tiga kondisi yang menggambarkan adanya penelitian terdahulu, maka hipotesis yang
kesempatan, yaitu sifat industri, pemantauan diajukan adalah sebagai berikut:
yang tidak efektif, dan struktur organisasi.
Penelitian ini menggunakan ineffective H2: Opportunity berpengaruh positif terhadap
monitoring sebagai proksi dari opportunity, kecurangan laporan keuangan
dimana menurut SAS No. 99, ineffective
monitoring adalah keadaan dimana perusahaan Pengaruh Rasionalisasi terhadap Kecurangan
tidak memiliki pengawasan yang efektif untuk Laporan Keuangan
memonitor kinerja perusahaan. Salah satu upaya Rasionalisasi merupakan alasan pribadi yang
untuk mengurangi peluang terjadinya digunakan untuk membenarkan suatu tindakan
kecurangan adalah dengan memiliki sistem meskipun tindakan tersebut sebenarnya salah
pengendalian internal yang baik. Jumlah (Albrecht et al, 2011:50). Rasionalisasi dapat
dewan komisaris independen suatu perusahaan membuat seseorang yang awalnya tidak ingin
dapat mencerminkan seberapa efektif pengawasan melakukan kecurangan akhirnya
perusahaan untuk mencegah terjadinya melakukannya karena pelaku merasa
kecurangan laporan keuangan. Dewan tindakannya benar. Pelaku akan
komisaris memiliki tugas untuk menjamin merasionalisasi tindakannya sebelum
terlaksananya strategi perusahaan, mengawasi melakukan fraud. Mereka membenarkan
manajemen dalam mengelola perusahaan, dan tindakannya sebagai sesuatu yang etis,
mewajibkan terlaksananya akuntabilitas sehingga fraud dapat terjadi. Selain itu, pelaku
(Forum for Corporate Governance in fraud akan mencari cara atau alasan untuk
Indonesia, 2003). membenarkan tindakannya, salah satunya
Menurut Beasley (1996), masuknya adalah dengan menghilangkan bukti atau jejak
dewan komisaris dari luar perusahaan fraud yang telah dilakukannya.
meningkatkan efektivitas dewan dalam Pergantian auditor merupakan salah satu
mengawasi manajemen untuk mencegah upaya rasionalisasi yang dilakukan perusahaan
terjadinya kecurangan laporan keuangan. Oleh untuk menghilangkan jejak kecurangan
karena itu, jumlah dewan komisaris laporan keuangan (Lou & Wang, 2009). Stice
independen digunakan untuk mengukur (1991), St Pierre & Anderson (1984), dan
kesempatan yang diproksikan dengan Loebbecke dkk., (1989) menemukan bahwa
ineffective monitoring dalam mendeteksi kegagalan audit dan litigasi meningkat segera
kecurangan laporan keuangan. Pernyataan ini setelah pergantian auditor. Menurut
didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Loebbecke dkk., (1989), sejumlah besar
oleh Beasley dkk., (1996), Dechow dkk., kecurangan dilakukan pada dua tahun pertama
(1996), dan Dunn (2004) bahwa perusahaan masa kerja auditor, sehingga pergantian
yang melakukan kecurangan secara konsisten auditor dalam suatu perusahaan dalam kurun
memiliki jumlah dewan komisaris independen waktu dua tahun dapat menjadi indikasi
yang lebih sedikit. terjadinya kecurangan, seperti yang
dinyatakan dalam

126
The Indonesian Accounting Review Vol. 9, No. 2, Juli - Desember 2019, halaman 121 - 132

Gambar 1
Kerangka Kerja

127
Muara Rizqulloh Mulia, Analisis fraud diamond dalam mendeteksi kecurangan laporan
keuangan
perusahaan. Pergantian direksi juga dapat
Statement on Auditing Standard (SAS) No.
menurunkan efektivitas kinerja karena
99, karena auditor lama lebih mengetahui
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
kondisi perusahaan sehingga memiliki
beradaptasi dengan budaya direksi yang baru
kemungkinan yang lebih besar untuk
sehingga menimbulkan masa stress yang
mendeteksi kecurangan laporan keuangan
semakin membuka peluang terjadinya
dibandingkan dengan auditor baru. Oleh
kecurangan (Brennan & McGrath, 2007).
karena itu, peneliti menggunakan pergantian
Pergantian direktur
auditor sebagai proksi rasionalisasi karena
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
kecurangan. Pernyataan tersebut dibuktikan
oleh penelitian yang dilakukan oleh Manurung
& Hardika (2015) dan Lou & Wang (2009)
bahwa pergantian auditor berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan.
Berdasarkan landasan teori dan hasil
penelitian terdahulu, maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:

H3: Rasionalisasi berpengaruh positif terhadap


kecurangan laporan keuangan

Pengaruh Kapasitas terhadap Kecurangan


Laporan Keuangan
Menurut Wolfe dan Hermanson (2004),
kapabilitas merupakan salah satu penyebab
terjadinya kecurangan karena kecurangan
tidak akan terjadi tanpa adanya orang yang
tepat dengan kemampuan yang tepat untuk
melakukan setiap detail kecurangan. Terdapat
enam karakteristik dalam kapabilitas, yaitu
posisi atau fungsi, kecerdasan, kepercayaan
diri dan ego, kemampuan memaksa,
berbohong yang efektif, dan kemampuan
untuk menghadapi stres. Berdasarkan
karakteristik tersebut, posisi direktur memiliki
kapabilitas untuk melakukan kecurangan.
Masyarakat menganggap bahwa direksi
memiliki kemampuan untuk melakukan
kecurangan karena direksi menyadari
ad an y a celah dalam perusahaan dan
pandai melihat peluang pada fungsi tertentu
yang berpotensi untuk melakukan kecurangan.
Direksi memiliki kendali dan wewenang
dalam perusahaan, serta kemampuan untuk
mempengaruhi bawahan, termasuk pengaruh
dalam sistem, proses, data perusahaan,
pengambilan keputusan operasional dan
pemilihan kebijakan akuntansi dalam proses
penyusunan laporan keuangan perusahaan.
Pergantian direksi merupakan
pemindahan wewenang dari direktur lama ke
direktur baru dengan tujuan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan. Selain
untuk meningkatkan kinerja perusahaan,
pergantian direksi juga dapat menjadi alat
untuk menyingkirkan direksi lama yang
mengetahui adanya kecurangan dalam
128
The Indonesian Accounting Review Vol. 9, No. 2, Juli - Desember 2019, halaman 121 - 132
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
umumnya s a r a t akan muatan politis dan
data sekunder, atau data yang diperoleh dari
kepentingan pihak-pihak tertentu yang
pihak lain. Data penelitian ini berupa laporan
memicu munculnya conflict of interest
keuangan perusahaan yang diperoleh dari situs
(Sihombing & Rahardjo, 2014), sehingga
Bursa Efek Indonesia (BEI), www.idx.co.id atau
pergantian direksi dapat digunakan sebagai
situs resmi perusahaan.
salah satu indikator terjadinya kecurangan.
Oleh karena itu penelitian ini menggunakan
p e r g a n t i a n direksi untuk mengukur
kapabilitas dalam mendeteksi kecurangan
laporan keuangan. Pernyataan tersebut
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Manurung & Hardika (2015) bahwa
pergantian direksi berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan.
Berdasarkan landasan teori dan hasil
penelitian terdahulu, maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:

H4: Kapabilitas berpengaruh positif terhadap


kecurangan laporan keuangan.

3. METODE PENELITIAN
Contoh Klasifikasi
Populasi penelitian ini mencakup seluruh
perusahaan sektor pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2014 - 2016 yang terdiri dari 42
perusahaan dengan 126 data.
Penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling dengan kriteria yang
telah ditentukan untuk mendapatkan sampel
yang representatif. Kriteria tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Perusahaan mempublikasikan laporan
keuangan tahunan di situs resmi
perusahaan atau di www. idx.co.id
selama periode 2014-2016
2. Data yang berkaitan dengan variabel
penelitian disajikan secara lengkap
selama periode 2014-2016
Perusahaan tidak mengalami delisting
dari BEI selama periode 2014-2016
Setelah melalui purposive sampling, dari
42 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2014-2016, sebanyak 36
perusahaan atau 108 data dijadikan sampel
dalam penelitian ini.

Data Penelitian
Jenis data dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif yang menekankan pada pengujian
hipotesis melalui pengukuran variabel-
variabel dalam bentuk angka. Salah satu
contoh data kuantitatif adalah data yang
berupa rasio-rasio keuangan.
Penelitian ini mengumpulkan data
dengan metode dokumentasi. Sumber data

129
Muara Rizqulloh Mulia, Analisis fraud diamond dalam mendeteksi kecurangan laporan
keuangan
Variabel Penelitian Kinerja Keuangan = perubahan piutang
Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian + perubahan persediaan + perubahan penjualan
ini yaitu variabel dependen dan variabel tunai
independen. Variabel dependen dalam + perubahan pendapatan
penelitian ini adalah kecurangan laporan
keuangan, sedangkan variabel independennya Catatan:
adalah tekanan (X1) yang diproksikan dengan Perubahan Piutang = ∆Piutang
target keuangan, kesempatan (X2) yang Rata-rata Total Aset
diproksikan dengan pemantauan yang tidak
efektif, rasionalisasi (X3) yang diproksikan Perubahan Persediaan = ∆Persediaan
dengan pergantian auditor, dan kapabilitas Rata-rata Total Aset
(X4) yang diproksikan dengan pergantian
Perubahan Penjualan Tunai =
direksi.
∆Penjualan - ∆Piutang
Definisi Operasional Variabel Penjualan (t) Piutang
Kecurangan Laporan Keuangan (t)
Kecurangan laporan keuangan adalah Perubahan Penghasilan =
kesalahan yang disengaja dalam pembuatan Laba (t) - Laba (t-1)
laporan keuangan sehingga dapat menyesatkan Rata-rata Total Aset
penggunanya. Penelitian ini mengukur Rata-rata Total Aset
kecurangan laporan keuangan dengan
menggunakan model fraud score (F-Score)
Tekanan
yang dikemukakan oleh Dechow et al (2012).
Dalam penelitian ini, tekanan diproksikan
dengan financial target, yaitu tekanan yang
F-Score = Kualitas Akrual + Kinerja berlebihan yang dialami oleh manajemen
Keuangan untuk mencapai target keuangan yang
Kualitas akrual diproksikan dengan akrual ditentukan oleh pemegang saham. Target
RSST (Richardson et al., 2004): keuangan merupakan tolak ukur bagi
Akrual RSST = ∆WC + ∆NCO + ∆FIN pemegang saham dalam menilai kinerja
Rata-rata Total Aset manajemen yang ditentukan oleh tingkat
Catatan: keuntungan yang harus diperoleh (Manurung
WC (Modal Kerja) = Aset Lancar - Kewajiban & Hardika, 2015). Peneliti mengukur tingkat
Lancar laba perusahaan dengan menggunakan rasio
NCO (Non-Current Operating Accrual) = profitabilitas, salah satunya adalah Return on
(Total Aset - Aset Lancar - Investasi dan Assets (ROA), yaitu rasio laba terhadap
Uang Muka) - (Total Kewajiban - jumlah aktiva yang digunakan untuk
Kewajiban Lancar - Utang Jangka Panjang) mengukur kemampuan perusahaan dengan
FIN (Financial Accrual) = Total Investasi - menggunakan aktiva yang dimilikinya dalam
Total Kewajiban menghasilkan laba. Semua peneliti sering
menggunakan ROA untuk menilai kinerja
ATS (Rata-rata Total Aset) = manajer dan menentukan bonus, kenaikan gaji,
Total Aset Awal + Total Aset Akhir 2 dan lain-lain (Skousen et al., 2009). ROA
dihitung dengan rumus:
Laba Bersih
ROA =
Total Aset
Peluang
A = delta (perbedaan dalam t dan t-1) Dalam penelitian ini, peneliti memproksikan
peluang berdasarkan pemantauan yang tidak
Kinerja keuangan suatu laporan keuangan efektif. Menurut SAS No. 99, ineffective
dianggap mampu memprediksi terjadinya monitoring adalah situasi dimana perusahaan
kecurangan laporan keuangan (Skousen dan tidak memiliki pengawasan yang efektif untuk
Twedt, 2009) memantau kinerjanya. Kurangnya
pengendalian dan pengawasan internal yang
baik dapat memberikan kesempatan kepada
karyawan untuk melakukan kecurangan.
Tabel 1
130
The Indonesian Accounting Review Vol. 9, No. 2, Juli - Desember 2019, halaman 121 - 132
Analisis Deskriptif
N Minimum Maksimum Berarti Std. Deviasi
FSCORE 77 -1.52667 .75062 -.0561886 .36305482
ROA 77 -.64387 .33640 .0089380 .12245746
BDOUT 77 .00 .67 .4107 .12438
Sumber: Data yang diolah

131
Muara Rizqulloh Mulia, Analisis fraud diamond dalam mendeteksi kecurangan laporan
keuangan
Dewan komisaris independen adalah kantor akuntan publik selama periode 2014-
komisaris yang tidak memiliki hubungan 2016.
bisnis (kontraktual) atau hubungan lainnya
dengan pemegang saham mayoritas dan Kemampuan
direksi, baik secara langsung maupun tidak Capability adalah kemampuan seseorang
langsung (Prabowo, 2014). Dewan komisaris untuk melakukan kecurangan. Menurut Wolfe
memiliki tugas untuk menjamin terlaksananya dan Hermanson (2004), kecurangan tidak akan
strategi perusahaan, mengawasi manajemen terjadi tanpa adanya orang yang tepat dengan
dalam mengelola perusahaan, dan mewajibkan kemampuan yang tepat untuk melakukan
terlaksananya akuntabilitas (Forum for setiap detail kecurangan. Posisi dewan direksi
Corporate Governance in Indonesia, 2003). dianggap memiliki kapabilitas untuk
Menurut Beasley (1996), masuknya dewan melakukan kecurangan. Pergantian direksi
komisaris dari luar perusahaan meningkatkan pada umumnya sarat akan muatan politis dan
efektivitas dewan dalam mengawasi kepentingan pihak-pihak tertentu yang
manajemen untuk mencegah terjadinya memicu munculnya konflik kepentingan
kecurangan laporan keuangan. Oleh karena itu, (Sihombing & Rahardjo, 2014). Pergantian
monitoring yang tidak efektif diukur dengan direksi dapat digunakan sebagai indikator
menggunakan jumlah dewan komisaris kecurangan karena dapat digunakan sebagai
independen (BDOUT) yang dihitung dengan alat untuk menyingkirkan direksi lama yang
rumus mengetahui adanya kecurangan dalam suatu
perusahaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
BDOUT = capability diproksikan dengan pergantian
Jumlah Komisaris Independen Jumlah direksi (DCHANGE) yang diukur dengan
Total Komisaris variabel dummy, yaitu diberi nilai 1 jika
terjadi pergantian direksi pada periode 2014-
Rasionalisasi
2016, dan diberi nilai 0 jika tidak terjadi
Penelitian ini memproksikan rasionalisasi
pergantian direksi pada periode 2014-2016.
dengan pergantian auditor. Pergantian auditor
perusahaan dapat diartikan sebagai upaya 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
untuk menghilangkan jejak kecurangan yang Statistik Deskriptif
ditemukan oleh auditor independen Analisis deskriptif bertujuan untuk
sebelumnya. Auditor lama lebih mengetahui memberikan gambaran atau deskripsi
kondisi perusahaan sehingga lebih mengenai data yang dikumpulkan (Ghozali,
memungkinkan untuk mendeteksi kecurangan 2013:19). Tabel 1 menunjukkan bahwa
daripada auditor baru. Kecenderungan ini variabel dependen dalam penelitian ini terdiri
mendorong perusahaan untuk mengganti dari 77 data dengan nilai minimum sebesar -
auditor independennya untuk menutupi 1.52667 dan nilai maksimum sebesar 0.75062.
kecurangan yang terjadi di dalam perusahaan. Nilai rata-rata dari sampel adalah -0.0561886
Oleh karena itu, variabel rasionalisasi yang sedangkan standar deviasi atau jarak antara
diproksikan dengan pergantian KAP yang satu data dengan data yang lain adalah
diukur dengan variabel dummy diberi nilai 1 0.36305482. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
jika terjadi pergantian KAP selama periode standar deviasi lebih tinggi dari nilai rata-rata,
2014-2016 dan diberi nilai 0 jika tidak terjadi yang berarti variasi data F-score cukup besar
pergantian KAP. atau data heterogen.
Tabel 2
Analisis Deskriptif Variabel Dependen Rasionalisasi ACPA
Frekuensi Persen Valid Persen Persen Kumulatif
Valid 0 63 81.8 81.8 81.8
1 14 18.2 18.2 100.0
Total 77 100.0 100.0
Sumber: Data yang
diolah Tabel 3
Analisis Deskriptif Variabel Independen Perubahan Kapabilitas
Frekuensi Persen Valid Persen Persen Kumulatif
Valid 0 42 54.5 54.5 54.5

