ISI
Jika permintaan agregat melebihi nilai agregat dari output pada tingkat lapangan kerja
penuh, akan ada kesenjangan inflasi dalam perekonomian. Permintaan agregat atau pengeluaran
agregat terdiri dari pengeluaran konsumsi (C), pengeluaran investasi (I), pengeluaran pemerintah
(G) dan neraca perdagangan atau nilai ekspor dikurangi nilai impor (X - M).
Kesenjangan deflasi (deflationary gap) terjadi ketika PDB riil aktual di bawah output
potensinya. Dalam situasi ini, beberapa sumber daya ekonomi kurang dimanfaatkan, yang pada
gilirannya, menyebabkan tekanan ke bawah pada tingkat harga. Kesenjangan deflasi memiliki
arti yang berbeda dengan deflasi. Kedua istilah tersebut adalah konsep yang berbeda.
Kesenjangan deflasi mengacu pada kondisi di mana kapasitas produktif ekonomi kurang
dimanfaatkan, sementara deflasi adalah kondisi ketika tingkat harga umum menurun (inflasi
negatif). Meskipun output di bawah tingkat potensinya, inflasi mungkin masih positif tetapi pada
tingkat yang lebih rendah. Oleh karena itu, kesenjangan deflasi tidak selalu menciptakan deflasi
dalam perekonomian, meskipun tingkat harga lebih cenderung tertekan ke bawah karena bisnis
menghadapi kapasitas berlebih. Adanya deflationary gap (celah deflasi) menunjukan bahwa
kegiatan ekonomi belum mencapai potensinya yang maksimal.
Permintaan
agregat dan penawaran agregat jangka pendek berfluktuasi dalam jangka pendek. Fluktuasi
seperti itu menyebabkan PDB riil aktual menyimpang dari potensi PDB. Ekonom menyebut
penyimpangan PDB riil dari potensinya sebagai kesenjangan output (output gap). Kesenjangan
output bisa positif atau negatif. Kesenjangan output positif terjadi ketika permintaan agregat dan
penawaran agregat jangka pendek berpotongan (keseimbangan jangka pendek) di atas output
potensial. Situasi ini mengacu pada kesenjangan inflasi (gap output positif). Namun, ketika
keseimbangan jangka pendek di bawah output potensial, itu adalah kesenjangan deflasi
(kesenjangan output negatif).
Kesenjangan deflasi dapat terjadi ketika permintaan agregat menurun. Misalnya, resesi
global mengurangi permintaan asing untuk produk dalam negeri. Ekspor menurun, demikian juga
dengan permintaan agregat.
Lingkungan suku bunga tinggi juga berkontribusi terhadap permintaan agregat yang lebih
rendah. Dalam hal ini, pinjaman baru menjadi lebih mahal. Rumah tangga mengurangi
pengeluaran mereka untuk barang tahan lama, dan perusahaan menunda pengeluaran investasi
mereka.
Faktor lain yang mengurangi permintaan agregat adalah pajak yang lebih tinggi,
konsumen dan bisnis yang lebih pesimistis, dan harga ekuitas dan perumahan yang lebih rendah.
Penurunan permintaan agregat menghasilkan PDB riil yang lebih rendah dan tingkat
harga yang lebih rendah. Ekonomi beroperasi di bawah output potensialnya.
6. Menentukan cash ratio yaitu angka perbandingan minimum antara uang tunai yang
dimiliki oleh bank umum dengan jumlah uang giral (cek.giro dan sebagainya) yang
dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan.
7. Menurunkan cadangan minimum sehingga jumlah uang yang beredar cenderung
naik dan sebaliknya jika cadangan minimum dinaikan jumlah uang yang beredar
cenderung turun.
8. Kebijakan fiskal
a) Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
b) Menaikan Tarif Pajak
c) Mengadakan Pimjaman Pemerintah
9. Kebijakan Non-Moneter
a) Menaikan Hasil Produksi
b) Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah dan gaji dengan cara gaji
tidak sering dinaikan.
c) Pengaman harga dan distribusi barang
Kenyataannya Inflasi tidak bisa diprediksi, berarti orang-orang sering dikagetkan dengan
kenaikan harga. Hal ini mengurangi efisiensi ekonomi karena orang akan mengambil resiko
yang lebih sedikit untuk meminimalkan peluangkerugian akibat kejutan harga. Semakin
cepat kenaikan inflasi, semakin sulit untuk memprediksi inflasi di masa yang akan dating.
Kebanyakan para ahli ekonomi berpendapat bahwa perekonomian akan berjalan efisien
apabila tingkat inflasi rendah4
1
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori dan Analisis, (Bandung: Alfabeta, 2010), 84.
2
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, 85.
3
Muana Nanga, Makroekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005) 237.
4
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, 86
Sehingga inflasi merupakan suatu masalah dalam perekonomian suatu Negara yang tidak
dapat dihindari, selama tingkat inflasi tersebut masih dapat dikendalikan oleh pemerintah.
Karena masyarakatpun menyadari bahwa sulit untuk menghindar dari kenaikan harga,
sehingga yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah stabilitaas harga5
5
Ibid.
Inflasi didefinisikan dengan banyak ragam yang berbeda, Pengertian intlasi
secara umum dapat diartikan sebagai kenaikan harga-harga umum secara terus
menerus selama daiam suatu periode tertentu tetapi semua definisi itu mencakup
pokok-pokok yang sama. Samuelson (2001) memberikan definisi bahwa inflasi
sebagai suatu keadaan dimana terjadi kenaikan tingkat harga umum, baik
barang-barang, jasa-jasa maupun faktor-faktor produksi. Dari definisi tersebut
mengindikasikan keadaan melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin
merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara. Sementara definisi lain
menegaskan bahwa inflasi terjadi pada saat kondisi ketidakseimbangan
(disequilibrium) antara permintaan dan penawaran agregat, yaitu lebih besarnya
permintaan agregat daripada penawaran agregat. Dalam hal ini tingkat harga
umum mencerminkan keterkaitan antara arus barang atau jasa dan arus uang.
Bila arus barang lebih besar dari arus uang maka akan timbul deflasi, sebaliknya
bila arus uang lebih besar dari arus barang maka tingkat harga akan naik dan
terjadi inflasi.
A. Konsep Dasar Inflasi dan Pengangguran
Daftar Pustaka
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori dan Analisis, (Bandung: Alfabeta, 2010), 84.
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, 85.
Muana Nanga, Makroekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005) 237.
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, 86