Anda di halaman 1dari 37

BAB II

KAJIAN TEORI

A. KONSEP KONSUMSI

1. Pengertian Konsumsi

Secara umum istilah konsumsi diartikan sebagai penggunaan barang

dan jasa yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. 1 Adapun

menurut ilmu ekonomi, konsumsi adalah setiap kegiatan memanfaatkan,

menghabiskan kegunaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dalam

upaya menjaga kelangsungan hidup.2

Konsumsi merupakan pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah

tangga. Barang tersebut meliputi pembelanjaan rumah tangga pada barang

tahan lama seperti kendaraan, alat rumah tangga, dan barang tidak tahan

lama seperti makanan, pakaian. Adapun jasa meliputi barang yang tidak

berwujud seperti potong rambut, layanan kesehatan dan lain-lain.3

Dalam ekonomi konvensional perilaku konsumsi dituntun oleh dua nilai

dasar, yaitu rasionalisme dan utilitarianisme. Kedua nilai dasar ini kemudian

membentuk suatu perilaku konsumsi yang hedonistik materialistik serta

boros (wastefull). Katrena rasionalisme ekonomi konvensional adalah self

interest, perilaku konsumsinya juga cenderung individualistik sehingga

seringkali mengabaikan keseimbangan dan keharmonisan sosial. Secara


1
Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2011), h. 163
2
Sukarno Wibowo Dedi Supriadi, Ekonomi Mikro Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2013), h. 225
3
Mankiw, N. Gregory, Pengantar Ekonomi Makro, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), h.
11

11
sederhana dapat dikatakan bahwa prinsip dasar bagi konsepsi adalah “saya

akan mengkonsumsi apa saja dan dalam jumlah berapapun, sepanjang

anggaran saya memadai dan saya memperoleh keupasan maksimum”.4

Pada dasarnya konsumsi dibangun atas dua hal yaitu kebutuhan (need)

dan kegunaan atau kepuasan (utility). Dalam kajian teori ekonomi

konvensional, utility sebagai pemilikan terhadap barang atau jasa

digambarkan untuk memuaskan keinginan manusia. Padahal kebutuhan

merupakan konsep yang lebih bernilai dari sekadar keinginan (went). Kalau

went ditetapkan berdasarkan konsep utility, maka need didasarkan pada

konsep maslahah. Karenanya semua barang dan jasa yang memberikan

masalahah disebut kebutuhan manusia.5

2. Fungsi Konsumsi

Fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara tingkat pengeluaran

konsumsi dengan tingkat pendapatan. Sedangkan fungsi tabungan

menunjukkan hubungan antara tingkat tabungan dengan tingkat pendapatan.

Fungsi konsumsi dan tabungan dapat dinyatakan dalam persamaan:

a. Fungsi konsumsi

C=a+bY

b. Fungsi tabungan

S = -a + (1-b)Y

4
Tarigan, Azhari Akmal, Tafsir-tafsir Ayat Ekonomi, (Medan : Febi UIN-Su Pers 2016),
h. 194.
5
Fordebi & Adesy, Ekonomi dan Bisnis Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016), h.
317-318.

12
Dimana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatannya nol,

badalah kecenderungan mengkonsumsi marginal, C adalah tingkat

konsumsi, dan Y adalah tingkat pendapatan. Fungsi konsumsi dan tabungan

dapat pula menunjukkan hubungan di antara konsumsi atau tabungan

dengan pendapatan disposabel Yd.6

3. Jenis-jenis Konsumsi

a. Barang tidak tahan lama (Non Durable Goods) adalah barang yang habis

dipakai dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian.

b. Barang tahan lama (Durable Goods) adala barang yang memiliki usia

panjang seperti mobil, televisi, alat-alat elektronik, ponsel dan lainnya.

c. Jasa (services) meliputi pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh

individu dan perusahaan seperti potong rambut dan berobat kedokter.7

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga

dapat diklarifikasikan menjadi tiga besar diantaranya yaitu: faktor ekonomi,

faktor demografi (kependudukan), faktor non ekonomi.8

a. Faktor Ekonomi

Lima faktor yang menentukan tingkat konsumsi adalah:

1) Pendapatan rumah tangga

6
Paul A Samuelson, dan William D. Nordhaus, Ilmu Mikroekonomi, (Jakarta: Media
Global Edukasi 2003), h. 129-131.
7
Mankiw,N. Gregory, Pengantar Ekonomi Makro, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), h.
11.
8
Pratama Rahardja, Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi &
Makroekonomi) Edisi ke tiga, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), h. 264

13
Pendapatan adalah jumlah seluruh uang yang diterima oleh

seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu.

Dimana pendapatan terdiri dari upah atau penerimaan tenaga kerja,

pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga, atau deviden serta

pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti

tunjangan sosial atau asuransi pengangguran.9 Pendapatan rumah

tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi,

semakin tinggi tingkat pendapatan semakin tinggi pula tingkat

konsumsi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat,

kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan

konsumsi menjadi makin besar, atau mungkin juga pola hidup

menjadi konsuntif.

2) Kekayaan Rumah Tangga

Tercakup dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah

kekayaan riil (misalnya rumah, tanah, dan mobil) finansial

(deposito berjangka, saham dan surat-surat berharga). Kekayaan-

kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena

menambah pendapatan disposibel.10

3) Jumlah barang tahan lama dalam masyarakat

Konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh jumlah barang

konsumsi tahan lama (consumers durables). Pengaruh terhadap

9
Paul. A Samuelson , William D Nordhaus, Mikro Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 1992), h.
258
10
Pratama Rahardja, Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi &
Makroekonomi) Edisi ke tiga, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,, 2008), h. 264

14
tingkat konsumsi bisa bersifat positif (menambah) dan negatif

(mengurangi).

4) Tingkat bunga

Tingkat bunga tinggi dapat mengurangi atau mengerem keinginan

konsumsi baik dilihat dari sisi keluarga yang memiliki kelebihan

uang maupun yang kekurangan uang. Dengan tingkat bunga yang

tinggi, maka biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan

konsumsi akan semakin mahal. Bagi mereka yang ingin

mengkonsumsi dengan berhutang terlebih dahulu, misalnya dengan

meminjam dari bank atau menggunakan fasilitas kartu kredit, biaya

bunga semakin mahal, sehingga lebih baik menunda atau

mengurangi konsumsi.

5) Perkiraan tentang masa depan Jika rumah tangga memperkirakan

masa depannya makin baik, mereka akan lebih leluasa untuk

melakukan konsumsi. Karena penggunaan konsumsi cenderung

makin jelek, merekapun mengambil ancang-ancang dengan

menekan pengeluaran konsumsi.11

b. Faktor-faktor demografi

Terdapat 2 faktor yang tercakup dalam faktor demografi yakni:12

11
Ibid.
12
Ibid. h. 267

15
1) Jumlah penduduk

Jumlah penduduk yang besar akan memperbesar

pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran

rata-rata per orang atau per keluarga relatif rendah.