132
The Indonesian Accounting Review Vol. 9, No. 2, Juli - Desember 2019, halaman 121 - 132

1 35 45.5 45.5 100.0


Total 77 100.0 100.0
Sumber: Data yang diolah

133
Muara Rizqulloh Mulia, Analisis fraud diamond dalam mendeteksi kecurangan laporan
keuangan
Tabel 4
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Model Koefisien Tidak Terstandarisasi Koefisien Standardi-ed T Sig.
B Std. Kesalahan Beta
1 (Konstan) -.348 .128 -2.730 .008
ROA 1.501 .282 .506 5.322 .000
BDOUT .500 .280 .171 1.789 .078
ACPA .220 .089 .235 2.456 .016
BERUBAH .074 .070 .102 1.062 .292
R2 0.351
R2 yang
disesuaikan 0.315
F hitung 9.723
Sig. F 0.000
yang berarti sebanyak 35 data atau 45,5% data
Sumber: Data yang diolah
mengalami pergantian direktur pada tahun
Tabel 1 menunjukkan total data untuk 2012-2016. Berdasarkan uraian tersebut
ROA yang terdiri dari 77 data dengan nilai memberikan bukti
minimum sebesar -0.64387 dan nilai
maksimum sebesar 0.33640. Nilai rata-rata
(mean) dari ROA adalah sebesar 0.0089380
sedangkan nilai standar deviasi sebesar
0.12245746. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
standar deviasi lebih tinggi dari nilai rata-rata.
Hal ini juga berarti bahwa variasi data ROA
cukup besar atau data bersifat heterogen.
Pada Tabel 1, terlihat bahwa total data
untuk BDOUT adalah 77 data dengan nilai
minimum
0,00 dan nilai maksimum 0,67. Nilai rata-rata
(mean) adalah 0.4107 dengan standar deviasi
0.12438. Nilai standar deviasi menunjukkan
nilai yang lebih rendah dari mean. Hal ini
berarti variasi data BDOUT relatif kecil atau
bersifat homogen.
Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat 77
data ACPA, dimana angka 0 memiliki
frekuensi sebanyak 63, artinya sebanyak 63
data atau 81,8% data tidak mengalami
pergantian kantor akuntan publik (KAP) pada
periode 2014-2016. Angka 1 memiliki
frekuensi sebanyak 14, artinya sebanyak 14
data atau 18,2% data mengalami pergantian
kantor akuntan publik (KAP) pada periode
2014-2016. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa banyak perusahaan yang tidak
melakukan pergantian kantor akuntan publik
selama tahun 2014-2016 sehingga risiko
kecurangan laporan keuangan semakin rendah
karena rasionalisasi yang rendah.
Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa
terdapat 77 data DCHANGE. Angka 0
memiliki frekuensi sebanyak 42, yang berarti
42 data atau 54,5% data tidak mengalami
pergantian direktur pada tahun 2012-2016.
Angka 1 memiliki frekuensi sebanyak 35,
134
The Indonesian Accounting Review Vol. 9, No. 2, Juli - Desember 2019, halaman 121 - 132

bahwa lebih banyak perusahaan yang tidak


melakukan pergantian direksi selama tahun
2014-2016 sehingga risiko kecurangan
laporan keuangan menjadi lebih rendah
karena kapabilitas yang rendah.
Data yang digunakan dalam penelitian
ini memenuhi uji asumsi klasik sehingga data
terdistribusi secara normal. Tidak terjadi
multikolinearitas, tidak terjadi autokorelasi,
dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Setelah
memenuhi uji asumsi klasik, selanjutnya
dilakukan analisis regresi linier berganda.
Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan hasil uji koefisien
determinasi diperoleh nilai Adjusted R2 sebesar
0,315 yang berarti pengaruh ROA, BDOUT,
ACPA, dan DCHANGE terhadap F-score sebesar
31,5% dan masih ada faktor lain sebesar
68,5% yang tidak masuk ke dalam model
yang dijelaskan oleh error.
Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil
dari 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
model fit dan semua variabel independen
secara simultan berpengaruh terhadap
variabel dependen.

