Anda di halaman 1dari 2

NAMA : TIARA AYU KUSUMANINGTYAS

NPM : 19011010030

KELAS : MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL (A)

TUGAS 2

1. Deficit spending merupakan suatu kebijakan di mana pada suatu periode arus pengeluaran
(ΔG) lebih besar daripada arus penerimaan pajak (ΔT) atau ΔG > ΔT. Kebijakan deficit
spending ini diciptakan dengan maksud agar APBN tetap berfungsi sebagai sumber
pendorong kegiatan ekonomi pembangunan yang merupakan salah satu sarana agar dapat
keluar dari persoalan krisis. Dengan demikian kebijakan deficit spending dapat
berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. ( Soebagiyo, 2002 )

2. Pemerintah melakukan kebijakan deficit spending pada saat perekonomian lemah atau
dalam kondisi depresi/resesi. Pada kondisi ini, pemerintah perlu meningkatkan permintaan
agregat melalui kebijakan fiskal ekspansi, atau tepatnya deficit spending, dengan cara
meningkatkan belanja pemerintah atau secara tidak langsung dengan mengurangi pajak
sehingga dapat meningkatkan permintaan sektor swasta, yaitu konsumsi dan investasi.
Pengeluaran pemerintah merupakan faktor penting yang menentukan pengeluaran
agregatif dan selanjutnya akan menentukan besarnya PDB aktual riil. Pengeluaran
pemerintah meliputi pengeluaran kapital untuk investasi seperti jalan raya, saluran air dan
bendungan. Dapat juga berupa pembelian senjata untuk TNI, proyek pekerjaan padat karya,
kenaikan tunjangan pegawai negeri, peningkatan dana desa/kelurahan, dan lain-lain.
Dengan demikian, kebiakan defisit spending ini akan mampu meningkatkan produktivitas
perekonomian dan keluar dari kondisi resesi.

3. Jika pengeluaran pemerintah melebihi pajak akibat kebiakan deficit spending maka akan
terdapat defisit anggaran belanja ( budget defisit ) yang harus dibiayai. Pembiayaan
pemerintah untuk peningkatan belanjanya dapat dilakukan dengan menjual obligasi ke
masyarakat yang akan menyebabkan kenaikan jumlah uang beredar. Perkembangan atau
perubahan jumlah uang beredar (money supply) mempengaruhi perekonomian karena
dengan meningkatnya jumlah uang beredar dapat meningkatkan permintaan barang dan
jasa yang pada akhirnya akan memberikan tekanan terhadap kenaikan tingkat harga umum
dan mendorong kenaikan inflasi. Jika hal ini terjadi maka nilai uang akan menurun. Hal ini
mencerminkan adanya pengurangan daya beli konsumen terhadap barang dan jasa. Inflasi
tak hanya bisa memengaruhi pengeluaran sehari-hari kita, tapi juga mampu memengaruhi
nilai uang yang ada dalam tabungan, investasi, hingga pensiun. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kebijakan deficit sending akan berdampak pada menurunnya nilai mata
uang.

4. Deficit spending akan mendorong kenaikan tingkat inflasi. Jika di dalam negeri terjadi
kenaikan harga yang berlebihan, artinya harga produk dalam negeri menjadi lebih mahal
daripada produk luar negeri. Keadaan ini akan menyebabkan produk domestik menjadi
lebih sulit bersaing dengan produk impor karena masyarakat cenderung akan lebih memilih
produk yang murah. Akibatnya, nilai ekspor akan lebih kecil daripada nilai impor sehingga
neraca perdagangan menjadi defisit. Dengan demikian, kebijakan deficit spending
berpotensi memberikan dampak negatif bagi perdagangan internasional negara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai