Anda di halaman 1dari 28

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pengeluaran Konsumsi

a. Pengertian Pengeluaran Konsumsi

Pengeluaran konsumsi adalah bagian dari pendapatannya yang di

belanjakan. Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan

pendapatannya. Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh

barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu

tertentu. Khusus untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga ada

beberapa faktor yang menentukan, diantara faktor-faktor tersebut yang

paling penting adalah tingkat pendapatan. Semakin tinggi pendapatan

suatu rumah tangga atau masyarakat keseluruhan maka semakin tinggi

pula tingkat konsumsinya.15

Menurut Samuelson konsumsi diartikan sebagai kegiatan

menghabiskan nilai guna barang dan jasa.16 Konsumsi mempunyai

pengertian yang luas yaitu barang dan jasa akhir yang dibutuhkan

untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang dan jasa akhir yang

dimaksud adalah barang dan jasa yang sudah siap di konsumsi oleh

konsumen. Barang konsumsi ini terdiri dari barang konsumsi sekali

habis dan barang konsumsi yang dapat dipergunakan lebih dari

15
Suparmoko, Keuangan Negara: Dalam Teori Dan Praktik (Yogyakarta: BPFE, 2013).
16
Samuelson, Paul A & Nordhaus,William D, Makroekonomi, (Jakarta:Penerbit Erlangga, 2010),
hlm.88

14
15

satu kali.17 Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah nilai

belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai

jenis kebutuhannya dalam waktu tertentu. Pengeluaran konsumsi

rumah tangga merupakan komponen terbesar dari keseluruhan

pengeluaran aktual.18

b. Pengeluaran Konsumsi Menurut Islam

Menurut Islam, anugerah-anugerah Allah SWT itu milik semua

manusia dan suasana yang menyebabkan sebagian di antara orang-

orang tertentu tidak berarti bahwa mereka dapat memamfaatkan

anugerah-anugerah itu untuk mereka sendiri. Sedangkan orang lain

tidak kepada umat manusia itu masih berhak mereka miliki walaupun

mereka tidak memperolehnya. Setiap seorang mukmin dilarang untuk

berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa karena

hal tersebut tidaklah termasuk ciri khas manusia yang tidak mengenal

Tuhannya, dikutuk dalam Islam disebut juga dengan Israf (pemborosan)

atau tabzir (menghambur-hamburkan harta tanpa guna). Pemaknaan

tabzir didalam kontek kekinian akan lebih luas lagi yaitu seseorang

yang melakukan tindak penyuapan, korupsi atau sogok-menyogok juga

termasuk pada tatanan tabzir.19

17
Nopirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro-Makro, (Yogyakarta: BPFE, 2014), hlm.41
18
Sukirno, Sadono, Makro Ekonomi Teori Pengantar (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2013),
hlm.38
19
Al-Arif, Nur Rianto, Dasar-dasar Ekonomi Islam, (Jakarta: Era Adicitra Intemedia, 2011),
hlm.17
16

Beberapa hal yang melandasi perilaku seorang muslim dalam

berkonsumsi adalah berkaitan dengan urgensi, tujuan dan etika

konsumsi. Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam setiap

perekonomian, karena tiada kehidupan bagi manusia tanpa konsumsi.20

Oleh sebab itu, sebagian besar konsumsi akan diarahkan kepada

pemenuhan tuntutan konsumsi bagi manusia. Pengabaian terhadap

konsumsi berarti mengabaikan kehidupan manusia dan tugasnya dalam

kehidupan. Manusia diperintahkan untuk mengkonsusmsi pada tingkat

yang layak bagi diri, keluarga dan orang paling dekat di sekitarya.

Meski demikian konsumsi Islam melarang seseorang melampaui batas

untuk kepentingan konsumsi dasarnya, jika dalam kondisi darurat dan

dikhawatirkan bisa menimbulkan kematian, maka seseorang

diperbolehkan untuk mengkonsusmsi sesuatu yang haram dengan syarat

sampai masa darurat itu hilang, tidak berlebihan pada dasarnya untuk

kemaslahatan manusia juga. Tujuan utama konsumsi seoarang muslim

adalah sebagai sarana penolong untuk beribadah kepada Allah SWT.

Sesungguhnya mengkonsusmsi sesuatu dengan niat untuk

meningkatkan stamina dalam ketaatan pengabdian kepada Allah SWT

akan menjadikan konsusmsi itu benilai ibadah yang dengannya manusia

mendapatkan pahala. Konsusmsi dalam perspektif ekonomi

konvensional dinilai sebagai tujuan terbesar dalam kehidupan dan

segala bentuk kegiatan ekonomi. Bahkan ukuran kebahagiaan seseorang

20
Pujiyono, Arif, Teori Konsumsi Islami, Jurnal Dinamika Pembangunan 3, no. 2, (2013), hlm.31
17

diukur dengan tingkat kemampuanya dalam mengkonsusmsi. Konsep

konsumen adalah raja' menjadi arah bahwa aktifitas ekonomi khususnya

produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumen sesuai dengan kadar

relatifitas dari keinginan konsumen, dimana Al-Qur 'an telah

mengungkapkan hakekat tersebut dalam firman-Nya: “Hai sekalian

manusia, makanlah yang halal di bumi, dan janganlah kamu mengikuti

langkah-langkah syaitan karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh

yang nyata” (QS Al-Baqarah (2) ayat 168).