2) Komposisi penduduk

Komposisi penduduk suatu negara dapat dilihat dari

beberapa klasifikasi, diantaranya: usia (produktif dan tidak

produktif), pendidikan (rendah, menengah, tinggi), dan wilayah

tinggal (perkotaan dan pedesaan). Pengaruh komposisi penduduk

terhadap tingkat konsumsi dijabarkan sederhana seperti di bawah

ini:

a) Semakin banyak penduduk yang berusia kerja atau usia

produktif (15-64), makin besar tingkat konsumsinya,

terutama bila sebagian besar dari mereka mendapat

kesempatan kerja yang tinggi, dengan upah yang baik. Sebab

makin banyak penduduk yang bekerja, penghasilan juga

semakin besar.

b) Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat

konsumsinya juga semakin tinggi, kebutuhan hidupnya makin

banyak. Yang harus mereka penuhi bukan hanya sekedar

kebutuhan untuk makan dan minum, akan tetapi juga

kebutuhan informasi, pergaulan masyarakat yang lebih baik

serta kebutuhan akan pengakuan orang lain terhadap

16
keberadaannya (eksistensinya). Seringkali biaya yang

dikeluarkan untuk kebutuhan ini lebih besar daripada biaya

kebutuhan untuk makan dan minum.

c) Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan,

pengeluaran konsumsinya juga semakin tinggi. Sebab

umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif

dibandingkan masyarakat pedesaan.

c. Faktor-faktor Non-Ekonomi

Faktor-faktor non ekonomi yang mempengaruhi besarnya konsumsi

adalah faktor sosial budaya masyarakat. Misalnya saja berubahnya pola

sosial budaya makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru

masyarakat lain yang dianggap lebih hebat (tipe ideal). Contoh paling

kongkret di Indonesia adalah berubahnya kebiasaan berbelanja dari pasar

tradisional ke pasar swalayan. Begitu juga kebiasaan makan dari makan

masakan yang disediakan ibu dirumah menjadi kebiasaaan makan di

restaurant atau pusat-pusat jajanan yang menyediakan makanan cepat saji

(fast food).13

5. Perilaku Konsumtif

Gaya hidup orang yang konsumtif lebih membelanjakan uangnya pada

hal-hal yang tidak perlu, pada kebutuhan kebutuhan imajiner. Faktor

kebudayaan adalah pembentukan yang paling dasar dari keinginan dan

perilaku manusia paling banyak adalah belajar. Kelas sosial, kelas sosial

adalah divisi masyarakat yang relatif permanen dan teratur dengan para
13
Ibid. h. 268

17
anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan tingkah laku yang serupa.

Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal (pendapatan) tetapi

diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan,

kekayaan, dan variabel lainnya. Dalam ekonomi Islam, konsumsi diakui

sebagai salah satu perilaku ekonomi dan kebutuhan asasi dalam kehidupan

manusia.

Perilaku konsumsi diartikan sebagai setiap perilaku seorang konsumen

untuk menggunakan dan memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Namun Islam memberikan penekanan bahwa fungsi

perilaku konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia baik jasmani

dan ruhani sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya

sebagai hamba dan khalifah Allah untuk mendapatkan dunia dan akhirat.14

6. Pola Konsumsi

Pola konsumsi berasal dari kata pola dan konsumsi. Pola adalah bentuk

(struktur) yang tetap (sumber), sedangkan konsumsi adalah pengeluaran

yang dilakukan oleh individu/kelompok dalam rangka pemakaian barang

dan jasa hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan. Jadi,pola konsumsi

adalah bentuk (struktur) pengeluaran individu/kelompok dalam rangka

pemakaian barang dan jasa hasil produksi sebagai pemenuhan kebutuhan.15

Keteraturan pola konsumsi secara umum yang dilakukan oleh rumah

tanggaatau keluarga-keluarga miskin adalah membelanjakan pendapatan


14
M. Ridwan, Keputusan Pembelian Situs Belanja Online Terhadap Perilaku Konsumtif
Masyarakat dalam Perspektif Ekonomi Islam, dalam Jurnal Eknomi dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri, Medan 2018.
15
Sri Mulyani, Pola Konsumsi Non Makanan Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi. (Universitas Negeri
Yogyakarta: Yogyakarta: 2015).

18
mereka terutama untuk memenuhi kebutuhan hidup berupa makanan dan

perumahan. Setelah pendapatan meningkat, pengeluaran untuk makanan

akan mengalami peningkatan juga. Akan tetapi, ada batasan terhadap uang

ekstra yang digunakan untuk pengeluaran makanan ketika pendapatan naik.

Oleh karena itu, ketika pendapatan semakin tinggi, proporsi total

pengeluaran yang dialokasikan untuk makanan akan mengalami penurunan.

Kemudian pengeluaran-pengeluaran untuk barang yang sifatnya non

makanan akan mengalami peningkatan seperti untuk pakaian, rekreasi dan

kendaraan serta barang mewah. 16

Pola konsumsi yang dilakukan seseorang dapat dijadikan salah satu

indikator dalam kesejahteraan rumah tangga. Pola konsumsi yang cenderung

pada pengeluaran makanan merupakan gambaran masyarakat dengan

kesejahteraan yang rendah, hal ini disebabkan karena rumah tangga yang

memiliki pendapatan rendah hanya fokus untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya saja, seperti makanan. Sedangkan pola konsumsi yang cenderung

pada pengeluaran non makanan merupakan gambaran masyarakat dengan

kesejahteraan yang lebih baik, hal ini disebabkan karena rumah tangga yang

memiliki pendapatan lebih tinggi dapat memenuhi kebutuhan makanan dan

non makanan.17

16
Ibid.
17
Ibid.

19
Pola konsumsi ialah berbagai informasi yang memberi gambaran

mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh

satu orang yang merupakan ciri khas suatu kelompok masyarakat.18

Pola konsumsi juga dapat diartikan sebagai tanggapan aktif manusia

terhadap lingkungan alam maupun lingkungan sosial yang berkaitan erat

dengan kehidupan kebudayaan masyarakat, dimana tanggapan aktif yang

ada bisa dalam bentuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder.19

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka pola konsumsi

dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi sifat kecenderungan pengeluaran

keluarga yang dipergunakan untuk kebutuhan primer maupun sekunder,

pangan dan non pangan, yang merupakan tanggapan manusia terhadap

lingkungan dan berkaitan dengan kehidupan kebudayan masyarakat yang

menjadi ciri khas dari kelompok masyarakat tersebut. Pada dasarnya

konsumsi dibangun atas dua hal yaitu kebutuhan (need) dan kegunaan atau

kepuasan (utility). Dalam kajian teori ekonomi konvensional, utility sebagai

pemilikan terhadap barangg atau jasa digambarkan untuk memuaskan

keinginan manusia. Padahal kebutuhan merupakan konsep yang lebih

bernilai dari sekadar keinginan (went). Kalau went ditetapkan berdasarkan

konsep utility, maka need didasarkan pada konsep maslahah. Karenanya

18
Yulia Fatma, Pola Konsumsi dan Gaya Hidup Sebagai Faktor resiko Terjadinya
Hipertensi Pada Nelayan Di Kabupaten Bintan, Provinsi kepualauan Riau Tahun 2009. Tesis.
(Yogyakarta: UGM, 2010)
19
Tika Restiyani, Pola Konsumsi Rumah Tangga Pekerja Pembuat Lanting Di Desa
Lemah Dhuwur Kecamatan Kuwarasan kabupaten Kebumen. Skripsi. (Yogyakarta: Perpustakaan
FISE UNY, 2010)

