Anda di halaman 1dari 6

TEORI EKONOMI MAKRO

TUGAS KELOMPOK

DISUSUN OLEH :
Dave Mario Kalesaran (19304035)
Fioren Patricia Venesa Kaunang (19304026)
Gabriela Nindy Tandipada (19304025)
Immanuel Putra Maliangkay (19304004)
Natalia Maria Umar (19304005)
Veronika Lintang Febiola (19304029)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
2020
SOAL : Diskusikan apa saja yang termasuk dalam konsumsi rumah tangga disuatu negara dan
urutkan prioritasnya berdasarkan kemajuan suatu negara dan bagaimana untuk Indonesia !

 Pengertian
Konsumsi rumah tangga (household consumption) mengacu pada pengeluaran akhir
rumah tangga untuk barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Barang bisa
diklasifikasikan menjadi barang tahan lama dan tidak tahan lama. Konsumsi biasanya
menyumbang persentase besar dari produk domestik bruto (PDB). Jadi, ini adalah variabel kunci
dalam menganalisis permintaan dalam perekonomian. Juga dikenal sebagai pengeluaran
konsumsi akhir rumah tangga atau pengeluaran rumah tangga.

Faktor Penentu Konsumsi Rumah Tangga

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi konsumsi rumah tangga, diantaranya:

1. Pendapatan Disposabel

Dalam ekonomi makro, di antara beberapa variabel, pendapatan diposabel adalah


penentu utama konsumsi. Ekonom menyatakan konsumsi rumah tangga sebagai fungsi
dari pendapatan disposabel. Kita menghitung pendapatan disposable dengan mengurangi pajak
dari pendapatan rumah tangga. Penghasilan di sini termasuk yang diterima dari pembayaran
transfer. Peningkatan pendapatan disposable dapat disebabkan oleh pendapatan rumah tangga
yang lebih tinggi atau penurunan pajak. Dari pendapatan disposabel, rumah tangga memiliki dua
pilihan utama, ditabung atau dikonsumsi. Tambahan 1 rupiah dari pendapatan yang dialokasikan
untuk konsumsi mengacu pada kecenderungan mengkonsumsi marjinal (marginal propensity go
consume atau MPC). Sementara itu, ekstra yang disimpan disebut sebagai kecenderungan
menabung marginal (marginal propensity to save atau MPS). MPC plus MPS harus sama dengan
1. Konsep MPC berguna untuk menjelaskan efek pengganda (multiplier effect) konsumsi
terhadap perekonomian. MPC yang tinggi meningkatkan efek pada ekonomi.

Pengganda = 1 / (1 – MPC)

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi termasuk :

2. Kekayaan

Kekayaan rumah tangga terdiri dari aset riil dan aset keuangan. Ketika harga aset
keuangan seperti saham dan obligasi naik, kekayaan rumah tangga naik. Kekayaan yang lebih
tinggi mendorong rumah tangga untuk menghabiskan lebih banyak dari pendapatan mereka. Kita
menyebut hubungan harga aset dan pengeluaran sebagai “efek kekayaan”. Perlu diingat bahwa di
sini kita menganggap bahwa liabilitas (seperti pinjaman hipotek) tidak berubah.

3. Ekspektasi Pendapatan di Masa Depan

Jika rumah tangga yakin pendapatan mereka di masa depan akan naik, pengeluaran saat
ini meningkat. Kondisi ini umumnya terjadi ketika pertumbuhan ekonomi sedang berkembang.

4. Suku Bunga

Ini mempengaruhi konsumsi rumah tangga dan perilaku menabung. Peningkatan suku


bunga merangsang lebih banyak tabungan untuk mendapatkan pendapatan bunga yang lebih
tinggi. Karena rumah tangga menabung lebih banyak, alokasi untuk konsumsi berkurang.
Sebaliknya, suku bunga yang lebih rendah memotong biaya pinjaman. Biaya yang lebih murah
merangsang konsumsi dan mengurangi tabungan.

5. Inflasi

Inflasi dan ekspektasi inflasi dapat menentukan keputusan konsumsi. Ini mempengaruhi


rumah tangga melalui pendapatan riil dan tingkat bunga riil. Misalnya, ketika rumah tangga
memperkirakan inflasi akan lebih tinggi, mereka lebih cenderung membeli barang tahan lama
sekarang. Itu karena pendapatan saat ini memiliki daya beli yang lebih besar daripada di masa
depan.

6. Distribusi Pendapatan

Rumah tangga berpenghasilan tinggi cenderung memiliki MPS yang lebih kecil daripada
mereka yang berpenghasilan rendah. Dengan demikian, pembayaran pemerataan (atau
pembayaran transfer) dapat mendorong konsumsi rumah tangga berpenghasilan rendah yang
lebih besar.

7. Faktor Demografis

Ini termasuk usia, pendidikan, dan ukuran keluarga.

8. Selera dan Preferensi

Faktor-faktor ini sulit diukur dan berubah seiring waktu. Ekonom biasanya tidak
mencoba menjelaskan variabel-variabel ini. Itu karena faktor-faktor itu didasarkan pada kekuatan
psikologis, yang berada di luar bidang ekonomi.
Mengapa Konsumsi Rumah Tangga Penting ?

Ketika menilai suatu bisnis, seorang analis akan melihat tren konsumsi di industri bisnis.
Ini adalah langkah penting, karena membantu analis dengan bagian asumsi model keuangan.
Ekonom neoklasik memandang konsumsi sebagai tujuan akhir dari suatu kegiatan ekonomi.
Konsumsi adalah awal dari semua kegiatan ekonomi manusia. Jika seseorang menginginkan
sesuatu, dia akan mengambil tindakan untuk memuaskan keinginan ini. Hasil dari upaya tersebut
adalah konsumsi, yang juga berarti kepuasan keinginan manusia.

Makroekonomi menggunakan ukuran ekonomi karena dua alasan. Yang pertama adalah
menilai tabungan agregat di setiap rumah tangga. Tabungan mengacu pada bagian pendapatan
yang tidak digunakan untuk mengkonsumsi barang dan jasa. Tabungan agregat dalam
perekonomian memberi pasokan modal modal nasional. Oleh karena itu, ini dapat digunakan
untuk menilai kapasitas produktif jangka panjang suatu ekonomi. Kedua, perilaku konsumsi
memberikan ukuran yang baik dari total output nasional dalam perekonomian. Total output dapat
digunakan untuk memahami alasan fluktuasi ekonomi makro dalam siklus bisnis. Data perilaku
dapat digunakan untuk mengukur kemiskinan, memahami tingkat pensiun di rumah tangga, dan
menguji teori persaingan dalam perekonomian. Data dari rumah tangga memungkinkan ahli
ekonomi makro untuk memahami perilaku belanja, dan angka-angka tersebut dapat digunakan
untuk memeriksa hubungan antara konsumsi dan perilaku seperti pengangguran dan biaya
pendidikan.

Dalam Bidang Ekonomi

Studi tentang teori konsumsi telah membantu para ekonom merumuskan berbagai teori
seperti konsep surplus konsumen, hukum utilitas marginal yang menurun dan hukum permintaan.
Teori-teori tersebut membantu memahami bagaimana perilaku individu mempengaruhi input dan
output dalam perekonomian. Konsumsi memainkan peran penting dalam teori pendapatan dan
pekerjaan. Ekonom Keynesian menyatakan bahwa jika mengkonsumsi barang dan jasa tidak
meningkatkan permintaan barang dan jasa tersebut, itu menyebabkan penurunan produksi.
Penurunan produksi akan berarti bisnis akan memberhentikan pekerja, yang mengakibatkan
pengangguran. Konsumsi membantu menentukan pendapatan dan output dalam suatu ekonomi.

Efek Dalam Siklus Bisnis

Pengeluaran konsumsi di sektor rumah tangga menyumbang sekitar 55% dari Produk Domestik
Bruto (PDB) Indonesia. Sepertiga sisanya merupakan pengeluaran pemerintah dan ekspor neto. 

Konsumsi pribadi dibagi menjadi tiga kategori: 


 Barang tahan lama yang didefinisikan sebagai barang dengan masa hidup lebih dari tiga
tahun
 Jasa yang mencakup perjalanan dan perbaikan mobi
 Barang tidak tahan lama seperti makanan dan air yang dapat langsung dikonsumsi.

Aliran dan pengeluaran konsumsi dapat membantu memahami fluktuasi dalam siklus bisnis.
Selama penurunan ekonomi, mengkonsumsi barang tahan lama berkurang karena barang
membutuhkan investasi yang signifikan, dan konsumen akan menunda pembelian sampai kondisi
ekonomi membaik. Ketika ekonomi pulih, pengeluaran untuk barang tahan lama meningkat.
Karena harganya relatif mahal, konsumen biasanya akan merenungkan matang-matang sebelum
membeli barang tahan lama. Inilah sebabnya mengapa perubahan suku bunga, tarif pajak, atau
ukuran stimulus lainnya mempengaruhi pengeluaran untuk barang tahan lama dibandingkan jenis
pengeluaran lainnya.

Pola Konsumsi Masyarakat

Pola konsumsi dapat dikenali berdasarkan alokasi penggunaannya. Untuk keperluan analisis
secara garis besar alokasi pengeluaran konsumsi masyarakat digolongkan dalam 2 kelompok
penggunaan yaitu pengeluaran untuk memakan dan pengeluaran untuk bahan makanan.

Jenis 1984 1987 1990 1993


Pengeluaran

A. Pengeluaran 9.146 12.247 16.379 21.228


Makanan (68,55%) (67,21%) (67,41%) (63,59%)

B. Pengeluaran 4.197 5.926 7.917 12.517


Bukan Makanan (31,45%) (32,79%) (32,59%) (36,41%)

Jumlah 100% 100% 100% 100%

Berdasarkan data tabel diatas terjadi pula pergeseran jenis pengeluaran konsumsi masyarakat
seirama dangan proses pertumbuhan ekonomi yang terjadi dalam masyarakat. Pola pergeseran itu
juga mencerminkan adanya peningkatan tingkat kesejahteraan dalam masyarakat. Tingkat
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik akan cenderung untuk memenuhi kebutuhan hidup
bukan makanan.
Bagaimana pola konsumsi masyarakat Indonesia jika dibandingkan dengan masyarakat lain?
Publik Bank Dunia tahun 1993 memaparkan 48% pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia
tersita untuk pangan. Persentase ini jauh lebih tinggi dibandingkan Negara tetangga Malaysia
yang hanya 23%. Sedangkan rumah tangga di Jepang hanya membelanjakan 17% dari
pengeluarannya untuk pangan. Orang Amerika Serikat lebih mapan lagi, mereka hanya
membelanjakan 10.5% unuk pangan. Struktur konsumsi rumah tangga beberapa Negara terlihat
dalam table berikut ini.

Alokasi Pengeluaran Indonesia India Malaysia USA Jepang


Pangan 48 52 23 10 17
Sandang 7 11 4 6 6
Macam – macam 13 10 9 18 17
sewa dan energi
Perawatan Kesehatan 2 3 9 14 10
Pendidikan 4 4 5 14 10
Pengangkutan dan 4 4 19 14 9
Perhubungan
Konsumsi lainnya 22 13 33 30 34

Gambaran tentang pola struktur konsumsi rumah tangga seperti ditunjukkan dalam tabel diatas
dapat dipakai sebagai strategi kebijakan pembangunan yang dilakukan dalam suatu Negara. Pada
Negara-negara yang relatif sudah maju kebutuhan akan non pangan seperti pendidikan,
kesehatan, pengangkutan dan perhubungan menjadi prioritas utama. Oleh sebab itu strategi
kebijakan pemerintah akan mengikuti pola tersebut. Kondisi akan berbeda pada negara
berkembang dimana prioritas utama pola struktur pengeluaran pada konsumsi kebutuhan akan
pangan. Pola konsumsi masyarakat berbeda untuk lapisan pengeluaran. Terdapat kecenderungan
umum bahwa semakin rendah kelas pengeluaran masyarakat, semakin alokasi belanjanya untuk
pangan. Di pihak lain kian tinggi kelas pengeluarannya kian besar pula proporsi belanjanya untuk
konsumsi bukan makanan. Semua pola konsumsi itu juga dapat dipakai dasar pertimbangan di
dalam strategi pemasaran oleh suatu perusahaan. Bagi Indonesia distribusi penduduk menurut
pengeluaran konsumsi sangat bervariasi dari satu propinsi ke propinsi yang lain.

Anda mungkin juga menyukai