Dalam konsumsi, seorang muslim harus memperhatikan nilai

kebaikan (kehalalan) sesuatu yang akan di konsumsi. Para fuqaha'

menjadikan memakan hal-hal yang baik ke dalam empat tingkatan.

Pertama, wajib, yaitu mengkonsumsi sesuatu yang dapat

menghindarkan diri dari kebinasaan dan tidak mengkonsusmsi kadar ini

padahal mampu yang berdampak pada dosa. Kedua, sunnah yaitu

mengkonsumsi yang lebih dari kadar yang menghindarkan diri dari

kebinasaan dan menjadikan seoarang muslim mampu shalat dengan

berdiri dan mudah berpuasa. Ketiga, mubah yaitu sesuatu yang lebih

dari yang sunnah sampai batas kenyang. Keempat, konsusmsi yang

melebihi batas kenyang, yang dalam hal ini terdapat dua pendapat, ada

yang mengatakan makruh yang satunya mengatakan haram. Konsumsi

bagi seorang muslim hanya sekedar perantara untuk menambah

kekuatan dalam mentaati Allah SWT, yang ini memiliki indikasi positif
18

dalam kehidupannya.21 Terlepas dari berbagai prilaku konsumerisme

bahwa tujuan utama yang ingin dicapai oleh Islam dalam aspek

penggunaan barang-barang kebutuhan antara lain:

1) Setiap individu hanya pantas berbelanja untuk mendapatkan barang-

barang ekonomi secukupnya agar ia dapat hidup secara memadai.

2) Barang-barang yang diharamkan sebaiknya jangan dibeli.

3) Penggunaan barang ekonomi jangan sampai pada taraf mubazir,

begitu juga dengan penggunaannya jangan sampai berlebihan.

4) Penggunaan barang ekonomi dan kepuasan yang didapatkan dari

penggunaannya jangan dijadikan tujuan oleh setiap individu. Hal ini

patut dianggap sebagai kaidah untuk mencapai tujuan yang lebih

tinggi bagi kehidupan yang lebih bermakna (Al-Siddiqi, 2004).22

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengeluaran Konsumsi

Masyarakat

Menurut Suparmoko, selain faktor pendapatan, ada beberapa

faktor faktor yang mempengarui konsumsi masyarakat, diantaranya

sebagai berikut:

1) Faktor selera

Setiap individu memiliki selera yang berbeda-beda meskipun

terdapat kesamaan seperti tingkat pendapatan dan memiliki usia

yang sama. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan selera setiap

individu.
21
Zamalchsyari, Asmuni Solihan, Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khathab, (Khalifa, 2010), hlm.7
22
Siddiqi, Muhammad Nejatullah, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),
hlm.9
19

2) Faktor sosial ekonomi

Meliputi pendidikan, usia, dan keadaan keluarga yang memiliki

pengaruh terhadap pengeluaran konsumsi. Tingkat pendapatan akan

lebih tinggi pada kelompok usia muda dan mencapai puncak pada

usia pertengahan dan pada akhirya turun saat usia tua.

3) Faktor kekayaan

Kekayaan seseorang baik secara eksplisit maupun implisit

dikategorikan sebagai fungsi agregat dalam menentukan faktor

konsumsi. Misalnya pada pendapatan permanen yang dikemukanan

dalam teori Friedman, Albert Ando dan Franco Modiligliani,

menyebutkan bahwa hasil bersih dari suatu kekayaan merupakan

faktor terpenting dalam menentukan konsumsi.

4) Keuntungan dan Kerugian Capital

Keuntungan capital dengan meningkatnya hasil bersih dari

kapital akan mendorong bertambahnya tingkat konsumsi, sebaliknya

dengan terjadinnya kerugian kapital akan mengurangi tingkat

konsumsi masyarakat.23

Selain faktor diatas, menurut Adiyanti pengeluaran konsumsi

dipengaruhi oleh beberapa sektor, salah satunya adalah perkembangan

teknologi. Perkembangan teknologi juga membuat sistem pembayaran

mengalami perkembangan dari awalnya menggunakan uang tunai

sebagai alat pembayaran hingga menjadi pembayaran non tunai.

23
Suparmoko, Keuangan Negara: Dalam Teori dan Praktik (2013), hlm.47
20

Perubahan uang sangat pesat mengikuti perkembangan teknologi, baik

kertas maupun logam menjadi pembayaran menggunakan e-money dan

debit card.24

d. Indikator Pengeluaran Konsumsi

1) Konsumsi Makanan

a) Padi-padian, macam: beras, jagung basah dengan kulit, beras

jagung, sorgum, bulgur, dan nasi aking (sisa nasi yang

dikeringkan dan dimasak kembali)

b) Umbi-umbian, macam: sagu dari pohon sagu, gaplek, antara

lain gadung, oyek (beras yang dibuat dari singkong), uwi,

gembili, gogik, dan sagu dari ketela pohon.

c) Ikan, daging, cumi, kerang, penyu, ubur-ubur, dan teripang,

ikan dalam kaleng, ikan diawetkan, ubur-ubur diawetkan,

remis diawetkan, abon udang, dan bekicot diawetkan.

d) Daging, terdiri dari daging kambing, unggas, daging kaleng,

abon daging, daging yang diawetkan, daging kuda, daging

kelinci, ular, dan anjing, laron, belalang, tawon, dan marus

(darah ayam atau sapi).

e) Telor dan susu, meliputi telur penyu, telur angsa, telur asin,

baik mentah maupun yang siap dimakan matang, susu murni,

susu cair bubuk, dan susu bubuk bayi serta hasil dari

pengolahan susu seperti yogurt dan dadih.


24
Adiyanti, Arsita, Pengaruh Pendapatan, Manfaat, Kemudahan Penggunaan, Daya Tarik
Promosi, dan Kepercayaan Terhadap Minat Menggunakan Layanan E-money, (Malang:
Universitas Brawijaya, 2015), hlm.4
21

f) Sayur-sayuran.

g) Kacang-kacangan, seperti kacang kedelai, kacang merah, kacang

polong, kacang tunggak, kacang bogor, kacang koro, kacang

jogo, dan kacang ercis/kapri, saridele, kembang tahu, tepung

hunkwe, dan makanan lainnya dari kacang-kacangan.

h) Buah-buahan.

i) Minyak dan lemak, meliputi minyak jagung, minyak kelapa,

mimyak samin, minyak lemak dan santan instant, serta minyak

yang sudah dimurnikan.

j) Bahan minum, seperti gula merah (gula air), coklat instan,

gula saeharin, gula biang, coffe mix, nutrisari, exxence, madu

dan lain-lain.

k) Bumbu-bumbuan, seperti penyedap masakan/vetsin, bumbu

masak jadi/kemasan, cuka, jahe, lengkoas, kunyit, kayu manis,

jeruk purut, jeruk limau, sereh, tempoyak, jeruk nipis, dan daun

salam.

l) Konsumsi lain meliputi mi instan, bihun, bubur bayi kemasan,

soun, misoa, kwee tiau basah, vanili, dan macam-macam

bumbu kue, selai, meses dan lain-lain.

m) Makanan dan minuman jadi, misal roti tawar, kue basah, makanan

gorengan.

n) Tembakau dan sirih, meliputi rokok kretek filter, rokok kretek

tanpa filter, rokok putih, sirih/pinang termasuk gambir, rokok


22

klobot, rokok menyan, papir,daun kawung, cerutu, klembak

menyan, dan saos rokok/tembakau, termasuk filter plastik. 25

2) Konsumsi Non Makanan

a) Perumahan dan fasilitas rumah tangga, meliputi sewa rumah,

pembayaran air, pemeliharaan dan perbaikan generator, kayu

bakar dan bahan bakar lainnya.

b) Aneka barang dan jasa seperti;sabun cuci, bahan pemeliharaan

pakaian, biaya pelayanan obat, biaya obat, biaya pelayanan

pencegahan, biaya pemeliharaan kesehatan seperti vitamin,

jamu, urut, sumbangan pembangunan sekolah SPP, iuran sekolah

lainnya, buku pelajaran, foto copy buku pelajaran, baikuntuk

sekolah maupun kursus, transportasi/pengangkutan umum, hotel,

penginapan, bioskop, sandiwara, olahraga, dan rekreasi lainnya,

upah/gaji pembantu rumah tangga, satpam, tukang kebun, dan

sopir, jasa lembaga keuangan (jasa ATM, jassa kartu kredit, biaya

transfer, dsb)

c) Pakaian, alas kaki, dan tutup kepala, meliputi semua jenis

pakaian laki-laki dan perempuan dewasa, semua jenis pakaian

anak-anak, serta pengeluaran lainnya untuk pakaian, alas kaki,

tutup kepala serta handuk, mukena, sajadah, jubah, ikat

pinggang, semir sepatu, sikat sepatu, ongkos binatu, dan

gantungan pakaian.

25
Dumairy, Perekonomian Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2014) hlm.117
23

d) Bahan tahan lama, terdiri dari; perbaikan perabot, perlengkapan,

dan perkakas rumah tangga, HP dan aksesorisnya termasuk

perbaikannya, mainan anak dan perbaikannya, pengeluaran

untuk alat hiburan, binatang dan tanaman peliharaan, barang

tahan lama lainnya seperti pemasangan instalasi listrik,

pemasangan instalasi telepon termasuk pesawat telepon,

pemasangan instalasi ledeng, ayunan, kereta bayi dan biaya

perbaikannya.

e) Pajak, pungutan dan asuransi, seperti PBB, pajak kendaraan

bermotor, pungutan/retribusi iuran RT/kampung, sampah,

keamanan, perbaikan jalan, kebersihan, parkir,dan sebagainya.

