ABSTRAK
Resesi ekonomi adalah kondisi di mana perekonomian negara tengah
memburuk. Hal itu dapat terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) negatif,
pengangguran meningkat, hingga pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif
selama dua kuartal berturut-turut. Di beberapa negara yang mengalami resesi,
tingkat investasi memang akan berdampak dan menurun. Baik investasi dan
konsumsi menjadi objek pemulihan utama yang perlu diperhatikan dalam
mengantisipasi kemerosotan ekonomi. Berbagai instrumen seperti bantuan sosial
hingga strategi untuk memulihkan kepercayaan diri para investor harus terus
ditingkatkan. Jika sebuah negara ingin keluar dari resesi, maka konsumsi dan
investasi adalah kuncinya. Dampak dari resesi ekonomi diantaranya adalah :
meningkatnya angka pemutusan hubungan kerja (PHK), instrument investasi
terancam, dan daya beli masyarakat yang menurun.
PENDAHULUAN
Resesi ekonomi adalah kondisi di mana perekonomian negara tengah memburuk. Hal itu
dapat terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) negatif, pengangguran meningkat, hingga
pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut. Resesi ekonomi
terjadi saat aktivitas ekonomi mengalami penurunan yang signifikan dalam waktu stagnan dan
lama, mulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Keadaan itu tentu menimbulkan dampak
dalam kehidupan bermasyarakat.
Dampak pertama, terjadinya perlambatan ekonomi yang akan membuat sektor riil
menahan kapasitas produksinya. Keadaan ini kemudian dapat berujung pada Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) bahkan beberapa perusahaan mungkin menutup dan tidak lagi
beroperasi. Selanjutnya, resesi suatu negara membuat kinerja instrumen investasi juga
mengalami penurunan. "Investor cenderung menempatkan dananya pada bentuk investasi yang
aman," demikian keterangan dari OJK. Terakhir, dampak resesi ekonomi yang paling dekat
dengan masyarakat adalah pelemahan daya beli masyarakat. Pasalnya, masyarakat akan menjadi
lebih selektif dalam menggunakan uangnya
1. Inflasi
Inflasi merupakan penyebab ekonomi yang paling sering. Walaupun terkadang inflasi
dibutuhkan untuk menstabilkan perekonomian, tetapi tingkat inflasi yang terlalu tinggi akan
menurunkan daya beli masyarakat sehingga jumlah barang yang dibeli akan semakin sedikit
berkat harga barang atau jasa yang semakin naik. Inflasi biasanya diakibatkan oleh biaya
produksi yang semakin tinggi, biaya energi yang lebih tinggi, dan utang nasional yang semakin
bertambah.
5. Kebijakan pemerintah
Pemerintah juga bisa menjadi penyebab terjadinya resesi melalui kebijakan ekonomi
yang dikeluarkannya. Walaupun kebijakan pemerintah bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya, kebijakan pemerintah yang tidak mendukung kegiatan ekonomi negara
bisa menimbulkan resesi. Contohnya, kebijakan impor yang berlebihan, peminjaman utang luar
negeri yang berlebihan, peningkatan pajak yang tinggi, dan sebagainya bisa membuat usaha
negara menjadi lesu.
6. Deflasi
Deflasi berarti kebalikan dari inflasi, Walaupun deflasi terdengar baik untuk negara. Pada
kenyataannya, deflasi bisa menimbulkan efek yang lebih parah daripada inflasi karena penurunan
harga barang yang rendah bukan membuat masyarakat langsung berbelanja, tetapi menunggu
terus hingga harga barangnya mencapai titik yang paling rendah sehingga berakibat resesi juga.
2. Bantuan UMKM
UMKM menjadi salah satu sektor dengan kondisi paling berat akibat pandemi Covid-19.
Pemerintah kemudian menyiapkan berbagai program untuk mengungkit sektor ini agar Kembali
bergeliat. Setelah sebelumnya mengeluarkan kebijakan restrukturisasi dan subsidi bunga kredit
bagi para UMKM.
Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi kemudian juga menyiapkan dua program
lain, yaitu bantuan UMKM produktif dan kredit berbunga rendah. Program bantuan ini
ditunjukkan dalam bentuk grant dan bukan pinjaman.
Bantuan tersebut diharapkan tak hanya dipergunakan untuk kehidupan sehari-hari,
melainkan juga untuk memulai usaha. Program tersebut menyasar hingga 12 juta pelaku UMKM.
Tak hanya itu bantuan ini juga akan difasilitasi ke sejumlah program kredit berbunga rendah
dengan target para pengusaha, khususnya yang terkena pemutusan hubungan kerja dan pemilik
usaha rumah tangga. Program ini direncanakan terintegrasi dengan program bantuan UMKM
produktif.
