Anda di halaman 1dari 5

Etika dalam Praktik Investasi dan Pasar Modal

Pasar modal adalah pertemuan permintaan dan penawaran dana jangka panjang yang diwujudkan
dalam bentuk elemen-elemen keuangan yang dapat diperjualbelikan. Dalam pasar ini terdapat dua
pelaku utama yang terlibat, yaitu investor sebagai pihak yang menanamkan dana danemiten sebagai
pihak yang menerima dan mengelola dana investor. Sehingga etika dalam investasi dan pasar modal
terutama terkait dengan etika bagi kedua belah pihak, selain etika bagi profesi penunjang seperti
akuntan publik, penilai, konsultan hukum, dan lain-lain.

Etika Bagi Emiten

Dalam menanamkan dana, investor menilai kondisi dan kinerja perusahaan. Untuk itulah informasi yang
menggambarkan kondisi dan kinerja emiten menjadi hal yang sangat krusial dalam pasar modal. Dengan
posisinya sebagai pihak yang pasif dan tidak mengetahui secara detail seluk-beluk perusahaan, investor
berpotensi menjadi pihak yang dirugikan dalam kaitannya dengan keandalan informasi. Untuk itulah,
pemerintah melalui Bapepam-LK melindungi kepentingan investor melalui aturan-aturan, salah satunya
adalah Undang-Undang yang mengatur mengenai pasar modal di Indonesia adalah UU No.8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal.

Meskipun telah dilindungi dengan aturan, investor masih merupakan pihak yang berpotensi dirugikan.
Hal ini disebabkan karena banyak celah yang belum diatur oleh peraturan dan sifat dari akuntansi yang
memiliki berbagai alternatif dalam menyajikan kondisi atau aktivitas ekonomi emiten. Dengan sifat
akuntansi yang demikian, maka laporan keuangan yang dihasilkan juga dapat disajikan dengan berbagai
pendekatan. Emiten sebagai pengelola dana tidak boleh sekedar memenuhi batasan-batasan yang
tertuang dalam aturan. Emiten harus mengutamakan kepentingan investor meskipun tidak diatur dalam
aturan. Dalam hal ini kepentingan investor adalah laporan keuangan yang handal dan relevan.

Terkait dengan penyajian laporan keuangan, Bapepam-LK mewajibkan emiten untuk menyerahkan
laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan triwulanan. Laporan keuangan tahunan wajib diaudit
oleh akuntan publik yang terdaftar di Bapepam-LK. Sedangkan laporan keuangan triwulanan tidak wajib
diaudit. Makalah ini tidak membahas secara mendetail etika akuntan publik, sehingga diasumsikan
bahwa akuntan publik telah menjalankan tugasnya dengan etis dan penuh profesionalisme.

Fungsi dari audit yang dilakukan oleh akuntan publik adalah untuk meningkatkan keandalan informasi
dalam laporan keuangan. Setiap upaya emiten untuk menyajikan informasi yang bersifat menyesatkan
akan diminimalisir dan dikoreksi oleh akuntan publik, sehingga investor dapat menggunakan informasi
tersebut untuk membuat keputusan investasi. Karena hanya laporan keuangan tahunan yang diwajibkan
untuk diaudit, maka terdapat celah bagi emiten untuk menyajikan informasi yang tidak semestinya
dalam laporan triwulanan.
Meskipun pada periode audit akan dikoreksi oleh akuntan publik, investor telah menyajikan informasi
yang tidak semestinya selama tiga triwulan. Dalam periode tiga triwulan tersebut, investor berpotensi
membuat keputusan yang tidak efisien terkait alokasi modal yang dimiliki sebagai akibat dari laporan
keuangan triwulanan yang disajikan oleh emiten. Dampak negatif dari pembuatan keputusan yang tidak
efisien tersebut akan terakumulasi pada kuartal ke empat setelah laporan keuangan tahunan yang
diaudit oleh akuntan publik disajikan.

Dengan memperjualbelikan sahamnya pada bursa, secara langsung manajemen memiliki kepentingan
terhadap harga saham. Perusahaan yang dianggap memiliki kinerja baik oleh para investor akan
diapresiasi ke dalam peningkatan harga saham, dan peningkatan harga saham tersebut merupakan salah
satu dasar yang digunakan untuk memberikan kompensasi kepada manajemen perusahaan. Adanya
kepentingan tersebut membuat manajemen emiten melakukan tindakan-tindakan yang mampu
meningkatkan harga saham perusahaan dengan cara yang tidak beretika, yang pada akhirnya akan
menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan para investor. Beberapa macam praktik penyimpangan
yang terjadi pada pasar modal:

1) Insider Trading. Insider trading merupakan perdagangan efek yang dilakukan oleh orang dalam
perusahaan, dimana perdagangan efek tersebut didasarkan karena adanya informasi dari orang dalam
perusahaan yang penting dan mengandung fakta material. Umumnya para pelaku insider trading
mengharapkan keuntungan ekonomi.