20
semua barang dan jasa yang memberikan masalahah disebut kebutuhan

manusia.20

Dalam teori ekonomi konvensional penggunaan pendapatan dilukiskan

secaramatematis Y= C + S, dimana Y ialah pendapatan, C ialah konsumsi

dan S ialah sisapendapatan yang tak dikonsumsi atau tabungan. Dengan

demikian konsumsi tergantung pada pendapatan. Semakin besar pendapatan

sekarang akan semakin besar juga konsumsinya, dan semakin tinggi tingkat

kesejahteraannya. Teori ekonomi secara umum mengakui keberadaan teori

ini menjadi legitimasi masyarakat bahwa tolak ukur kesejahteraan adalah

tingkat pendapatan. Masyarakat akan berpikir bahwa tanpa menambah

pendapatan, konsumsi tidak akan meningkat. Oleh karena itu setiap individu

akan selalu berusaha dengan berbagai cara untuk meningkatkan

pendapatannya.21

B. KONSEP PENDAPATAN

1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam asset atau penurunan dalam

liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih

pernyataan pendapatan yang berakibat dari investasi yang halal,

perdagangan, memberikan jasa, atau aktivitas lain yang bertujuan mencari

keuntungan.22

20
Fordebi & Adesy, Ekonomi dan Bisnis Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016), h.
317-318.
21
Haroni Doli H. Ritonga, Pola Konsumsi Dalam Prespektif Ekonomi Islam, dalam Jurnal
Ekonomi, Vol. 13, No. 3, 3 Juli, 2010), h. 89-90.
22
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah : Teori dan Praktik, (Jakarta : Gema
Insani Press, 2001), h. 204

21
Menurut Soekartawi, analisis pendapatan adalah penerimaan dikurangi

dengan semua biaya yang dikeluarkan dalam produksi. Untuk menghitung

pendapatan usahatani dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Pd = TR - TC

TR = P. Q

TC = FC + VC

Dimana :

Pd = Pendapatan usaha tani (Rp)

TR = Total penerimaan (total reveneu)

TC = Total biaya (total cost)

P = Harga (Rp) Q = produksi yang diperoleh dalam suatu usaha (kg)

FC = Biaya tetap VC = Biaya variabel ( Rp)

Pendapatan yang dimiliki oleh petani jagung dapat menjadi tolak ukur

terhadap kesejahteraan keluarga baik itu anak ataupun istri petani. Apabila

dalam kegiatan yang dilakukan oleh petani mendapatkan tingkat pendapatan

yang tinggi jelas akan mempengaruhi kesejahteraan keluarga petani itu

sendiri baik dari segi konsumsi maupun dari kelayakan hidupnya. Tingkat

pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatan yang

dilakukan. Jenis kegiatan yang mengikut sertakan modal atau keterampilan

22
mempunyai produktifitas tenaga kerja yang lebih tinggi, yang pada akhirnya

mampu memberikan pendapatan yang lebih besar.23

Pendapatan seseorang atau individu dapat diartikan sebagai jenis

pendapatan masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa

melakukan kegiatan apapun, yang diterima oleh penduduk.24 Pendapatan

masyarakat adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC).

Jadi Pd = TR – TC. Pendapatan masyarakat (TR) atau Y adalah perkalian

antara harga (P) dengan jumlah permintaan barang yang diperoleh (Qd).

Biaya masyarakat biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap

(fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya

yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang

diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar

kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contoh biaya untuk

tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya

variabel (VC), maka TC = FC + VC.25

Kesejahteraan dan kemakmuran rakyat sangat ditopang oleh sektor

perekonomian. Ekonomi yang identik dengan pendapatan saling

mempengaruhi dalam kehidupan masyarakat, tidak hanya masyarakat di

kota tetapi juga masyarakat di pedesaan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan

sehari-hari diperlukan pendapatan yang cukup. Berbagai macam jenis

pekerjaan dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik


23
Soekartawi, Analisis Usahatani (Jakarta: Universitas Indonesia. 2002), h. 54
24
, Wayan I Subagiarta Sumber Daya Manusia (Skripsi, Jember : Fakultas Ekonomi
UNEJ, 2006), h. 3
25
Soekartawi. Analisis Usahatani ( Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2002), h.29

23
kebutuhan primer maupun sekunder. Tingkat perekonomian diberbagai

daerah pada saat ini masih tergolong rendah terutama dalam sektor

pertanian. Hal ini terlihat dari fakta yang ada saat ini bahwa kesejahteraan

sebagian besar masih tergolong rendah. Kesejahteraan bukanlah keadaan

yang tetap, melainkan keadaan yang bergerak dan selalu berkembang ke

arah.

Tingkat yang lebih tinggi. Persoalan pertama yang perlu dihadapi dalam

mencari kesejahteraan tersebut adalah bagaimana cara mencukupi

kebutuhan dengan memanfaatkan daya dan dana yang tersedia (dalam

jumlah yang terbatas) dan persoalan selanjutnya adalah bagaimana cara

mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Dalam usaha pertanian

tujuan akhir usaha tani adalah pendapatan yang terdiri dari laba, upah tenaga

kerja rumah tangga petani, dan bunga modal sendiri. 26 Pendapatan yang

dimaksud adalah selisih antara nilai produksi dikurangi dengan biaya yang

dikeluarkan petani.27 Pendapatan yang diperoleh petani yakni berasal dari

hasil pertaniannya setelah dikurangi dengan semua biaya-biaya yang

dikeluarkan yang berhubungan dengan pengelolaan produktifitasnya.28

Dalam ekonomi modern terdapat dua cabang utama teori yaitu teori

harga dan teori pendapatan. Teori pendapatan termasuk dalam ekonomi

makro, yaitu teori yang mempelajari hal-hal seperti:


26
Muhamad Firdaus, Manajemen Agribisnis (Jakarta :PT Bumi Aksara, 2009), h. 64
27
Ria Aswita Pohan, Analisis Usahatani dan faktor-Faktor yang Mempengaruhi
pendapatan Petani Wortel (Skripsi Ekonomi Pertanian, Medan : Departemen Sosial Ekonomi
Pertanian, 2008), h. 12
28
Muhammad Anshar, Peranan Sektor Pertanian Khususnya Jagung Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Sulawesi Selatan (Skripsi, 2011), h. 149

24
a. Perilaku jutaan rupiah peneluaran konsumen

b. Investasi dunia usaha

c. Pembelian yang di lakukan pemerintah

Menurut pelopor ekonomi klasik, Adam smith dan David Ricardo,

distribusi penadapatan di golongkan dalam tiga kelas sosial yang utama:

pekerja, pemilik modal, dan tuan tanah. Ketiga menentukan 3 faktor

produksi yaitu tenaga kerja,modal dan tanah. Penghasilan yang di terima

setiap faktor di anggap sebagai pendapatan masing-masing keluarga terlatih

terhadap pendapatan nasional. Teori mereka meramalkan bahwa begitu

masyarakat makin maju, para tuan tanah akan relatif lebih baik keadaannya

dan para kapitaslis(pemilik modal) menjadi relatif buruk keadaannya.29

Pendapatan dalam pengertian umum adalah hasil produksi yang

diperoleh dalam bentuk materi dan dapat kembali digunakan guna

memenuhi kebutuhan akan sarana dan prasarana produksi. Pendapatan ini

umumnya diperoleh dari hasil penjualan produk atau dapat pula dikatakan

bahwa pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan usaha dengan

total biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha selama satu tahun.