Pengeluran berbagai jenis asuransi misalnya asuransi kesehatan,

asuransi jiwa serta asuransi kerugian. Pengeluran lainnya

seperti tilang, denda dan lainnya.

f) Keperluan pesta dan upacara/kenduri, seperti untuk pesta

perkawinan, khitanan dan ulang tahun, perayaan hari agama,

ongkos naik haji.26

Berikut indikator yang membuat individu melakukan sesuatu

pengeluaran konsumsi:

1) Pendapatan

Untuk membeli barang konsumsi individu menggunakan uang

dari penghasilan atau pendapatan. Tingkat pendapatan berpengaruh

26
Dumairy, Perekonomian Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2014) hlm.117
24

terhadap besarnya pengeluaran konsumsi yang dilakukan. Pada

umumnya semakin tinggi pendapatan individu/rumah tangga maka

pengeluaran konsumsinya juga akan mengalami kenaikan.

2) Tingkat Harga

Apabila harga barang/jasa kebutuhan hidup meningkat maka

masyarakat harus mengeluarkan tambahan uang untuk bisa

mendapatkan barang/jasa tersebut. Atau, masyarakat dapat

mengatasi dengan mengurangi jumlah barang/jasa yang dikonsumsi,

karena kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil masyarakat

berkurang.

3) Ketersediaan Barang dan Jasa

Meskipun masyarakat memiliki uang untuk membeli barang

konsumsi, ia tidak dapat mengkonsumsi barang/jasa yang

dibutuhkan apabila barang/jasa tersebut tidak tersedia. Semakin

banyak barang/jasa tersedia, maka pengeluaran konsumsi

masyarakat/individu akan cenderung semakin besar.

4) Tingkat Bunga

Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi

karena orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap

tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan

membelanjakan banyak uang.


25

5) Perkiraan Masa Depan

Masyarakat yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan

datang akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau

pensiun, punya anak yang butuh biaya sekolah, ada yang sakit butuh

banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya.27

2. Debit Card

a. Pengertian Debit Card

Debit Card adalah alat pembayaran berbasis kartu dengan dana

berasal dari rekening nasabah. Jenis kartu yang masuk pada kategori

Debit Card adalah ATM, Debit Card dan perpaduan kartu ATM

dengan Debit. Perkembangan Debit Card dimulai dengan banyaknya

penggunanan kartu ATM dimasyarakat. Namun, semakin

berkembangnya infrastruktur jaringan ATM membuat bank semakin

berinovasi untuk membuat sistem pembayaran yang memudahkan

masyarakat dalam bertransaksi. Sehingga bank menerbitkan Debit

Card. Hal ini sangat memudahkan masyarakat dalam bertransaksi

ekonomi pembayaran.28

Penggunaan Debit Card semakin berkembang seiring dengan

semakin banyaknya infrastruktur Electronic Data Capture (EDC) yaitu

mesin pembaca Debit Card di merchant. Perkembangan tersebut

27
Tama, Ridony, Pengeluaran Konsumsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, (2014), hlm.14
28
Mulyati, Sri Tri Subari, Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia, (Jakarta:Pusat
Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, 2015), hlm.8
26

mendorong Debit Card memiliki pertumbuhan paling tinggi di antara

jenis instrumen pembayaran lainnya.29

b. Debit Card Menurut Islam

Dalam Islam pun dikenal dengan konsep Debit Card yang

berbasis syariah. Pada dasarnya konsep dari Debit Card yang ada di

syariah dengan yang ada di bank konvensional tidak jauh berbeda, yaitu

si nasabah dalam bertransaksi dengan menggunakan Debit Card di

merchant maka bank secara otomatis secara online akan memotong

(mendebit) saldo yang ada di tabungan si nasabah sesuai dengan saldo

yang dipakai dalam bertransaksi tersebut. Pada dasarnya konsep

mekanisme Debit Card yang ada di bank konvensional dengan yang ada

di bank syariah memiliki kesamaan, karena sifatnya yang hanya titipan.