2) Marking the close. Yaitu tindakan merekayasa harga permintaan atau penawaran Efek pada saat
atau mendekati saat penutupan perdagangan dengan tujuan membentuk harga efek atau harga
pembukaan yang tinggi pada hari perdagangan berikutnya.

3) Painting the tape, yaitu kegiatan perdagangan antara rekening efek satu dengan rekening efek lain
yang masih berada dalam penguasaan satu pihak atau mempunyai sedemikian rupa sehingga tercipta
perdagangan semu.

4) Cornering the market, yaitu membeli efek dalam jumlah besar sehingga dapat menguasai pasar
(menyudutkan pasar).

5) Pools yaitu penghimpunan dana dalam jumlah besar oleh sekelompok investor dimana dana
tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang memahami kondisi pasar. Manager dari pools
tersebut membeli saham suatu perusahaan dan menjualnya kepada anggota kelompok investor tersebut
untuk mendorong frekuensi jual beli Efek sehingga dapat meningkatkan harga Efek tersebut.

6) Wash Sale yaitu transaksi yang terjadi antara pihak pembeli dan penjual yang tidak menimbulkan
perubahan kepemilikan dan/atau manfaatnya (beneficiary of ownership) atas transaksi saham tersebut.
Tujuannya untuk membentuk harga naik, turun atau tetap dengan memberi kesan seolah-olah harga
terbentuk melalui transaksi yang berkesan wajar. Selain itu juga untuk memberi kesan bahwa Efek
tersebut aktif diperdagangkan.
Contoh dari perilaku tidak etis emiten terkait laporan keuangan kuartalan adalah PT Indofarma, Tbk.
pada tahun buku 2002. INAF membukukan laba hingga kuartal ketiga tahun 2002 sebesar Rp 80 miliar.
Akan tetapi setelah laporan keuangan diaudit oleh KAP Hans Tuanakota Mustofa (Afiliasi Deloitte
Touche Tohmatsu), laporan keuangan INAF menunjukan rugi sebesar Rp 59 miliar. Kondisi tersebut
sangat membingungkan investor karena dalam kurun waktu satu kuartal, kondisi dan kinerja perusahaan
mengalami perubahan yang sangat tragis. Setalah diusut oleh otoritas pasar modal, ditemukan bahwa
manajemen INAF tidak melaporkan secara benar kondisi perusahaan dalam laporan kuartal dengan
tidak menghapus persediaan yang telah usang.

Permasalah tersebut mengantarkan manajemen puncak INAF kepada hukuman pengadilan. Di sisi lain,
investor mengalami kerugian yang cukup besar. Pasalnya, setelah melangsungkan IPO, harga saham
INAF melonjak hingga Rp 300. Akan tetapisetelah kasus ini terungkap, harga saham INAF turun hingga
menyentuh titik terendah yang diijinkan BEI, yaitu Rp 50. Itu artinya investor mengalami kerugian
83,33%. Bahkan di pasar non-reguler, harga ditawarkan di bawah Rp 50.

Masalah lain terkait dengan keandalan informasi adalah seberapa detail perusahaan mengungkapkan
(disclosure) informasi perusahaan. Informasi yang terlalu detail, selainmembutuhkan waktu dan biaya
yang lebih banyak, juga berpotensi memperkuat posisi kompetitor yang bergerak dalam industri sejenis.
Akan tetapi informasi kompleks yang membutuhkan pengungkapan justru tidak diungkapkan dapat
mempersulit investor dalam menilai kondisi dan kinerja perusahaan. Dalam beberapa hal, regulator
menetapkan pengungkapan tertentu seperti pengungkapan LIFO reserve jika perusahaan menggunakan
metode LIFO dalam cost flow persediaannya.

Etika Bagi Investor

Dalam melakukan investasi di pasar modal kebanyakan investor mencari dan memfokuskan
perhatiannya terhadap investasi yang aman dan menjanjikan keuntungan yang tinggi, hanya sedikit yang
memperhatikan investasi yang beretika. Apabila investor akan melakukan investasi yang berdasar etika,
hendaklah perhatian utamanya ditujukan kepada produk dan jasa perusahaan tersebut. Misalnya,
jangan melakukan investasi di perusahaan yang memproduksi bahan-bahan yang mengakibatkan
penyakit atau merusak lingkungan. Selanjutnya, memperhatikan bagaimana dana yang diperoleh
perusahaan tersebut disalurkan, misalnya investasi di reksadana dapat menjadi investasi yang tidak
beretika apabila dana yang dihimpun diinvestasikan di perusahaan- perusahaan yang produksinya
mengakibatkan penyakit atau merusak lingkungan.