Menurut Jhingan, pendapatan adalah penghasilan berupa uang selama

periode tertentu. Maka dari itu, pendapatan dapat diartikan sebagai semua

penghasilan atau menyebabkan bertambahnya kemampuan seseorang, baik

yang digunakan untuk konsumsi maupun untuk tabungan. Dengan


29
Christofel D Nababan, Analisis faktor-faktor mempengaruhi pendapatan petani jagung
di kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo (Skripsi, Universitas Sumatera Utara Fakultas
Ekonomi 2009), h. 42

25
pendapatan tersebut digunakan untuk keperluan hidup dan untuk mencapai

kepuasan.30

Sedangkan Mankiw, mengemukakan bahwa pendapatan perorangan

(personal Income) adalah pendapatan yang diterima oleh rumah tangga dan

usaha yang bukan perusahaan. Pendapatan perorangan juga mengurangi

pajak pendapatan perusahaan dan kontribusi pada tunjangan sosial. Sebagai

tambahan, pendapatan perorangan ikut menghitung pendapatan bunga yang

diterima rumah tangga yang berasal dari kepemilikan atas utang negara dan

juga pendapatan yang diterima rumah tangga dari program transfer

pemerintah sebagai tunjangan sosial. Pendapatan merupakan salah satu

faktor ekonomi yang paling penting bagi petani. Tingkat pendapatan petani

merupakan modal bagi petani dalam berusahatani. Tingkat pendapatan dapat

menunjukkan kemampuan petani dalam mengelola usahataninya, khususnya

dalam mengadopsi teknologi baru.31

2. Macam-macam Pendapatan

Pendapatan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, adapun menurut

Lipsey pendapatan dibagi menjadi dua macam yaitu:

30
M. L Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, (Padang: PT. Raja
Grafindo .2003), h. 31
31
N.Gregory Mankiw, Teori Makroekonomi, (Jakarta: Erlangga. 2006), h. 9

26
a. Pendapatan perorangan adalah pendapatan yang dihasilkan oleh atau

dibayarkan kepada perorangan sebelum dikurangi dengan pajak

pengahasilan perorangan. Sebagian pendapatan perorangan dibayar untuk

pajak, sebagian ditabung untuk rumah tangga yaitu pendapatan

perorangan dikurangi pajak penghasilan.

b. Pendapatan disposable merupakan jumlah pendapatan saat ini yang dapat

dibelanjakan atau ditabung oleh rumah tangga yaitu pendapatan

perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan.32

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan, yaitu33 :

a. Kesempatan kerja yang tersedia. Semakin banyak kesempatan kerja yang

tersedia berarti semakin banyak penghasilan yang bisa diperoleh dari

hasil kerja tersebut.

b. Kecakapan dan keahlian. Dengan bekal kecakapan dan keahlian yang

tinggi akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas yang pada

akhirnya berpengaruh pula pada terhadap penghasilan.

c. Motivasi Motivasi atau dorongan juga mempengaruhi jumlah

penghasilan, semakin besar dorongan seseorang untuk melakukan

pekerjaan, semakin besar pula penghasilan yang diperoleh.

d. Keuletan kerja Pengertian keuletan dapat disamakan dengan ketekunan,

keberanian untuk menghadapi segala macam tantangan. Bila saat

32
R. Soediro Mangundjojo, Sosial Ekonomi Masyarakat (Jakarta: Direktorat Jendral,
2001), h. 5
33
Ratna Sukmayani, Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega 2008), h.
117

27
menghadapi kegagalan maka kegagalan tersebut dijadikan sebagai bekal

untuk menelitikearah kesuksesan dan keberhasilan.

e. Banyak sedikitnya modal yang digunakan Besar kecilnya usaha yang

dilakukan seseorang sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya modal yang

dipergunakan. Suatu usaha yang besar akan dapat memberikan peluang

yang besar pula terhadap pendapatan yang akan diperoleh.

4. Sumber Pendapatan

Adapun sumber-sumber pendapatan masyarakat atau rumah tangga

yakni:

a. Dari upah atau gaji diterima sebagai ganti tenaga kerja

b. Dari hak milik seperti modal dan tanah

c. Dari pemerintah

Perbedaan dalam pendapatan upah dan gaji diseluruh rumah tangga

atau masyarakat disebabkan oleh perbedaan dalam karakteristik pekerjaan

(keahlian, pelatihan, pendidikan, pengalaman, dan seterusnya). Pendapatan

masyarakat juga beragam menurut jumlah anggota didalam rumah tangga

yang bekerja. Adapaun jumlah property yang dihasilkan oleh rumah tangga

bergantung pada jumlah dan jenis hak milik yang dimilikinya. Sedangkan

pendapatan transfer dari pemerintah mengalir secara substansial, tapi tidak

secara eksklusif ditunjukan pada masyarakat yang berpendapatan lebih

rendah. Kecuali untuk jaminan sosial, pembayaran transfer dirancang secara

umum untuk memberikan pendapatan pada orang membutuhkan.

28
Pada dasarnya, perekonomian secara keseluruhan itu meruapakan

gabungan dari sekian banyak rumah tangga dan perusahaan didalamnya,

yang satu sama lain terus berinteraksi diberbagai pasar (pasar output, pasar

tenaga kerja, dan sebagainya). Seseorang yang memiliki pendapatan tinggi

tentunya akan relatif mudah mencukupi berbagai kebutuhan hidupnya,

bahkan cenderung untuk menikmati kemewahan. Tidak mengherankan jika

orang-orang yang berpendapatan tinggi menikmati standar hidup yang lebih

tinggi pula, mulai dari perumahan yang lebih menyenangkan, perawatan

kesehatan yang lebih bermutu dan sebagainya.34

Pendapatan usahatani adalah keuntungan yang diperoleh petani

dengan mengurangkan penerimaan usahatani dengan biaya yang

dikeluarkan selama proses produksi. Pendapatan usahatani dapat dibagi

menjadi dua pengertian, yaitu:

a. pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam

usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil

penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah

berdasarkan harga persatuan berat pada saat pemungutan hasil,

b. pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatanyang diperoleh petani dalam

satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi.

Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana

produksi.35
34
Ibid, h 6
35
Haryani, “Pengaruh Biaya Sarana Produksi Terhadap Pendapatan Usaha Tani
Semangka Di Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen”, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Volume 17, No.
1 (Fakultas Ekonomi Universitas Almuslim Bireuen – Aceh 2017), h. 18

29
Menurut Hernanto, mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pendapatan usahatani, yaitu:

a. Luas usaha, meliputi arealpertanaman, luas tanaman, luas tanaman rata-

rata.

b. Tingkat produksi, yang diukur lewat produktivitas/ha dan indeks

pertanaman.

c. Pilihan dan kombinasi.

d. Intensitas perusahaan pertanaman.

e. Efisiensi tenaga kerja.36

C. KOPRA

1. Produkisi Kelapa

Kelapa dalam atau Cocos nucifera merupakan komoditas strategis yang

memiliki peran sosial, budaya dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat

Indonesia. Manfaat tanaman kelapa tidak saja terletak pada daging buahnya

yang dapat diolah menjadi santan, kopra dan minyak kelapa, tetapi seluruh

bagian kelapa mempunyai manfaat besar. Demikian besar manfaat tanaman

kelapa sehingga ada yang menamakannya sebagai “Pohon kehidupan” (the

tree of life) atau “pohon yang sangat menyenangkan (a heaven tree).