3. Penempatan Dana di Perbankan dan Penjaminan Kredit Modal Kerja untuk Korporasi
Upaya lainnya yang dilakukan pemerintah untuk memutar kembali roda ekonomi, antara
lain dengan melakukan penempatan dana di perbankan. Kemudian para bank sudah menyalurkan
dana tersebut dalam skala yang cukup besar.
Pemerintah juga telah meluncurkan berbagai program penjaminan pemerintah kepada
korporasi padat karya dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Perbankan kemudian
menandatangani perjanjian penjaminan terutama pada sektor padat karya yang merupakan sektor
yang banyak memiliki pekerja.
Fasilitas penjaminan kredit modal ini ditujukan bagi para pelaku usaha korporasi yang
memiliki usaha ekspor padat karya dengan karyawan minimal 300 karyawan. Pelaku usaha
korporasi yang dijamin tidak termasuk kategori BUMN dan UMKM, dan tidak termasuk dalam
daftar kasus hukum dan tuntutan kepailitan serta memiliki performing loan lancar sebelum
terjadinya pandemi Covid-19.
Besaran tambahan kredit modal ini sendiri bernilai antara Rp 10 miliar sampai dengan Rp
1 triliun. Skema penjaminan adalah porsi penjaminan sebesar 60 persen dari kredit, namun untuk
sektor-sektor prioritas porsi yang dijamin sampai dengan 80 persen dari kredit.
Selanjutnya, pemerintah menanggung pembayaran imbal jasa penjaminan sebesar 100
persen atas kredit modal kerja sampai dengan Rp 300 miliar dan 50 persen untuk pinjaman
dengan plafon Rp 300 miliar sampai Rp 1 triliun. Skema penjaminan direncanakan berlangsung
hingga akhir 2021 dan diharapkan dapat menjamin total kredit modal kerja yang disalurkan
perbankan hingga Rp 100 triliun.
PENUTUP
Resesi ekonomi diartikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam
waktu stagnan dan lama, mulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Resesi ekonomi bisa
memicu penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran, hingga kebangkrutan
ekonomi.
Secara umum, resesi terjadi ketika ekonomi tumbuh negatif dua kuartal beruntun. Pada
2020 lalu dunia mengalami resesi akibat pandemi Covid-19, menyebabkan berkurangnya
lapangan kerja dan banyak pegawai dirumahkan. Tanpa aktivitas dan mobilitas manusia, roda
ekonomi pun macet.
Resesi ekonomi ditandai dengan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam dua
kuartal beruntun. Penyebab terjadinya resesi adalah hal-hal terkait ekonomi dan teknologi yang
saling berkaitan
Guncangan ekonomi yang mendadak, seperti pandemi Covid-19 merupakan salah satu
penyebab resesi ekonomi. Ini ditandai dengan lemahnya daya beli akibat kesulitan finansial.
Penyebab resesi ekonomi selanjutnya adalah inflasi. Pada 2020 lalu dunia mengalami resesi
akibat pandemi Covid-19, sekarang resesi terjadi karena tingginya inflasi akibat harga komoditas
energi yang melesat.
Inflasi merupakan kondisi naiknya harga barang dan jasa selama periode tertentu. Inflasi
yang berlebihan membuat daya beli masyarakat melemah. Di lain sisi, produksi barang dan jasa
bakal menurun. Ini masuk dalam kategori berbahaya karena akan memicu pengangguran,
kemiskinan, dan berujung pada resesi. nflasi yang melambung membuat bank sentral menaikkan
suku bunganya. Masalahnya, dua hal tersebut diperparah dengan daya beli yang mulai lesu dan
bakal menjadi pemantik resesi. Suku bunga yang tinggi berfungsi untuk melindungi nilai mata
uang, tapi ini akan membebani debitur dan menyebabkan kredit macet. Jika terjadi secara besar-
besaran, perbankan bisa kolaps.
Tak hanya inflasi, deflasi juga bisa menyebabkan resesi ekonomi. Deflasi ditandai
dengan turunnya harga barang atau jasa. Sekilas deflasi bisa meningkatkan daya beli masyarakat,
tapi jika terjadi berlebihan akan merugikan penyedia barang dan jasa.
Penurunan harga terus-menerus bisa membuat konsumen menunda pembelian dan
menunggu hingga nominal terendah. Jika ini terjadi, daya beli justru melemah dan aktivitas
produksi berkurang. Ketika individu dan unit bisnis berhenti mengeluarkan uang, ekonomi bakal
rusak.
Daftar Pustaka
(Wilopo, 1998)