Dosen Pembimbing :
Roni Wiranata, S.Pd., M.Pd
Disusun Oleh :
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsumsi.....................................................................................2
a. Faktor-Faktor Ekonomi...........................................................2
b. Faktor-Faktor non Ekonomi....................................................3
c. Faktor-Faktor Demografi........................................................3
2.2 Fungsi Konsumsi.........................................................................4
2.3 Teori Konsumsi...........................................................................5
1) Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Absolut........5
2) Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup....................6
3) Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif..........7
4) Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Pemanen....8
2.4 Tabungan....................................................................................9
2.5 Investasi......................................................................................11
1. Konsep Invetasi......................................................................11
2. Perhiyungan Nilai Investasi....................................................11
3. Faktor Yang Mempengaruhi Investasi...................................13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsumsi
Konsumsi adalah kegiatan dalam memanfaatkan atau
menggunakan barang dan jasa. Kegiatan konsumsi atau pengeluaran
konsumsi terdri atas konsumsi pemerintah (government consumption) dan
konsumsi rumah tangga (private consumption). Naun dalam pembahasan
ini, difokuskan pada konsumsi rumah tangga yang memiliki porsi terbesar
dalam pengeluaran konsumsi total (agregat). Mengingat porsinya yang
besar, maka konsumsi rumah tangga mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap stabilitas perekonomian.
Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya konsumsi
rumah tangga.
a. Faktor-Faktor Ekonomi
1) Pendapatan dan Kekayaan Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga sangat besar pengaruhnya terhadap
tingkat konsumsi. Pada umumnya, semakin besar pendapatan rumah
tangga maka tingkat konsumsi makin tinggi karena kemampuan untuk
membeli berbagai kebutuhan juga semakin meningkat.
2) Tingkat Bunga
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi konsumsi karena
biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi akan semakin
mahal. Bagi mereka yang mempunyai kelebihan dana, akan lebih
menguntungkan apabila sebagian pendapatannya digunakan untuk
deposito atau tabungan. Hal tersebut tentunya mengurangi tingkat
konsumsi.
3) Perkiraan Harga di Masa Depan
Adanya perkiraan kenaikan atau penurunan harga di masa depan
akan mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga. Misalnya, harga
sembako menjelang hari raya akan meningkat, maka konsumsi memilih
2
membeli sembako jauh hari sebelum hari raya tiba. Dengan demikian
konsumsi di masa sekarang akan meningkat.
4) Jumlah Anggota Keluarga
Semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka tingkat konsumsi
akan meningkat. Sebaliknya, jumlah keluarga sedikit, maka tingkat
konsumsinya lebih rendah.
b. Faktor-Faktor Non Ekonomi
Semakin majunya arus informasi dan teknologi akan berdampak
terhadap kehidupan masyarakat. Dewasa ini semakin mudah dalam
mengakses informasi baik dari media radio, televise, surat kabar maupun
internet, telah membawa perubahan dalam pola hidup masyarakat.
Misalnya, banyaknya iklan tentang produk makanan akan meningkatkan
konsumsi produk makanan. Selain itu adanya kemudahan bertransaksi
melalui internet, akan mendorong rumah tangga untuk meningkatkan
kegiatan konsumsi.
c. Faktor-Faktor Demografi (Kependudukan)
1) Jumlah Penduduk
Meningkatnya jumlah penduduk akan memperbesar pengeluaran
secara menyeluruh (agregat).
2) Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk suatu negara terdiri atas :
a) usia yaitu produkstif dan tidak produkstif,
b) pendidikan yaitu rendah, menengah, dan tinggi,
c) wilayah tinggal yaitu di perkotaan dan pedesaan.
Banyaknya usia produktif ( 15 – 64 tahun ) yang bekerja akan
meningkatkan pengeluaran konsumsi. Demikian pula semakin tinggi
tingkat pendidikan maka kebutuhan hidupnya semakin meningkat. Makin
banyak penduduk yang tinggal di perkotaan dengan pola hidup yang
konsumtif akan memperbesar pengeluaran konsumsi agregat.
3
2.2 Fungsi Konsumsi
Fungsi konsumsi adalah fungsi yang menunjukkan hubungan
konsumsi (C) dengan pendapatan (Y). Fungsi ini dapat digambarkan
dalam kurva persamaan fungsi konsumsi yang menggambarkan sifat
hubungan diantara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian
dengan pendapatan nasional (pendapatan disposable) perekonomian
tersebut.
Konsep pendapatan dibagi dalam pendapatan nasional (Y) dan
pendapatan yang siap dibelanjakan setelah dikurangi pajak (pendapatan
disposibel atau Yd). Berikut ini persamaan fungsi konsumsi.