Pengaruh Tekanan terhadap Kecurangan


Laporan Keuangan
Berdasarkan hasil uji t, nilai signifikansi ROA
sebesar 0.000 < 0.05, dan nilai t hitung sebesar
5.322. Hal ini berarti tekanan berpengaruh
positif terhadap kecurangan laporan
keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi tekanan yang dirasakan oleh
manajemen, maka semakin tinggi pula risiko
terjadinya kecurangan laporan keuangan.
Dalam hal ini, tekanan yang tinggi tersebut
berupa target keuangan yang ditetapkan oleh
principal (pemegang saham). Penetapan
target untuk mencapai ROA yang tinggi dapat
memberikan tekanan kepada manajemen
untuk mencapai target tersebut. Hal tersebut
dikarenakan adanya konflik kepentingan
dalam hubungan

135
Muara Rizqulloh Mulia, Analisis fraud diamond dalam mendeteksi kecurangan laporan
keuangan
dari aktivitas yang dilakukan oleh dewan
antara manajemen dan pemegang saham,
komisaris pada perusahaan yang memiliki nilai
dimana pemegang saham ingin mendapatkan
BDOUT paling tinggi yaitu 0,67, mereka
hasil kinerja yang baik dari perusahaannya,
melakukan rapat dalam 4-8 kali dalam setahun,
sedangkan manajemen ingin mendapatkan
sedangkan perusahaan
bonus ketika mencapai target pemegang
saham. Oleh karena itu, manajemen yang
mengalami tekanan yang tinggi memiliki
risiko yang tinggi untuk melakukan
kecurangan laporan keuangan untuk
memenuhi keinginan pemegang saham dan
meningkatkan kesejahteraannya. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Manurung & Hardika
(2015), Widarti (2015), dan Manurung &
Hadian (2013) bahwa tekanan yang
diproksikan dengan target keuangan
berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan.

Pengaruh Kesempatan terhadap Kecurangan


Keuangan Negara
Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai
signifikansi BDOUT sebesar 0,078 > 0,05
yang berarti bahwa kesempatan tidak
berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan. Hal ini disebabkan karena jumlah
dewan komisaris independen pada perusahaan
sampel tidak sebanding dengan jumlah total
dewan komisaris. Hal ini dibuktikan dengan
nilai rata-rata BDOUT sebesar 0,4107. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata jumlah dewan
komisaris independen pada perusahaan sampel
adalah sebesar 41,07% dari total jumlah
dewan komisaris. Namun, jumlah data yang
memiliki jumlah dewan komisaris independen
≥ 41,07% hanya sebanyak 27 data dari 77
data, atau 35,06% data memiliki jumlah
dewan komisaris independen di atas rata-rata.
Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak
perusahaan sampel yang memiliki jumlah
dewan komisaris independen yang lebih
sedikit. Selain itu, jumlah dewan komisaris
independen yang lebih kecil dari jumlah
dewan komisaris secara keseluruhan dapat
membuat kinerjanya menjadi kurang efektif
dan maksimal, karena jumlah pihak
independen yang lebih sedikit dibandingkan
dengan pihak yang berkepentingan. Sehingga,
ada kemungkinan pengawasan terhadap
perusahaan tidak independen dan objektif serta
adanya intervensi dari pihak-pihak tertentu.
Berdasarkan data penelitian, nilai
maksimum perbandingan antara jumlah
anggota dewan komisaris independen dengan
jumlah seluruh anggota dewan komisaris
adalah
0,67 dan nilai minimumnya adalah 0. Dilihat
136
The Indonesian Accounting Review Vol. 9, No. 2, Juli - Desember 2019, halaman 121 - 132
berarti bahwa capability tidak berpengaruh
dengan nilai BDOUT 0 mengadakan 9 kali
terhadap kecurangan laporan keuangan.
rapat. Rapat tersebut diadakan untuk
Berdasarkan data penelitian, terdapat total 23
membahas isu dan permasalahan perusahaan,
perusahaan yang melakukan pergantian
kinerja operasional dan perkembangan
direksi. Setelah dilakukan penelusuran pada
perusahaan. Perusahaan yang tidak memiliki
laporan tahunan perusahaan-perusahaan
komisaris independen lebih banyak
tersebut, diketahui beberapa
mengadakan rapat dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki banyak komisaris
independen. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan kinerja antara
perusahaan yang tidak memiliki komisaris
independen dengan perusahaan yang
memiliki banyak komisaris independen. Hal
ini mengindikasikan bahwa jumlah anggota
dewan komisaris independen dalam suatu
perusahaan tidak cukup untuk digunakan
untuk menilai kinerja pengawasan dewan
komisaris. Namun, hal ini juga dapat dilihat
dari aktivitas yang mereka lakukan, salah
satunya dari jumlah rapat yang diadakan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
dikatakan bahwa ineffective monitoring tidak
berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yesiariani & Rahayu (2016), Widarti (2015),
dan Sihombing & Rahardjo (2014) bahwa
ineffective monitoring tidak berpengaruh
terhadap financial statement fraud.