Kelapa memiiiki berbagai nama daerah. Secara umum, buah kelapa

dikenal sebagai coconut, orang Belanda menyebutnya kokonoot atau

klapper, sedangkan orang Francis menyebutnya cocotier. Perdagangan

minyak kelapa antara Ceylon dan Inggris maupun antara Indonesia dan

Belanda uimuiai sejak berdirinya VOC (Verenigde Oost Indische


36
Ibid, h. 9

30
Compagnie). Karena perdagangan minyak kelapa dan kopra terus

meningkat, maka para penanaman modal asmg di Indonesia, terutama

Belanda mulai tertarik untuk membuat perkebunan kelapa sendiri.

Pengembangan agribisnis kelapa melalui penyediaan bibit unggul

diharapkan akan membantu para petani dalam penanaman kelapa yang lebih

optimal karena bibit unggul akan mempengaruhi produktivitas kopra.

Semakin baik bibit unggul yang digunakan maka samakin baik pula

tanaman kelapa yang dihasilkan dan pada akhimya akan meningkatkan

produktivitas kopra.37

Pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa dipengaruhi oleh faktor-

faktor tanaman kelapa itu sendiri dan faktor lingkungan. Kelapa merupakan

tanaman tropika dan tumbuh baik pada suhu 20-350 C (optimal pada suhu

270 C) dan baik ditanam pada ketinggian 0 sampai 400 m dpi. Curah htijan

yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman kelapa minimal 1.800

mm/tahun dengan penyebaran rnerata sepanjang tahun (150 mm/bulan) dan

penyinaran matahari yang baik adalah 7 jam/hari atau 2.000 jam/tahun.

Selain faktor iklim, faktor tanah juga memegang peranan penting dalam

pertumbuhan tanaman kelapa. Jenis tanah tidak menjadi faktor pembatas

dalam hal pertumbuhan/produksi kelapa yang baik, namun demikian yang

penting diperhatikan adalah sifat fisik tanah (tekstur, drainase dan

topografi). Tekstur yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa adalah

lempung Hat berpasir atau lempung berpasir.38


37
Warisno, Budidaya Kelapa, ( Yogyakarta Genjah Kanisius 2003), h.15
38
Awang, S.A, Kelapa Kajian Sosial Ekonommi, ( Yogyakarta : Media Aditya 1991), h.
32

31
Untuk tanaman kelapa fase menghasilkan, agar memperoleb tanaman

yang tumbuh sehat dan subur, tanaman dewasa harus mendapat

pemeliharaan lanjutan yang baik sehingga dengan demikian produksinya

pun akan tinggi.

a. Pemupukan Unsur hara bagi tanaman merupakan basis dalam proses

metabolism yang sering kali merupakan faktor pembatasdalam mencapai

tingkat produksi yang baik. Mengenai tujuan pemupukan pada

tanamanproduksi adalah untuk menambah unsurunsur hara yang

dibutuhkan tanaman sehingga keseimbangan hara di dalam tanah dan

tanaman tetapterpelihara.

b. Pengerjaan tanah adalah areal pertanaman perlu diolah, baik dengan

dipacul atau dibajak dengan traktor, 1-2 kali dalam setahun. Tujuannya

adalah untuk memberantas rumput-rumput liar dan menambah bahan

organik dari tumbuh-tumbuhan yang dibenam.

c. Pembuangan tanaman yang tidak produktif Sering kali di dalam kebun

terdapat tanaman-tanaman yang kurang baik pertumbuhannya, atau tidak

produktif, meskipun telah dipelihara dengan baik. Tanaman-tanaman

demikian hams dibuang secepat mungkin. (Setyamidjaja, 2008).39

2. Pengelolaan Kopra

Kopra adalah putih lembaga (endosperm) buah kelapa yang sudah

dikeringkan dengan sinar matahari ataupun panas buatan. Putih lembaga

dari kelapa yang masih basah diperkirakan memiliki kadar air sekitar 52%,

minyak 34%, putih telur dan gula 4,5%, serta mineral 1%. Setelah menjadi
39
Setyamidjaja D, Bertanam Kelapa Hibrida, (Yogyakarta : Kanisius 1999), h. 44

32
kopra, kandungan air turan menjadi 5%-7%, minyak meningkat menjadi

60%- 65%, putih telur dan gula menjadi 20%-30%, dan mineral 2%-3%

(Warisno, 2007).40

Kopra yang kualitasnya baik, berasal dari buah kelapa yang telah

masak, umur buah 1- 12 bulan yang di tandai dengan perubahan wama kulit

luar kelapa dari warna hijau atau coklat kemerahan menjadi coklat tua.

Pemanenan buah kelapa hams di lakukan dengan tingkat kemasakan buah

yang tepat sehingga dapat di peroleh mutu yang baik. Pemetikan buah yang

terlalu tua atau terlalu muda dapat meumnkan mutu kopra.

Kualitas kopra dapat ditingkatkan dengan perlakuan menyimpan buah

yang masih utuh selama waktu tertentu sebelum buah diolah menjadi

kopra.41

Pengolahan buah kelapa menjadi kopra terdiri dari beberapa tahap

pekerjan yaitu sebagai berikut:

a. Kegiatan pemetikan Pemetikan kelapa adalah upayah untuk menurunkan

buah kelapa dari pohon ke permukaan tanah. Ada dua cara pemetikan

yaitu secara alami di mana buah kelapa masak jatuh sendiri dari pohon

dan buah masak diambil dengan memanjat pohon, menggunakan galah,

tangga pemanjat atau dengan kera pemanjat. Tanda buah yang layak

dipetik adalah sabut menjadi kering dan berwama cokelat.

b. Pengangkutan Pengangkutan buah kelapa adalah usaha membawa buah

kelapa dari kebun/lokasi pohon kelapa sampai ke ubit pengolahan.

40
Warisno, Budidaya Kelapa, (Yogyakarta : Genjah Kanisius 2003), h. 21
41
Ibid.

33
Pengangkutan yang cepat mampu menghindarkan kerusakan-kerusakan

yang mungkin terjadi terhadap daging buah kelapa.

c. Pengupasan sabut Pengupasan sabut dilakukan dengan menggunakan alat

yang terbuat dari besi berbentuk seperti iinggis yang berdiritegak atau

vertical setinggi 80 cm dan ujungnya meruncing keatas. Pada bagian

bawah terdapat alat dudukan agar besi tidak masuk kedalam tanah pada

saat pengupasan sabut. Caranya pada tangkai buah di tancapkan keujung

Iinggis sampai menembus sabut, sehingga sabut buah tersebut dapat

terkupas. Kemampuan orang rata- rata 500 - 1.000 buah perhari.

d. Pembelahan buah kelapa Pembelahan buah kelapa merupakan kegiatan

memisahkan daging buah dengan tempurungnya, kelapa butiran di bagi

menjadi dua bagian dengan membela kelapa tersebut dan biasanya

kegiatan ini dilaksanakan secara manual yaitii dengan menggunakan

parang atau golok.

e. Kegiatan pengeringan Kegiatan pengeringan daging buah kelapa di

lakukan dengan pengeringan panas buatan. biasanya dilakukan oleh

sebagian besar petani kelapa di dunia maupun di Indonesia. Karena itu

cara ini dikenai dengan cara tradisional dan hasil kopranya disebut

sundried copra.