Dimana bank tidak boleh menggunakan dana yang tersimpan di

rekening nasabah untuk diinvestasikan pada sektor-sektor lain, seperti

halnya sektor industri, perdagangan dan lain sebagainya. Dana yang

tersimpan dalam Debit Card seorang nasabah itu dapat saja diambil

sewaktu-waktu yang tak diduga, karena kartu ini memang digunakan

untuk keperluan bertransaksi sehari-hari oleh si nasabah. Secara fisik

tidak ada perbedaan pada Debit Card syariah dengan Debit Card

konvensional, perbedaan akan terlihat pada akadnya. Pada bank syariah,

Debit Card menggunakan akad mudharabah dan wadi‟ah, sedangkan

pada bank konvensional tidak ada. Perbedaan lainnya terletak pada

29
Mulyati, Sri Tri Subari, Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia, (2015), hlm.9
27

pemberian imbalan, pada bank syariah tidak berlaku sistem bunga

karena dianggap riba, namun pada bank syariah lebih dikenal dengan

sistem bagi hasil dan pemberian bonus secara sukarela oleh pihak

bank.30

c. Indikator Debit Card

Menurut Arthesa dan Handiman Perkembangan kartu ATM

sangat pesat dan memiliki manfaat dan kemudahan yang sangat

luas. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut:31

1) Pengambilan uang tunai di ATM

Banyak transaksi yang bisa dilakukan melalui mesin ATM seperti

transfer uang, cek saldo rekening tabungan, bayar tagihan dan tarik

tunai. Tarik tunai adalah sebuah transaksi yang dilakukan nasabah

melalui mesin ATM untuk mengambil uang yang ada didalam

rekening tabungan, saat akan melakukan transaksi nasabah harus

memasukan pin rahasia terlebih dahulu. Besar uang yang dapat

diambil nasabah tergantung dari jenis kartu atm yang digunakan,

karena setiap kartu punya batas yang berbeda, ada yang Rp5 juta

perhari, Rp15 juta hari, dan seterusnya.

2) Fasilitas phone banking/mobile banking.

Mobile banking/ phone banking merupakan layanan yang

memungkinkan nasabah bank melakukan transaksi perbankan

30
Ibrahim, Abdul Wahab, Banking Cards Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),
hlm.59
31
Arthesa, & Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, (Jakarta: Indeks, 2009),
hlm.259
28

melalui ponsel atau smartphone. Layanan mobile banking dapat

digunakan dengan menggunakan menu yang sudah tersedia melalui

aplikasi yang dapat diunduh dan diinstal oleh nasabah. Mobile

banking menawarkan kemudahan jika dibandingkan dengan SMS

banking karena nasabah tidak perlu mengingat format pesan SMS

yang akan dikirimkan ke bank dan juga nomor tujuan SMS banking.

3) Pembelian barang

Salah satu keunggulan Debit Card adalah dimungkinkannya

nasabah untuk berbelanja tanpa berhutang. Saat proses belanja

selesai, maka selesai pula masalah pembayaran. Masyarakat tidak

perlu lagi memikirkan cicilan seperti pembelanjaan menggunakan

kartu kredit. Dengan Debit Card, nasabah dipaksa untuk berbelanja

sesuai saldo yang tersedia di dalam rekening. Meskipun nasabah

tidak selalu ingat persis jumlah saldo dalam rekeningnya, Debit Card

yang ia gunakan akan tertolak secara otomatis jika tidak mencukupi

jumlah yang harus dibayarkan di kasir. Oleh karena itu, bagi

masyarakat yang menggunakan Debit Card, penting untuk

memeriksa saldo di rekening anda secara rutin.

Manfaat lain dari Debit Card, dikutip dari website Bank Indonesia:

1) Tabungan Bergerak

Debit Card biasanya diberikan jika anda membuka rekening

tabungan di bank, dan fungsinya pun seperti rekening tabungan anda

yang bisa dibawa ke mana-mana. Debit Card dapat digunakan untuk


29

menarik uang dari tabungan anda di ATM. Namun, untuk lebih

memudahkan ketika berbelanja, anda bisa langsung menggesek kartu

debit tersebut di mesin EDC yang ada di setiap toko, restoran, atau

merchant lainnya. Ketika menggesek Debit Card, secara otomatis

rekening di tabungan anda pun berkurang sesuai dengan nominal

pembelanjaan anda.

2) Tidak dikenai bunga atau denda

Penggunaan Debit Card pun tidak akan dikenakan bunga dari

pembelanjaan maupun sisa tagihan yang belum terbayar. Sebab,

ketika anda menggesek Debit Card, saldo di rekening tabungan

langsung terpotong untuk membayar belanjaan anda. Dengan

demikian, tidak akan ada tagihan yang tersisa.

Selain itu, biaya administrasi bulanan atau tahunan Debit Card

biasanya relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan biaya

administrasi tahunan kartu kredit yang mencapai ratusan ribu rupiah.

3) Bebas cicilan bulanan

Ketika menggunakan kartu kredit umumnya orang akan

menggunakannya untuk mengambil cicilan. Karena itu, tiap

bulannya nasabah akan mendapatkan tagihan cicilan yang harus

dibayarkan. Dengan Debit Card, anda akan terbebas dari cicilan

tersebut. Sebab, anda memang hanya menggunakan Debit Card

berdasarkan jumlah uang di tabungan. Jika uang di tabungan anda


30

cukup untuk langsung membayar lunas pembelanjaan, maka

belanjaan anda langsung dibayar lunas.

4) Lebih aman

Penggunaan Debit Card tentu lebih aman dibandingkan jika harus

membawa uang tunai dalam jumlah banyak. Ketika anda ingin

berbelanja dalam jumlah banyak, anda tinggal memasukkan uang ke

rekening sejumlah yang diinginkan, lalu menuju tempat perbelanjaan

hanya membawa Debit Card. Anda pun terbebas dari incaran

perampok karena tak terlihat mencolok membawa uang dalam

jumlah banyak.