Pengaruh Rasionalisasi terhadap


Kecurangan Laporan Keuangan
Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai signifikansi
ACPA sebesar 0,016 < 0,05 dengan nilai t
hitung sebesar 2,456 yang berarti
rasionalisasi berpengaruh positif terhadap
kecurangan laporan keuangan. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin sering
manajemen melakukan rasionalisasi, maka
semakin tinggi risiko kecurangan laporan
keuangan. Perusahaan yang sering melakukan
pergantian kantor akuntan publik tidak
merepresentasikan bahwa mereka melakukan
upaya rasionalisasi kecurangan yang
dilakukan dengan berusaha menutupi jejak
kecurangan yang ada di perusahaan agar tidak
dapat diungkap oleh auditor independen
sebelumnya. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Manurung & Hardika (2015) bahwa
rasionalisasi berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan.

Pengaruh Kapabilitas terhadap Kecurangan


Keuangan Negara
Berdasarkan hasil uji t, nilai signifikansi
DCHANGE sebesar 0,078 > 0,05 yang

137
Muara Rizqulloh Mulia, Analisis fraud diamond dalam mendeteksi kecurangan laporan
keuangan
monitoring, rasionalisasi yang diproksikan
alasan perusahaan melakukan pergantian
dengan pergantian auditor, dan kapabilitas
direksi: (a) 11 perusahaan melakukan
yang diproksikan dengan pergantian
pergantian direksi karena adanya pengunduran
direksi, secara simultan berpengaruh
diri direksi yang bersangkutan, ada direksi
terhadap kecurangan laporan keuangan.
yang mendapat penugasan lain sehingga
2. Berdasarkan hasil hipotesis
mengundurkan diri dari jabatannya; (b) 2
perusahaan melakukan pergantian direksi
karena masa jabatan direksi yang
bersangkutan telah berakhir; (c) 4 perusahaan
melakukan pergantian direksi karena
memberhentikan dengan hormat direksi yang
bersangkutan dari jabatannya yang
kemungkinan besar dapat digunakan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan; (d) 1
perusahaan melakukan pergantian direksi
karena direksi yang bersangkutan mengalami
gangguan kesehatan yang cukup berat
sehingga memerlukan perawatan intensif; (e)
dan 5 perusahaan tidak memberikan alasan
mengapa melakukan pergantian direksi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
diketahui bahwa 18 dari 23 perusahaan atau
78% perusahaan melakukan pergantian direksi
dengan alasan yang jelas. Pergantian direksi
dilakukan bukan karena direksi lama
mengetahui atau tidak mengetahui adanya
kecurangan dalam perusahaan. Pemegang
saham melakukan pergantian direksi untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dengan
merekrut direksi baru yang dinilai lebih
kompeten dari direksi sebelumnya atau karena
alasan tertentu dari direksi yang bersangkutan
seperti alasan kesehatan d a n penugasan
lainnya, bukan dilakukan untuk menutupi
kecurangan yang dilakukan direksi
sebelumnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa
capability dalam penelitian ini tidak
berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisya,
dkk (2016), Yesiariani & Rahayu (2016), dan
Sihombing & Rahardjo (2014) bahwa
capability tidak berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan.

5. KESIMPULAN, zMPLzCATzON, SUGGE-


STzON, DAN LzMzTATzON
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
yang telah dijelaskan di atas, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji signifikansi model
regresi (uji F) menunjukkan bahwa
seluruh variabel independen yang terdiri
dari tekanan yang diproksikan dengan
financial target, kesempatan yang
diproksikan dengan ineffective
138
The Indonesian Accounting Review Vol. 9, No. 2, Juli - Desember 2019, halaman 121 - 132
mengukur rasionalisasi, dan pergantian
Uji t, penelitian ini menemukan bahwa
direksi untuk mengukur kapabilitas.
variabel tekanan yang diproksikan
Dengan demikian, penelitian selanjutnya
dengan target keuangan dan variabel
sebaiknya menggunakan alat ukur lain
rasionalisasi yang diproksikan dengan
seperti pertumbuhan penjualan,
pergantian auditor berpengaruh positif
pertumbuhan aset, arus kas terhadap
terhadap kecurangan laporan keuangan,
pertumbuhan laba, penjualan terhadap
sedangkan variabel kesempatan yang
piutang, penjualan terhadap total aset,
diproksikan dengan pemantauan yang
persediaan terhadap total penjualan, dan
tidak efektif dan variabel kapabilitas yang
arus kas bebas untuk variabel tekanan,
diproksikan dengan pergantian direktur
penjualan dari operasi luar negeri, audit
tidak berpengaruh terhadap kecurangan
independen
laporan keuangan.

Batasan dan Saran


Adapun berdasarkan kesimpulan, masih
terdapat keterbatasan dalam penelitian ini
seperti berikut ini: Berdasarkan hasil
penelitian dan kesimpulan di atas, maka
keterbatasan dan saran untuk penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan
perusahaan sektor pertambangan dengan
periode penelitian selama tiga tahun.
Untuk itu, peneliti merekomendasikan
untuk penelitian selanjutnya agar
menambah jumlah sampel dari segi
sektor perusahaan dan periode penelitian.
Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat.
2. Penelitian ini hanya menggunakan
variabel tekanan yang diproksikan
dengan financial target, kesempatan yang
diproksikan dengan ineffective
monitoring, rasionalisasi yang
diproksikan dengan pergantian auditor,
dan kapabilitas yang diproksikan dengan
pergantian direktur. Oleh karena itu,
penelitian selanjutnya sebaiknya
menggunakan proksi lain untuk variabel
independen dari fraud diamond model,
seperti personal financial need untuk
variabel tekanan, struktur organisasi
untuk variabel kesempatan, total akrual
untuk variabel rasionalisasi, dan proksi
lain selain pergantian direksi untuk
variabel kapabilitas. Hal ini dimaksudkan
agar perusahaan dan pihak-pihak terkait
dapat mengetahui faktor-faktor apa saja
y an g dapat mempengaruhi
kecurangan laporan keuangan dengan
tujuan untuk mencegah dan mendeteksi
kecurangan laporan keuangan sedini
mungkin.
3. Penelitian ini menggunakan ROA untuk
mengukur tekanan, jumlah komisaris
independen untuk mengukur kesempatan,
jumlah komisaris independen untuk
139
Muara Rizqulloh Mulia, Analisis fraud diamond dalam mendeteksi kecurangan laporan
keuangan
Accounting Review. Vol
komite, dan frekuensi rapat komisaris
71. No 4. Hal 443-465.
independen untuk variabel kesempatan,
opini audit untuk variabel rasionalisasi,
dan lain sebagainya. Hal ini dimaksudkan
untuk lebih menentukan ukuran-ukuran
apa saja yang dapat digunakan sebagai alat
untuk mendeteksi kecurangan laporan
keuangan.
4. Faktor budaya seharusnya juga
berpengaruh dan oleh karena itu penelitian
selanjutnya juga dapat menambahkan
faktor budaya untuk menganalisis fraud
diamond theory dalam mendeteksi
kecurangan laporan keuangan dan
menyesuaikan dengan daerah tempat
penelitian.

REFERENSI
Abdullahi, Rabi'u dan Mansor, Noorhayati.
2015. Teori Segitiga Kecurangan (Fraud
Triangle Theory) dan Teori Berlian
Kecurangan (Fraud Diamond
Theory). Memahami Konvergen dan
Divergen Untuk Penelitian Masa
Depan. Jurnal Internasional Riset
Akademik Ilmu Akuntansi,
Keuangan dan Manajemen. Vol. 5,
No.4, hal. 38-45.
AICPA, SAS No.99. 2002. Pertimbangan atas
Kecurangan dalam Audit Laporan
Keuangan. New York : AICPA.
Afriyanto, Dedy. 2016. Direksi Timah Dituding
Manipulasi Laporan Keuangan.
(Online). (https://economy.okezone.
com, diakses 17 september 2017).
Albrecht, W. S., Albrecht, C.C., Albrecht, C.O.,
dan Zimbelman, Mark F. 2011.
Pemeriksaan Kecurangan (Fraud
Examination). Edisi Keempat.
Mason, Ohio USA: Cengage
Learning.
Annisya, Mafiana, dkk. 2016. Pendeteksian
Kecurangan Laporan Keuangan
Menggunakan Fraud Diamond. Jurnal
Bisnis Dan Ekonomi (JBE). Vol
23. No 1. Hal 72-89. ISSN: 1412-3126.
Asosiasi Pemeriksa Kecurangan Bersertifikat
(ACFE). 2014. Report to the Nation
(Online). (www.acfe.com, diakses
pada 9 Juni 2017).
-------- .2016. Lapor kepada Bangsa (Online).
(www.acfe.com, diakses pada 15 April
2017).
Beasley, M. 1996. Analisis Empiris Hubungan
antara Komposisi Dewan Direksi dan
Kecurangan Laporan Keuangan. The

140
The Indonesian Accounting Review Vol. 9, No. 2, Juli - Desember 2019, halaman 121 - 132
Australia.
Brennan, Niamh M., dan McGrath, Mary.
2007. Kecurangan Laporan Keuangan
(Financial Statement Fraud): Insiden, Metode
dan Motif. Australian Accounting Review.
17 (2) (42): 49-61. Dechow, P. M, Hutton, A.
P, Kim, J H, dan Sloan, R. G. 2012.
Mendeteksi Manajemen Laba: Sebuah
Pendekatan Baru.
Jurnal Penelitian Akuntansi. Vol
50. Ed 2. Hal 275-334.
Dechow, P., Sloan, R., & Sweeney, A. 1996.
Penyebab dan Konsekuensi
Manipulasi Laba: Analisis
Perusahaan yang Dikenai Tindakan
Penegakan Hukum oleh SEC. Riset
Akuntansi Kontemporer. Vol 13. No
1. Hal 1-36.
Dunn, P. 2004. Dampak Insider Power
terhadap Fraudulent Financial
Reporting. Jurnal Manajemen. Vol
30. No 3. Hal 397-412.
Forum for Corporate Governance in
Indonesia (FCGI). 2003. Seri Tata
Kelola Perusahaan (Corporate
Governance) Jilid II. Jakarta: FCGI.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Multivariate
Dengan Program IBM SPSS 21
Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Kennedy, P. S. J. dan Siregar, S. L. 2017. Para
Pelaku Fraud di Indonesia Menurut
Survei Fraud Indonesia-Fraud Actors
In Indonesia According To Fraud
Indonesia Survey. Buletin Ekonomi
FEUKI. Vol. 21, No. 2.
Loebbecke. J. K., M. M. Eining, dan J. J.
Willingham. 1989. Pengalaman
Auditor dengan
Ketidakberesan
Material: Frekuensi, Sifat, dan
Detestabilitas. Auditing: Jurnal
Praktik & Teori 9. Musim Gugur: 1-
28.
Lou, Yung-I dan Wang, Ming-Lou. 2009.
Faktor Risiko Kecurangan Dari
Segitiga Kecurangan Menilai
Kemungkinan Kecurangan
Pelaporan Keuangan. Jurnal
Penelitian Bisnis & Ekonomi. Vol 7.
No 2.
Manurung, Daniel T. H. dan Hadian, Niki.
2013. Pendeteksian Kecurangan
Laporan Keuangan dengan Fraud
Triangle. Prosiding Konferensi Riset
Bisnis Internasional ke-23. ISBN:
978-1-922069-36-8. Mel-
bourne,
141
Muara Rizqulloh Mulia, Analisis fraud diamond dalam mendeteksi kecurangan laporan
keuangan
Manurung, Daniel T. H. dan Hardika, Andhika Stice, J. 1991. Menggunakan Informasi
Ligar. 2015. Analisis Faktor-Faktor Keuangan dan Pasar untuk
Yang Mempengaruhi Kecurangan Mengidentifikasi Faktor-Faktor Pra-
Laporan Keuangan Dalam Perspektif Perikatan yang Berhubungan dengan
Fraud Diamond: Studi Empiris pada Tuntutan Hukum Terhadap Auditor.
Perusahaan Perbankan yang The Accounting Review. Vol 66. No
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 3. Hal 516-533.
Tahun 2012 sampai dengan 2014. Summers, S. L. & Sweeney, J. T. 1998. Salah
International Conference on Saji Laporan Keuangan dan
Accounting Studies (ICAS). Johor Perdagangan Orang Dalam: Sebuah
Bahru, Johor, Malaysia. Analisis Em-piris. The Accounting
Prabowo, Danuharja Arvin. 2014. Pengaruh Review. Vol 73. No. 1. April. No. 2.
Komisaris Independen, Independensi Hal 131-146.
Komite Audit, Ukuran dan Jumlah Widarti. 2015. Pengaruh Fraud Triangle
Rapat Komite Audit Terhadap Terhadap Deteksi Kecurangan
Manajemen Laba. Jurnal Analisis Laporan Keuangan Pada Perusahaan
Akuntansi. Vol 3. No 2. No 1. Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Rezaee, Z. 2002. Penipuan Laporan Keuangan Efek Indonesia. Jurnal Manajemen
(Financial Stetement Fraud): Dan Bisnis Sriwijaya. Vol 13. No 2.
Pencegahan dan Pendeteksian. New No 2.
York : John Wiley & Sons, Inc. Wijaya, Agoeng. 2010. ICW Ungkap
Richardson, Scott A., et al. 2005. Keandalan Manipulasi Penjualan Batu Bara
Akrual, Persistensi Laba dan Harga Grup Bakrie. (Online).
Saham. Jurnal Akuntansi dan (https://m.tempo. co, diakses 17
Ekonomi. Vol 39. No. 2. April. No. 2. September 2017).
Hal 437-485. Wilopo, Romanus. 2014. Etika Profesi Akuntan
Sihombing, Kennedy S. dan Rahardjo, Shiddiq : Kasus-Kasus di Indonesia. Edisi
Nur. 2014. Analisis Fraud Diamond Kedua. Surabaya: STIE Per-banas
dalam Mendeteksi Financial Press.
Statement Fraud: Studi Empiris pada Wolfe, David T. dan Hermanson, Dana R. 2004.
Perusahaan Manufaktur yang Berlian Kecurangan (The Fraud
Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012. Diamond): Mempertimbangkan
Diponegoro Journal of Accounting. Empat Elemen Kecurangan. The
Vol 3. No 2. No 2. Hal 1-12. Hal 1- CPA Journal.
12. ISSN (Online): Yesiariani, Merissa dan Rahayu, Isti. 2016.
2337-3806. Analisis Fraud Diamond dalam
Skousen, C.J. 2009. Mendeteksi dan Mendeteksi Financial statement fraud
Memprediksi Stabilitas Keuangan: (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ-
Efektivitas Segitiga Kecurangan dan 45 yang Terdaftar di BEI Tahun
SAS No 9. Jurnal Akuntansi dan 2010-2014). Simposium Nasional
Auditing. SSRN (Social Science Akuntansi XIX Lampung.
Research Network). Vol 13. No. 1. Hal Zaki, Noha Mohamed. 2017. Kesesuaian
53-81. Model Fraud Triangle dan Diamond
Skousen, C. J. dan Twedt, Brady James. 2009. dalam Menilai Kemungkinan
Penipuan di Pasar Negara Kecurangan Laporan Keuangan-
Berkembang: Sebuah Analisis Lintas Sebuah Studi Empiris pada
Negara. (Online). (http:// Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
ssrn.com/abstract =1340586, diakses Efek Mesir. Jurnal Internasional Ilmu
pada tanggal pada 14 Oktober 2017). Sosial dan Penelitian Ekonomi. Vol
St Pierre, K. & Anderson, J. 1984. Analisis 02. No. 02. Edisi 02.
Faktor-Faktor yang Berhubungan ISSN: 2455-8834.
dengan Tuntutan Hukum Terhadap
Akuntan Publik. The Accounting
Review. Vol 59. No
2. Hal 242-263.

142

Anda mungkin juga menyukai