Kopra FM. (Fair Merchantable) Pengolahan kopra FM dilakukan

melalui pengeringan menggunakan panas buatan. Rumah pengeringan yang

digunakan berbentuk sangat sederhana, terdiri atas lubang berbentuk persegi

yang dibuat pada lantai bangunan. Di atas lubang ini ditempatkan rak yang

34
terbuat dari belahan bambu atau kayu kelapa. Bangunan rumah pengeringan

juga diberi atap agar tidak kemasukan air hujan.

Pengeringan dilakukan dengan menyusun belahan-belahan buah kelapa

yang masih basah di atas rak secara berlapis-Iapis, rata-rata lima lapis. Dua

lapisan terbawah disusun menghadap ke atas, sedangkan tiga lapisan di

atasnya menghadap ke bawah. Dengan demikian, daging buah yang berada

pada lapisan pertama dan kedua tidak akan terlalu banyak terkena asap tidak

menjadi hangus/gosong. Dengan kata lain, panas yang diperoleh cukup

merata, Pengeringan dilakukan sampai daging buah mudah dilepaskan dari

tempurungnya. Lama proses pengeringan dapat diatur, dipercepat, ataupun

diperlambat. Kemudian daging buah dilepaskan dari tempurungnya. Setelah

itu, pengeringan dapat dilanjutkan kembali kira-kira selama dua hari dan

akan dihasilkan kopra mixed yang bermutu FM ke bawah. Kopra yang

dikeringkan di atas api ini biasa disebut kilndried kopra.42

D. Konsep Ekonomi Islam

1. Pengertian ekonomi Islam

Secara umum pengertian Ekonomi adalah salah satu ilmu sosial

yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi,

distribusi dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Di Indonesia

penggunaan istilah ekonomi Islam terkadang digunakan bergantian dengn

istilah ekonomi Syariah. Termasuk dalam penggunaan istilah dalam mata

kuliah atau program studi di Perguruan Tinggi. Ada yang menamakan

42
Ibid.

35
dengan Ekonomi Islam ada juga yang menamakan Ekonomi Syariah. Hal

sebabkan karena memang pengertian ekonomi islam juga semakna dengan

pengertian ekonomi Syariah. Ekonomi Islam atau ekonomi syariah telah

didefenisikan oleh para sarjana muslim dengan berbagai definisi.

Keragaman initerjadi karena perbedaan perspektif setiap pakar dalam

bidangnya.43

Pengertian ekonomi Islam menurut M. Akram Kan, berpendapat

bahwa Ekonomi Islam bertujuan untuk melakukan kajian hidup tentang

hidup manusia yang akan dicapai dengan berusaha memanfaatkan sumber

daya alam atas dasar kerja sama dan partisipasi.44

Monzer Kahf, berpendapat bahwa dalam bukunya The Islamic

Economy menjelaskan bahwa ekonomi Islam adalah bagian dari ilmu

ekonomi yang bersifat interdisipliner dalam arti kajian ekonomi syariah

tidak dapat berdiri sendiri, tetapi perlu penguasaan yang baik dan

mendalam terhadap ilmu-ilmu pendukungnya juga terhadap ilmu-ilmu

yang berfungsi sebagai tool of analysis seperti matematika, statistik, logika

dan ushul fiqh.45

Ruenes berpendapat bahwa ilmu ekonomi adalah yang

mempelajari tingkah laku manusia dalam menghadapi kebutuhan-

kebutuhan dengan sarana-sarananya yang terbatas yang mempunyai

berbagai macam fungsi. Marshall berpendapat bahwa ekonomi adalah ilmu

43
Juhaya S Praja, Ekonomi Syariah, (Bandung:Pustaka Setia, 2012), h. 56
44
Veithzal Rivai, Andi Buchari, Islamic Economics (Ekonomi Syariah Bukan Opsi,
Tetapi Solusi), (Jakarta, Bumi aksara, 2009) h. 325
45
Al Arif.Nur Rianto dan Euis Amaia, teori Mikrobiologi:Suatu perbandingan Ekonomi
Islam dan Ekonomi Konvensional,(Jakarta:Gramata Publishing, 2010) h. 7

36
yang mempelajari usaha-usaha individu dalam ikatan pekerjaan dalam

kehidupannya sehari-hari. Secara etimologi, ekonomi berasal dari kata

Greek atau Yunani “oiokonomia” yang terdiri dari dua kata yaitu oikos

yang berarti rumah tangga dan nomos yang berarti aturan. Jadi, ilmu

ekonomi adalah ilmu ekonomi yang mengatur rumah tangga, yang dalam

Bahasa inggris disebut “economis”.46

Secara termologi menurut Yusuf Halim al-Alim ekonomi Islam

adalah ilmu tentang hukum-hukum syarat aplikatif yang diambil dari dalil-

dalil yang terperinci terkait dengan mencari, membelanjakan, dan tata cara

membelanjakan harta. Menurut Muhammad Abdul Mannan

mengemukakan bahwa yang dimaksud ekonomi Syariah adalah ilmu

pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi

masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.47

Defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi Syariah

adalah ilmu yang mempelajari aktivitas atau perilaku manusia secara

aktual dan empirikal, baik dalam produksi, distribusi maupun konsumsi.

Ahmad Muflih Saefuddin mengemukakan, system ekonomi Islam adalah

sebuah ekonomi yang purposive dan tidak netral atau bebas nilai dan

bekerja menurut aksioma dasar dan instrument berdasarkan Al-Qur’an dan

Hadis.48

Q.S An-Naba’/78 : 10-11.

46
Ibid.
47
Abdul Mannan, Hukum Ekonomi Syariah dalam Perspektif Kewenangan Peradilan
Agama (Cet.II; Jakarta: Prenada Media Group, 2014), h. 25-28.
48
Andi Bahri, Ekonomi Islam Zakat Ajaran Kesejahteraan dan Keselamatan Ummat
(Cet.I; Stain Parepare, 2013), h.19-20.

37
‫َو َج َع ْلنَا النَّهَا َر َم َعا ًشا َو َج َع ْلنَا الَّ ْي َل لِبَاسًا‬

Terjemahnya:

Dan kami jadikan malam sebagai pakaian, dan kami jadikan siang

untuk mencari penghidupan.49

Ayat di atas dapat menjelaskan yakni istirahat dari gerak agar

tubuh kalian menjadi segar Kembali setelah banyak melakukan aktivitas

dalam rangka mencari upaya penghidupan disepanjang siang hari. Kami

menjadikannya terang benderang agar manusia dapat melakukan

aktivitasnya untuk mencari upaya penghidupan dengan bekerja, berniaga,

dan melakukan urusan lainnya.

Q.S Al-Jumu’ah/62 : 10.