5) Praktis

Hal terakhir dari manfaat yang diberikan Debit Card adalah

kepraktisannya. Jika ingin mengambil uang dari rekening tabungan,

anda tak perlu repot-repot datang ke bank dan mengantre cukup

lama. Anda tinggal datang ke ATM yang banyak tersedia di mana-

mana, lalu mengambil uang dari ATM.

3. E-Money

a. Pengertian E-Money

Electronic Money merupakan suatu produk dimana sejumlah nilai

uang disimpan secara elektronis dalam suatu peralatan elektronis. Nilai

elektronis dapat diperoleh dengan menyetorkan sejumlah uang tunai

atau dengan pendebitan rekening kemudian disimpan dalam peralatan

elektronis yang dimiliki. Dengan adanya peralatan elektronis dapat


31

membantu pelaksanaan pembayaran atau penerimaan pembayaran,

dimana nilai elektronis akan berkurang pada saat digunakan dan

bertambah apabila dilakukan pengisian ulang.32

Ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018

tentang Uang Elektronik (E-Money), “Uang Elektronik (E-Money)

adalah alat pembayaran yang diterbitkan atas dasar nilai uang yang

disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit”. Uang

elektronik bukanlah uang yang dicetak layaknya uang kertas atau

deposito. Pembayaran hanya dapat dilakukan terbatas hanya pada

nominal uang yang terdapat pada media elektronik tersebut yang

sebelumnya telah disetorkan kepada pihak penerbit jasa terlebih dahulu,

yang kemudian di topup atau isi ulang apabila saldo pada media

elektronik tersebut telah habis. Perbedaan uang elektronik dengan

metode pembayaran lainnya seperti single purpose payment, adalah

perusahaan yang memberikan jasa uang elektronik dengan orang yang

menerima pembayarannya berbeda. Seperti T-cash yang merupakan

uang elektronik berbasis server dan berjenis registered karena

menggunakan userID dan sandi pengguna yang bisa digunakan sebagai

alat pembayaran di merchant-merchant yang bekerjasama dengan pihak

penyedia jasa. Berbeda dengan Debit Card yang dikeluarkan suatu bank

tetapi pembayaran harus melewati bank tersebut pula.33

32
Abidin, Muhammad, Dampak Kebijakan E-moneydi Indonesia Sebagai Alat Sistem Pembayaran
Baru, (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2015) hlm32
33
Neda Popovska-kamnar, “The Use Of Electronic Money And Its Impact On Monetary Policy”,
Vol.1, No..2 (2014),hlm.79–92
32

Selain perusahaan telekomunikasi ada juga perusahaan yang

bergerak dibidang transportasi dengan menyediakan layanan uang

elektronik hal ini tidak lepas dari menjamurnya bisnis startup membuat

para pelaku usaha mulai berlomba-lomba melakukan inovasi dalam

produk financial digitalnya yaitu uang elektronik, sebut saja Go-Pay

dari Go-Jek dan Grab-Pay dari Grab.34

b. E-Money Menurut Islam

Menurut perspektif syariah hukum uang elektronik adalah halal.

Kehalalan ini berlandaskan pada kaidah muamalah sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah.35 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia telah mengeluarkan fatwa yang berkaitan dengan uang

elektronik, dan menyatakan bahwa hukum uang elektronik itu pada

dasarnya boleh asal dengan syarat-syarat:

Uang elektronik (electronic money) adalah alat pembayaran

yang memenuhi unsur-unsur berikut:

a. Diterbitkan atas dasar jumlah nominal uang yang disetor terlebih

dahulu kepada penerbit.

b. Jumlah nominal uang disimpan secara elektronik dalam suatu

media yang teregistrasi.

c. Jumlah nominal uang elektronik yang dikelola oleh penerbit

bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam

undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.


34
Tazkiyyaturrohmah, Eksistensi Uang Elektronik Sebagai Alat Transaksi Keuangan Modern,
(2018), hlm.22
35
Fatwa Dewan Syariah Nasional No :116/DSN-MUI/IX/2017
33

d. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang

bukan merupakan penerbit uang elektronik tersebut.

Akad yang digunakan antara penerbit dengan pemegang uang

elektronik adalah akad wadi’ah atau akad qardh. Islam memandang

uang elektronik yang merupakan produk dari gejala sosial yang baru,

sebagai sesuatu hal yang boleh atau mubah, karena pada dasarnya asal

semua hal dalam muamalah itu adalah boleh, asal tetap berada dalam

koridor kebenaran menurut syara dan undang-undang. Uang elektronik

hanyalah suatu bentuk baru dari uang yang senantiasa berubah. Islam

pun tidak menafikan pencarian keuntungan yang diperoleh dari jasa

uang elektronik, karena yang dilarang adalah upaya membeli uang

dengan uang, tetapi pada E-Money ini si pengguna membeli jasa

“kemudahan transaksi” yang ditawarkan oleh penerbit. Sehingga

penyedia jasa mendapatkan keuntungan dari jasa yang mereka jual, dan

pengguna pun mendapatkan kemudahan dari penyedia layanan.36

c. Indikator E-Money

Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 20/6/PBI Tahun 2018

tentang E-Money, yang disebut E-Money adalah alat pembayaran yang

memenuhi unsur-unsur:37

36
Muhammad Ridwan Firdaus, E-Money dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah, (2012),
hlm.155
37
Peraturan Bank Indonesia No. 20/6/PBI Tahun 2018
34

1) Terdapat uang yang tersimpan dalam media elektronis

Media Elektronis yang dimaksud disini ialah dapat disimpan di

dalam ponsel masing-masing, sehingga masyarakat tidak perlu repot-

repot membawa uang tunai dalam jumlah yang banyak.