Bagi investor yang tidak aktif menjalankan bisnis itu sendiri terdapat tiga pendekatan yang dapat
digunakan yaitu:

Pendekatan Negatif
Pendekatan negatif ini disebut juga teori penghindaran, di mana para investor yang beretika, akan
menghindari investasi di bidang atau perusahaan yang tidak disukainya, atau bertentangan dengan
prinsip etika bisnis yang dianutnya atau juga melakukan kegiatan bisnis di bidang-bidang yang melanggar
ketentuan lingkungan, produksi zat kimia yang berbahaya, produksi senjata, atau melakukan investasi di
negara-negara yang melakukan pelanggaran hak-hak asasi manusia.

Pendekatan Positif

Dalam hal ini para investor hanya akan melakukan investasi pada bidang usaha atau bisnis yang sesuai
dengan etika bisnis yang dianutnya. Dalam penerapannya investor dapat menyusun daftar perusahaan
atau bidang bisnis yang dipandang sesuai dengan etika bisnis yang umum.

Pendekatan Aktif

Dengan pendekatan ini para investor akan melakukan investasi di bidang bisnis yang menurutnya tidak
sesuai dengan etika bisnis yang umum dianut, dan dalam melakukan investasi di bidang itu terkandung
tujuan untuk mengambil alih kontrol terhadap perusahaan tersebut untuk selanjutnya melakukan
perubahan agar perusahaan tersebut menjalankan bisnis sesuai dengan etika bisnis yang umum.

Contoh kasus yang menjadi perhatian publik adalah produk investasi reksadana fiktif yang menyeret tiga
institusi, PT Antaboga Delta Sekuritas, PT Bank Century Tbk (BCIC), dan PT Signature Capital Securities.
Investasi reksadana fiktif tersebut menyebabkan nasabah mengalami kerugian. Produk investasi fiktif
yang dijual melalui Bank Century ini menunjukkan bahwa ada unsur ketidakjujuran yang bertujuan untuk
memperkaya diri sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif,
etika dalam berbisnis telah ditinggalkan hanya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya
dengan menghalalkan segala cara bahkan cara yang tidak jujur dan tidak memperdulikan pihak-pihak
yang dirugikan akibat tindakan mereka. Kasus pelanggaran etika tersebut tidak hanya terjadi sekali saja
tetapi sudah berulang kali dan tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain. Selain
itu, adanya aksi penggelapan dana nasabah PT Sarijaya Permana Sekuritas semakin menyita perhatian
publik. Kasus-kasus ini belum termasuk aksi penggorengan saham dan naked short selling yang diduga
menyebabkan bursa saham minus besar-besaran hingga perdagangannya sempat dihentikan sementara
pada tahun lalu.

Praktik-praktik tidak terpuji di industri pasar modal ini memiliki sejumlah konsekuensi:

Kerugian pemodal atau investor, terutama investor berskala menengah ke bawah, yangdirugikan dengan
aksi manipulatif.

Jika praktik-praktik tidak terpuji tersebut berlangsung terus menerus tanpa ada sistemyang mampu
mendominasi dan membongkarnya, penetrasi industri pasar modal akan semakin lamban.

Masyarakat akan semakin takut dan ragu untuk berinvestasi di pasar modal jika aksi manipulatif masih
terus terjadi. Harus menjadi catatan bersama bahwa dalam berbagai kasus pelanggaran di industri pasar
modal, kerugian yang dialami investor bukanlah bagian dari risiko investasi. Praktik penipuan atau
penggelapan dana nasabah, misalnya, tentu tidak masuk dalam risiko investasi yang dipikirkan investor
sebelum memutuskan untuk menaruh dananya pada produk investasi tertentu. Apa yang terjadi dalam
sejumlah kasus di sektor finansial tanah air yang menyita perhatian publik dewasa ini adalah risiko di
luar lingkup investasi. Sehingga, berbagai pelanggaran itu harus diusut sampai tuntas, sampai ke akar-
akarnya. Setelah semuanya tuntas, habitus baru industri pasar modal harus dibentuk dengan landasan
etika bisnis yang kuat agar tak ada lagi aksimanipulasi yang merugikan pada masa mendatang. Pasar
modal yang kuat dan menjanjikan adalah industri pasar modal yang menyuburkan etika bisnis.

Carroll dan Buchholtz dalam Business & Society: Ethics and Stakeholder Management (2008)
menyebutkan bahwa etika adalah sebuah disiplin yang secara jelas mengatur tentang apa yang baik dan
apa yang buruk serta apa yang sesuai dengan moralitas dan yang tak sesuai moralitas. ”Morality is a
doctrine or system of moral conduct. Moral conduct refers tothat which relates to principles of right and
wrong in behavior. Business ethics, therefore, is concerned with good and bad or right and wrong
behavior that takes place within a business context.”

DAFTAR REFERENSI

http://www.scribd.com/doc/43404697/Ringkasan-Etika-Dalam-Praktik-Investasi-Dan-Pasar-Modal-Sesi-
10

Irawan, M. Eri. 2009. Habitus Baru Industri Pasar Modal

http://www.kabarbisnis.com/opini/286991-Habitus_Baru_Industri_Pasar_Modal.html

Anda mungkin juga menyukai