‫ م ْن فَضْ ل هّٰللا و ْاذ ُكرُوا هّٰللا‬n‫ فى ااْل َرْ ض وا ْبتَ ُغوْ ا‬n‫فَا َذا قُضيت الص َّٰلوةُ فَا ْنتَشرُوْ ا‬
َ َ ِ ِ ِ َ ِ ِ ِ ِ َِ ِ

َ‫َكثِ ْيرًا لَّ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬

Terjemahnya:

Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu


di muka bumi, dan carilah karunia Allah swt dan ingatlah Allah swt
banyak-banyak supaya kamu beruntung.50

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa setelah selesai melakukan sholat,

umat islam boleh bertebaran dimuka bumi untuk melaksanakan urusan

duniawi, dan berusaha mencari rezeki yang halal, sesudah menunaikan

yang bermanfaat untuk akhirat. Hendaknya mengingat Allah sebanyak-

49
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2008),
h. 583.
50
Ibid. h. 555.

38
banyaknya dalam mengerjakan usahanya dengan menghindarkan diri dari

kecurangan, penyelewengan, dan lain-lainnya.

2. Karakteristik Ekonomi Islam

Ekonomi Islam mempunyai ciri khas yang membedakan dengan

yang lain Ekonomi Islam mempunyai karakteristik dasar yang

menjadikannya berbeda dengan ekonomi kapitalis dan sosialis. Ekonomi

Islam memiliki nilai-nilai yang berfokus pada ‘amar ma’ruf dan nahi

mungkar. Walaupun para ahli berbeda dalam menjelaskan karakteristik

ekonomi Syariah, namun terdapat beberapa persamaan umum tentang

karakteristik ekonomi Islam, beberapa karakteristik ekonomi Islam

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Ekonomi ketuhanan

Ekonomi Syariah bersumber dari wahyu Allah Azza Wa Jalla

dalam bentuk syariat Islam. Ekonomi Syariah adalah bagian dari

pengamalan agama Islam. Ekonomi Syariah telah ada sejak zaman

Rasulullah Saw.

b. Ekonomi Pertengahan

Ekonomi Syariah mempunyai keseimbangan antara berbagai

aspek, sehingga sering disebut sebagai ekonomi pertengahan.

Ekonomi Syariah mempunyai pandangan terhadap hak individu dan

masyarakat diletakkan dalam neraca keseimbangan yang adil tentang

dunia dan akhirat, jiwa dan raga, akal dan hati, perumpamaan dan

kenyataan, iman dan kekuasaan.

39
c. Ekonomi Berkeadilan

Ekonomi Syariah sangat memperhatikan aspek keadilan bagi

semua pihak yang terlibat dalam praktek ekonomi Syariah. Hal ini

terkait dengan karakteristik ekonomi Syariah pada poin pertama,

bahwa ekonomi Syariah adalah ekonomi ketuhanan sehingga diyakini

lebih membawa keadilan.51

Masyarakat yang tidak adil, kekayaan dan kemiskinan akan

terjadi dalam kualitas dan proporsi yang tidak wajar sekalipun realitas

selalu menunjukkan perbedaan-perbedaan antara manusia dalam

kemampuan fisik maupun mental. Akan tetapi, kemiskinan dalam

masyarakat dengan pemerintah yang tidak menegakkan keadilan

adalah keadilan yang merupakan perwujudan dari kezaliman.

d. Sumber Hukum Ekonomi

Syariah Sebagai bagian dari ajaran syariat Islam, ekonomi

Syariah mempunyai sumber yang sama dengan sumber hukum dalam

Islam secara umum, yaitu:

1) Ekonomi ketuhanan

Ekonomi Syariah bersumber dari wahyu Allah Azza Wa

Jalla dalam bentuk syariat islam. Ekonomi Syariah adalah bagian

dari pengamalan agama Islam. Ekonomi Syariah telah ada sejak

zaman Rasulullah Saw.

2) Ekonomi Pertengahan

51
Mardani, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT Refika Aditama, 2011), h. 7

40
Ekonomi Syariah mempunyai keseimbangan antara

berbagai aspek, sehingga sering disebut sebagai ekonomi

pertengahan. Ekonomi Syariah mempunyai pandangan terhadap

hak individu dan masyarakat diletakkan dalam neraca

keseimbangan yang adil tentang dunia dan akhirat, jiwa dan raga,

akal dan hati, perumpamaan dan kenyataan, iman dan kekuasaan.

3) Ekonomi Berkeadilan

Ekonomi Syariah sangat memperhatikan aspek keadilan

bagi semua pihak yang terlibat dalam praktek ekonomi Syariah.

Hal ini terkait dengan karakteristik ekonomi Syariah pada poin

pertama, bahwa ekonomi Syariah adalah ekonomi ketuhanan

sehingga diyakini lebih membawa keadilan.52

Masyarakat yang tidak adil, kekayaan dan kemiskinan akan

terjadi dalam kualitas dan proporsi yang tidak wajar sekalipun realitas

selalu menunjukkan perbedaan-perbedaan antara manusia dalam

kemampuan fisik maupun mental. Akan tetapi, kemiskinan dalam

masyarakat dengan pemerintah yang tidak menegakkan keadilan

adalah keadilan yang merupakan perwujudan dari kezaliman.

3. Sumber Hukum Ekonomi Islam

52
Ibid. h. 8

41
Sebagai bagian dari ajaran syariat Islam, ekonomi Syariah

mempunyai sumber yang sama dengan sumber hukum dalam Islam secara

umum, yaitu:

a. Al-Quran

Definisi Al-Qur’an secara terminology, menurut Sebagian besar

ulama Ushul Fiqhi adalah sebagai berikut : Kalam Allah Azza Wajalla

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam

dalam Bahasa Arab yang dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara

Matawatir, membacanya merupakan ibadah, tertulis dalam mushaf;

dimulai dari suraat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas.53

Al-Qur’an adalah sumber pertama dan utama bagi ekonomi

Syariah, didalamnya dapat kita temui hal ihwal yang berkaitan dengan

ekonomi dan juga hukumnya.54

Sebagai sumber hukum pertama dan utama, Al-Qur’an oleh umat

Islam harus dinomor satukan dalam menemukan dan menarik hukum.

Ayat-ayat Al-Qur’an selama hukum dan jawaban atas permasalahannya

dari luar Al-Qur’an selama hukum dan jawaban tersebut dapa

ditemukan dalam nash-nash Al-Qur’an.55 Menurut Abdul Wahhab

Khalaf, bahwa ayat-ayat hukum dalam bidang muamalah berkisar

antara 230 sampai dengan 250 ayat saja,56 Sedangkan jumlah ayat

dalam Al-Qur’an seluruhnya lebih dari 600 ayat. Jadi jumlah ayat

53
Syahrul Anwar, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, (Bogor : Gahlia Indonesia, 2010), h. 84
54
Mardani, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT Refika Aditama, 2011), h. 8
55
Faturrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam, (Jakata: Sinar Grafika, 2013), h.74
56
Abdul Al-Wahhab Khailaf, Ilmu Ushul Al Fiqhi, (Jakarta : almajlis ala’la a l-indunisili
alDa’wat al-islamiyyat, 1972), h. 22-23

42
hukum ekonomi Syariah dalam Al-Qur’an hanya sekitar 3% sampai

dengan 4% saja dari seluruh ayat dalam Al-Qur’an.

b. Hadis

Hadis atau As Sunnah menurut istilah syari’at adalah segala

sesuatu yang bersumber dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam

bentuk qaul (ucapan), fi’il (perbuatan), taqrir (penetapan/persetujuan),

sifat tubuh, serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasri’

(pensyariatan) bagi ummat Islam. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi

wa sallam sebagai penyampai ajaran Al-Qur’an diberi otoritas untuk

menjelaskan lebih lanjut apa yang telah diwahyukan kepadanya. Ia

berfungsi sebagai penjelas dan pelaksana dari apa yang ditulis dalam

Al-Qur’an.57

Dari sini dapat kita pahami bahwa hadis atau sering disebut juga

As-Sunnah adalah sumber kedua dalam perundang-undangan Islam. Di

dalamnya dapat kita jumpai khasanah aturan perekonomian Syariah.58

Jumlah hadis yang mengandung muatan hukum sangat terbatas dan

masih kontroversi. Ada yang berpendapat hadis ahkam berjumlah 3000

hadis, ada juga yang berpendapat jumlahnya 1200 hadis, yang lain

mengatakan jumlahnya 500 hadis.59

c. Ijtihad

57
Faturrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: sinar Grafika, 2013), h. 86
58
Mardani, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT Refika Aditama, 2011), h. 8
59
Ahmad Bahruddin, Utang dan Pendapat Perusahaan dalam kriteria dan penerbit efek
Syariah perspektif Hukum bisnis Syariah, (Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2015),
h. 23

43
Al-Syaukani berpendapat dalam kitabnya Irsyad al-Fuhuli, ijtihad

adalah mengarahkan kemampuan dalam memperoleh hukum syar’i

yang bersifat ‘amali melalui cara istinbath. Menurut Ibnu Syubki,

ijtihad adalah pengerahan kemampuan seseorang faqih untuk

menghasilkan dugaan kuat tentang hukum syar’i, sedangkan al-Amidi

memberikan definisi ijtihad sebagai pengerahan kemampuan dalam

memperoleh dugaan kuat tetang hukum syara’ dalam bentuk yang

dirinya merasa tidak mampu berbuat seperti itu.60

4. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam

Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum

maupun individual yang dijadikan oleh seseorang atau kelompok sebagai

pedoman untuk berfikir atau bertindak.61 Sebuah prinsip merupakan ruh

dari sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan merupakan akumulasi

dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah objek tertentu. Dalam

pelaksaanaannya ekonomi syariah harus menjalankan prinsip-prinsip

sebagai berikut:62

a. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari

Allah Azza Wa Jalla kepada manusia. Sehingga manusia tidak boleh

semena-mena dengan sumber daya yang ada.

60
Amir Syafruddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana,2008), h. 226
61
Muhammad Masrus, Peranan Prinsip-prinsip Ekonomi Syariah dalam Revolusi
Mental, (Pekalongan; IAIN Pekalongan Press, 2016), h. 434
62
Sudarso, MB, Hendri, Pengantar Ekonomi Mikro Islam, (Yogyakarta; Ekonomi,2001),
h. 105

44
b. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu,

sehingga tidak mutlak kepemilikan individu.

c. Kekuatan penggerak utama ekonomi Syariah adalah kerja sama.

Prinsip berjamaah, kebersamaan serta saling menolong juga menjadi

pondasi dasar Ekonomi Syariah.

d. Ekonomi Syariah menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang

dikuasai oleh segelintir orang saja, artinya ekonomi Syariah

menekankan prinsip pemerataan kekayaan, sehingga tidak terjadi

disparitas yang mencolok.

e. Ekonomi Syariah menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya

direncanakan untuk kepentingan banyak orang.

f. Seorang muslim harus takut kepada Azza Wa jalla dan hari penentuan

di akhirat nanti, sehingga pertimbangan keputusan dalam ekonomi

Syariah tidak semata-mata keuntungan didunia.

g. Islam melarang riba dalam segala bentuk, dimana saat ini banyak sekali

praktek-praktek variasi dari riba yang perlu kita hindari.

5. Tujuan Ekonomi Islam

Tujuan akhir Ekonomi Islam adalah sebagaimana tujuan dari

syariat Islam itu sendiri (maqashid asy syari’ah), yaitu mencapai

kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah) melalui suatu tata kehidupan

yang baik dan terhormat (hayyah thayyibah). Inilah kebahagiaan hakiki

yang di inginkan oleh setiap manusia, bukan kebahagiaan semu yang

sering pada akhirnya justru melahirkan penderitaan dan kesengsaraan.

45
Mewujudkan kesejahteraan hakiki bagi manusia merupakan dasar

sekaligus tujuan utama dari syariat Islam (mashlahah al ibad), karenanya

juga merupakan tujuan ekonomi Islam.63

Sebagaimana ada ketetapan tentang bagaimana harta kekayaan itu

diperoleh, juga ditetapkan bagaimana mempergunakan harta kekayaan itu.

Penggunaan harta itu sendiri harus sejalan dengan yang dikehendaki

Tuhan, untuk kepentingan umum. Maka, jika terjadi kemiskinan, orang-

orang miskin diberi hak atas Sebagian harta orang-orang kaya, terutama

yang masih dekat dalam hubungan keluarga. Adalah kewajiban negara dan

masyarakat untuk melindungi kehidupan keluarga dan memberinya

bantuan dan dorongan. Sasaran hukum Islam yang menunjukkan bahwa

Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia ada tiga,

yaitu:

a. Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi

masyarakat dan lingkungannya.

b. Tegaknya keadilan dalam masyarakat, keadilan yang dimaksud

mencakup aspek kehidupan dibidang hukum dan muamalah.

c. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya), para ulama

menyepakati bahwa maslahah yang menjadi puncak sasaran

mencakup lima jaminan dasar:

1) Keselamatan keyakinan agama (Al-din)

2) Keselamatan jiwa (Al-nafs)

63
Munrokhim Misanam, Priyonggo Suseno, & M. Bhekti Hendrieanto, Ekonomi Islam
(Cet. IV; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 54

46
3) Keselamatan akal (Al-aql)

4) Keselamatan keluarga dan keturunan (Al-nasl)

5) Keselamatan harta benda (Al-mal)

Lima masalah tersebut dikenal dengan istilah lima kebutuhan dasar

(ad-dharuriyar al-khoms). Dalam hubungan konsep tersebut di atas, dapat

dipahami lebih lanjut mengapa Islam melarang perbuatan-perbuatan kufur,

kemaksiatan, pembunuhan, zina, pencurian dan mabuk-mabukan. Karena

perbuatan semacam itu mengancam kemaslahatan dan pelestarian lima

kebutuhan dasar tersebut. Demikian pula Islam memerintahkan usaha-

usaha yang dapat menanggulangi kemiskinan melalui kerja keras,

pemerataan, kemakmuran dengan cara menunaikan zakat, wakaf,

shadaqah, hibah, waris, wasiat, dan lain sebagainya agar tidak terjadi

akumulasi kekayaan hanya pada beberapa orang kaya saja. Kunci

pemeliharaan dari kelima tujuan dasar ini terletak pada penyediaan tingkat

pertama, yaitu kebutuhan seperti makan, pakaian, dan perumahan.64

64
Ibid. h. 55

47

Anda mungkin juga menyukai