2) Sebagai alat pembayaran (Multi purpose)

Mudah diaplikasikan karena dapat dipakai untuk beragam

transaksi massal bernilai kecil dengan frekuensi tinggi, seperti:

membayar tol, membayar tiket transportasi, parkir, fast food dan

lain-lain.

3) Bukan merupakan simpanan

Uang yang sudah disimpan dalam E-Money akan hilang apabila

masyarakat menghilangkan kartu atau alat yang dipakai untuk

menyimpan uang tersebut.

E-Money juga memiliki beberapa kelebihan diantaranya sebagai

berikut:38

1) E-Money memudahkan dan mempercepat transaksi. Misalnya, saat

antri di gerbang tol atau naik kendaraan umum. Pembayaran di

gerbang tol cenderung lebih cepat karena masih jarang yang

menggunakan E-Money ini sehingga terhindar dari masalah antrian.

2) E-Money sangat fleksibel dan tidak perlu membawa uang tunai.

Bahkan lebih mudah mengontrol pengeluaran karena dana ini bisa

menjadi pos untuk trasportasi atau makan yang sudah dijatahkan.

38
Pamungkas, Gilang, Pengaruh Perilaku Konsumen Terhadap Penggunaan E-Money, (2018),
hlm.17
35

3) E-Money juga sangat berguna bagi pengguna yang konsumtif dan

malas mencatat pengeluaran. Ketika dana tersebut memang sudah

saatnya habis, tinggal diisi lagi sesuai budget. Sehingga

pengeluarannya terkontrol, tidak asal menggesek kartu saja.

4) Selain itu, E-Money juga efektif diberikan pada sopir atau asisten

rumah tangga, untuk keperluan membeli bensin, parkir, belanja di

supermarket dan sebagainya, karena mempermudah pengontrolan.

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Peneliti Terdahulu

Nama
No Judul Hasil Perbedaan Persamaan
Peneliti
1. Laila Pengaruh Hasil Menggunak Menggunaka
Ramadani Penggunaan penelitian an objek n Kartu Debit
(2016). Kartu Debit ini penelitian sebagai
Dan Uang menunjuk pada variabel
Elektronik kan bahwa Mahasiswa independen,
(E-Money) Kartu Ekonomi Menggunaka
Terhadap Debit dan Pembangun n variabel
Pengeluaran Uang an Uang
Konsumsi Elektronik Universitas Elektronik
Mahasiswa mempuny Malang. sebagai
(Studi ai variabel
Kasus pada pengaruh independen
Masyarakat yang Menggunaka
di Kota positif n variabel
Semarang). terhadap pengeluaran
Pengeluar konsumsi
an sebagai
Konsumsi. variabel
dependen.
2. Nelasari Pengaruh Hasil dari Menggunak Menggunaka
dan Sistem penelitian an n konsumsi
Cahyono Pembayaran ini masyarakat sebagai
(2018) Non Tunai menunjuk Kota variabel
36

Terhadap an Surabaya dependen.


Tingkat pengaruh sebagai
Konsumsi yang objek
Masyarakat positif penelitian.
di Kota pada
Surabaya. sistem
transaksi
non tunai
dari bulan
januari
tahun
2014
sampai
desember
2017
terhadap
tingkat
konsumsi
masyaraka
t di
Surabaya.
3. Ridony Pengeluaran Hasil Menggunak Menggunaka
Taufik Konsumsi penelitian an n
Tama Mahasiswa ini Mahasiswa pengeluaran
(2014) Program bertujuan sebagai konsumsi
Studi untuk objek sebagai
Pendidikan mengetahu penelitian variabel
Ekonomi i dependen
Fakultas pengeluara
Ekonomi n
Universitas konsumsi
Negeri mahasiswa
Yogyakarta di
Universita
s Negeri
Yogyakart
a
4. Agnes Dampak Hasil Menggunak Menggunaka
Denis Penggunaan penelitian an pola n konsumsi
(2010) Kartu ATM ini konsumsi sebagai
Terhadap bertujuan sebagai variabel
Pola untuk variabel dependen
Konsumsi mengetahu dependen
Remaja i dampak
penggunaa
n kartu
37

