Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH VARIABEL MAKRO TERHADAP POLA KONSUMSI

MASYARAKAT INDONESIA

Paper ini disusun untuk Tugas Akhir Mata Kuliah Pengatar Ekonomi Makro

Disusun Oleh :
Zul Fadli
NIM. 19221030
Prodi : Manajemen

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


KEUANGAN PERBANKAN DAN PEMBANGUNAN
PADANG
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti yang telah kita ketahui, konsumsi masyarakat (rumah tangga)
memiliki porsi terbesar dalam total pengeluaran agregat. Meskipun pernah
mengalami penurunan, porsi konsumsi masyarakat tetap memimpin
dibanding porsi konsumsi pemerintah. Salah satu penyebab konsumsi
masyarakat tinggi adalah perkembangan dan budaya masyarakat. Faktor-
faktor lain juga ikut mempengaruhi, seperti faktor ekonomi, faktor demografi
(kependudukan), dan faktor non-ekonomi.
Konsumsi masyarakat yang berlebih dalam suatu negara tentu
mengakibatkan variable-variabel yang berhubungan berubah- ubah.
Seperti tingkat suku bunga, inflasi, uang beredar, dan kurs mata uang.
Saya akan mencoba membahas sedikit tentang variable makro yang
berubah sehingga berpengaruh pada pola konsumsi masyarakat Indonesia
ditinjau dari beberapa aspek ekonomi makro dalam bagian pembahasan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Berdasarkan latar belakang dan tema yang diberikan, maka seberapa
jauh variable-variabel makro mempengaruhi aspek- aspek
(pemerintah, masyarakat, produsen, dan perbankan) dalam
ekonomi makro?
BAB II
KAJIAN TEORI

Banyak faktor yang mepengaruhi besar kecilnya konsumsi masyarakat.


Beberapa faktor tersebut antara lain :
2.1 Faktor Ekonomi
a. Pendapatan Rumah Tangga (Household Income)
Pendapatan rumah tangga berpengaruh besar terhadap tingkat
konsumsi. Pendapatan juga merupakan faktor utama yang
memengaruhinya. Pendapatan dan tingkat konsumsi memiliki korelasi
positif. Bila pendapatan tinggi, maka tingkat konsumsi makin tinggi,
karena kemampuan dalam memenuhi kebutuhan semakin besar,
ditambah pola hidup atau budaya masyarakat luar juga membuat
masyarakat menjadi lebih konsumtif
b. Kekayaan Rumah Tangga (Household Wealth)
Yang termasuk dalam kekayaan rumah tangga adalah kekayaan
riil rumah, tanah, dll- dan kekayaan finansial berupa : tabungan,
deposito, dll-. Kekayaan tersebut dapat menambah disposable
income.
c. Jumlah Barang-Barang Konsumsi Tahan Lama dalam
Masyarakat
Hal ini dapat berpengaruh positif (menambah) dan negatif
(mengurangi) pada tingkat konsumsi.
d. Tingkat Bunga (Interest Rate)
Perubahan tingkat suku bunga dapat memengaruhi tingkat
konsumsi masyarakat suatu negara.
e. Perkiraan Masa Depan (Expectation About The Future)
f. Kebijakan Pemerintah dalam Distribusi Pendapatan
Kebijakan pemerintah dalam mengurangi ketimpangan distribusi
pendapatan akan menyebabkan bertambahnya pengeluaran konsumsi
masyarakat secara menyeluruh.

2.2 Faktor Demografi (Kependudukan)


a. Jumlah Penduduk
Seperti halnya pendapatan, jumlah penduduk juga berbanding
lurus dengan tingkat konsumsi. Semakin banyak jumlah penduduk
suatu negara –walaupun pengeluaran per kepala relatif kecil-,
semakin besar tingkat konsumsi negara tersebut.

b. Komposisi Penduduk
Usia, pendidikan, dan wilayah tinggal ikut berpengaruh pada
tingkat konsumsi masyarakat.

2.3 Faktor Non Ekonomi


Yang paling berpengaruh adalah faktor sosial dan budaya
masyarakat. Seperti pola dan gaya hidup suatu masyarakat.
Misalnya: makanan, berbelanja, tempat tinggal, dan lain-lain.
Variabel makro merupakan unsur atau faktor yang sifatnya berubah-
ubah yang menetukan perubahan dalam bidang-bidang ekonomi
makro. Beberapa variabel makro diantaranya adalah :
a. Tingkat Suku Bunga
b. Inflasi
c. Jumlah Uang Beredar
d. Kurs Mata Uang
BAB III
PEMBAHASAN

Pada kajian teori, telah disebutkan beberapa variabel makro. Menurut


pendapat saya, satu variabel dengan variabel lain memiliki korelasi yang
saling terkait.
3.1 Inflasi
Inflasi merupakan suatu keadaan dimana harga barang
naik secara umum dan berlangsung dalam jangka waktu yang
lama atau terus menerus. Inflasi terjadi karena konsumsi
(permintaan) akan suatu barang lebih besar daripada barang
yang tersedia. Sehingga mengakibatkan harga barang meroket.
Akibatnya daya beli masyarakat terhadap suatu barang
menurun. Turunnya daya beli masyarakat menyebabkan
perekonomian atau aktivitas pasar lesu. Sehingga banyak
perusahaan maupun pedagang tutup dan bangkrut yang
mengakibatkan banyak pekerja di PHK, sehingga menambah
angka pengangguran. Perusahaan yang bangkrut dan
pengangguran dapat merusak distribusi pendapatan dan
karenanya dapat mengganggu stabilitas ekonomi.
3.2 Suku Bunga
Suku bunga yang tinggi dapat mengerem keinginan
masyarakat melakukan konsumsi. Bagi yang memiliki
kekurangan uang, biaya yang mereka keluarkan untuk
konsumsi akan menjadi lebih mahal karena suku bunga tinggi.
Apalagi bagi mereka yang melakukan konsumsi secara kredit.
Suku bunga bisa diartikan sebagai tingkat return yang akan
diterima penabung/deposan jika mereka menaruh dananya
di bank.
Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki kelebihan
uang, dengan suku bunga yang tinggi mereka akan lebih
tertarik untuk menyimpan uangnya di bank ketimbang dipakai
untuk melakukan konsumsi, karena dianggap lebih
menguntungkan. Sehingga dengan naiknya suku bunga, tingkat
konsumsi di masyarakat akan berkurang. apabila tingkat suku
bunga turun, maka akan terjadi sebaliknya.
Selain bertujuan mengerem inflasi, peningkatan suku
bunga dapat menaikan tabungan domestik, karena –seperti
dijelaskan di atas- orang-orang yang memiliki kelebihan uang
akan menyimpan kelebihan uangnya di bank demi medapatkan
keuntungan yang lebih besar.
3.3 Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang beredar adalah jumlah uang yang berada
di tangan masyarakat yang terdiri atas uang kartal dan uang
giral. Namun secara teknis, jumlah uang beredar hanya uang
yang benar-benar berada dalam tangan masyarakat. Karena
uang yang ada di bank atau berbentuk lain dihitung milik
pemerintah dan bukan sebagai uang beredar. Salah satu
motivasi masyarakat memegang uang, adalah karena adanya
kebutuhan transaksi (konsumsi). Konsumsi masyarakat sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Semakin besar
pendapatan seseorang, maka kemungkinan untuk melakukan
konsumsi juga semakin besar.
Jumlah uang beredar terlalu banyak di masyarakat
dapat menyebabkan inflasi. Namun apabila uang beredar di
masyarakat kurang, hal tersebut akan menghambat pertukaran
barang dan jasa. Oleh karenanya, salah satu cara untuk
menjaga uang beredar di masyarakat agar tetap dalam kondisi
ideal adalah dengan jual beli SBI.
3.4 Kurs Mata Uang
Nilai mata uang rupiah terhadap standar mata uang
internaisonal juga dapat memengaruhi tingkat konsumsi
masyarakat. Apabila nilai mata uang rupiah terhadap mata uang
asing melemah, banyak hal yang terjadi. Diantaranya, usaha
ekspor melemah, harga impor naik, pelaku pasar dan para
investor lebih memilih memegang dollar dibanding rupiah –
karena dirasa lebih aman, cadangan devisa dollar menurun,
kebutuhan sehari- hari sulit didapat karena tidak sedikit bahan
pangan yang di impor, aktivitas impor lebih besar daripada
impor sehingga mengakibatkan ekonomi Indonesia sulit
bertumbuh. Hal-hal tersebut jelas dapat mengurangi ataupun
menambah jumlah konsumsi masyarakat Indonesia.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan teori dan pembahasan yang ada, dapat disimpulkan :
a. Jika tingkat inflasi naik, konsumsi masyarakat akan turun karena daya
beli masyarakat turun, sehingga banyak perusahaan bangkrut dan
menambah jumlah pengangguran. Dilihat dari aspek pemerintah, hal
ini mengakibatkan turunnya pendapatan nasional.
b. Dilihat dari aspek perbankan, kenaikan suku bunga akan menurunkan
tingkat konsumsi masyarakat dan menaikan tabungan domestik serta
investasi. Penurunan suku bunga akan mambangkitkan gairah
konsumsi masyarakat.
c. Tingginya tingkat bunga mempunyai dua sisi pada pertumbuhan
ekonomi, yaitu :
 Meningkatkan tabungan dan investasi
 Meningkatkan tingkat pertumbuhan dengan menurunkan biaya
investasi dan rasionalisasi proyek-proyek yang kurang
produktif
d. Meningkatnya jumlah uang beredar mengakibatkan tingkat konsumsi
masyarakat cenderung meningkat.
e. Dilihat dari aspek produsen, melemahnya kurs rupiah dapat
mengurangi jumlah ekspor, sehingga membatasi pendapatan nasional.
Dari aspek masyarakat, rupiah melemah mengakibatkan turunnya
tingkat konsumsi masyarakat. Karena biaya kebutuhan sehari-hari
meningkat dikarenakan tidak sedikitnya bahan pangan yang di impor
dari luar negeri. Pada hal biaya impor sendiri ikut naik.
f. Kebijakan moneter jual beli SBI dapat mengerem laju inflasi, menjaga
jumlah uang beredar dalam kondisi ideal, dan menjaga kestabilan nilai
tukar rupiah.

4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang penulis ambil, penulis menyarankan agar
:
a. Pemerintah dapat lebih cermat dalam mengambil dan menetapkan
kebijakan, baik itu kebijakan fiskal maupun moneter.
b. Masyarakat Indonesia tidak mudah terpengaruh dengan pola dan gaya
hidup masyarakat barat yang sejatinya bukan kepribadian bangsa
Indonesia.
c. Masyarakat Indonesia menjadi lebih produktif, bukan konsumtif.
DAFTAR PUSTAKA

Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. 2008. Teori Ekonomi Makro Suatu
Pengantar Edisi keempat. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta.

http://forum.kompas.com/nasional/7421-rupiah-melemah-atau-menguat-terhadap-
dollar-22.html

Anda mungkin juga menyukai