C = a + bY atau C = bYd
Keterangan :
C = Konsumsi
A = Nilai konsumsi pada saat Y atau Yd = 0 (konsumsi aotonomous)
B = Tambahan konsumsi yang diakibatkan oleh bertambahnya
pendapatan (selisih tingkat konsumsi sekarang dan sebelumnya
dibagi selisih besarnya pendapatan sekarang dan sebelumnya
∆
= ∆
) = MPC (Marginal Propensity to Consume)
Y = Pendapatan nasional
Yd = Pendapatan disposibel yaitu pendapatan netto yang siap
dibelanjakan setelah dikurangi pajak
Contoh :
Besarnya konsumsi seseorang sebelum memperoleh pendapatan
sebesar Rp. 400.000,00 per bulan. Namun setelah dia bekerja dan
memperoleh pendapatan sebesar Rp. 1.000.000,00, tingkat konsumsi
mengalami peningkatan sebesar Rp. 600.000,00 per bulan. Hitunglah
besarnya konsumsi orang tersebut !
4
2.3 Teori Konsumsi
1) Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Absolut (Absolute
Income Hypothesis).
Teori ini terkenal dengan Absolute Income Hypothesis (Teori
pendapatan absolut). Keynes menyatakan tentang hubungan pengeluaran
konsumsi dengan pendapatan nasional yang diukur berdasarkan harga
konstan.
Keynes juga menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current
consumption) sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposibel (current
disposable income). Menurut Keynes, ada batas konsumsi minimal yang
tidak tergantung tingkat pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut
harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah
yang disebut konsumsi otonomus. Jika pendapatan disposibel meningkat,
maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja peningkatan konsumsi
tidak sebesar peningkatan pendapatan disposibel.
Pendapatan ∆ Pendapatan ∆
Konsumsi
Disposibel Disposibel Konsumsi
0 200 - -
1000 1000 1000 800
2000 1800 1000 800
3000 2800 1000 800
4000 3400 1000 800
5000 4200 1000 800
Pada saat tingkat pendapatan disposibel sama dengan nol, maka
tingkat konsumsi adalah 200. Ini artinya konsumsi minimal sama dengan
200. Saat pendapatan disposibel meningkat , konsumsi juga meningkat.
Kenaikan konsumsi disebabkan setiap 1000 unit kenaikan disposibel,
sebanyak 800 digunakan untuk tambahan konsumsi.
Terlihat bahwa tambahan konsumsi tidak sebesar tambahan
pendapatan disposibel. Tigkat pendapatan 1000 merupakan tingkat
pendapatan minimal agar rumah tangga mampu membiayai selruh
konsumsinya, tanpa harus mengorek tabungan.
5
Adapun hubungan antara pendapatan, konsumsi, MPC, APC,
dapat dibuatkan table sebagai berikut.
Pendapatan ΔPendapata
Konsumsi n ΔKonsum MPC APC
Disposabel si
Disposabel
0 200
1.000 1.000 800 0,80 1,00
1.000
1.800 1.000 800 0,80 0,90
2.000
2.600 1.000 800 0,80 0,87
3.000
3.400 1.000 800 0,80 0,85
4.000
4.200 1.000 800 0,80 0,84
5.000
Sedangkan hubungan antara MPC dan MPS, APC dan APS dapat
dilihat dalam table berikut ini.
Y C S ΔY ΔC ΔS MPC MPS APC APS
0 200 -200
6
1. Periode belum produktif (0 tahun sampai dengan usia kerja). Dalam
tahap ini dikatakan oleh ABM bahwa seseorang melakukan konsumsi
dalam kondisi “Dissaving”, kenapa demikian karena seseorang
melakukan konsumsi sangat tergantung pada orang lain.
2. Periode produktif (dari usia kerja sampai dengan usia di mana orang
tersebut sudah menjelang usia tua). Tahap ini dikatakan bahwa
seseorang berkonsumsi dalam kondisi “Saving”, kenapa dikatakan
demikian, karena seseorang pada tahap ini pengeluaran konsumsinya
sudah tidak tergantung pada orang lain.
3. Periode tidak produktif lagi. Tahap ini seseorang kembali berada
dalam kondisi “Dissaving”, dengan kata lain bahwa seseorang
melakukan konsumsi kembali tergantung pada orang lain. Karena
dalam tahap ini seseorang tidak lagi mampu untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya sendiri.
Formulasi model fungsi konsumsi siklus hidup sebagai berikut:
C = aW
Ada tiga faktor yang membentuk nilai W
a) Nilai sekarang penghasilan dari kekayaan yaitu berupa bunga,
sewa.
b) Nilai sekarang penghasilan dari balas jasa kerja yaitu berupa
upah, gaji.
c) Nilai sekarang penghasilan upah yang diharapkan diterima
seumur hidup.
7
dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya.
Sebagai misal, seseorang yang memiliki kemampuan pengeluaran
konsumsi yang sederhana tinggal di tempat masyarakat yang
pengeluaran konsumsinya serba kecukupan, secara otomatis ada
rangsangan dari orang tersebut untuk mengikuti pola konsumsi di
masyarakat sekitarnya.
2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran
seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola
pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan. Sebagai
misal, apabila pendapatan seseorang mengalami kenaikan maka
secara otomatis konsumsi juga mengalami kanaikan dengan proporsi
tertentu, dst bila pendapatan mengalami penurunan, maka juga akan
diikuti oleh penurunan konsumsinya.
8
b. Kekayaan manusia (human wealth) adalah dalam bentuk
kemampuan yang melekat pada diri manusia itu sendiri (keahlian,
pendidikan, dsb).
Ada dua asumsi mengenai hubungan antara pendapatan permanen
dengan pendapatan sementara:
1) Tidak ada korelasi antara pendapatan permanen dengan
pendapatan transitory, karena pendapatan sementara merupakan
faktor kebetulan saja.
2) Pendapatan sementara tidak mempengaruhi pengeluaran
konsumsi.
2.4 TABUNGAN
Penghasilan yang diterima oleh suatu keluarga tidak selalu habis
dibelanjakan untuk membeli barang-barang kebutuhan. Orang kaya
dengan penghasilan yang tinggi akan menghabiskan seluruh
penghasilannya untuk konsumsi (kecuali kalau kekayaannya itu
diboroskan untuk cara hidup yang serba mewah). Akan tetapi orang-orang
sederhana pun berusaha untuk menyisihkan sekadar uang agar kemudian
hari bisa membeli barang-barang yang agak mahal.
Bagian penghasilan yang tidak habis dibelanjakan untuk konsumsi
disebut tabungan. Tabungan masyarakat ikut berpengaruh terhadap arus
uang beredar terhadap nvestasi, produksi, dan permintaan, dan berperan
dalam rangka stabilitas dan pembangunan ekonomi. Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat tabungan, yaitu :
a. Pendapatan Rumah Tangga
Pada umumnya semakin tinggi pendapatan, apabila diikuti oleh
sikap berhemat maka akan memperbesar tingkat tabungan. Di negara-
negara maju yang pendapatan per kapitanya tinggi, kecenderungan
mengonsumsi semakin rendah sehingga tingkat tabungan semakin tinggi.
b. Tingkat Bunga
Tingkat bunga yang tinggi merupakan faktor yang menarik bagi
individu atau masyarakat untuk menambah jumah tabungannya. Mereka
9
menharapkan memperoleh pendapatan berupa bunga yang lebih tinggi
dengan semakin besar nilai tabungan yang dimiliki.
c. Sikap Hemat
Sikap berhemat terhadap pola konsumsi yang diikuti oleh
kegemaran menabung akan memperbesar jumlah tabungan. Apabila
jumlah tabungan meningkat secara keseluruhan, akan memperbesar nilai
investasi nasional.
d. Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan adalah pembagian pendapatan secara
merata sesuai kemampuan dan kapasitas yang dimiliki individu. Akses
terhadap sumber daya yang merata akan meningkatkan pendapatan
perkapita masyarakat. Sehingga semakin tinggi pendapatan, diharapkan
tingkat tabungan juga semakin besar.
e. Kondisi Perekonomian
Kondisi perekonomian yang membaik (tingkat pengangguran
rendah, kesempatan kerja luas, investasi dan pertumbuhan ekonomi
tinggi) akan meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat.
Membaiknya perekonomian akan meningkatkan jumlah tabungan karena
pendapatan meningkat.
Setelah dipahami konsep tabungan, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara pendapatan dan tabungan sehingga
fungsi tabungan (S) dapat didefinisikan sebagai hubungan antara tingkat
pendapatan dan tingkat tabungan. Dengan kata lain, fungsi tabungan
adalah kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara tingkat
tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan
nasional (pendapatan disposibel) perekonomian tersebut.
S = - a + (1 – b)Y atau S = - a + (1 – b)Yd
Keterangan :
S = Tabungan
a = nilai S pada saat nilai Y atau Yd = 0
b = tambahan tabungan yang diakibatkan bertambahnya pendapatan
(selisih tingkat tabungan sekarang dan sebelumnya dibagi selisih
10
besarnya pendapatan sekarang dan sebelumnya = ) = MPS
(Marginal Prospensity to Saving).
Y = Pendapatan nasional
Yd = Pendapatan disposibel
2.5 INVESTASI
1. Konsep Investasi
Investasi pada prinsipnya merupakan segala sesuatu yang
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau menambah nilai potensi
sumber daya yang lebih tinggi. Dengan demikian investasi tidak hanya
dalam bentuk fisik, tetapi juga nonfisik (peningkatan sumber daya).
Investasi fisik dapat berupa barang modal (pabrik dan peralatan),
bangunan, persediaan barang (inventory), sehingga investasi dapat
didefinisikan sebagai pengeluaran atau konsumsi untuk meningkatkan
stok barang modal (capital stock) yang baru. Stok barang modal dinilai
dengan uang yaitu :
Stok barang modal = QmxPm
Keterangan :
Qm = Jumlah barang modal
Pm = Harga barang unit per modal
11
Pertimbangan pokok dari keputusan investasi adalah berapa nilai
sekaran (presnt value) dari uang yang kan kita peroleh di masa
mendatang atau berapa nilai uang masa mendatang (future value) dari
jumlah uang yang kita investasikan saat ini.
Metode penghitungannya sebagai berikut :
a. Nilai Sekarang (Present Value)
Menghitung nilai sekarang adalah menghitung nilai sekarang dari
perkiraan nilai yang akan diperoleh di masa mendatang. Untuk
menghitung nilai sekarang dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P = nilai sekarang
R = tingkat bunga
T = periode waktu
Contoh :
Dita ditawari usaha katerig oleh rekannya yaitu Dinar dengan investasi
awal Rp. 100.000.000,00. Berdasarkan perhitungan, tiga tahun
mendatang Dita akanmemperoleh nilai nominal uang Rp. 150.000.000,00.
Dita meminjam uang koperasi dengan tingkat bunga 12% per tahun.
Hitunglah tingkat pengembalian investasi Dita !
b. Nilai Masa Mendatang (Future Value)
Menghitung nilai masa mendatang adalah kebalikan dari menghitung
nilai sekarang dari investasi yang direncanakan. Berikut ini rumus untuk
menghitung nilai masa mendatang.
12
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi
a. Tingkat Pengembalian yang diharapkan (Expected Rate of Return)
Faktor ini sangat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun eksternal
perusahaan. Kondisi internal adalah tingkat efesiensi pada proses
produksi dan distribusi, kualitas sumber daya manusia, maupun tingkat
teknologi yang digunakan.
b. Tingkat Bunga
Faktor utama yang menentukan biaya investasi adalah tingkat bunga
pinjaman. Semakin tinggi tingkat bunga pinjaman maka biaya investasi
semakin mahal.
c. Ketersediaan Faktor-Faktor Produksi
Berbicara tentang produksi tidak lepas dari faktor-faktor produksi yang
digunakan. Ketersediaan faktor produksi yang banyak dan mudah di dapat
akan menarik minat berinvestasi. Misalnya, Indonesia memiliki penduduk
yang besar (merupakan asset, tenaga kerja dan pasar bagi produk yang
dihasilkan) dan kekayaan alam yang banyak. Kondisi ini akan menarik
minat investor baik dari dalam maupun luar negeri.
d. Peluang Pasar
Suatu keputusan investasi tidak akan menguntungkan apabila tidak
memiliki pasar. Semakin besar pasar bagi hasil produksi maka investasi
akan semakin menguntungkan.
e. Iklim Usaha yang Kondusif
Kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang mendukung iklim
investasi akan menarik minat investor. Misalnya pemerintah memberikan
kemudahan dalam perizinan usaha, perbaikan infrastruktur,dan
sebagainya.
f. Terjaminnya Keamanan dan Stabilitas Politik
Suatu daerah atau negara yang sering terjadi konflik atau kerusakan,
akan mengurangi minat investor. Pelaku investasi tidak mau beresiko
terhadap keamanan asset usahanya apabila pemerintah maupun
masyarakat tidak menjaga keamanan.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
a. Penghasilan pada dasarnya merupakan pendapatan yang
diperoleh untuk membiayai konsumsi, tabungan dan investasi
sehingga jika kita berkeinginan untuk hidup mandiri pada saat usia
produkstif, maka harus menyiapkan diri dengan menabung atau
investasi agar dapat membiayai hidup kelak dengan memadai.
b. Konsumsi adalah kegiatan dalam memanfaatkan atau
menggunakan barang dan jasa. Konsumsi dipengaruhi oleh faktor-
faktor ekonomi dan nonekonomi.
c. Tabungan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendapatan
rumah tangga, tingkat bunga, sikap berhemat, distribusi
pendapatan, dan kondisi perekonomian.
d. Dari persamaan fungsi konsumsi dan tabungan, dapat dicari nilai
kecenderungan mengonsumsi marginal dan kecenderungan
menabung marginal (MPC dan MPS).
e. Investasi dapat berupa investasi fisik dan nonfisik. Investasi fisik
adalah pengeluaran untuk meningkatkan stok barang modal yang
lain. Investasi nonfisik lebih pada peningkatan sumber daya
manusia.
14
DAFTAR PUSTAKA
15