ATM
terhadap
pola
konsumsi
5. Putri Nela Pengaruh Hasil Menggunak Menggunaka
Hapsari penggunaan penelitian an transaksi n E-Money
(2015) E-Money ini tunai sebagai
dan Daya bertujuan sebagai variabel
Substitusi untuk variabel independen.
Transaksi mengetahu dependen.
E-Money i pengaruh
Terhadap penggunaa
Transaksi n E-Money
Tunai di dan daya
Indonesia. substitusi
transaksi
E-money
terhadap
transaksi
tunai di
Indonesia.
6. Lutfida Pengaruh Menggunak Menggunaka
Hasil
Siwinastiti Penggunaan an n Kartu
penelitian
(2014). Alat permintaan APMK dan
ini
Pembayaran uang kartal uang
bertujaun
Mengunaka sebagai elektronik (E-
untuk
n Kartu variabel Money)
mengetahu
(APMK) dependen. sebagai
i pengaruh
dan Uang variabel
penggunaa
Elektroinik independen.
n alat
Terhadap pembayara
Permintaan n
Uang Kartal mengguna
di kan kartu
Indonesia. (APMK)
dan uang
elektronik
terhadap
permintaa
n Uang
Kartal di
Indonesia
7. Risma Dampak Hasil Menggunak Menggunaka
Purnama Pembayaran penelitian an Tingkat n Konsumsi
Sari Non Tunai ini Konsumsi sebagai
38

(2019). Terhadap bertujuan sebagai variabel


Tingkat untuk variabel dependen.
Konsumsi mengetahu dependen.
Perekonomi i dampak
an pebayaran
Indonesia. non tunai
terhadap
tingkat
konsumsi
perekono
mian
Indonesia.
8. Fitria Analisis Hasil Menggunak Menggunaka
Ratna Faktor- penelitian an n konsumsi
Wulan faktor yang ini untuk konsumsi sebagai
(2018) Mempengar mengetahu rumah variabel
uhi i faktor- tangga penelitian.
Konsumsi faktor sebagai
Rumah yang variabel .
Tangga mempenga
Dalam ruhi
Perspektif konsumsi
Ekonomi rumah
Islam (Studi tangga
Kasus pada dalam
Kec. perspektif
Kedaton ekonomi
Kota Islam.
Bandar
Lampung).
9. Gilang Tri Pengaruh Hasil Menggunak Menggunaka
Pamungka Perilaku penelitian an E-Money n E-Money
s (2018) konsumen ini sebagai sebagai
Terhadap bertujuan variabel variabel
Penggunaan untuk dependen penelitian.
E-Money mengetahu
(Studi kasus
i pengaruh
minimarket perilaku
Indomaret konsumen
Kec. terhadap
Binjai). penggunaa
n E-
Money.
10. Danang Pengaruh Hasil Menggunak Menggunaka
Wicakson Transaksi penelitian an tingkat n variabel
o (2012) Pembayaran ini konsumsi Kartu Debit
39

Menggunak bertujuan sebagai dan Uang


an RTGS, untuk variabel Elektornik
Kartu mengetahu dependen sebagai
Kredit, i pengaruh variabel
Kartu Debit, transaksi independen
dan Uang pembayara
Elektronik n
Terhadap mengguna
Tingkat kan
Konsumsi RTGS,
Masyarakat kartu
Indonesia, kredit,
kartu
debit, dan
uang
elektronik
terhadap
tingkat
konsumsi
masyaraka
t Indonesia
40

C. Kerangka Penelitian
Kerangka pemikiran adalah gambaran tentang hubungan antar variabel

dalam suatu penelitian.39 Dalam penelitian ini secara sistematik kerangka

pemikirannya adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Penggunaan Debit
Card (X1)
H3 Pengeluaran Konsumsi
Masyarakat (Y)

Penggunaan E-Money
(X2)

D. Pengembangan Hipotesis

Dari kerangka berfikir diatas dapat dilihat bahwa (X1) penggunaan

Debit Card, (X2) penggunaan E-Money memiliki keterkaitan secara parsial

dan simultan dengan variable (Y) pengeluaran konsumsi Masyarakat. Maka

dapat diambil hipotesis yaitu sebagai berikut:

1. Ho: Tidak terdapat pengaruh variable (X1) penggunaan Debit Card secara

signifikan terhadap variable (Y) pengeluaran konsumsi Masyarakat.

Ha: Terdapat pengaruh variable (X1) penggunaan Debit Card secara

signifikan terhadap variable (Y) pengeluaran konsumsi Masyarakat.

39
Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2013)
41

2. Ho: Tidak terdapat pengaruh variable (X2) penggunaan E-Money secara

signifikan terhadap variable (Y) pengeluaran konsumsi Masyarakat.

Ha: Terdapat pengaruh variable (X2) penggunaan E-Money secara

signifikan terhadap variable (Y) pengeluaran konsumsi Masyarakat.

3. Ho: Tidak terdapat pengaruh secara bersama antara variabel variable (X1)

penggunaan Debit Card dan variable (X2) penggunaan E-Money secara

signifikan terhadap variable (Y) pengeluaran konsumsi Masyarakat.

Ha: Tidak terdapat pengaruh secara bersama antara variabel variable (X1)

penggunaan Debit Card dan variable (X2) penggunaan E-Money secara

signifikan terhadap variable (Y) pengeluaran konsumsi Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai